PERANAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MELESTARIKAN BUDAYA SUKU KARO DI KECAMATAN KABANJAHE.

(1)

PERANAN GEREJA BATAK KARO

PROTESTAN DALAMMEMPERTAHANKAN

DAN MELESTARIKAN BUDAYA SUKU KARO

DI KECAMATAN KABANJAHE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

WILLIAM CHANDRA GINTING

NIM. 3103122059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

WILLIAM CHANDRA GINTING, NIM : 3103122059, PERANAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN DALAM MEMPERTAHANKAN DAN MELESTARIKAN BUDAYA SUKU KARO DI KECAMATAN KABANJAHE. FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan pelestarian budaya, suku Karo yang menjadi jemaat Gereja Batak Karo Protestan lebih mampu mempertahankan identitasnya dari pada yang bukan jemaat GBKP, upaya Gereja Batak Karo Protestan agar para jemaat mampu melestarikan dan mempertahankan budaya suku Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia sehingga dapat memberikan gambaran sistematis, penelitian ini memakai objek yaitu Moderamen (pimpinan pusat) GBKP, Pimpinan Majelis Jemaat Gereja, Pendeta, Pertua, Diaken, Badan Pelestarian Budaya GBKP, dan Jemaat GBKP yang merupakan tokoh adat Karo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini adalah pelestarian budaya yang dilakukan GBKP merupakan pelestarian budaya yang tidak menentang menentang ajaran Agama Kristen Protestan. Artinya, GBKP meyakini Tuhan sebagai penyelamat bukan kepercayaan animisme ataupun dinamisme yang diyakini oleh para leluhur pada zaman dahulu ataupun pada zaman belum masuknya agama Kristen dikehihupan masyarakat Karo atau yang lebih dikenal dengan sebutan agama pemena.

Bertahannya Budaya Karo pada jemaat GBKP di Kecamatan Kabanjahe disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangnan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.

Kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP yang ada di Kecamatan Kabanjahe seperti porseni. Dimana kegiatan porseni ini merupakan salah satu kegiatan GBKP yang diikuti oleh PERMATA (muda-mudi) GBKP yang menampilkan pertandingan Landek (seni tari), vokal group yang menggunakan perpaduan alat musik tradisional dan modern dan lain sebagainya dan memakai pakaian lengkap budaya Suku Karo.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam mempertahankan dan melestarikan budaya suku Karo di Kecamatan Kabanjahe”.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Puspitawati, M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Waston Malau, M.SP selaku Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasihat yang sangat baik kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.


(7)

iii

5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan masukan, nasehat selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Erond Litno Damanik, M.Si dan Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, M.SP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayahanda S.Ginting yang telah membimbing penulis hingga sampai pada saat ini juga memberikan motivasi tidak terhitung baik secara materi dan nonmateri sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 8. Teristimewa kepada ibunda N. Barus (+) yang sudah berada di

Sorga bersama Bapa yang selalu mendidik dan membimbing penulis sampai dewasa dan menjadi motivasi penulis.

9. Kakak penulis Widia Wati Ginting beserta keluarga Ir. Thomas Tarigan dan Meilitta Ginting, S.Pd beserta keluarga Ano Kurnia Sitepu yang selalu memberikan bantuan materi, motivasi, semangat dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tuhan selalu memberkati.

10.Abang penulis Jan Christoper Ginting beserta keluarga dan Ferdinan Ginting beserta keluarga yang selalu memberikan bantuan materi, semangat, dorongan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(8)

iv

11.Adik penulis William Hendra Ginting semoga semakin sukses didalam pekerjaanya dan mendapatkan posisi dan jabatan yang terbaik.

12.Kekasih penulis Marisa Noviyanti Tarigan, A.md yang selalu membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 13.Kepala Moderamen (kantor pusat) GBKP beserta staff yang

bekerja di kantor Moderamen Kabanjahe yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Kepala kantor Klasis Kabanjahe-Tigapanah dan staff di Kabanjahe yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

15.Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten karo dan staff yang bekerja di kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo di Berastagi yang telah memberikan izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Kepada bapak Pdt. Durmanis Pandia, S.Th, Bapak Pdt. Manik S.Th, ibu Pdt. Nurbetty Ginting M.Th yang telah bersedia memberikan infomasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

17.Kepada seluruh informan yang telah memberikan waktunya untuk bercerita panjang lebar guna melengkapi data skripsi ini


(9)

v

18.Abang Lamhot Turnip S.Pd, Leo Apridemus, Armada Saputra Barus, Tommi Mandala Sitepu yang bersedia membantu penulis semasa penelitian..

19.Semua teman Antropologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, khususnya Ahmad S. Rifandi, Imannuel G. Sidebang, dalam berjuang dalam menyelesaikan perkuliahan di Prodi Antropologi Unimed.

Serta kepada pihak-pihak informan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian serta diberikan berkat dan rahmatNya.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat yang baik.

Medan, Maret 2015 Penulis

William Chandra Ginting NIM : 3103122059


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Kabanjahe, Tahun 2013... 28

Tabel 2. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin... 28

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaan ... 29

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia... ... 30

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 31

Tabel 6. Sarana Pendidikan ... 33

Tabel 7. Sarana Kesehatan ... 33


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya. Menurut Koentjaraningrat (1989: 186), “Budaya merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba yang ada dalam pikiran manusia yang dapat berupa gagasan, ide, norma, keyakinan dan lain sebagainya.”

Setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur yang juga dapat dimiliki oleh kebudayaan lain. Koentjaraningrat menyebutnya sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal yang meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.

Secara eksplisit, budaya suatu suku bangsa lebih banyak tampak dalam hal makanan khas, pakaian adat, bahasa, kegiatan adat, dan lain sebagainya. Misalnya suku Karo yang memiliki ciri khas yang menjadi identitas mereka. Suku Karo dikenal dengan makanan khasnya, seperti BPK, cimpa, terites dan tasak telu. Gendang, Sarune, Ketteng-Ketteng, Landek sebagai bentuk kesenian dan bahasa Karo sebagai bahasa khas.

Pada hakikatnya, budaya merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta dilestarikan agar kebudayaan tersebut tidak hilang dan


(12)

kelak menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Keanekaragaman budaya di Indonesia merupakan salah satu daya tarik bangsa lain untuk mengetahui, bahkan tidak sedikit yang tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia yang dikenal sangat unik. Kebanggaan bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam mengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan dan melestarikan budayanya agar tidak pudar bahkan dicuri oleh bangsa lain. Hal ini masih tampak dari penggunaan bahasa daerah sebagai alat komunikasi sehari-hari oleh masing-masing suku, dan kegiatan adat yang masih dilaksanakan dalam acara pernikahan, kematian, dan sebagainya.

Namun ada kalanya budaya suku tertentu di suatu daerah mengalami kelunturan atau pengikisan akibat adanya kontak dengan budaya lain. Beberapa tahun belakangan ini, kebanggaan terhadap keanekaragaman budaya cukup terusik dengan banyaknya kasus pengakuan dari pihak luar terhadap budaya Indonesia. Diantaranya adalah dibajaknya lagu Rasa Sayange dari Maluku sebagai suara latar website pariwisata Malaysia, diakuinya tari Reog Ponorogo sebagai budaya Malaysia dan telah dipatenkannya motif kerajinan perak Bali oleh pengusaha asing.

Kasus-kasus pengakuan budaya Indonesia oleh pihak asing tentunya menimbulkan reaksi yang beragam dari masyarakat Indonesia. Tidak sedikit pihak yang menyalahkan pemerintah dalam kasus tersebut.

Adanya pendapat bahwa ketidakpedulian bangsa Indonesia terhadap budayanya sendiri terkait dengan makin ditinggalkannya budaya asli Indonesia terutama oleh generasi muda. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan


(13)

perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Masyarakat lebih bangga menggunakan budaya asing di berbagai sektor kehidupan mulai dari permainan, hiburan sampai pola perilaku.

Demikian halnya dengan suku Karo. Pada umumnya generasi muda sudah banyak yang tidak mengenal budayanya sendiri, khususnya mereka yang tinggal di perkotaan. suku Karo yang masih mempertahankan kebudayaannya adalah masyarakat Karo yang menjadi jemaat di Gereja Batak Karo Protestan.

Gereja berasal dari bahasa portugis igreja, yang berarti kumpulan orang yang dipanggil keluar dari gelap menuju terang. Menurut KBBI, gereja merupakan badan atau organisasi umat kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadahnya. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sendiri merupakan suatu perkumpulan suku Karo yang beragama Kristen Protestan.

Percakapan sehari-hari, suku Karo yang menjadi anggota GBKP masih menggunakan bahasa Karo. Demikian juga dalam hal mencari kekerabatan (ertutur), dan pelaksanaan kegiatan adat. Terlihat jelas perbedaan antara suku Karo anggota GBKP dengan yang bukan anggota GBKP. Pada kesempatan erbelas ras mbereken pedah (memberi nasihat), anggota GBKP akan dengan mudah memberikan nasihat dalam bahasa Karo.

Selain penggunaan bahasa daerah, ada beberapa hal yang menjadi budaya suku Karo yang selalu digunakan oleh masyarakat anggota GBKP. Benda budaya karo seperti uis nipes (sejenis ulos), pakaian adat lengkap dan kesenian seperti


(14)

landek sering ditunjukkan dalam berbagai kegiatan. Kebudayaan tersebut masih digunakan oleh masyarakat Karo anggota GBKP. Berbeda dengan masyarakat Karo yang bukan anggota GBKP.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Peranan GBKP Dalam Mempertahankan Dan

Melestarikan Budaya Suku Karo di Kabanjahe”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ciri khas kebudayaan suku Karo.

2. Kehidupan masyarakat Karo di Kabanjahe. 3. Sejarah GBKP.

4. Misi Gereja Batak Karo Protestan. 5. Sik

6. ap Gereja Batak Karo Protestan terhadap kebudayaan.

7. Perubahan kebudayaan dalam masyarakat suku Karo di Kabanjahe.

8. Peranan Gereja Batak Karo Protestan dalam mempertahankan dan melestarikan budaya suku Karo.


(15)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada “Peranan Gereja Batak Karo Protestan Dalam Mempertahankan Dan Melestarikan Budaya Suku Karo di Kabanjahe, Kabupaten Karo”.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan pelestarian budaya?

2. Apakah suku Karo yang menjadi jemaat Gereja Batak Karo Protestan lebih mampu mempertahankan identitasnya dari pada yang bukan jemaat GBKP?

3. Bagaimana upaya Gereja Batak Karo Protestan agar para jemaat mampu melestarikan dan mempertahankan budaya suku Karo?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah misi Gereja Batak Karo Protestan yang berkaitan dengan pelestarian budaya.


(16)

2. Untuk mengetahui penyebab masyarakat suku Karo yang menjadi anggota GBKP Kabanjahe Kab. Karo lebih mampu mempertahankan budayanya daripada yang bukan anggota GBKP.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan GBKP dalam mempertahankan dan melestarikan budaya suku Karo di Kabanjahe, Kab. Karo.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diperoleh informasi mengenai peranan GBKP dalam mempertahankan dan melestarikan budaya suku Karo.

2. Sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu Antropologi Sosial.

3. Sebagai landasan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan masukan untuk perbendaharaan ilmu, khususnya bagi masyarakat Karo.


(17)

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja Kristen yang melayani masyarakat Suku Karo. GBKP pada tanggal 18 April 1890 di Buluhawar kemudian berkembang ke kabanjahe. Namun seiring perkembangan jemaat, GBKP berkembang keberbagai daerah baik didesa maupun dikota. Hasil penelitian didapat kesimpulan yaitu:

1. Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja kesukuan yang tentunya memiliki visi dan misi dalam pelayanan. Gereja yang pelayanannya berbasis pada masyarakat Karo yang memiliki ikatan sosial dan kekeluargaan yang kuat menyadari bahwa kedatangan Injil pada masyarakat Karo membutuhkan sesuatu perbuatan kasih oleh gereja yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat suku karo tersebut.Untuk mewujudkan visi gereja GBKP ini, maka sidang sinode GBKP menetapkan visi GBKP tahun 2010-2015 yaitu : “Nggeluh lah bagi kula NiKristus (Berlaku sebagai Tubuh Kristus)”. Dan mewujudkan visi tersebut, maka GBKP membuat beberapa misi. Misi yang dibuat mengarah pada pelayanan diakonia agar dapat langsung tetap sasaran ke jemaat GBKP.

2. Pelestarian budaya yang dilakukan GBKP adalah pelestarian budaya yang tidak menentang ajaran Agama Kristen Protestan. Artinya, GBKP


(18)

26

meyakini Tuhan sebagai Penyelamat bukan kepercayaan animisme ataupun dinamisme yang diyakini oleh para leluhur pada zaman dahulu atau pada zaman belum masuknya agama Kristen dikehidupan masyarakat Karo atau yang lebih di kenal dengan sebutan agama Pemena.

3. Kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP yang ada di kecamatan Kabanjahe seperti porseni. Dimana kegiatan porseni ini merupakan salah satu kegiatan GBKP yang diikuti oleh PERMATA (muda-mudi) GBKP yang menampilkan pertandingan landek (seni tari), Vokal Group dengan menggunakan perpaduan alat musik tradisional dan modern dan lain sebagainya. Dimana PERMATA (muda-mudi) akan saling bersaing menampilkan tarian dan vokal group terbaik dari tiap-tiap grup. Dalam kegiatan ini pemuda gereja yang berpakaian adat lengkap (rose) melakukan landek. Dengan demikian para pemuda tersebut sudah terjun langsung kedalam pengalaman kultural, dan sebagai penerus dapat merasakan dan diharapkan tumbuh rasa cinta akan budaya yang dimliki.

4. Selain dari seni tari GBKP juga melestarikan pakaian adat suku Karo. kegiatan-kegiatan porseni, pertandingan seni tari ini akan menampilkan seni tari dari masing-masing kelompok dan menggunakan pakaian adat lengkap suku Karo yaitu mulai dari ertudung(penutup kepala untuk perempuan), bulang-bulang (penutup kepala untuk laki-laki), uis nipes ( kain yang digunakan perempuan


(19)

27

yang berbentuk ulos di budaya Batak Toba), bulang-bulang ( kain yang digunakan oleh laki-laki).

5. Selain dari seni tari dan pakain adat,GBKP juga masih melestarikan kesenian lain yaitu seni ukir seperti, ret-ret. Saat melakukan penelitan, peneliti sangat tertarik melihat keunikan dari salah satu gedung gereja yang sangat mencirikan bahwa gereja itu adalah gereja khas suku Karo. Gereja itu adalah gereja simpang enam kecamatan Kabanjahe. Tiang-tiang teras gedung gereja tersebut berhiaskan ret-ret atau ukiran khas suku Karo. Ret-ret tersebut adalah kesenian khas suku Karo yang menghiasi setiap tiang teras yang memiliki arti khusus bagi masyrarakat Karo.Bertahannya Budaya Karo pada jemaat GBKP di Kecamatan Kabanjahe disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangnan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.

1.2Saran

Adapun saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. GBKP sebgai gereja suku mempuyai potensi yang sangat besar untuk melestarikan kebudaayaan Nasional Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 menetapkan agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia


(20)

28

seluruhnya. Salah satu unsur budaya yang penting dalam UUD pasal 36 adalah bahasa daerah yang tetap dihormati dan di pelihara oleh negara. 2. Gereja Batak Karo Protestan menjadi alat yang dapat memelihara dan

melestarikan adat dan budaya Karo. hal ini dapat dilakukan pada setiap kegiatan besar gereja, GBKP tidak lupa mengemas dekorasi ruangan, peralatan, pakaian dan perlengkapan lainnya yang bernuansa Karo.

3. Kaum Ibu (Moria) dan Kaum Bapak (Mamre) dalam kegiatan dan berkomunikasi di lingkungan gereja, rumah, dan saat kegiatan suka dan duka diharapkan dapat menggunakan bahasa Karo. Hal ini akan menjadi contoh bagi anak-anak agar mengerti dan mau menggunakan bahasa Karo, terlebih hal ini sangat penting sebagai dasar identitas masyarakat Karo di masa mendatang.

4. Para generasi muda juga sebaiknya lebih mampu melestarikan mempertahankan kebudayaan terutama di era medernisasi dan globalisasi agar budaya yang dimiliki tidak hilang dimakan zaman.

5. Penulis juga mengusulkan „Stola Adat‟ yang dilengkapi salib dan logo GBKP, karena mengamati sejak dahulu sampai sekarang mode dan bentuk Stola dan jubah GBKP relatif tidak berubah. Karenanya dapat dipertimbangkan dari segi teologis, praktis dan adat budaya yang dapat mengangkat nilai-nilai kejujuran, keadilaan, kewibawaan.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2014. Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka 2014. Berastagi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo.

Damanik, Harry. 2013. Perkembangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) perbaungan (1977-2012). Medan: Unimed.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000, Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Limbeng, Julianus. 2012. Solidaritas GBKP (Internal-Eksternal). Kabanjahe: Moderamen Gereja Batak Karo Protestan.

Moderamen GBKP, 2010. Garis Besar Pelayanan Gereja Batak Karo Protestan 2010-2015. Kabanjahe: Moderamen GBKP.

Moleong Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oofsset.

Simandjuntak, BA. 1986. Pemikiran Tentang Batak. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak.

Sinulingga, Adil. 2012. Perjumpan Adat Karo dan Injil. Bekasi: Law Firm A.S Lingga SH & Partners Advokat/Penasihat Hukum

Sinuraya, P. 2004. Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) jilid II. Medan: Merga Silima.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Sarjani MSP. 2008. Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme. Medan: Balai Adat Budaya Karo indonesia.

, . 2011. Kepercayaan Orang Karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.

, . 2012. Mutiara Hijau Budaya Karo. Medan: Balai Adat Budaya karo Indonesia.


(22)

Sumber Lain : Skripsi Yolanda Rafelia Tarigan, S.Pd

Sumber Lain : http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/21910269

http://www.readbag.com/geocities-ws-konferensinasionalsejarah-ratna-razali-jaran-kepang http://digilib.unimed.ac.id/persepsi-masyarakat-dalam-melestarikan-nilainilai-budaya-karo-di-desa-doulu-kecamatan-berastagi-kabupaten-karo-29816.html

http://bregedugetwita.blogspot.com/2010/01/dinamika-kebudayaan.html (http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html).

http://www.karokab.go.id/in/


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja Kristen yang melayani masyarakat Suku Karo. GBKP pada tanggal 18 April 1890 di Buluhawar kemudian berkembang ke kabanjahe. Namun seiring perkembangan jemaat, GBKP berkembang keberbagai daerah baik didesa maupun dikota. Hasil penelitian didapat kesimpulan yaitu:

1. Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja kesukuan yang tentunya memiliki visi dan misi dalam pelayanan. Gereja yang pelayanannya berbasis pada masyarakat Karo yang memiliki ikatan sosial dan kekeluargaan yang kuat menyadari bahwa kedatangan Injil pada masyarakat Karo membutuhkan sesuatu perbuatan kasih oleh gereja yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat suku karo tersebut.Untuk mewujudkan visi gereja GBKP ini, maka sidang sinode GBKP menetapkan visi GBKP tahun 2010-2015 yaitu : “Nggeluh lah bagi kula NiKristus (Berlaku sebagai Tubuh Kristus)”. Dan mewujudkan visi tersebut, maka GBKP membuat beberapa misi. Misi yang dibuat mengarah pada pelayanan diakonia agar dapat langsung tetap sasaran ke jemaat GBKP.

2. Pelestarian budaya yang dilakukan GBKP adalah pelestarian budaya yang tidak menentang ajaran Agama Kristen Protestan. Artinya, GBKP


(2)

26

meyakini Tuhan sebagai Penyelamat bukan kepercayaan animisme ataupun dinamisme yang diyakini oleh para leluhur pada zaman dahulu atau pada zaman belum masuknya agama Kristen dikehidupan masyarakat Karo atau yang lebih di kenal dengan sebutan agama Pemena.

3. Kegiatan dan upaya yang dilakukan GBKP yang ada di kecamatan Kabanjahe seperti porseni. Dimana kegiatan porseni ini merupakan salah satu kegiatan GBKP yang diikuti oleh PERMATA (muda-mudi) GBKP yang menampilkan pertandingan landek (seni tari), Vokal Group dengan menggunakan perpaduan alat musik tradisional dan modern dan lain sebagainya. Dimana PERMATA (muda-mudi) akan saling bersaing menampilkan tarian dan vokal group terbaik dari tiap-tiap grup. Dalam kegiatan ini pemuda gereja yang berpakaian adat lengkap (rose) melakukan landek. Dengan demikian para pemuda tersebut sudah terjun langsung kedalam pengalaman kultural, dan sebagai penerus dapat merasakan dan diharapkan tumbuh rasa cinta akan budaya yang dimliki.

4. Selain dari seni tari GBKP juga melestarikan pakaian adat suku Karo. kegiatan-kegiatan porseni, pertandingan seni tari ini akan menampilkan seni tari dari masing-masing kelompok dan menggunakan pakaian adat lengkap suku Karo yaitu mulai dari ertudung(penutup kepala untuk perempuan), bulang-bulang (penutup kepala untuk laki-laki), uis nipes ( kain yang digunakan perempuan


(3)

yang berbentuk ulos di budaya Batak Toba), bulang-bulang ( kain yang digunakan oleh laki-laki).

5. Selain dari seni tari dan pakain adat,GBKP juga masih melestarikan kesenian lain yaitu seni ukir seperti, ret-ret. Saat melakukan penelitan, peneliti sangat tertarik melihat keunikan dari salah satu gedung gereja yang sangat mencirikan bahwa gereja itu adalah gereja khas suku Karo. Gereja itu adalah gereja simpang enam kecamatan Kabanjahe. Tiang-tiang teras gedung gereja tersebut berhiaskan ret-ret atau ukiran khas suku Karo. Ret-ret tersebut adalah kesenian khas suku Karo yang menghiasi setiap tiang teras yang memiliki arti khusus bagi masyrarakat Karo.Bertahannya Budaya Karo pada jemaat GBKP di Kecamatan Kabanjahe disebabkan karena kebudayaan yang dilestarikan merupakan kebudayaan yang tidak bertentangnan dengan ajaran GBKP dan masih bertumbuhnya kesadaran jemaat untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaannya.

1.2Saran

Adapun saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. GBKP sebgai gereja suku mempuyai potensi yang sangat besar untuk melestarikan kebudaayaan Nasional Indonesia. Pasal 32 UUD 1945 menetapkan agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia


(4)

28

seluruhnya. Salah satu unsur budaya yang penting dalam UUD pasal 36 adalah bahasa daerah yang tetap dihormati dan di pelihara oleh negara. 2. Gereja Batak Karo Protestan menjadi alat yang dapat memelihara dan

melestarikan adat dan budaya Karo. hal ini dapat dilakukan pada setiap kegiatan besar gereja, GBKP tidak lupa mengemas dekorasi ruangan, peralatan, pakaian dan perlengkapan lainnya yang bernuansa Karo.

3. Kaum Ibu (Moria) dan Kaum Bapak (Mamre) dalam kegiatan dan berkomunikasi di lingkungan gereja, rumah, dan saat kegiatan suka dan duka diharapkan dapat menggunakan bahasa Karo. Hal ini akan menjadi contoh bagi anak-anak agar mengerti dan mau menggunakan bahasa Karo, terlebih hal ini sangat penting sebagai dasar identitas masyarakat Karo di masa mendatang.

4. Para generasi muda juga sebaiknya lebih mampu melestarikan mempertahankan kebudayaan terutama di era medernisasi dan globalisasi agar budaya yang dimiliki tidak hilang dimakan zaman.

5. Penulis juga mengusulkan „Stola Adat‟ yang dilengkapi salib dan logo GBKP, karena mengamati sejak dahulu sampai sekarang mode dan bentuk Stola dan jubah GBKP relatif tidak berubah. Karenanya dapat dipertimbangkan dari segi teologis, praktis dan adat budaya yang dapat mengangkat nilai-nilai kejujuran, keadilaan, kewibawaan.


(5)

Damanik, Harry. 2013. Perkembangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) perbaungan (1977-2012). Medan: Unimed.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000, Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2004. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Limbeng, Julianus. 2012. Solidaritas GBKP (Internal-Eksternal). Kabanjahe: Moderamen Gereja Batak Karo Protestan.

Moderamen GBKP, 2010. Garis Besar Pelayanan Gereja Batak Karo Protestan 2010-2015. Kabanjahe: Moderamen GBKP.

Moleong Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oofsset.

Simandjuntak, BA. 1986. Pemikiran Tentang Batak. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak.

Sinulingga, Adil. 2012. Perjumpan Adat Karo dan Injil. Bekasi: Law Firm A.S Lingga SH & Partners Advokat/Penasihat Hukum

Sinuraya, P. 2004. Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) jilid II. Medan: Merga Silima.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Sarjani MSP. 2008. Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisme. Medan: Balai Adat Budaya Karo indonesia.

, . 2011. Kepercayaan Orang Karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.

, . 2012. Mutiara Hijau Budaya Karo. Medan: Balai Adat Budaya karo Indonesia.


(6)

Sumber Lain : Skripsi Yolanda Rafelia Tarigan, S.Pd

Sumber Lain : http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/21910269

http://www.readbag.com/geocities-ws-konferensinasionalsejarah-ratna-razali-jaran-kepang http://digilib.unimed.ac.id/persepsi-masyarakat-dalam-melestarikan-nilainilai-budaya-karo-di-desa-doulu-kecamatan-berastagi-kabupaten-karo-29816.html

http://bregedugetwita.blogspot.com/2010/01/dinamika-kebudayaan.html (http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html).

http://www.karokab.go.id/in/