PENINGKATAN KEMAMPUAN KERUANGAN DAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN GEOGEBRA DI SMA NEGERI 19 MEDAN.

ABSTRAK
TUTI MARIANI MALAU. Peningkatan kemampuan keruangan dan
percaya diri siswa melalui model pembelajaran Inkuiri berbantuan
GeoGebra Di SMA Negeri 19 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan
Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Kata Kunci: Pembelajaran Inkuiri, GeoGebra, Kemampuan Keruangan, Percaya
Diri
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peningkatan kemampuan
keruangan siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra
lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa
berbantuan GeoGebra, (2) Peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh
pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang
memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra, (3) Proses
penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan kemampuan
keruangan siswa pada pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih baik dari
pada pembelajaran pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra, (4)
Aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri
berbantuan GeoGebra lebih baik dari pada pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan
GeoGebra.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Negeri 19 Medan. Kemudian secara acak dipilih dua

kelas berjumlah 81 orang. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan pembelajaran
Inkuiri berbantuan GeoGebra dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan
pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra. Instrumen yang digunakan
terdiri dari: tes kemampuan keruangan, skala percaya diri siswa, lembar jawaban
dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat
validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,61 dan 0,90 berturut-turut untuk
kemampuan keruangan dan percaya diri.
Analisis data dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOVA) dan uji MannWhitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan
keruangan siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra
lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri tanpa
berbantuan GeoGebra. Hal ini terlihat dari hasil anakova untuk Fhitung = 15,525
lebih besar Ftabel 3,96 (2) Peningkatan percaya diri siswa yang memperoleh
pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari pada siswa yang
memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra. Hal ini terlihat dari nilai
Asymp Sig. (two tailed) adalah 0,000 < 0,05. (3) Proses Penyelesaian jawaban
siswa yang memperoleh pembelajaran Inkuiri berbantuan GeoGebra lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran Inkuiri tanpa berbantuan GeoGebra (4)
Aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri
berbantuan GeoGebra cenderung lebih aktif dari pada pembelajaran Inkuiri tanpa
berbantuan GeoGebra.


i

ABSTRACT
TUTI MARIANI MALAU. Increasing of Spatial Ability and Self Confidence
Student Through Inquiry Learning Using GeoGebra of State Senior High
School 19 Medan. Tesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate
Studies, State University of Medan, 2016.
Keywords: Inquiry Learning, GeoGebra, Spatial Ability, Self Confidence
The study aimed to know : (1) The increasing of spatial ability student who given
Inquiry Learning with GeoGebra higher than Inquiry Learning without GeoGebra,
(2) The increasing of self confidence student who given Inquiry Learning with
GeoGebra higher than Inquiry Learning without GeoGebra, (3) Process the
answer of spatial problem student who given Inquiry Learning with GeoGebra
better than Inquiry Learning without GeoGebra, (4) Activity student who given
Inquiry Learning with GeoGebra better than Inquiry Learning without GeoGebra.
This research is a semi-experimental. The population was students of class X
SMA Negeri 19 Medan. Then randomly was selected two classes numbered 81
people. Experimental 1 class treated inquiry learning with GeoGebra and
experimental 2 class treated inquiry learning with GeoGebra. The instrument used

consists of: spatial ability test, scale of self confidence, student’s paper and paper
of observation. The instrument has been declared eligible content validity, and
reliability coefficient of 0.61 and 0.90 respectively for spatial ability test and scale
of self confidence.
Data analysis was performed with analysis of variance and analysis MannWhitney. The results showed that (1) Increasing of spatial ability student who
given Inquiry Learning with GeoGebra higher than Inquiry Learning without
GeoGebra. This was shown by result of analysis t for Fcal = 15,525 bigger than Ftab
= 3,96, (2) Increasing of self confidence student who given Inquiry Learning with
GeoGebra higher than Inquiry Learning without GeoGebra. This was shown by
result of Asymp Sig. (two tailed) 0,000 < 0,05, (3) Process the answer of spatial
problem student who given Inquiry Learning with GeoGebra better than Inquiry
Learning without GeoGebra, (4) Activity student who given Inquiry Learning
with GeoGebra better than Inquiry Learning without GeoGebra.

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan cinta kasihNya penulis dimampukan menyelesaikan tesis berjudul

“Peningkatan Kemampuan Keruangan dan Percaya Diri Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra di SMA Negeri 19 Medan” yang
disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat membantu
penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1.

Ayahanda J. Malau dan Ibunda R. Panjaitan yang tercinta, serta Abang,
Kakak dan Keponakan yang selalu memberi doa, kasih sayang, perhatian
dan dukungan penuh untuk setiap langkah dalam menyelesaikan
perkuliahan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

2.

Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S. sebagai Pembimbing I dan Bapak
Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D sebagai Pembimbing II
yang ditengah-tengah kesibukannya dengan sabar telah memberi
bimbingan dan arahan dari setiap permasalahan yang penulis temukan

sepanjang penyelesaian tesis ini.

3.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd., dan
Ibu Dr.Yulita Molliq, M.Sc. sebagai narasumber yang telah memberi
sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan penulis dalam
penyempurnaan tesis ini.

4.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf Prodi
Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya
dalam urusan administrasi baik selama proses perkuliahan maupun proses
penyelesaian tesis ini.

iii


5.

Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan tesis ini.

6.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7.

Ibu Renata Nasution, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 19
Medan, Ibu Irma Simanjuntak, M.Si yang memberikan kesempatan kepada
peneliti melakukan penelitian dan membantu peneliti selama pelaksanaan
penelitian.

8.


Rekan-rekan saya di kelas Dikmat B2 serta sahabat seperjuangan angkatan
XXIII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta
bantuan lainnya kepada penulis..

9.

Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan harapan
semua mendapatkan suksesnya disetiap langkah.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa

karya tulis ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian demi
kesempurnaan penulisan selanjutnya. Harapan penulis, semoga tesis ini bisa
berguna bagi khasanah pengetahuan. Terima kasih.

Medan, Juni 2016

Penulis


iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………..................................................................... iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL
....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................
1.3 Batasan Masalah .........................................................................
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................

1.6 Manfaat Penelitian ..........……………………….………………

1
1
19
19
20
20
21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Kerangka Teoritis .....................................................................
2.1.1 Kemampuan Keruangan ..........................................................
2.1.2 Percaya Diri ..............................................................................
2.1.3 Hubungan Kemampuan Keruangan dan Percaya Diri ............
2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri .....................................................
2.1.5 Software GeoGebra .................................................................
2.1.6 Proses Jawaban Siswa ..............................................................

2.1.7 Aktivitas Belajar Siswa ............................................................
2.1.8 Teori Belajar yang Mendukung ...............................................
2.1.9 Penelitian yang Relevan ...........................................................
2.2 Kerangka Konseptual ...............................................................
2.2.1 Peningkatan Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari
pada Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan GeoGebra .................
2.2.2 Peningkatan Percaya Diri Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih tinggi dari
pada Kemampuan Keruangan Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan GeoGebra .................
2.2.3 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa yang Mengikuti Model
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra lebih baik
dibanding dengan Pembelajaran Inkuiri tanpa Berbantuan
GeoGebra .................................................................................
2.2.4 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra Memenuhi Batas
Toleransi Waktu Ideal ..............................................................
2.3 Hipotesis Penelitian ..................................................................


22
22
22
28
35
37
42
47
48
50
54
55

v

55

57

58

59
60

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 61
3.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 61
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 61
3.3 Desain Penelitian ...................................................................... 62
3.4 Definisi Operasional ................................................................. 62
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 65
3.5.1 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ........................... 65
3.5.2 Uji Coba Instrumen .................................................................. 73
3.5.3 Proses Jawaban Siswa .............................................................. 82
3.5.4 Lembar Observasi .................................................................... 82
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 83
3.6.1 Variabel Penelitian ................................................................... 83
3.6.2 Tahapan Penelitian ................................................................... 84
3.6.3 Teknik Analisis Data ................................................................ 87
3.6.4 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 107
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 109
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 109
4.1.1 Analisis Data Kemampuan Keruangan Siswa........................... 109
4.1.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Tes Kemampuan
Keruangan ................................................................................ 113
4.1.3 Analisis Data Tes Skala Percaya Diri ...................................... 128
4.1.4 Analisis Statistik Inferensial Hasil Skala Percaya Diri ............ 132
4.1.5 Proses Jawaban Siswa .............................................................. 133
4.1.6 Aktivitas Belajar Siswa ............................................................ 146
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 157
4.2.1 Faktor Pembelajaran ................................................................. 157
4.2.2 Kemampuan Keruangan Siswa ................................................ 160
4.2.3 Percaya Diri Siswa ................................................................... 162
4.2.4 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ........................................ 165
4.2.5 Aktivitas Belajar Siswa ............................................................ 165
4.2.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 168
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 170
5.1 Simpulan ................................................................................................... 170
5.2 Implikasi ................................................................................................... 171
5.3 Saran ....................................................................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 174

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Indikator Kemampuan Keruangan ........................................... 28
Indikator Percaya Diri .............................................................. 34
Sintaks Pembelajaran Inkuiri .................................................. 41
Rancangan Penelitian .............................................................. 62
Kisi-kisi Kemampuan Keruangan Siswa ................................ 65
Pedoman Penskoran Tes Awal Kemampuan Keruangan ........ 66
Pedoman Penskoran Tes Akhir Kemampuan Keruangan ....... 67
Pedoman Penskoran Skala Percaya Diri ................................. 70
Kisi-Kisi Skala Percaya Diri Siswa ......................................... 70
Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan
Keruangan Siswa ..................................................................... 71
Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran .............. 74
Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy ......................... 76
Validitas Butir Soal Tes Awal Kemampuan Keruangan ......... 76
Validitas Butir Soal Tes Akhir Kemampuan Keruangan ........ 77
Interpretasi Koefisien Reabilitas ..................................... 78
Klasifikasi Daya Pembeda .............................................. 79
Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Keruangan .. 79
Interpretasi Indeks Kesukaran ........................................ 80
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Keruangan ..... 80
Interpretasi Koefisien Reabilitas ..................................... 81
Kategori Aktivitas Siswa ......................................................... 83
Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA ........................ 90
Klasifikasi Gain Ternormalisasi .............................................. 92
Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Siswa ....................... 106

Tabel 3.8. :
Tabel 3.9. :
Tabel 3.10. :
Tabel 3.11. :
Tabel 3.12. :
Tabel 3.13. :
Tabel 3.14. :
Tabel 3.15. :
Tabel 3.16. :
Tabel 3.17. :
Tabel 3.18. :
Tabel 3.19. :
Tabel 3.20. :
Tabel 3.21. :
Tabel 3.28. :Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik

yang Digunakan ...................................................................... 108

Tabel 4.1.
Tabel 4.2.

Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.

: Deskripsi Data Kemampuan Keruangan Siswa Kedua
Kelompok Pembelajaran .........................................................
: Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Tes
Kemampuan Keruangan pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 ...........................................................................
: Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data .....................................
: Data Hasil Uji Homogenitas ...................................................
: Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 .......
: Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Akhir Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ......
: Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 1 ............................................................................

vii

110

112
114
114
115
115
116

Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18.
Tabel 4.19.
Tabel 4.20.
Tabel 4.21.
Tabel 4.22.
Tabel 4.23.

Tabel 4.24.

Tabel 4.25.
Tabel 4.26.
Tabel 4.27.
Tabel 4.28.
Tabel 4.29.
Tabel 4.30.

: Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 2 ...........................................................................
: Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 1 ..............................................
: Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 1 dengan SPSS 17.00 ..............
: Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 1 ..............................................
: Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Keruangan Siswa Kelas Eksperimen dengan SPSS 17.00 ......
: Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 2 ..............................................
: Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 2 dengan SPSS 17.00 ..............
: Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 2 ..............................................
: Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Keruangan Kelas Eksperimen 2 dengan SPSS 17.00 ..............
: Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Keruangan ..........................................................
: Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Kemampuan Keruangan dengan SPSS 17.0 ...........................
: Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Keruangan dengan SPSS 17.0 ..............
: Analisis Kovarians Kemampuan Keruangan untuk
Kesejajaran Model Regresi .....................................................
: Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Keruangan ...............................................................................
: Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Keruangan dengan SPSS 17.00 ...............................................
: Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes awal dan Tes akhir
Percaya Diri pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 ...........................................................................
: Rata-rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Hasil Skala
Percaya Diri Siswa pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 ...........................................................................
: Hasil Uji Rata-rata Skala Percaya Diri Siswa .........................
: Hasil Uji Mann-Whitney Skala Percaya Diri Siswa ...............
: Rangkuman Proses Penyelesaian Siswa di Kelas Eksperimen
1 dan Eksperimen 2 .................................................................
: Persentase Waktu Ideal untuk Aktivitas Siswa .......................
: Rerata Persentase Waktu Aktivitas Belajar Siswa Pada saat
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan GeoGebra ...........................
: Rerata Persentase Waktu Aktivitas Belajar Siswa Pada saat
Pembelajaran Inkuiri Tanpa Berbantuan GeoGebra ................

viii

116
117
117
118
119
120
120
121
122
122
123
123
124
126
127

129

131
132
132
145
148
149
153

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. : Contoh Soal Kemampuan Spasial I.......................................... 6
Gambar 1.2. : Contoh Soal Kemampuan Spasial II ....................................... 7
Gambar 1.3. : Contoh Soal Kemampuan Spasial III ...................................... 7
Gambar 1.4. : Jawaban Salah Satu Siswa ...................................................... 8
Gambar 2.1. : Model untuk melatih unsur Spatial Perception ...................... 25
Gambar 2.2. : Model untuk melatih unsur Spatial Visualisation .................... 26
Gambar 2.3. : Model untuk melatih unsur Mental rotation ........................... 26
Gambar 2.4. : Model untuk melatih unsur Spatial Relation .......................... 27
Gambar 2.5. : Model untuk melatih unsur Spatial orientation ....................... 27
Gambar 2.6. : Tampilan GeoGebra ................................................................ 46
Gambar 3.1. : Prosedur penelitian dilaksanakan dengan Pembelajaran
Inkuiri berbantuan GeoGebra dan tanpa berbantuan
GeoGebra ......................................................................... 86
Gambar 4.1. : Rata-Rata Skor Kemampuan Keruangan ................................ 111
Gambar 4.2. : Rata-Rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Kemampuan
Keruangan Siswa ..................................................................... 112
Gambar 4.3. : Rata-Rata Skor Percaya Diri Siswa ......................................... 130
Gambar 4.4. : Rata-Rata dan Simpangan Baku Indeks Gain Percaya Diri .... 131
Gambar 4.5. : Proses Jawaban Tes Kemampuan Keruangan Siswa Butir 1
Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ................................... 136
Gambar 4.6. : Proses Jawaban Tes Kemampuan Keruangan Siswa Butir 2
Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ................................... 138
Gambar 4.7. : Proses Jawaban Tes Kemampuan Keruangan Siswa Butir 3
Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ................................... 141
Gambar 4.8. : Proses Jawaban Tes Kemampuan Keruangan Siswa Butir 4
Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ................................... 144
Gambar 4.9. : Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen 1 ........................................................................... 150
Gambar 4.10.: Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen 2 ........................................................................... 154

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematis. Selain itu Matematika juga memiliki peran dalam berbagai disiplin dan
dapat mengembangkan pola pikir manusia (BSNP, 2006). Matematika diperlukan
oleh setiap peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama.
Adapun pentingnya matematika menurut Cornellius (1982) adalah:
“Ada lima alasan pentingnya belajar matematika karena matematika
merupakan : (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenali polapola hubungan dan generalisasi, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, (5) sarana meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya”.
Senada dengan Cornellius, Cockroft (1982) mengemukakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan

1

2

informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”
Mengingat pentingnya matematika, maka guru harus membuat siswa
dalam menguasai pelajaran matematika yang dapat bermanfaat untuk kehidupan
yang akan datang. Standar kompetensi matematika sekolah disusun sebagai
landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tesebut di atas.
Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok untuk
setiap aspeknya. Pada pembelajaran matematika terdapat lima standar isi, yakni :
Bilangan dan Operasinya, Aljabar, Geometri, Pengukuran, Analisis Data dan
Probabilitas (NCTM, 2000).
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang dipelajari di
sekolah. Materi geometri dapat memberikan situasi kepada siswa untuk belajar
struktur matematika, yaitu pengembangan kumpulan teorema dalam sistem
matematika. Menurut Galileo (Burshill-Hall, 2002) geometri merupakan kunci
untuk memahami alam. Alam di sini berarti seluruh bentuk yang ada di dunia.
Adapun menurut Kartono (2012) “berdasarkan sudut pandang psikologi, geometri
merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan keruangan, misalnya
bidang, pola, pengukuran dan pemetaan”. Geometri tidak hanya mengembangkan
kemampuan kognitif siswa tetapi juga membatu dalam pembentukan memori
yaitu objek konkret menjadi abstrak.
Pembelajaran geometri sangat mendukung banyak topik, seperti vektor
dan kalkulus dan mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Kennedy & Tipps (Suherman, 1999) menyatakan bahwa dengan pembelajaran
geometri mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

3

mendukung banyak topik lain dalam matematika. Berdasarkan pendapat tersebut
maka geometri merupakan materi penting dalam pembelajaran matematika.
Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya
diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik,
dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik
(Bobango, 1993). Sementara itu, Budiarto (2000) menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,
mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang
materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen
matematik.
Senada dengan itu, Thomas (2001) dalam buku The Royal Society
mengemukakan tujuan pembelajaran geometri adalah
“(a) untuk mengembangkan kesadaran spasial, intuisi geometri dan
kemampuan untuk memvisualisasikan, (b) untuk memberikan keluasan
dalam pengalaman geometri baik itu dalam ruang 2 dimensi maupun 3
dimensi, (c) untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman dan
kemampuan untuk menggunakan sifat dan teorema geometri, (d) untuk
mendorong pengembangan dan penggunaan dugaan, penalaran deduktif
dan bukti, (e) untuk mengembangkan keterampilan penerapan geometri
melalui pemodelan dan pemecahan masalah dalam dunia nyata, (f) untuk
mengembangkan keterampilan penggunaan TIK dalam konteks geometri,
(g) untuk menimbulkan sikap positif terhadap matematika, (h) untuk
mengembangkan kesadaran tentang warisan sejarah dan budaya dari
geometri dalam masyarakat dan aplikasi kontemporer dari geometri.”
Clement dan Battista (1992) menyatakan bahwa kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa dalam mempelajari konsep geometri adalah kemampuan
keruangan (spatial ability). Menurut Clement dan Battista (1992), kemampuan
keruangan adalah kemampuan yang meliputi proses kognitif seseorang dalam
merepresentasikan dan memanipulasi benda ruang serta hubungan dan
transformasi bentuknya.

4

Gardner

mengemukakan

bahwa

kemampuan

keruangan

adalah

kemampuan untuk menangkap dunia ruang secara tepat atau dengan kata lain
kemampuan untuk memvisualisasikan gambar, yang di dalamnya termasuk
kemampuan mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu
benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan
suatu hal atau benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata,
mengungkapkan data dalam suatu grafik serta kepekaan terhadap keseimbangan,
relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang (Al Arif, 2004).
Dalam konteks hubungan lintas ilmu/bidang studi maka kemampuan
spasial sangat dibutuhkan. Strong dan Roger (2002) mengemukakan bahwa dalam
teknologi industri kemampuan spasial sangat bermanfaat dalam penerapan seperti
simulasi, multimedia dan pemodelan. Alias dkk (2002) mengemukakan bahwa
dibutuhkan kemampuan spasial yang baik untuk dapat belajar dan memecahkan
masalah-masalah teknik. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Fari
dan Samsudin (2007) yang menemukan dalam penelitiannya di Malaysia bahwa
hampir semua topik dalam “menggambar mesin” sangat membutuhkan
kemampuan spasial yang tinggi.
Senada dengan itu, National Academy of Science (2006) berpendapat
bahwa banyak bidang ilmu yang membutuhkan kemampuan spasial dalam
penerapan ilmu tersebut antara lain astronomi, pendidikan, geografi, geosains, dan
psikologi. Selain itu kemampuan spasial juga diperlukan dalam beraktifitas dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya: 1) mengemudikan kendaraan di jalan raya, 2)
mencorat-coret, melukis, menggambar, memahat dan kegiatan seni lainnya,

5

3) membaca peta, grafik, bagan dan diagram, 4) menikmati acara televisi, video,
slides, film, dan foto, 5) mengingat mimpi (Hoerr, 2010).
Kemampuan spasial juga berguna dalam bidang studi lainnya, diantaranya:
1) seorang astronom memahami tata surya dan pergerakan antar planetnya, 2)
seorang engineer yang memahami hubungan antar komponen dalam mesin, dan 3)
seorang ahli radiologi yang menginterpretasikan gambar sinar X.
Lebih lanjut menurut Maier (1998) membagi kemampuan spasial ke dalam
lima aspek yaitu : (1) spatial perception, kemampuan mengamati suatu bangun
ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang diletakkan posisi horizontal atau
vertikal; (2) spatial visualization, kemampuan untuk membayangkan atau
memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang yang bagian
bagaimana terdapat perubahan atau perpindahan, (3) mental rotation, kemampuan
merotasikan suatu bangun ruang secara cepat dan tepat; (4) spatial relation,
kemampuan untuk mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari
benda dan hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lain; (5) spatial
orientation, kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental
di dalam ruang atau berorientasi dengan seseorang di dalam situasi keruangan
yang istimewa.
Beberapa pernyataan di atas menyatakan betapa pentingnya kemampuan
keruangan dikuasai oleh siswa, akan tetapi kenyataannya di lapangan sangat
berlawanan dengan apa yang diharapkan. Pada kenyataannya, kemampuan
keruangan siswa masih tergolong rendah dan bermasalah. Bukti-bukti di lapangan
menunjukkan bahwa hasil kemampuan keruangan siswa di Indonesia masih
rendah dan perlu ditingkatkan. Di SMA ditemukan masih banyak siswa yang

6

belum memahami konsep-konsep geometri, Sunardi (Abdussakir, 2009). Masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami geometri, terutama
geometri ruang yang merupakan materi dalam matematika yang paling dibenci
oleh siswa.
Kemampuan keruangan matematika yang rendah ini juga terlihat pada
hasil analisis daya serap Ujian Nasional materi pokok dimensi tiga yang masih
tergolong rendah. Ditemukan bahwa siswa SMA N 1 Banjarnegara tahun 2011
sebesar79,83%, untuk kabupaten Banjarnegara sebesar 51,52%, untuk Provinsi
Jawa Tengah sebesar 52,96% dan untuk Nasional sebesar 64,78% (Pranawestu
dkk, 2012) .
Berdasarkan hasil PISA 2012, kemampuan siswa di Indonesia masih
rendah dalam hal kemampuan keruangan. Hal ini ditunjukkan dari peringkat
Indonesia yang berada pada urutan 64 dari 65 negara. Beberapa soal yang terdapat
pada tes PISA adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1. Contoh Soal Kemampuan Spasial I (PISA, 2012)

7

Gambar 1.2. Contoh Soal Kemampuan Spasial II (PISA, 2012)

Gambar 1.3 Soal Kemampuan Keruangan III (PISA, 2012)
Soal tersebut adalah soal yang memerlukan kemampuan keruangan yaitu
spatial orientation untuk soal nomor 1 dan nomor 3, serta spatial relation untuk
soal nomor 2.

8

Fakta rendahnya kemampuan keruangan siswa juga terlihat dari tes uji
coba soal kemampuan keruangan siswa. Adapun siswa yang menjadi objeknya
adalah siswa SMA N 19 Medan kelas XI T.A. 2015/2016. Soal diberikan
merupakan tes kemampuan keruangan mengenai ruang dimensi tiga yang telah
dipelajari pada kelas X semester 2. Berikut salah satu soal yang diberikan:
Diketahui limas tegak segiempat beraturan TABCD. Panjang rusuk alas 8 cm
dan panjang rusuk tegak 8√ cm. Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan
“jarak B ke TD lebih panjang daripada tinggi limas”!
Salah satu dari hasil penyelesaian oleh siswa dapat dilihat pada gambar 1.4
berikut ini :

Gambar 1.4 Jawaban salah satu siswa
Gambar 1.4 adalah jawaban salah satu dari siswa yang menjawab salah.
Siswa menggunakan suatu konsep yang salah ketika menentukan jarak titik ke
garis dan titik ke bidang. Siswa beranggapan bahwa untuk mengetahui jarak titik
ke garis cukup dengan menarik garis bantu dari titik itu ke salah satu titik pada

9

garis, tanpa memperhitungkan garis bantu itu tegak lurus atau tidak. Seharusnya,
siswa membuat garis bantu antara titik B ke garis TD dengan syarat garis bantu itu
tegak lurus terhadap garis TD, sehingga garis itulah yang menjadi jarak antara
titik B ke garis TD. Siswa juga tidak memperhatikan jarak titik ke bidang. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep bangun ruang masih
tergolong rendah. Padahal secara aljabar, siswa bisa menggunakan teorema
pythagoras dengan benar bahkan proses penarikan akar pun diselesaikan dengan
tepat. Berarti siswa tidak mengalami suatu kendala dalam bidang aljabar tetapi
memiliki kendala dalam bidang geometri. Kendala yang dihadapi oleh siswa ini
disebabkan oleh kemampuan spasial siswa yang masih tergolong rendah, terutama
pada aspek spatial relation, yaitu menyatakan hubungan unsur dalam dimensi 3.
Soal tersebut merupakan salah satu soal yang diujikan kepada 40 orang
siswa yang hadir pada saat tes berlangsung. Jumlah siswa yang mampu
menyelesaikan soal dengan benar sesuai dengan indikator yang dicapai ada 10
orang atau 25% dan siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal degan benar dan
sesuai dengan indikator yang dicapai ada 30 orang atau 75%. Dari data tersebut
terlihat bahwa siswa belum menguasai materi ruang dimensi tiga, kemampuan
keruangan siswa masih tergolong rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa
masih kurang baik.
Proses jawaban siswa adalah cara, prosedur atau langkah-langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah guna untuk melihat kesalahan dan
jawaban

atau

penyelesaian

yang

dihasilkan

oleh

siswa

terhadap

persoalan/permasalahan yang diajukan oleh guru. Dari proses jawaban yang
diberikan oleh siswa, peneliti dapat melihat bagaimana cara berpikir siswa dalam

10

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kemampuan keruangan. Rendahnya
cara berpikir siswa menguatkan asumsi bahwa siswa mengalami kesulitan
menyelesaikan masalah di mana dalam hal ini mengenai kemampuan keruangan.
Hal ini tidak dapat diabaikan oleh guru. Sejalan dengan penelitian Ryu,
dkk (2007) menemukan “2 dari 7 siswa yang berprestasi tidak mempunyai
kesulitan pada mata pelajaran yang mempunyai karakteristik kemampuan
visualisasi

spasial

dan ada

5 siswa

yang memiliki

kesulitan

dalam

memanipulasikan objek 2 dimensi dan 3 dimesi”. Artinya, siswa merasa kesulitan
dalam mengkonstruksikan bangun ruang sehingga kemampuan keruangan siswa
masih lemah dan perlu ditingkatkan lagi.
Keberhasilan suatu pendidikan dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah
satu diantaranya ialah kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan menumbuhkan
kepercayaan diri siswa. Skinner (Susilo, 2006) berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat siswa belajar, maka respon siswa menjadi lebih baik
dalam menerima pelajaran. Sebaliknya, bila siswa tidak belajar maka respon siswa
tersebut menurun. Artinya bahwa seorang yang mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan perilaku, yaitu dari tidak bisa menjadi bisa dan ragu-ragu
menjadi yakin.
Setiap siswa memiliki rasa percaya diri yang berbeda-beda, ada yang rasa
percaya dirinya tinggi dan ada pula yang memiliki rasa percaya diri rendah. Sikap
seseorang yang menunjukkan dirinya tidak percaya diri antara lain setiap berbuat
sesuatu yang penting dan penuh tantangan sering dihadapi dengan sikap keraguraguan, tidak yakin, cemas, tidak punya inisiatif, cenderung menghindar, mudah
patah semangat, tidak berani tampil di depan orang banyak. Rasa tidak percaya

11

diri yang ada pada diri mereka akan membuat mereka takut untuk melakukan dan
mencoba sesuatu. Mereka akan selalu merasa tidak mampu dan takut berbuat
salah. Ini membuat mereka tidak mengetahui kemampuan atau potensi apa yang
mereka miliki dan akan semakin mengubur kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Self-confidence (Percaya diri) sangat penting bagi siswa agar berhasil
dalam belajar matematika (Yates, 2002). Dengan adanya rasa percaya diri, maka
siswa akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika,
sehingga pada akhirnya diharapkan prestasi belajar matematika yang dicapai juga
lebih optimal. Hal ini di dukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang
mengungkapkan bahwa terdapat assosiasi positif antara self-confidence dalam
belajar matematika dengan hasil belajar matematika (Hannula, et al.,2004;
Suhendri, 2012; TIMSS, 2012). Artinya hasil belajar matematika tinggi untuk
setiap siswa yang memiliki indeks self-confidence yang tinggi pula.
Sikap percaya diri harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar, karena
percaya diri akan ada suatu keyakinan dalam diri individu sehingga menentukan
bagaimana

seseorang

akan

menilai

dan

menghargai

dirinya.

Tingkat

kebijaksanaan juga akan mempengaruhi apakah seseorang akan punya rasa
percaya diri yang tinggi atau rendah. Selain itu, kualitas dari rasa percaya diri ini
bisa diukur berdasarkan berbagai kriteria, misalnya stabilitas dan konsistensi
(Sarastika, 2014). Dengan menumbuhkan rasa percaya diri siswa, diharapkan
siswa dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan pada dirinya
sendiri.

12

Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah siswa mengalami
hambatan dengan kepercayaan diri. Rendahnya percaya diri siswa ditunjukkan
oleh hasil studi TIMSS (2012) yang menyatakan bahwa dalam skala internasional
hanya 14% siswa yang memiliki self-confidence tinggi terkait kemampuan
matematikanya. Sedangkan 45% siswa termasuk dalam kategori sedang, dan 41%
sisanya termasuk dalam kategori rendah. Hal serupa juga terjadi pada siswa di
Indonesia. Hanya 3% siswa yang memiliki self-confidence tinggi dalam
matematika, sedangkan 52% termasuk dalam kategori siswa dengan selfconfidence sedang dan 45% termasuk dalam kategori siswa dengan selfconfidence rendah.
Senada dengan itu, Muslihin (2014) mengemukakan bahwa siswa
memiliki kecenderungan menutup diri terutama dalam proses belajar mengajar.
Sehingga siswa yang tidak percaya diri tidak mampu mengungkapkan
perasaannya, pikiran dan aspirasi sehingga takut untuk bertindak, akan
menyebabkan tujuan yang dicapai akan sulit terwujud.
Permasalahan ini juga terjadi pada siswa di SMA Negeri 19 Medan. Dari
hasil wawancara dengan siswa, didapat informasi bahwa sebagian besar siswa
merasa jenuh dengan pembelajaran matematika. Pada umumnya mereka beralasan
bahwa pelajaran matematika lebih sulit daripada pelajaran yang lain. Selain itu
matematika dianggap memiliki rumus yang terlalu banyak sehingga siswa sering
mengalami kesulitan menghapalnya dan menggunakannya untuk menyelesaikan
soal-soal. Siswa selalu mengeluh tidak mempunyai kemampuan apa-apa terutama
dalam pembelajaran matematika. Saat mengikuti pembelajaran, siswa mudah
menyerah dan mengeluh sulit belajar. Jika diminta untuk mengerjakan soal di

13

depan kelas, siswa takut secara berlebihan dan merasa tidak yakin dengan
jawabannya. Perilaku yang kurang mampu mengekspresikan pendapat dan
menganggap matematika sebagai hal yang menakutkan dapat menyebabkan siswa
merasa tidak mampu memperlajarinya sehingga mengakibatkan hasil belajar
matematika rendah.
Mengingat sangat pentingnya meningkatkan kepercayaan diri pada siswa
sebagai sumber kekuatan untuk dapat mengakualisasikan diri siswa secara utuh,
maka siswa membutuhkan bantuan orangtua dan guru. Neill (2005) menyatakan
bahwa self-confidence adalah keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan diri
dan merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil.
Kepercayaan diri tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa, tetapi
anak-anak juga memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa.
Kepercayaan diri sulit dikatakan secara nyata, tetapi kemungkinan besar orang
yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan
dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru walaupun ia sadar bahwa
kemungkinan salah pasti ada. Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara
menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dapat menumbuhkan keberanian dan
kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.
Rendahnya kemampuan keruangan dan percaya diri siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru matematika
kelas X SMA N 19 Medan menunjukkan bahwa 70% pembelajaran matematika

14

dikelas masih bersifat oriented-teacher, artinya pembelajaran yang terjadi masih
banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk pasif menerima informasi
pengetahuan dan keterampilan.
Guru hanya mencari kemudahan saja serta senantiasa dikejar oleh target
waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa, soal-soal yang di berikan oleh guru adalah
soal-soal yang ada di buku paket yang mengakibatkan siswa kurang memahami
terhadap masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata
yang ada di sekeliling siswa, serta contoh masalah yang diberikan tersebut terlebih
dahulu diselesaikan secara demonstrasi kemudian siswa diberikan soal sesuai
dengan contoh tersebut, guru masih beranggapan yang demikian dilakukan akan
meningkatkan kemampuan siswa padahal kebalikannya siswa hanya mencontoh
apa yang dikerjakan guru, karena dalam menyelesaikan soal tersebut siswa hanya
mengerjakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru tanpa perlu menggunakan
kemampuan sendiri dalam menyelesaikannya.
Fenomena proses pembelajaran guru di lapangan selama ini juga diperkuat
oleh Somerset dan Suryanto (Asikin, 2002) yang mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah
pembelajaran biasa yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau berdasarkan
kepada behaviourist dan structuralist. Guru hanya memilih cara yang paling
mudah dan praktis bagi dirinya, bukan memilih cara bagaimana membuat siswa
belajar,

sehingga

menyelesaikan

siswa

masalah.

kurang

menggunakan

Ruseffendi

(1991)

kemampuannya

mengatakan

dalam

sebagaimana

pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah sekarang ini kurang ditekankan

15

kepada penanaman konsep. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Hadi
(2005) sebagai berikut:
“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia
selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru
menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah
sementara siswa mencatatnya dibuku catatan. Guru dianggap berhasil
apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib
dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pegajaran
dianggap sebagai proses penyampain fakta-fakta kepada para siswa. Siswa
dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta,
dan mampu menyampaikan kembali fakta tersebut kepada orang lain, atau
menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri
merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada
siswa”.
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih
kurang bervariasi.
Lie (2010) mengemukakan bahwa :
“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai
pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar.
Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya
alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa
Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu
sama lain”.
Oleh karena itu, Lie (2010) mengemukakan bahwa :
“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan
mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa
4. Pendidik adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi
antara guru dan siswa”.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa
diperlukan suatu model pembelajaran yang mendukung. Salah satunya adalah
model pembelajaran Inkuiri. Model pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu

16

model yang didasarkan pada konsep pembelajaran konstruktivisme. Menurut
Sanjaya (2006), inquiry learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis yang ada.
Lebih lanjut menurut Hanafiah dan Suhana (2010), inquiry learning adalah
model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Artinya, bahwa dalam penerapan model inquiry learning siswa dituntut
melakukan eksplorasi diri secara maksimal.
Beberapa alasan dipilihnya model ini adalah karena langkah-langkah
pembelajaran Inkuiri yaitu menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh
informasi, mengumpulkan data dan menganalisis data serta membuat kesimpulan,
membuat siswa menjadi peran utama dalam proses pembelajarannya sehingga
siswa akan memahami konsep yang diprosesnya. Hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa
ketika memahami dimensi tiga. Dengan kata lain, pembelajaran Inkuiri sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan keruangan dan percaya diri siswa.
Dalam pembelajaran geometri yang dilakukan hanyalah memberikan
informasi mengenai banyaknya rusuk, banyaknya bidang, cara untuk mencari luas
dan cara untuk mencari volume tanpa mengajak anak untuk mengeksplorasi
bangun-bangun geometri bila diputar, dibalik dan dipandang dari sudut pandang
yang berbeda (Syahputra, 2011). Maka dari itu perlu digunakan media
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi yang
berkaitan dengan materi geometri. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

17

matematika, ditemukan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
masih minim menggunakan media. Adapun media yang digunakan guru berupa
media yang masih belum bisa menggambarkan objek matematika yang abstrak,
seperti power point serta kerangka bangun ruang.
Hal di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran yang terjadi tidak
menggunakan media pembelajaran yang mendukung pencapaian pemahaman
materi yang diajarkan. Apalagi geometri ruang yang menjelaskan keterkaitan
bagian antar ruang yang sangat abstrak untuk dibayangkan siswa. Media
pembelajaran yang biasa digunakan seperti kerangka bangun ruang pun bukan
menjadi solusi yang terbaik agar abstraknya objek geometri ruang itu dapat
dipahami oleh siswa.
Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat menyajikan
objek geometri ruang yang abstrak itu menjadi sesuatu yang dapat dilihat, diamati
dan lebih mudah dipahami siswa. Salah satu media inovatif yang dapat
menyajikan objek abstrak menjadi dapat dipahami dan diamati adalah software
komputer.

Penggunaan

software

komputer

dalam

pembelajaran

sangat

bermanfaat, misalnya dapat memperjelas penyampaian materi, membantu proses
perhitungan yang sulit, serta menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan
dapat menciptakan iklim belajar yang efektif untuk mengoptimalkan kemampuan
matematika siswa.
Salah satunya adalah media pembelajaran berbantuan komputer yang
mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi yang berkaitan dengan
materi geometri adalah GeoGebr

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN GEOGEBRA DI SD NEGERI 064036 MEDAN.

0 2 41

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA.

0 6 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI SMP AEKKANOPAN.

0 1 44

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMUDERA.

0 2 31

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DAN GEOGEBRA DI SMA FREE METHODIST MEDAN. TESIS. MEDAN.

4 39 42

PENINGKATAN PERCAYA DIRI DAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI Peningkatan Percaya Diri Dan Kemandirian Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Attention Relevance Confidence Satisfaction (ARCS) (PTK Pada Siswa

0 2 13

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN VISUAL THINKING SISWA SMP.

2 9 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN KONSEP DIRI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN GEOGEBRA - repository UPI T MAT 1207188 Title

0 1 4

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI BERBANTUAN AUDIOVISUAL

0 0 8

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN PERCAYA DIRI SISWA SMP MUHAMMADIYAH MAJENANG

0 0 17