PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI
MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DAN MODEL
PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN
SOFTWARE GEOGEBRA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

Hidayatsyah
8146172024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA UNIMED
MEDAN
2016


ABSTRAK
HIDAYATSYAH. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Software Geogebra dan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan software
Geogebra Tesis. Medan. 2016. Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitian ini di lakukan berdasarkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah
dan disposisi matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat (1) Apakah
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah berbantuan Software Geogebra lebih tinggi dari pada siswa yang
diajarkan dengan Pembelajaran Langsung berbantuan Softaware Geogebra; (2) Apakah
kemampuan disposisi matematis siswa yang diajarkan melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah berbantuan Software Geogebra lebih baik dari pada siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran
langsung berbantuan Software Geogebra; (3) Bagaimana proses
penyelesaian soal-soal yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah terkait dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah
berbantuan Software Geogebra dan Pembelajaran Langsung berbantuan Software
Geogebra.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Bunga Bangsa 6 Medan. Kelas Eksperimen diberi
perlakuan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software geogebra dan kelas
control diberi perlakuan model pembelajaran langsung berbantuan software geogebra.
Pada penelitian ini telah dikembangkan perangkat pembelajaran seperti Silabus,
RPP dan LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) tes kemampuan
pemecahan masalah; (2) Angket disposisi matematis siswa. Tes yang digunakan
berbentuk uraian. Tes dan angket yang digunakan telah dinyatakan valid dan reliabel.
Persamaan regresi di kelas Eksperimen adalah � = 43,31 + 0,76 � dan persamaan
regresi dikelas control adalah � = 37,96 + 0,61 � .
Analisis inferensial data dilakukan dengan menggunakan Analisis Kovarian
(ANAKOVA). Hasil penelitian yang di peroleh yaitu: (1) kemampuan pemecahan
masalah siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software
geogebra lebih tinggi dari pada siswa yang melalui model pembelajaran langsung
berbantuan software geogebra; (2) disposisi matematis siswa yang melalui model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan software geogebra lebih baik dari pada siswa
yang melalui model pembelajaran langsung berbantuan software geogebra; (3) proses
penyelesaian jawaban siswa pada kemampuan pemecahan masalah yang melalui
pembelajaran berbasis masalah berbantuan software geogebra lebih baik dari pada siswa
yang melalui pembelajaran langsung berbantuan software geogebra.


Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Langsung, Software
Geogebra, Pemecahan masalah, Disposisi Matematis

i

ABSTRACT
HIDAYATSYAH. Differences Problem Solving Ability and Disposition
Mathematical Students Through Problem Based Learning Model Aided Software
GeoGebra and Direct Learning Model Aided Software GeoGebra. Thesis. Medan.
2016. Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan (UNIMED).
This research was conducted by the low ability of Problem solving and
Mathematical disposition students. This study aims to look at (1) Is the mathematical
problem solving ability of students through Problem Based Learning Software aided
software GeoGebra higher than students by Direct Learning aided softaware GeoGebra;
2) Is the disposition of mathematical ability of students through Problem Based Learning
aided Software GeoGebra better than students by Direct Learning aided softaware
GeoGebra; (3) How is the process of resolving the problems that the students in solving
problems related to mathematical problem solving ability of students in Problem Based
Learning aided Software GeoGebra and Direct Learning aided Software GeoGebra.

This study is a quasi-experimental research. The population in this study were all
students of class VII SMP Bunga Bangsa 6 Medan. Class Experiments treated problem
based learning aided software GeoGebra and class control treated direct learning model
aided software GeoGebra
This study has been developed learning tools such as syllabus, lesson plans and
worksheets. The instrument used in this study are: (1) test problem solving ability; (2)
Questionnaire students' mathematical disposition. The tests used form of description.
Tests and questionnaires used have been declared valid and reliable. The regression
equation in the class experiment is � = 43,31 + 0,76 � and the regression equation is
the control class is � = 37,96 + 0,61 � ..
Inferential data analysis was performed using analysis of covariance (Anacova).
The research results obtained are: (1) problem solving ability of students through
problem-based learning model aided software GeoGebra higher than the students through
direct learning model aided software GeoGebra; (2) the disposition of mathematical
students through problem-based learning model aided software GeoGebra better than the
students through direct learning model aided software GeoGebra; (3) the process of
settlement of the students' answers on the problem solving capabilities through problembased learning aided software GeoGebra better than the students through direct learning
model aided software GeoGebra.

Keywords: Problem Based Learning, Direct Learning, Software GeoGebra,

Problem Solving, Mathematical Dispositions

ii

KATA PENGANTAR

‫بسم اه الرحمن الرحيم‬
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Perbedaan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Software Geogebra dan Model
Pembelajaran Langsung Berbantuan software Geogebra”. Shalawat beserta salam
penulis sanjungkan kepada hadirat Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa
risalah kepada ummatnya.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Dalam
proses penyusunan tesis banyak hal yang telah dilalui, diantaranya menghadapi
kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi
berbagai pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik.

Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan
semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan
dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.
Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.
Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

iii

1.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama
mengikuti perkuliahan dan memberikan saran dan kritik yang membangun
untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik, serta Bapak Dapot Tua
Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

2.


Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D selaku dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan masukan, bimbingan serta motivasi yang kuat dalam
penyusunan tesis ini kepada penulis.

3.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan
Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd., selaku Narasumber yang telah
banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis
ini.

4.

Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang

telah

memberikan


bantuan

dan

kesempatan

kepada

penulis

menyelesaikan tesis ini.
5.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna
kepada penulis selama menjalani pendidikan.

6.


Bapak Drs. Rasmat Hasibuan, SH, MA., selaku kepala Sekolah SMP Bunga
Bangsa 6 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian lapangan.

iv

7.

Ayahanda H. Syawirman Pulungan dan Ibunda Hj. Kasnidar Batubara,
Abangda Ilham Ahmad S.Kom., Kakak Nahdia Suhaila, S.Pd., serta adikadikku Ismed Riadi, SKM., Netria Suhada, SKM., Idrais Gunawan, SST.,
Indra Siddik, Indra Hermawan, Hanifah Sahuri yang telah memberikan rasa
kasih sayang, perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum
kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

8.

Adinda Elsida Aritonag, S.PdI, M.Pd.,

9.


Rekan-rekan saya di kelas Dikmat B2 serta sahabat seperjuangan angkatan
XXIII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta
bantuan lainnya kepada penulis.
Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan,
khususnya pendidikan matematika. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan,
Penulis,

Hidayatsyah
NIM. 8146172024

v

2016

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK..............................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................

i
iii
vi
viii
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................
1.3 Batasan Masalah ............................................................................
1.4 Rumusan Masalah..........................................................................
1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................
1.7 Defenisi Operasional .....................................................................

1
14
15
16
16
17
18

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika ..........................................
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah .........................................
2.2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah .......
2.2.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ..............................................................................
2.2.4 Teori yang Mendukung Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ..............................................................................
2.3 Masalah dalam Matematika ...........................................................
2.4 pembelajaran langsung ..................................................................
2.5 kemampuan pemecahan masalah...................................................
2.6 disposisi matematis ........................................................................
2.7 software geogebra ..........................................................................
2.8 Materi Transformasi Pada Software geogebra ..............................
2.9 Penelitian yang Relevan ................................................................
2.10 Kerangka Konseptual.....................................................................
2.11 Hipotesis Penelitian .......................................................................

30
32
36
38
40
43
47
50
52
57

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..............................................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................
3.3 Populasi dan Sampel Peneletian ....................................................
3.4 Desain Penelitian ...........................................................................
3.5 Variabel Penelitian.........................................................................
3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................
3.7 Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar ......................................
3.8 Prosedur Penelitian ........................................................................
3.9 Teknik Analisis Data .....................................................................

59
59
59
60
61
63
74
76
78

vi

21
23
24
28
29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN
4.1. Hasil penelitian ..............................................................................
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis .............................................................
4.1.2. Analisis Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Siswa .
4.1.3. Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis .............................................................
4.1.4. Analisis statistik angket disposisi matematis siswa ............
4.2. Pembahasan penelitian...................................................................
4.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis....................
4.2.2. Analisis Proses Jawaban Siswa..........................................
4.2.3. Disposisi Matematis Siswa Terhadap Matematika ............

109
123
124
124
129
130

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ........................................................................................
5.2. Saran ..............................................................................................

134
136

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

139

LAMPIRAN

vii

91
92
100

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1.
1.2.
2.1.
2.2.
3.1.
3.2.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.

Soal Kemampuan Pemecahan Masalah .........................................
Salah Satu Jawaban Siswa .............................................................
Tahap-tahap pemecahan masalah menurut G.Polya ......................
Tampilan Awal Geogebra ..............................................................
Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Bahan Ajar dan
Instrmen Penelitian ........................................................................
Prosedur Penelitian ........................................................................
persentase tingkat kemampuan awal pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas kontrol...............................................
persentase tingkat kemampuan akhir pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas kontrol...............................................
persentase tingkat kemampuan awal pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas eksperimen ........................................
persentase tingkat kemampuan akhir pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas eksperimen ........................................
salah satu jawaban siswa butir soal 1 Kelas eksperimen ...............
salah satu jawaban siswa butir soal 1 kelas kontrol.......................
salah satu jawaban siswa butir soal 2 Kelas eksperimen ...............
salah satu jawaban siswa butir soal 2 kelas kontrol.......................
salah satu jawaban siswa butir soal 3 Kelas eksperimen ...............
salah satu jawaban siswa butir soal 3 kelas kontrol.......................
salah satu jawaban siswa butir soal 4 Kelas eksperimen ...............
salah satu jawaban siswa butir soal 4 kelas kontrol.......................
hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol ........................................................

x

4
5
40
46
76
78
93
94
95
97
100
101
101
102
103
103
104
105
125

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah, memegang peranan
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan lulusan yang mampu bertindak
atas dasar pemikiran matematis yaitu secara logis, rasional, kritis, sistematis
dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari- hari atau dalam mempelajari
ilmu pengetahuan yang lain, oleh karena itu upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan pembelajaran matematika khususnya menjadi prioritas utama para
peneliti pendidikan.
Kemampuan berpikir matematis merupakan salah satu faktor yang harus
menjadi bahan penelitian, terutama kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi.
Karena dengan kemampuan tersebut siswa akan lebih mudah memahami
matematika dan akan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi diantaranya adalah kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan disposisi
matematis.
Adapun tujuan umum pembelajaran matematika yang telah disusun oleh
pemerintah yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yaitu agar
siswa memiliki kemampuan untuk:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah;

1

2

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika

dalam

membuat

generalisasi,

menyusun

bukti,

atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3. Pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh;
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ada dua

visi pembelajaran

matematika,

yaitu: 1) mengarahkan

pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep-konsep yang kemudian
diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan ilmu pengetahuan lainnya, dan 2)
mengarahkan ke- masa depan yang lebih luas yaitu matematika memberikan
kemampuan pemecahan masalah, sistimatik, kritis, cermat, bersifat objektif dan
terbuka. Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan
yang selalu berubah (Sumarmo, 2005:679).
Banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari karena
karekteristik matematika yang bersifat abstrak

sehingga siswa menganggap

matematika merupakan momok yang menakutkan, diperkuat oleh Sriyanto (2007)
yang menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai momok
menakutkan dan cenderung dianggap pelajaran yang sulit oleh sebahagian besar
siswa. Russefendi (1991) juga menambahkan matematika bagi anak-anak pada

3

umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu
yang sukar dan ruwet, serta Abdurrahman (2003: 202) mengatakan bahwa dari
berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih- lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu kemampuan yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika. NCTM (2000) menyatakan
bahwa pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar matematika
tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam
matematika. NCTM (2000) merinci gambaran kemampuan pemecahan masalah
yang harus dibangun siswa meliputi: 1) membangun pengetahuan matematika
baru sampai dapat memecahkan masalah, 2) memecahkan masalah- masalah yang
muncul pada matematika dan konteks lainnya, 3) menggunakan dan mengadaptasi
variasi dari strategi yang tepat untuk menyelesaikan masala h, 4) mengawasi dan
merefleksi proses dari Pemecahan Masalah.
Hasil tes PISA (2012) tentang matematika, siswa Indonesia berada pada
peringkat 64 dari 65 negara, dimana aspek yang dinilai adalah kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan ko munikasi, serta
kreativitas siswa. Senada dengan PISA, hasil Trends in International Mathematic
and Science Study (TIMSS) tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat ke-38
dari 42 negara peserta, dengan skor 386 dibawah skor rata-rata 500. Skor
Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Hal ini merupakan
indikator masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia.

4

Kenyataan lain juga menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa di Indonesia masih rendah, berdasarkan dari hasil penelitian
Atun (2006) mengatakan perolehan pretes untuk kemampuan pemecahan masalah
matematika pada kelas eksperimen mencapai rata-rata 25,84 atau 33,56% dari
skor ideal, begitu juga hasil penelitian Agustina (2011) mengungkapkan bahwa
perolehan pretes untuk kemampuan pemecahan belajar dari 32 siswa hanya 18
siswa saja yang tuntas belajar atau 56,25% dari jumlah siswa. Wardani (2002)
juga menyimpulkan bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah
matematika belum mencapai taraf ketuntasan belajar.
Kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih rendah juga nampak
berdasarkan observasi yang dilakukan Peneliti pada tanggal 16 November 2015
terhadap 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 di SMP Bunga Bangsa 6 Medan,
observasi dilakukan dengan memberikan soal untuk menguji kemampuan
pemecahan masalah siswa, adapun soalnya sebagai berikut :

Gambar 1.1. Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Icut dan Ipah merencanakan untuk pergi ke toko buku hari ini. Mereka
ingin membeli komik, bacaan kesukaan mereka. Harga

komik Naruto Icut

Rp.8.000,- lebih mahal dari komik doraemon Ipah. Jumlah harga komik mereka
Rp.40.000,-. Icut mempunyai uang Rp.120.000,-.

5

Pertanyaan:
a. Tuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal dengan
lengkap! Apakah data diatas cukup, kurang atau berlebihan untuk
mengetahui harga komik Naruto Icut? jelaskan jawabanmu!
b. Bagaimana cara menghitung harga komik Naruto Icut?
c. Berapakah harga komik Naruto yang dibeli Icut?
d. Apakah benar jika dijumlahkan harga komik Icut dan Ipah adalah
Rp.40.000,-?
Soal tersebut diberikan kepada 30 siswa, 11 diantaranya tidak menjawab
soal tersebut, 17 orang menjawab dengan jawaban

yang salah dan 2 orang

menjawab yang benar, dari hasilnya menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah rendah, dapat dilihat dari salah satu jawaban dibuat siswa sebagai
berikut:

Gambar 1.2 Salah Satu Jawaban Sis wa
Berdasarkan jawaban siswa tersebut menunjukkan banyak

siswa

mengalami kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, merumuskan apa

6

yang diketahui serta yang ditanyakan dari soal tersebut, merencanakan
penyelesaian soal tersebut serta proses perhitungan atau strategi penyelesain dari
jawaban yang dibuat siswa tidak benar juga siswa tidak memeriksa kembali
jawabannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah
perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran

matematika.

Soejadi (1991)

menyatakan bahwa dalam matematika kemampuan pemecahan masalah bagi
seseorang siswa akan membantu keberhasilan siswa tersebut dalam kehidupan
sehari- hari. Sagala (2009) juga menyatakan bahwa menerapkan pemecahan
masalah dalam proses pembelajaran penting, karena selain para siswa mencoba
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, mereka juga termotivasi untuk
bekerja keras. Diperkuat oleh Hudojo (1988) menyatakan bahwa pemecahan
masalah merupakan suatu hal yang sangat essensial didalam pengajaran
matematika, disebabkan (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang
relevan, kemudian menganalisanya dan akhirnya meneliti hasilnya, (2) kepuasan
intelektual akan timbul dari dalam, (3) potensi intelektual siswa meningkat.
Dalam Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 dikemukakan
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan dalam matematika, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yaitu :

(1) Sikap, memiliki

perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia; (2) Pengetahuan, memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,

7

seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab serta dampak

fenomena dan kejadian; (3)

Keterampilan, memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di
sekolah secara mandiri.
Sesuai dengan SKL Kurikulum 2013 di atas, pada pembelajaran matematika
siswa tidak sekedar belajar pengetahuan kognitif, namun dia diharapkan memiliki sikap
kritis dan cermat, obyektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa
ingin tahu, berpikir dan bertindak kreatif, serta senang belajar matematika. Sikap dan
kebiasaan berpikir seperti itu pada hakekatnya akan membentuk dan menumbuhkan
disposisi matematik (mathematical disposition) yaitu keinginan, kesadaran dan dedikasi
yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan
matematika (Sumarmo, 2013:55).

Disposisi

matematis

(mathematical disposition) berkaitan dengan

bagaimana siswa memandang dan menyelesaikan masalah, apakah percaya diri,
tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif
strategi penyelesaian masalah. Disposisi juga berkaitan dengan kecenderungan
siswa untuk merefleksi pemikiran

mereka sendiri (NCTM, 1991). Penilaian

disposisi matematis juga termuat dalam ranah afektif yang menjadi tujuan
pendidikan matematika yaitu “peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah” (BSNP, 2006:146).
NCTM (Sumarmo, 2010) mendefinikan disposisi matematis sebagai
ketertarikan dan apresiasi seseorang terhadap matematika, dalam arti yang lebih

8

luas disposisi matematis bukan hanya sebagai sikap saja tetapi juga sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi matematis adalah
keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar
matematika dan

melaksanakan berbagai kegiatan

matematika.

Disposisi

matematik siswa dikatakan baik jika siswa tersebut menyukai masalah-masalah
yang merupakan tantangan serta melibatkan dirinya secara langsung dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah matematika. Hal ini menunjukkan bahwa
betapa pentingnya disposisi matematis dalam pembelajaran matematika.
Kenyataannya, beberapa penelitian menunjukkan masih rendahnya
disposisi matematis siswa. Hasil penelitian Yuanari (2011) mengungkapkan,
100%

jumlah siswa mendapatkan skor angket disposisi matematis di bawah

kategori baik. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Kesumawati (2010)
menunjukkan bahwa skor rerata disposisi matematis 297 siswa pada empat SMP
di kota Palembang baru mencapai 58 persen, yangdi klasifikasikan pada kategori
rendah. Selain itu, dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih
dominan menggunkan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran ini, guru dipandang
sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima pengetahuan
tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran di kelas.
Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa
sebagaimana dijelaskan di atas.
Disposisi matematika siswa yang rendah juga terungkap berdasarkan
observasi Peneliti terhadap 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Bunga Bangsa 6
Medan pada tanggal 16 November 2015, dari data yang diperoleh peneliti
berdasarkan jawaban angket yang diisi oleh siswa-siswa tersebut menunjukkan

9

bahwa hampir sebagian siswa tidak menyukai matematika, tidak percaya diri
dalam menjawab soal matematika dan tidak memiliki kemauan yang tinggi dalam
belajar matematika. Oleh karena itu, disposisi matematis siswa merupakan suatu
hal yang harus ada dalam diri siswa yang berguna untuk meningkatkan prestasi
siswa dalam belajar matematika.
Sikap siswa selanjutnya terhadap matematika, umumnya ditentukan
pengalaman-pengalaman pertamanya dalam bidang matematika. Suatu kondisi
yang perlu untuk mengajar matematika adalah bahwa mengajar haruslah
didasarkan kepada bagaimana siswa dapat belajar secara efektif tanpa mencoba
memaksa siswa di luar tahap kemampuan intelektualnya (Hudojo, 2005:71).
Penentuan model dan pendekatan pembelajaran matematika merupakan
kunci awal sebagai usaha guru untuk meningkatkan daya matematika siswa.
Model atau pendekatan pembelajaran yang variatif dan menyediakan banyak
pilihan belajar memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diberi kesempatan berkembang sesuai dengan kapasitas,
gaya belajar, maupun pengalaman belajarnya
Banyak model inovatif yang sesuai dan disarankan pada kurikulum 2013
untuk dapat mengakomodasi pendekatan ilmiah yang menjadi inti standar proses
dari kurikulum 2013. Salah satu model tersebut adalah model Pembelajaran
Berbasis Masalah atau selama ini dikenal sebagai Problem Based Instruction
(PBI), model yang lazim dipakai oleh guru atau peneliti untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis. Menurut Arends
(1997), Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalaha n autentik dengan maksud

10

untuk membangun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan sikap
percaya diri.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri: pembelajaran
dimulai dengan pemberian masalah, masalah memiliki konteks dengan dunia
nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi
kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang
terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara guru lebih
banyak sebagai fasilitator, dengan demikian dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah guru tidak menyajikan konsep matematika dalam bentuk yang sudah
jadi, namun melalui kegiatan pemecahan masalah siswa diarahkan untuk
menemukan konsep sendiri (reinvention).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang
menjadikan masalah sebagai dasar bagi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Barrows (dalam Barret, 2005) dan Duch (2001) yang
menyatakan bahwa prinsip dasar yang mendukung konsep dari Pembelajaran
Berbasis Masalah sudah ada lebih dulu dari pendidikan formal itu sendiri, yaitu
bahwa pembelajaran dimulai dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau tekateki yang membuat siswa ingin memecahkannya. Sedangkan Roh (2003)
menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran di kelas
yang mengatur atau mengelola pembelajaran matematika di sekitar pemecahan
masalah dan memberikan kepada siswa kesempatan untuk berpikir secara kritis,
mengajukan ide kreatif mereka sendiri, dan mengkomunikasikan dengan
temannya secara matematis.

11

Lingkungan belajar dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
berbeda dengan lingkungan belajar Model Pembelajaran Langsung. Pembelajaran
Langsung

umumnya dipacu oleh konten materi (content-driven),

yang

menekankan konsep abstrak disertai contoh konkrit, beserta aplikasinya. Asesmen
lebih berfokus pada recall informasi dan fakta, sehingga siswa jarang dihadapkan
dengan pemahaman yang membutuhkan tingkatan kemampuan kognitif yang
lebih tinggi. Akibatnya, siswa hanya sebagai penerima pengetahuan yang pasif,
dan tanggung jawab pengajar hanya sebatas mengajarkan konten materi. Oleh
karena itu, Pembelajaran Langsung tidak mampu mengembangkan kemampuan
matematika siswa secara optimal, karena siswa cenderung mempelajari konsep
yang counterproductive dan tidak sesuai dengan hakekat matematika (Roh, 2003).
Selain faktor Model Pembelajaran, ada faktor lain yang juga dapat diduga
berkontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis
siswa yaitu tingkat kemampuan (atas, menengah, dan bawah). Menurut
Ruseffendi (dalam Saragih, 2007), setiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam memahami matematika, dari sekelompok siswa yang tidak dipilih
secara khusus, akan selalu kita jumpai siswa yang berkemampuan atas, menengah,
dan bawah. Oleh karena itu, model Pembelajaran Berbasis Masalah diduga dapat
mengakomodasi semua tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran aturan
perkalian, permutasi, kombinasi, dan ruang sampel untuk menelaah pemecahan
masalah matematis.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai upaya meningkatakan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Ahmad (2005) mengungkapkan bahwa

12

kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa yang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan
pembelajaran biasa. Sejalan dengan itu hasil penelitian Ibrahim (2011) pada
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah mancapai peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional untuk setiap kelompok kemampuan prasyarat
matematika siswa, terutama pada kelompok berkemampuan prasyarat matematika
tinggi.
Namun dalam prosesnya penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah masih menemui kendala seperti: masih ada siswa yang kesulitan
memahami masalah, siswa masih sulit dalam melakukan penyelidikan secara
individu ataupun kelompok untuk konsep konsep yang abstrak, serta siswa
mengalami kesulitan menentukan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Hal
ini sejalan dengan Sudiarta (2010:32) bahwa Model Pembelajaran Berbasis
Masalah, pada kenyataanya sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa persiapan,
baik dari segi perumusan masalah itu sendiri, tindakan guru untuk memfasilitas i
siswa, maupun pola pikir siswa yang efektif untuk dapat memecahkan masalah
matematika dengan baik. Untuk itu tindakan guru memfasilitasi siswa merupakan
hal yang sangan penting dan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Berkaca dari permasalahan tersebut salah satu tindakan yang dilakukan oleh guru
yang dirasa dapat mengatasi masalah dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang dirancang dengan bantuan
komputer.

13

Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan komputer merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan
siswa melakukan investigasi, meningkatkan kreativitas dan pemecahan masalah
yang mengintegrasikan keterampilan berpikir dan pemahaman konsep. Adapun
program komputer yang dapat digunakan begitu banyak dan beragam salah satu
program komputer atau Software adalah Geogebra. GeoGebra dikembangkan
oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Menurut Hohenwarter (2008),
GeoGebra adalah program komputer (software) untuk membelajarkan matematika
khsusunya kalkulus, geometri dan aljabar. GeoGebra adalah perangkat lunak
matematika dinamik (dynamic mathematics software/ DMS) yang dapat
membantu guru dalam pembelajaran Matematika di sekolah menengah ataupun
perguruan tinggi. GeoGebra merupakan open source software di bawah GNU
(General

Public

License)

dan

dapat

diperoleh

secara

gratis

di

www.GeoGebra.org.
GeoGebra jika digunakan sebagai alat bantu dalam pembuatan media
pembelajaran dapat menyajikan materi matematika yang bersifat abstrak menjadi
konkret karena menyediakan fitur- fitur yang mendukung dan sangat sesuai
untukmenyampaikan konsep-konsep matematika. Selain itu, dengan berbantuan
GeoGebra dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan dengan memanipulasi alat peraga tersebut sehingga dapat membangun
pengetahuan siswa serta mendorong siswa untuk memahami konsep.
Ditinjau dari tampilannya, software ini memang diperuntukkan untuk
kepentingan pembelajaran matematika. Tampilannya secara maksimal sudah
mengakomodasi representasi konsep

matematika

secara multimode

atau

14

multirepresentasi (Suweken, 2011). Ini terlihat dari adanya jendela untuk
rerpresentasi Aljabar (analitik), untuk representasi visual (grafis), dan representasi
numerik berupa spreadsheet. Jika kita mengubah posisi sebuah titik pada tampilan
grafis, maka perubahan tersebut akan tercermin pula pada tampilan numerik
dantampilan aljabar.

Keunggulan

inilah dapat

membantu siswa dalam

mempelajari objek-objek geometri yang bersifat abstrak.
Pemanfaatan media pembelajaran menggunakan software GeoGebra
memberikan proses balikan yang segera kepada siswa. Media yang diberikan ini
dipandang dapat sebagai stimulus. Perubahan apapun yang terjadi saat siswa
menggunakan media ini akan segera diberikan balikan oleh komputer. Dengan
adanya balikan langsung yang diberikan komputer saat menggunakan media
berbantuan GeoGebra membuat siswa juga akan memberikan respons sehingga
terjadilah proses belajar yang sejalan dengan Standar Proses Kurikulum 2013.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah yaitu :
1. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami matematika dan
memecahkan masalah matematika akibatnya rendahnya hasil belajar
siswa pada bidang matematika
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah
3. Kemampuan disposisi matematis siswa masih rendah
4. Pembelajaran Langsung yang dilaksanakan di sekolah selama ini belum
melibatkan partisipasi siswa

15

5. Proses dalam menyelesaikan soal-soal matematika di kelas belum
bervariasi
6. Pembelajaran Langsung yang selama ini digunakan guru belum mampu
mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan
memacu siswa untuk belajar serta belum mampu membantu siswa dalam
menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah
diatas, maka penelitian ini dibatasi agar lebih fokus. Masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh
Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Software geogera lebih
tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung
berbantuan geogebra
2. Peningkatan kemampuan disposisi matematis siswa yang memperoleh
Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Software geogera lebih
baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung
berbantuan geogebra
3. Proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada
model Pembelajaran Berbasis Masalah

16

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.

Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Software Geogebra
lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan Pembelajaran
Langsung berbantuan Softaware Geogebra?

2.

Apakah kemampuan disposisi matematis siswa yang diajarkan melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Software Geogebra lebih baik
dari pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung berbantuan
Software Geogebra?

3.

Bagaimana proses penyelesaian soal-soal yang dibuat siswa dalam
menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan
Software Geogebra dan Pembelajaran Langsung berbantuan Software
Geogebra?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajarkan melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah
berbantuan Software Geogebra lebih tinggi dari pada siswa yang
menggunakan model Pembelajaran Langsung berbantuan Software
Geogebra.

17

2. Untuk mengetahui apakah kemampuan disposisi matematis siswa yang
diajarkan melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan
Software Geogebra lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model
Pembelajaran Langsung berbantuan Software Geogebra.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat
siswa dalam menyelesaikan masalah mengenai kemampuan pemecahan
masalah siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Software
Geogebra dan Model Pembelajaran Langsung berbantuan Software
Geogebra.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah :
1. Bagi siswa
Diharapkan dengan adanya Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan
Software Geogebra bisa mengembangkan kemampuan siswa terhadap
pembelajaran matematika, hal ini karena dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah berbantuan Software Geogebra lebih menekankan siswa dalam
menyelesaikan masalah sehingga siswa menggunakan pola pikir tingkat
tinggi.
2. Bagi Guru matematika di sekolah
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dan disposisi matematis siswa juga sebagai bahan
masukan atau pertimbangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

18

3. Bagi Kepala Sekolah
Memberikan

izin

mengembangkan

dan

kewenangan

model- model

kepada

pembelajaran

setiap
untuk

guru

untuk

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa pada
khususnya dan hasil belajar siswa pada umumnya.
4. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan
melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa.
1.7 Defenisi Ope rasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah- istilah
yang terdapat dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan
siswa dalam menjawab masalah kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan pendapat POLYA yang terdiri dari kemampuan: (1)
memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah, (3)
menyelesaikan masalah, dan (4) melakukan evaluasi kembali.
2. Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang
kuat pada diri siswa untuk belajar dan melaksanakan berbagai kegiatan
matematika. Indikator untuk mengukur disposisi matematis adalah (1)
percaya diri dalam menggunakan matematika, (2) fleksibel dalam
melakukan kerja matematika (bermatematika), (3) gigih dan ulet dalam
mengerjakan tugas-tugas matematika, (4) memiliki rasa ingin tahu

19

dalam bermatematika, (5) melakukan refleksi terhadap cara berpikir
dan kinerja pada diri sendiri dalam belajar matematika, (6) menghargai
aplikasi

matematika,

dan

(7)

mengapresiasi

peranan

matematika/pendapat tentang matematika.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pola pembelajaran
dengan mengajukan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
mengacu kepada lima langkah pokok berdasarkan pendapat Arend
(2008), yaitu (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir
siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan individual ataupun
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
4. Pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang
bersifat teaching

center.

Menurut

Arends (2008;294)

model

pembelajaran langsung adalah salah satu model mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah.
5. Variabel penyerta
Variabel penyerta dalam penelitian adalah pretest yang merupakan
kemampuan awal matematika dengan materi prasyarat sebelum
diberikan materi transformasi.

20

6. GeoGebra
Pemanfaatan

GeoGebra

dalam

penelitian

ini

sebagai

alat

pembelajaran, digunakan untuk menjelaskan konsep matematika atau
dapat juga digunakan untuk eksplorasi, baik untuk ditayangkan oleh
guru di depan kelas atau siswa bereksplorasi menggunakan komputer
sendiri.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan penelitian
terhadap model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Software Geogebra
dan

model pembelajaran langsung berbantuan Software Geogebra dengan

menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi
matematis siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
yang signifikan antara siswa yang di ajar melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah berbantuan Software Geogebra dan siswa yang diajar dengan Model
Pembelajaran Langsung berbantuan Software Geogebra. Hal ini terlihat dari
hasil analisis kovarians (ANAKOVA) untuk nilai FHitung adalah 52,19 lebih
besar dari nilai FT abel(0,95,1,63) yaitu 3,99. Selain itu, berdasarkan hasil analisis
statistik persamaan regresi kemampuan pemecahan masalah matematis juga
menggambarkan nilai konstanta regresi untuk Model Pembelajaran Berbasis
Masalah berbantuan Software Geogebra yaitu 43,31 lebih besar dari konstanta
persamaan garis regresi linier kelas kontrol yaitu 37,96 maka secara geometris
garis regresi untuk kelas eksperimen berada diatas garis regresi kelas kontrol.
Hal ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan peningkatan yang signifikan,
dikarenakan perbedaan ketinggian dari kedua garis regresi yang dipengaruhi
oleh konstanta regresi. Ketinggian garis regresi menggamba rkan hasil belajar
siswa, yaitu pada saat X = 0 maka persamaan regresi untuk kemampuan

134

135

Pemecahan Masalah Matematis kelas eksperimen diperoleh Y = 43,31 dan
persamaan regresi kelas kontrol Y = 37,96.
2. Disposisi matematis siswa terhadap matematika yang mengikuti model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan disposisi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Hasil analisis data
disposisi matematis siswa dengan uji t menunjukkan bahwa nilai tHitung adalah
sebesar 6,49. Sedangkan nilai tT abel adalah sebesar 1,70 pada taraf signifikansi
5% (uji pihak kanan). Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa nilai tHitung > tT abel
yang berarti bahwa Ho ditolak.
3. Proses jawaban yang dibuat siswa melalui model Pembelajaran Berbasis
Masalah berbantuan Software Geogebra lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang memperoleh Pembelajaran Langsung berbantuan Software Geogebra. Hal
ini ditunjukkan dengan persentase tes kemampuan pemecahan masalah untuk
butir 1 siswa kelas eksperimen sebanyak 16 siswa atau sebesar 50% dari 32
siswa yang memenuhi kriteria menuliskan yang diketahui dengan lengkap,
langkah-langkah berurutan, penyelesaian benar dan pemeriksaan dilaksanakan
dengan lengkap, sedangkan siswa kelas kontrol hanya 3 siswa atau sebesar 9%
dari 32 siswa. Pada butir soal nomor 2 untuk siswa kelas eksperimen ada 12
siswa atau sebesar 38% dari 32 siswa yang memenuhi kriteria menuliskan yang
diketahui dengan lengkap, langkah- langkah berurutan, penyelesaian benar dan
pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap, sedangkan siswa kelas kontrol 3
siswa atau sebesar 9% dari 32 siswa.Kemudian, kriteria untuk butir soal nomor
3 dari siswa kelas eksperimen kriteria terbesar sebanyak 12 siswa atau sebesar

136

38% dari 32 siswa yang memenuhi rapi, langkah- langkah berurutan,
penyelesaian benar, sedangkan siswa kelas kontrol hanya 4 siswa atau sebesar
12,50% dari 32 siswa. Pada butir soal nomor 4 untuk siswa kelas eksperimen
terdapat 10 siswa atau sebesar 31,25% dari 32 siswa yang memenuhi kriteria
menuliskan yang diketahui dengan lengkap, langkah- langkah berurutan,
penyelesaian benar dan pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap, sedangkan
untuk siswa kelas kontrol hanya 3 siswa atau sebesar 9% dari 32 siswa.

5.2. Saran
Penelitian tentang perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
dan disposisi matematis siswa adalah merupakan upaya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah baik untuk
diterapkan pada kegiatan pembelajaran

matematika.

Untuk

itu peneliti

menyarankan beberapa hal berikut :
1.

Bagi guru matematika
a. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran
matematika yang menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dan
disposisi matematis siswa baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif
khususnya dalam mengajarkan materi transformasi.
b. Pada pelaksanaanya model pembelajaran berbasis masalah memerlukan
waktu yang lama oleh sebab itu agar model pembelajaran berbasis

137

masalah lebih efektif

diterapkan pada pembelajaran matematika,

sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar yang baik de ngan
daya dukung sistem pembelajaran yang baik (LAS, RPP, dan media yang
perlu untuk mendukung pembelajaran).
c. Model pembelajaran berbasis masalah sulit diterapkan apabila masalah
yang diajukan kurang sesuai. Oleh sebab itu, diharapkan guru perlu
menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan model
pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam
pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara
sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
2.

Kepada Lembaga terkait
a. Model p

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH DI SMA NEGERI 1 ACEH BARAT DAYA.

0 2 43

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PBL BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA NEGERI 3 LANGSA.

2 10 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DI MAN 1 MEDAN.

2 10 43

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 3 39

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI SMP AEKKANOPAN.

0 1 44

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE INKUIRI BERBANTUAN SOFTWARE ALGEBRATOR.

5 23 69

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBATUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 41

Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis Melalui Pembelajaran Grup Investigasi Berbantuan Geogebra Matakuliah Geometri Analitik

0 0 10

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK

0 0 10