Korelasi Antara Lignin Terlarut Asam dengan Rasio Siringil-

E. camaldulensis 26.95 3.50 2.94 E.grandis 25.11 3.31 2.93 E. nitens 23.09 4.13 3.39 E. hybrid 28.80 2.50 2.26 Seperti sudah diperkirakan di awal bahwa lignin terlarut asam diduga lebih berkaitan dengan kelimpahan relatif dari tipe monomer penyusun lignin tertentu. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari perbedaan sifat kimia atau reaktifitas dari tipe monomer siringil dan guaiasil. Terdapat kecenderungan bahwa kadar lignin terlarut asam yang tinggi dihasilkan dari lignin kayu yang memiliki proporsi unit siringil yang lebih tinggi Gambar 3. Sehingga kemungkinan besar keberadaan unit siringil ini menjadi faktor penting dalam pembentukan lignin terlarut asam. Gambar 2 Lignin Klason, lignin terlarut asam dan rasio siringil-guaiasil pada kayu Eukaliptus. EN : Eucalyptus nitens; EG: Eucalyptus grandis; EU; Eucalyptus urophylla; EC: Eucalyptus camaldulensis; EH: Eucalyptus hybrid; ED: Eucalyptus deglupta

4.3 Korelasi Antara Lignin Terlarut Asam dengan Rasio Siringil-

Guaiasil Pada lignin kayu daun lebar diyakini bahwa sifat kimianya sangat dipengaruhi oleh keberadaan relatif dari unit siringil terhadap unit guaiasil. Rasio unit monomer ini dapat berperan penting dalam pembentukan lignin terlarut asam yang dihasilkan setelah proses hidrolisis pada saat penentuan lignin Klason. Hal ini seperti yang terindikasi dari hasil penelitian Matshushita et al. 2004, bahwa kayu daun lebar dengan kandungan metoksil yang lebih tinggi menghasilkan lignin terlarut asam yang tinggi pula dan model lignin siringil mempunyai reaktivitas yang lebih tinggi daripada model guaiasil. Kandungan lignin terlarut asam yang lebih tinggi pada kayu yang memiliki siringil lignin yang lebih banyak dan reaktifitas yang lebih tinggi dari inti siringil lignin dalam asam sulfat daripada inti guaiasil mengindikasikan bahwa ada hubungan yang erat antara lignin terlarut asam dengan siringil lignin Yasuda et al. 2001. Gambar 3 Hubungan antara rasio siringil-guaiasil dengan lignin terlarut asam pada kayu Eukaliptus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai lignin terlarut asam yang lebih besar dihasilkan dari lignin yang memiliki proporsi siringil-guaiasil yang lebih tinggi Tabel 3. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai lignin terlarut asam tidak dipengaruhi jumlah lignin secara kuantitatif, tetapi lebih ditentukan oleh unit struktur penyusun kimia lignin. Menurut Syafii dan Nawawi 2008, lignin terlarut asam merupakan indikator dari reaktifitas lignin dalam kondisi asam terkait dengan struktur kimia penyusunnya. Gambar 4 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara lignin terlarut asam dan rasio siringil-guaiasil. Lignin terlarut asam meningkat seiring dengan meningkatnya rasio siringil guaiasil. Hasil yang memperlihatkan bahwa nilai lignin terlarut asam yang tinggi dihasilkan dari rasio siringil-guaiasil yang tinggi pula, menunjukkan bahwa adanya unit siringil lignin berkontribusi terhadap pembentukan lignin terlarut asam. Hal ini sebagai konsekuensi dari lebih reaktifnya siringil lignin Yasuda et al. 2001; Tsutsumi et al. 1995. Siringil lignin yang mempunyai reaktifitas yang tinggi dalam asam sulfat 72 ini diperkirakan pada awalnya lignin larut dalam asam sulfat 72 selama penentuan lignin Klason dan secara bersamaan mengalami kondensasi intermolekuler, kondensasi dengan karbohidrat, degradasi dan reaksi lainnya Yasuda et al. 2001. Fenomena ini mendukung mekanisme pembentukan lignin terlarut asam dari lignin model yang disampaikan oleh Matsushita et al. 2004. Dalam larutan asam sulfat, unit guaiasil akan terdegradasi dan kemudian berkondensasi dengan cepat membentuk produk repolimerisasi yang stabil. Sementara itu model unit siringil akan terdegradasi menghasilkan fragmen-fragmen kecil lignin lalu sebagian berkondensasi dan sebagian lagi berikatan dengan polisakarida kayu khususnya hemiselulosa membentuk lignin karbohidrat kompleks Lignin Carbohydrate Complex atau LCC. Fragmen-fragmen LCC ini merupakan produk utama yang ditemukan terlarut dalam filtrat yang bersifat larut air dan dapat terdeteksi dengan alat spektrofotometer sebagai lignin terlarut asam.

4.4 Implikasi Hubungan Lignin Terlarut Asam dengan Rasio Siringil-