C.  Pemilihan Proses
Data  kondisi  proses  pembuatan  vanilin  dari  beberapa  alternative disajikan  pada  Tabel  8.  Prinsip  pembuatan  isoeugenol  adalah  reaksi
isomerisasi eugenol dimana ikatan rangkap pada grup alkenil pindah ke posisi konjugasi pada cincin benzena.
Tabel  8 Resume kondisi proses kimia pembuatan vanilin dari beberapa metode
Parameter Proses
Metode kimia 1
2 3
Proses kimia dari eugenol MDC
1
Proses kimia dari eugenol MDC
2
Proses kimia dari eugenol MDC
3
Isomerisasi Isomerisasi
Isomerisasi
Reaktan KOH + asam
RhCl
3
.3H
2
O + etanol KOH + etilen glikol
+ treatanolamin Suhu
190-200
o
C 150-200
o
C 160
o
C Waktu pemanasan
8 jam 10 menit
60 menit Rendemen
- 87,90
86,33 Kemurnian
- 90
-
Oksidasi Oksidasi
Oksidasi
Oksidator Nitrobensen
Nitrobensen Ozon+V
2
O
5
-MoO
3
Suhu 120-140
o
C 60-130
o
C 25-26
o
C Waktu pemanasan
5 jam 4 menit
10 jam Rendemen
3,6 5,41
3,15 Kemurnian
25,52 91,48
-
1
Soemadhiharga et al. 1973;
2
Mulyono, 2010;
3
Sari, 2003.
Reaksi  isomerisasi  eugenol  pada  tingkat  komersial  umumnya dilakukan dengan cara mereaksikan eugenol dengan larutan kuat seperti KOH
atau NaOH pada suhu tinggi 140-190 yang sangat lama 5-7 jam Moestafa et  al
.,  1990.  Kondisi    dapat  mengakibatkan  terjadinya  overheating  serta dekomposisi produk yang dihasilkan Cerveny et al., 1987. Penggunaan basa
kuat  sebagai  katalis  isomerisasi  eugenol  dapat  digantikan  oleh  katalis  dari golongan  logam  transisi.  Katalis  rhodium  merupakan  alternatif  untuk  proses
isomerisasi  eugenol  menjadi  isoeugenol  karena  penggunaannya  lebih  efisien Cerveny  et  al.,  1987;  Mulyono  dan  Hidayat,  2006.  Dibandingkan  dengan
penggunaan basa kuat, pada isomerisasi  eugenol dengan katalis logam transisi memiliki  keuntungan  antara  lain:  tingkat  konversi  eugenol  tinggi,  2  proses
yang  terjadi  lebih  mudah  karena  tidak  terjadi  pengentalan  reaktan  selama reaksi, 3 efisien karena  jumlah reaktan  yang ditambahkan relatif sedikit  dan
4  rendahnya  effluent  berbahaya  pasca  reaksi  Sharma  et  al.,  2006.  Katalis
rhodium  memiliki  keunggulan  dibandingkan  katalis  logam  transisi  lainnya dimana  untuk  mendapatkan  tingkat  konversi  eugenol  yang  setara  jumlah
katalis yang digunakan lebih rendah Givaudan 1977. Oleh karena itu terlihat pada  reaksi  isomerisasi  eugenol  pada  metode  2  Tabel  8  diatas  lebih  efisien
dari pada metode 1 dan 3. Prosedur  standar  yang  biasa  digunakan  dalam  sintesis  vanilin  dari
isoeugenol  adalah  jalur  oksidasi  dengan  nitrobensene  yang  dilarutkan  dalam DMSO.  Selain  dari  pada  itu  senyawa  ozon  juga  merupakan  oksidator  yang
selektif khususnya pada ikatan rangkap Fieser  Fieser, 1957, sehingga pada oksidasi  isoeugenol  senyawa  ozon  tidak  bereaksi  gugus  hidroksi  maupun
metoksinya. Pada table 8 terlihat proses kimia menggunakan metode 2 lebih efisien
dari pada metode 1 dan 3. Hal ini kemungkinan disebabkan produk isoeugenol yang  dihasilkan  mengalami  pengentalan  sehingga  pada  saat  terjadi  proses
oksidasi  reaksi  tidak  berjalan  secara  cepat.  Dengan  demikian  produk  vanilin yang dihasilkan menjadi lebih rendah dari pada metode 2. Selain dari pada itu
proses  produksi  vanilin  pada  metode  2  menggunakan  sumber  panas gelombang  mikro.  Penggunaan  gelombang  mikro  dapat  mempercepat  waktu
reaksi,  tidak  memerlukan  suhu  tinggi  dan  efisiensi  cukup  tinggi  Suwarso  et al
.,  2005,  seperti  ditunjukkan  pada  Tabel  8.  Oleh  karena  itu  untuk perancangan  proses  produksi  vanilin,  selanjutnya  mengacu  pada  metode  2
yang  lebih  efisien  dibanding  metode  lainnya  karena  menghasilkan  rendemen tinggi, proses lebih cepat dan kebutuhan energi relatif rendah.
D.  Pengembangan Proses D.1 Integrasi proses