PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

P E N E R A P A N M O D E L P E M B E L A J A R A N I N K U I R I U N T U K MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh :

Hotdinawati Sitinjak NIM. 4134111001

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2017


(2)

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Hotdinawati Sitinjak dilahirkan di Labuhan Batu pada 3 November 1988. Ayah bernama Mangatim Sitinjak dan Ibu bernama Purnama Situmorang, serta merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1994, penulis masuk SD Negeri 112189 Bilah Hilir dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Bilah Hilir dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis sekolah di SMA Negeri 1 Bilah Hilir dan lulus pada Tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara sebagai mahasiswa di jenjang diploma 3 dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus, penulis diterima bekerja sebagai Staff Quality Assurance Laboratorium di salah satu perusahaan swasta, PT. CCI Bintan di Kepulauan Riau. Penulis mengundurkan diri dari Perusahaan tersebut dan melanjutkan kuliah untuk mencapai gelar sarjana dan menjadi mahasiswa transfer pada tahun 2013 di Jurusan Matematika Program studi Pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(4)

iii

P E N E R A P A N M O D E L P E M B E L A J A R A N I N K U I R I U N T U K MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017

Hotdinawati Sitinjak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada materi Perbandingan di kelas VII SMP Negeri 4 Medan T.A 2016/2017.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-5 SMP Negeri 4 Medan yang berjumlah 37 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Inkuiri pada materi pokok Perbandingan di kelas VII SMP Negeri 4 Medan T.A 2016/2017. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing – masing terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil dari PTK ini merupakan tindakan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes awal yaitu 5 dari 33 orang siswa (15,15 %) dengan rata – rata kelas 43,94. Hasil analisis data pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran Inkuiri menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 29 siswa dari 37 orang siswa (78,4%) dengan rata – rata kelas 71,08. Hasil analisis data pada siklus II dengan model pembelajaran Inkuiri menunujukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 32 siswa dari 37 orang siswa ( 86,5%) dengan rata – rata kelas 79,73. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan kuasaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Perbandingan di Kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan , arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Dr. Kms. Amin Fauzi, M.Pd, dan Ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai perencanaan penelitian ini sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr.Syawal Gultom selaku rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edi Surya , M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs.Yasifati Hia, M.Si selaku sekretaris jurusan matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Nurhalimah Sibuea, S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 4 Medan, Ibu Warni Siregar selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 4 Medan, guru, staf dan siswa- siswi SMP Negeri 4 Medan yang namanya tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala arahan, bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.


(6)

v

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda (Alm) Mangatim Sitinjak dan Ibunda Purnama Situmorang serta untuk kakak-kakak dan abang-abang tersayang, Evelin, serta semua keponakan yang telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat, doa dan materi sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat tersayang Rani Sugesti Syafputri yang selama ini menjadi sahabat yang luar biasa bagi penulis dan menjadi teman seperjuangan selama perkuliahan bahkan penyusunan skripsi hingga wisuda serta rekan – rekan seperjuangan sebagai mahasiswa transfer yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini juga kepada seluruh kelas yang telah menjadi teman-teman dalam belajar Kelas Dik A 2012, Dik C 2012, Ekstensi A 2012, Dik A 2013, Dik B 2013, Dik C 2013, Dik B 2014 Pendidikan Matematika.

Demikian halnya penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Bapak Gembala, Pdt. Gideon Morris Munthe selaku gembala sidang GKII dan semua keluarga yang sudah memberi makanan rohani bagi saya, Ka Peggy selaku pemimpin PWMC yang sudah memuridkan kami, Pak Fernando Hutabarat sebagai Pemimpin Sektor, Bang Doni sebagai PKS, Ka Lisda sahabat saya serta semua teman sepelayanan Team PWMC yang sudah mendukung dan mendoakan saya dalam penyusunan skripsi ini dan bang Benhil yang selalu mendukung saya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini ,namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurna nya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2017 Penulis,

Hotdinawati Sitinjak NIM. 4134111001


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Grafik xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 10

1.3. Batasan Masalah 11

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 11

1.6. Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1 Pemecahan Masalah dalam Matematika 13 2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 19

2.1.3 Model Pembelajaran 20

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran 20 2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri 21

2.1.4.1 Defenisi Inkuiri 21

2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri 23 2.1.4.3 Prinsip-prinsip Penggunaan Inkuiri 23 2.1.4.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Inkuiri 24 2.1.4.5 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Inkuiri 26

2.1.4.6 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Inkuiri 27 2.1.5 Materi Perbandingan dan Skala 28 2.2. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri pada Materi Perbandingan 36

2.3. Kerangka Konseptual 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.1.1 Lokasi Penelitian 39

3.1.2 Waktu Penelitian 39


(8)

vii

3.2.1 Subjek Penelitian 39

3.2.2 Objek Penelitian 39

3.3 Jenis Penelitian 39

3.4 Prosedur Penelitian 40

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 52 3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 52

3.5.2 Observasi 53

3.5.3 Wawancara 53

3.5.4 Dokumentasi 53

3.6 Teknik Analisis Data 54

3.6.1 Reduksi Data 54

3.6.2 Paparan Data 54

3.6.3 Simpulan Data 55

3.6.3.1 Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Melalui Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 55 3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 59

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 59

4.1.1.1 Tahap Permasalahan I 59

4.1.1.2 Tahap Perenanaan Tindakan I 62 4.1.1.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 63

4.1.1.4 Observasi I 67

4.1.1.4.1 Deskripsi Hasil Observasi I 67

4.1.1.5 Analisis Data I 73

4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa I 74

4.1.1.6 Refleksi I 80

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus II 84 4.1.2.1 Tahap Permasalahan II 84 4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan I I 85 4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 86

4.1.2.4 Observasi II 91

4.1.2.4.1 Deskripsi Hasil Observasi II 91

4.1.2.5 Analisis Data II 97

4.1.2.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa II 97

4.1.2.6 Refleksi II 104

4.2 Temuan Penelitian 107

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 111


(9)

viii

DAFTAR PUSTAKA 114


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Analisis dan Persentase Kesulitan Siswa pada Setiap Aspek 4 Tabel 2.1 Keterkaitan antara Tahapan Pembelajaran dengan Inkuiri dan

Tahapan Kemampuan yang dikembangkan 36 Tabel 3.1 Upaya Perbaikan Permasalahan pada Siklus I 48

Tabel 3.2 Rubrik Penskoran 37

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan 56 Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kemampuan Guru (Peneliti) dalam Proses

Pembelajaran 57

Tabel 4.1 Persentase KPM Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 4

Medan Berdasarkan Langkah-langkah Pemecahan Masalah

pada Tes Kemampuan Awal 60

Tabel 4.2 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM I) 74 Tabel 4.3 Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada TKPM I 77 Tabel 4.4 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah

pada TKPM I 77

Tabel 4.5 Kemampuan Siswa Melaksanakan Penyelesaian Masalah

pada TKPM I 78

Tabel 4.6 Kemampuan Siswa Memeriksa Penyelesaian Masalah pada

TKPM I 79

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Refleksi Siklus I 82 Tabel 4.8 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM II) 97 Tabel 4.9 Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada TKPM II 100 Tabel 4.10 Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian Masalah

pada TKPM II 100

Tabel 4.11 Kemampuan Siswa Melaksanakan Penyelesaian Masalah

pada TKPM II 101

Tabel 4.12 Kemampuan Siswa Memeriksa Penyelesaian Masalah

pada TKPM II 102

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian 104 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Refleksi Siklus II 106


(12)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Persentase Penguasaan Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Kelas VII-5 Berdasarkan Tes Kemampuan Awal 61 Diagram 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan

Masalah I 79

Diagram 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 80 Diagram 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 102 Diagram 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan

Masalah II 103

Diagram 4.6 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 103 Diagram 4.7 Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Belajar pada Siklus I dan II 105


(13)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 116 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 124 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 130 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 138 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 145 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 151 Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 157 Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 166 Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 172 Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 176 Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 180 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 185

Lampiran 13 Lembar Validator 189

Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 190 Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 193

Lampiran 16 Tes Kemampuan Awal 196

Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 198 Lampiran 18 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 200 Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal 202 Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 205 Lampiran 21 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 211 Lampiran 22 Rubrik Penskoran Tes Awal dan Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah 217

Lampiran 23 Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Siswa 218 Lampiran 24 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I 220 Lampiran 25 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II 223 Lampiran 26 Daftar Nama Siswa kelas VII-5 226 Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus I) 227 Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II) 230 Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Siswa 233


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Sekolah adalah salah satu lembaga untuk mendapatkan pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Trianto (2010: 1) bahwa:

Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Sanjaya (2006: 2) menyatakan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Pendidikan nasional adalah usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berahlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang dilaksanakan harus mampu menolong siswa dalam menyelesaikan masalahnya di masa depan mendatang, sebagaimana dinyatakan oleh Trianto (2010: 1-2) bahwa:

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetisi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seorang siswa harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena siswa tersebut harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.


(16)

2

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu menguasai pelajaran matematika. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2). Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5). Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6). Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Begitu juga Indonesia memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah mengatur standar proses dan standar isi mengenai pengajaran matematika. Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP oleh Depdiknas (dalam http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/ kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu menguasai pelajaran matematika. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.


(17)

3

Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan.

Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya, karena banyaknya siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2012:202) bahwa “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2009: 257) mengemukakan bahwa: “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sedangkan untuk penerapannya pada soal masih kurang. Siswa hanya berorientasi pada penggunaan rumus dan menghitung. Mengakibatkan mereka akan kesulitan ketika menemui soal yang membutuhkan penalaran dan kemampuan pemecahan masalah matematika seperti pada materi perbandingan. Para siswa akan sangat mudah menghitung menggunakan rumus yang mereka hafal, namun untuk mengarahkan soal pada tahap-tahap pemecahan masalah matematikanya masih sangat sulit. Seperti yang dikemukakan Trianto (2010: 6) “ kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siwa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya”.


(18)

4

Suherman, dkk (2003: 89) juga menyatakan bahwa:

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama. Padahal, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika di Sekolah.

Demikian halnya juga ditemukan di SMP Negeri 4 Medan, Tes di kelas VII pada tanggal 30 April 2016, dari 5 buah soal yang peneliti berikan kepada 33 siswa, yang mengikuti tes hanya sebanyak 5 siswa yang berhasil tuntas di atas kriteria indikator keberhasilan tes kemampuan pemecahan masalah yakni 65% dari skor maksimal. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa adalah 43,94. Diambil kesimpulan, kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada materi Perbandingan masih sangat rendah.

Berdasarkan tes yang diberikan mengenai materi perbandingan, ditemukan empat aspek yang menjadi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah seperti pada tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1 Analisis dan Persentase Kesulitan Siswa pada Setiap Aspek Aspek Kesulitan Siswa Analisis Kesulitan Persentase

Kesulitan 1. Memahami masalah - Siswa cenderung sulit

menentukan hal yang diketahui dan tidak diketahui.

- Siswa sulit mengubah soal cerita ke dalam bentuk model

matematika

- Siswa menulis yang diketahui tetapi tidak menuliskan yang ditanya dengan benar dan tidak lengkap, sehingga siswa salah dalam menyelesaikan soal

46,97%

2. Merencanakan cara penyelesaian

- Siswa cenderung tidak merencanakan cara untuk menyelesaikan suatu masalah - Siswa menuliskan

langkah-langkah penyelesaian dengan rumus yang tidak relevan dengan


(19)

5

masalah yang diajukan. 3. Melaksanakan

perencanaan soal pemecahan masalah

- Siswa sering melakukan kesalahan dalam perhitungan - Siswa menggunakan

langkah-langkah penyelesaian yang mengarah ke solusi yang benar tetapi tidak lengkap dan hasil akhirnya salah.

57,17%

4. Memeriksa kembali dengan membuat kesimpulan

- Siswa tidak melakukan pemeriksaan keseluruhan dari langkah-langkah yang telah dikerjakan

- Tidak membuat kesimpulan dari jawaban.

73,94%

Wawancara yang dilaksanakan pada 30 April 2016 di SMP Negeri 4 Medan kepada salah seorang guru matematika di kelas VII yaitu Ibu Warni menyatakan banyak siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal pada materi Perbandingan. Ketika mengerjakan soal, kebanyakan siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan pertama kali dan siswa juga sulit bagaimana cara membandingkan, apa yang dilakukan dalam pemecahan masalah dalam menjawab soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Perbandingan, disamping itu juga dipengaruhi karena siswa cenderung menghafal dan bukan memahami konsep materi, sehingga ketika materi pelajaran berlalu, demikian juga pemahaman siswa terhadap materi akan berlalu. Siswa juga meggunakan Buku Paket yang menjadi sumber belajar siswa, siswa tidak menggunakan referensi lain. Hal ini mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah yang rendah.

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Sebagaimana diungkapkan oleh Slameto (2010:65) bahwa ”Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula”. Demikian juga dikemukakan oleh Trianto (2010: 104) bahwa:


(20)

6

Hasil penelitian yang menunjukkan permasalahan dalam pembelajaran di kelas: Pertama, kebanyakan murid lebih tertarik dan prestasi mereka dalam matematika, sains, dan bahasa meningkat secara dramatis ketika dibantu untuk membuat hubungan diantara informasi baru (knowledge) dan pengetahuan/ pengalaman yang telah dimiliki. Kedua, kebanyakan murid belajar lebih banyak secara efisien ketika mereka diperbolehkan untuk bekerja secara kooperatif dengan murid lain di dalam sebuah kelompok.

Paradigma mengajar juga harus disesuaikan dengan era modern sekarang ini sebagaimana diungkapkan oleh Fathurrohman (2015: 13-14) bahwa:

Pada era modern, perspektif mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal tersebut disebabkan tiga alasan penting yakni peserta didik bukan orang dewasa dalam bentuk mini, melainkan mereka adalah organisme yang sedang berkembang; ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan; serta penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep tingkah laku manusia. Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran menjadi mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.

Berkaitan dengan hal di atas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran khususnya matematika dengan cara konvensional. Tidak ada variasi dalam model atau metode yang dibawakan sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika.

Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa meskipun telah lama kita menyadari bahwa belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Proses pembelajaran masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru. Efektifitas peserta didik dapat dikatakan mendengarkan penjelasan guru dan


(21)

7

mencatat hal-hal yang dianggap penting. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 65) bahwa:

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode – metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Komaruddin (dalam Trianto, 2010:8) yaitu:

Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Menyadari hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari khususnya materi perbandingan. Model pembelajaran Inkuiri dapat dijadikan alternatif yang diharapkan yang dapat membuat siswa aktif dan bermakna dalam belajar matematika.

Fathurrohman (2015: 104) juga menjelaskan bahwa:

Inkuiri bertujuan memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif. Tujuan dalam model Inkuiri menurut Bruner adalah hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi seseorang problem solver, seorang saintis, ahli sejarah, penemu, atau ahli matematika.Pembelajaran ini merupakan pendekatan yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa sehingga dalam proses belajar siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Trianto (2010: 114) mengemukakan Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang


(22)

8

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun makna yang diajarkannya.

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di Taiwan juga menerapkan pembelajaran inkuiri sperti dinyatakan oleh Pi-Hsia Wang, dkk (2013) bahwa:

“Moreover, perception of the difficulty of learning also decreased significantly. These results demonstrate that inquiry-based instruction can enhance students’ interest in learning science. Moreover, students’ skills can also be considerably improved by inquiry-based instruction”.

Dalam jurnal tersebut dinyatakan persepsi terhadap kesulitan belajar berkurang secara signifikan. Hasil ini menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat mengubah siswa untuk lebih tertarik dalam pembelajaran pengetahuan. Lebih dari itu, keterampilan juga dapat diperbaharui dengan belajar menggunakan model inkuiri.

Demikian halnya dalam Jiří Dostál (2015) menyatakan bahwa:

“The inquiry-based instruction is an activity of a teacher and a pupil that is focused on the development of the knowledge, skills and attitudes based on the active and relatively individual cognition of the reality by the pupil who learns on his/her own how to explore and explores”.

Ia menyatakan bahwa pembelajara berbasis inkuiri adalah sebuah aktivitas guru dan siswa yang fokus terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap berdasarkan kepada aktivitas kognitif individu dan kenyataan bahwa siswa mau belajar dan mengeksplor pengetahuannya sendiri.

Lebih dari itu, penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mampu menukar cara belajar siswa. Siswa mampu belajar lebih tinggi dari sebelumnya dengan mengerjakan kerja proyek. Siswa dalam pembelajaran inkuiri mampu bertanggung jawab dan terpercaya dalam pekerjaan mereka masing-masing seperti dikutip dari Caitriona Rooney (2009) sebagai berikut:

“Inquiry-based learning changed the way that my students learn mathematics. There was clear evidence of higher order thinking in their project work. They were engaged, self-directed and took responsibility and accountability for their own work”.

Menurut Muhibbin Syah (dalam Fathurrohman, 2015:109) menyatakan beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar secara umum sebagai berikut:


(23)

9

1. Stimulation (stimulasi pemberian rangsangan) atau orientasi 2. Problem statement(pernyataan/ identifikasi masalah) 3. Data collection (pengumpulan data)

4. Data processing(pengolahan data) 5. Verification (pembuktian)

6. Generalitation(menarik kesimpulan/ generalisasi)

Model pengajaran inkuiri memiliki tujuan dan manfaat dalam peningkatan kreativitas belajar siswa seperti dikemukakan oleh Moh Uzer Usman, dkk (dalam Istarani, 2012: 133) diantaranya adalah:

1. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok.

Berdasarkan penelitian mengenai pembelajaran dengan metode inkuiri dan pemecahan masalah matematika telah banyak dilakukan diantaranya oleh Windari, dkk (2014) menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Standar deviasi kelas eksperimen lebih rendah dari standar deviasi kelas kontrol. Artinya, penyebaran data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih sedikit dari pada kelas kontrol. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika dilihat dari keragaman data masing-masing kelas, maka kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas eksperimen hampir seragam bila dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas kontrol. Skor tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini juga menunjukkan kemampuan siswa dalam memahami masalah di kedua kelas sampel sangat baik. Tetapi untuk indikator berikutnya yaitu merencanakan dan menyelesaikan perencanaan terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Demikian juga halnya penelitian yang dilakukan oleh Meidawati (2014) menyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis


(24)

10

siswa SMP dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada kelas eksperimen dibanding dengan kelas kontrol dimana kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 73,23 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 66,63.

Model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa untuk menemukan sesuatu. Siswa menemukan perbandingan dua besaran atau lebih, menemukan skala suatu peta atau menentukan suatu proporsi pada materi Perbandingan dengan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Materi Perbandingan merupakan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, banyak hal-hal yang bisa ditemukan oleh siswa dengan model inkuiri. Proses menemukan pemahaman mengenai perbandingan tersebut diperlukan prinsip-prinsip inkuiri yakni berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya dan prinsip belajar untuk berpikir.

Berdasarkan masalah dan studi pustaka di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Perbandingan di Kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017

2. Kesulitan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

3. Siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 cenderung menghafal rumus matematika namun sulit mengarahkan kepada pemecahan masalah

4. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 pada materi Perbandingan.


(25)

11

5. Kurangnya keterlibatan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam proses belajar mengajar.

6. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi matematika kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 masih berorientasi pada guru sehingga kurang mendorong aktivitas siswa yang diajar dalam mengikutinya.

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sehingga terfokus dan spesifik maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran Inkuiri pada materi Perbandingan di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran Inkuiri untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Perbandingan di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah yang diteliti di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran Inkuiri untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi Perbandingan di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.


(26)

12

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar sebagai berikut:

1. Bagi siswa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan pada pembelajaran matematika khususnya pada materi Perbandingan.

2. Bagi guru sebagai bahan masukan bagi guru di SMP Negeri 4 Medan untuk dapat memahami dan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dalam proses pembelajaran matematika.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Negeri 4 Medan.

4. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, karena sesuai dengan profesi yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

5. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis selanjutnya.


(27)

111 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan dengan:

a. Menumbuhkan semangat belajar siswa dan mengaitkan manfaat mempelajari Perbandingan dalam kehidupan sehari – hari.

b. Menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah lebih jelas serta mengulang kembali penjelasan jika ada siswa yang belum mengerti. c. Membagi kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 orang sehingga

diskusi lebih efektif dan membagi kelompok menjadi 2 bagian yakni kelompok bernomor ganjil dan genap dimana masing-masing kelompok mengerjakan pilihan soal yang sama dan tambahan soal yang berbeda sehingga semua siswa aktif dan terdorong memperhatikan hasil presentasi kelompok lain dalam tahapan presentasi selanjutnya

d. Mengupayakan agar siswa aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya dengan cara berkeliling kelas dan membimbing kelompok untuk mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan lalu mendatanginya dengan menjelaskan apa yang kurang dipahami menjawab pertanyaan siswa.

e. Mengarahkan siswa untuk menyusun rencana strategi pemecahan masalah. Dengan membuat variabel untuk hal-hal yang diketahui dan ditanya dan terakhir menentukan prosedur penyelesaian masalah. f. Melakukan pendekatan langsung kepada siswa yang bermasalah baik

di dalam maupun di luar kelas.

g. Mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dan memberikan bantuan terbatas


(28)

112

h. Meminta satu kelompok untuk menampilkan jawaban yang menurut mereka paling benar

i. Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, jika tidak ada tanggapan maka guru berhak menunjuk siswa yang menanggapi sehingga semua siswa fokus pada hasil diskusi kelompok

j. Memberi nilai tambah bagi siswa yang maju mempresentasikan hasil diskusinya, bagi siswa yang bertanya maupun bagi siswa yang memberi tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji. Hal ini bertujuan agar berpartisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.

k. Guru memberikan reward bagi siswa yang mampu menyelesaikan soal yang diberikan sehingga diharapkan semakin memicu semangat siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat dilihat dari: nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah I diperoleh nilai rata-rata siswa 71,08 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 29 orang siswa dari 37 siswa atau 78,4% dan belum mencapai ketuntasan klasikal. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata meningkat menjadi 79.73 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 32 orang siswa dari 37 orang siswa atau (86,5%).

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran Inkuiri dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pembelajaran Inkuiri juga dapat mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika atau menyelesaikan pemecahan masalah


(29)

113

2. Model pembelajaran Inkuiri dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 3. Penerapan model Inkuiri membutuhkan ketelitian dan daya nalar untuk

menyelesaikan masalah sehingga jika diperlukan guru harus mampu memberikan apersepsi atau stimulus atau pertanyaan yang membuat siswa berpikir untuk menyelesaikannya sehingga siswa mampu melanjutkan penyelesaian masalah ke tahapan selanjutnya.

4. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri sebaiknya didukung dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelompok.


(30)

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S., dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Arifin, Z. 2009.Evaluasi Pembelajaran remaja. Rosdakarya: Bandung.

Dostal, J. 2015.The definition of the term “Inquiry-based instruction”.

International Journal of Instruction Vol. 8 No.2. e-ISSN: 1308-1470 p-ISSN: 1694-609X

Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan.Ar-Ruzz Media: Jakarta.

Fatimah, Heni N. 2015. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Perbandingan Dan Skala Di Kelas VII Di MTS Negeri Model Limboto. Skripsi, FMIPA. Universitas Negeri Gorontalo: Gorontalo.

FMIPA Unimed. 2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Unimed: Medan.

Firdaus, A. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23 (diakses April 2016).

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang.UM PRESS: Malang.

Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada: Medan.

Masbied. 2011. Modul Matematika Teori Belajar Polya. http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-polya.pdf (diakses September 2016)

Meidawati, Y. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2. artikel 1.

Rooney, C. 2009.How am I using inquiry-based learning to improve my practice and to encourage higher order thinking among my students of mathematics?. Educational Journal of Living Theories. Vol. 5. No. 2. ISSN 2009-1788.


(31)

115

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Suherman, E., dkk. 2003.Common textbook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi.Rineka Cipta: Jakarta.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud: Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Wang, P. dkk. 2013. The Learning Effectiveness of Inquiry-based Instrution among Vocational High School Students. Educational Research International.Vol.2 No.2. ISSN-L: 2307-3713, ISSN: 2307-3721.

Windari, F, dkk. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3 No. 2. 25-28.


(1)

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri di kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar sebagai berikut:

1. Bagi siswa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan pada pembelajaran matematika khususnya pada materi Perbandingan.

2. Bagi guru sebagai bahan masukan bagi guru di SMP Negeri 4 Medan untuk dapat memahami dan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dalam proses pembelajaran matematika.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran matematika di SMP Negeri 4 Medan.

4. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, karena sesuai dengan profesi yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

5. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis selanjutnya.


(2)

111

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan dengan:

a. Menumbuhkan semangat belajar siswa dan mengaitkan manfaat mempelajari Perbandingan dalam kehidupan sehari – hari.

b. Menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah lebih jelas serta mengulang kembali penjelasan jika ada siswa yang belum mengerti. c. Membagi kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 orang sehingga

diskusi lebih efektif dan membagi kelompok menjadi 2 bagian yakni kelompok bernomor ganjil dan genap dimana masing-masing kelompok mengerjakan pilihan soal yang sama dan tambahan soal yang berbeda sehingga semua siswa aktif dan terdorong memperhatikan hasil presentasi kelompok lain dalam tahapan presentasi selanjutnya

d. Mengupayakan agar siswa aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya dengan cara berkeliling kelas dan membimbing kelompok untuk mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan lalu mendatanginya dengan menjelaskan apa yang kurang dipahami menjawab pertanyaan siswa.

e. Mengarahkan siswa untuk menyusun rencana strategi pemecahan masalah. Dengan membuat variabel untuk hal-hal yang diketahui dan ditanya dan terakhir menentukan prosedur penyelesaian masalah. f. Melakukan pendekatan langsung kepada siswa yang bermasalah baik

di dalam maupun di luar kelas.

g. Mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dan memberikan bantuan terbatas


(3)

h. Meminta satu kelompok untuk menampilkan jawaban yang menurut mereka paling benar

i. Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, jika tidak ada tanggapan maka guru berhak menunjuk siswa yang menanggapi sehingga semua siswa fokus pada hasil diskusi kelompok

j. Memberi nilai tambah bagi siswa yang maju mempresentasikan hasil diskusinya, bagi siswa yang bertanya maupun bagi siswa yang memberi tanggapan terhadap presentasi kelompok penyaji. Hal ini bertujuan agar berpartisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.

k. Guru memberikan reward bagi siswa yang mampu menyelesaikan soal yang diberikan sehingga diharapkan semakin memicu semangat siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat dilihat dari: nilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah I diperoleh nilai rata-rata siswa 71,08 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 29 orang siswa dari 37 siswa atau 78,4% dan belum mencapai ketuntasan klasikal. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata meningkat menjadi 79.73 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 32 orang siswa dari 37 orang siswa atau (86,5%).

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran Inkuiri dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pembelajaran Inkuiri juga dapat mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika atau menyelesaikan pemecahan masalah


(4)

2. Model pembelajaran Inkuiri dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 3. Penerapan model Inkuiri membutuhkan ketelitian dan daya nalar untuk

menyelesaikan masalah sehingga jika diperlukan guru harus mampu memberikan apersepsi atau stimulus atau pertanyaan yang membuat siswa berpikir untuk menyelesaikannya sehingga siswa mampu melanjutkan penyelesaian masalah ke tahapan selanjutnya.

4. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri sebaiknya didukung dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelompok.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S., dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta. Arifin, Z. 2009.Evaluasi Pembelajaran remaja. Rosdakarya: Bandung. Dostal, J. 2015.The definition of the term “Inquiry-based instruction”.

International Journal of Instruction Vol. 8 No.2. e-ISSN: 1308-1470 p-ISSN: 1694-609X

Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain

Pembelajaran yang Menyenangkan.Ar-Ruzz Media: Jakarta.

Fatimah, Heni N. 2015. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Materi Perbandingan Dan Skala Di Kelas VII Di MTS

Negeri Model Limboto. Skripsi, FMIPA. Universitas Negeri Gorontalo: Gorontalo.

FMIPA Unimed. 2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Unimed: Medan.

Firdaus, A. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23 (diakses April 2016).

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,

Universitas Negeri Malang.UM PRESS: Malang.

Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada: Medan.

Masbied. 2011. Modul Matematika Teori Belajar Polya. http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-polya.pdf (diakses September 2016)

Meidawati, Y. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 2. artikel 1. Rooney, C. 2009.How am I using inquiry-based learning to improve my practice

and to encourage higher order thinking among my students of

mathematics?. Educational Journal of Living Theories. Vol. 5. No. 2.


(6)

Suherman, E., dkk. 2003.Common textbook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi.Rineka Cipta: Jakarta.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud: Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana

Prenada Media Group: Jakarta.

Wang, P. dkk. 2013. The Learning Effectiveness of Inquiry-based Instrution

among Vocational High School Students. Educational Research

International.Vol.2 No.2. ISSN-L: 2307-3713, ISSN: 2307-3721.

Windari, F, dkk. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Padang Tahun Pelajaran

2013/2014 dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri. Jurnal