C.  Isoeugenol
Isoeugenol dapat dijumpai di alam antara lain dalam minyak cengkeh, ylang-ylang, dan cempaka West, 1949. Komponen tersebut umumnya sangat
sedikit  sehingga  isolasi  isoeugenol  dari  bahan  alam  tersebut  tidak  efisien. Isoeugenol  banyak  digunakan  dalam  industri  parfum,  penambah  aroma,  dan
industri  farmasi  sebagai  antiseptik  dan  analgesik,  serta  banyak  digunakan sebagai bahan baku vanilin.
Isoeugenol atau dengan nama lain orto metoksi fenol atau 2-metoksi-4- 1-propenil  fenol  merupakan  isomer  struktur  dari  eugenol  dengan  rumus
molekul  C
10
H
12
O
2
.  Isoeugenol  komersial  merupakan  campuran  dari  isomer cis-
dan trans- yang memiliki  struktur molekul seperti disajikan pada Gambar 1.  Secara  fisik,  isoeugenol  merupakan  cairan  kental  dengan  aroma  cengkeh
namun  lebih  lunak  dan  berwarna  kekuning-kuningan .
Sifat  fisiko-kimia isoeugenol disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4  Sifat fisiko-kimia isoeugenol
Karakteristik Nilai
Rumus molekul C
10
H
12
O
2
Warna kuning jernih
Bobot jenis gml 1,077
Indeks bias 1.5760
Titik didih
o
C 266 – 268
Titik leleh
o
C - 10
Kelarutan dalam air agak larut
Bobot molekul gmol 164,20
Sumber : http:www.coleparmer.comcatalogMsds19038.htm  2005
Gambar  1  Struktur molekul isoeugenol Kadarohman dkk. 1999 OCH
3
OCH
3
OH
H H
OH
H H
Tran Cis-
Sebagian  besar  isoeugenol  diperoleh  melalui  isomerisasi  eugenol, karena isolasi isoeugenol dari bahan alam tidak efisien. Beberapa faktor yang
mempengaruhi  reaksi  isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol  yaitu  jenis katalis,  pelarut,  suhu,  nisbah  molar  konsentrasi  katalis,  dan  adanya  air
Cerveny et al., 1987. Isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol  merupakan  suatu  reaksi
katalitik,  antara  lain  NaOHKOH  Moestafa  et  al.,1990;  Baby,  1997, rhutenium  Alan,  1975;  Sharma  et  al.,  2006,  dan  rhodium  III  klorida
Givaudan,  1977;  andrieux  et  al.,  1977,  Cerveny  et  al.,1987.  Penggunaan katalis  tersebut  menghasilkan  isoeugenol  dengan  rendemen  tinggi,  namun
terdapat  perbedaan  dalam  kemudahan  proses  dan  waktu  reaksi  yang diperlukan Cerveny et al., 1987.
Baby  1997  menyatakan  isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol dengan  katalis  KOH  pada  konsentrasi  4  M,  pelarut  alkohol  etanol  dan
gliserol,  dan  suhu  pemanasan  130-150
o
C  dapat  mengkonversi  eugenol menjadi  isoeugenol  sebanyak  95-98.  Penggunaan  pelarut  gliserol  lebih
menguntungkan  dibandingkan  dengan  etanol  karena  waktu  reaksi  yang diperlukan  lebih  singkat  0,75  jam  dibandingkan  dengan  etanol  5  jam.
Namun  demikian,  penggunaan  katalis  KOH  tersebut  memiliki  kelemahan yaitu  produk  yang  dihasilkan  sangat  kental,  dan  memadat  pada  keadaan
dingin, serta memerlukan jumlah pelarut  yang cukup banyak Cerveny  et al., 1987.  Baby  1997  juga  membandingkan  pemanasan  konvensional  refluks
dan  gelombang  mikro  pada  isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol  dengan katalis  alkalin  KOH.  Pemanasan  menggunakan  gelombong  mikro  ternyata
dapat  mempercepat  waktu  reaksi  13,2  kali  lebih  cepat  dibandingkan  dengan pemanasan  konvensional  refluks.  Hasil  penelitian  Kurniawan  2005,
menunjukkan  bahwa  konversi  eugenol  menjadi  isoeugenol  pada  isomerisasi dengan  pemanasan  gelombang  mikro  pada  tingkat  warm  mencapai  92,44,
dengan komposisi 0,02 trans- dan 94,97 cis-isoeugenol. Alan  1975  melaporkan  ruthenium  dapat  digunakan  sebagai  katalis
pada  proses  isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol.  Namun  demikian,
penggunaan  katalis  ini  kurang  efisien  karena  memerlukan  suhu  dan konsentrasi katalis yang tinggi.
Penggunaan rhodium III klorida sebagai katalis isomerisasi, memiliki keunggulan  dibandingkan  dengan  katalis  alkalin  dan  ruthenium.  Salah  satu
keunggulan  katalis  rhodium,  yaitu  penggunaan  katalis  dengan  konsentrasi yang  sangat  rendah  Alan,  1975.  Menurut  Alan,  1975,  penggunaan  katalis
rhodium dengan konsentrasi 87 ppm pada suhu 25-160
o
C dapat menghasilkan isoeugenol dengan rendemen 90-98.
Soesanto 2006, melakukan isomerisasi eugenol menggunakan katalis rhodium  III  klorida  hidrat  dengan  pemanasan  menggunakan  gelombang
mikro.  Pada  penelitiannya  diamati  mengenai  pengaruh  konsentrasi  katalis RhCl
3
.3H
2
O  0,08  ,  0,16  ,  dan  0,24    dan  lamanya  waktu  pemanasan dengan  gelombang  mikro  10  menit,  15  menit,  dan  20  menit  terhadap
karakteristik  produk  isoeugenol  yang  dihasilkan.  Hasil  penelitian  tersebut menunjukkan  bahwa  kadar  isoeugenol  meningkat  secara  nyata  dengan
semakin  lamanya  waktu  pemanasan  sampai  dengan  15  menit,  namun perpanjangan  waktu  pemanasan  dari  15  menit  sampai  20  menit  tidak
meningkatkan  kadar  isoeugenol  secara  nyata  dan  bahkan  terjadi  sedikit penurunan.  Penggunaan  katalis  RhCl
3
.3H
2
O  menghasilkan  nisbah  cis  dan trans
yang lebih baik dibandingkan dengan katalis KOH. Menurut  Alan  1975,  pelarut  yang  digunakan  dalam  isomerisasi
eugenol  menjadi  isoeugenol  dengan  katalis  rhodium  III  klorida  sebaiknya pelarut  alkohol  yang  memiliki  titik  didih  rendah  dengan  atom  karbon  1-4.
Hasil  penelitian  Cerveny  et  al.,  1987  menunjukkan  bahwa  pelarut  etanol
lebih efektif dibandingkan dengan  isopropranol karena waktu reaksinya yang lebih  cepat.  Keberadaan  air  dalam  isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol
dengan  katalis  rhodium  memberikan  pengaruh  negatif.  Hasil  penelitian Kadarohman
2009, menunjukkan bahwa adanya air dalam reaksi isomerisasi ini menyebabkan konversi menjadi rendah.
D.  Vanilin