yang larut Sjostrom 1998. Menurut Fengel dan Wegener 1995, metoda isolasi lignin pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. metoda yang menghasilkan lignin sebagai sisa
2. metoda yang melarutkan lignin tanpa bereaksi dengan pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi atau dengan pembentukan turunan yang larut. Lignin mengandung gugus metoksil, gugus hidroksil fenol dan beberapa
gugus aldehida ujung dalam rantai samping, seperti prekursor-prekursor polimernya. Gugus-gugus hidroksil fenol ini hanya sedikit dalam kondisi bebas,
kebanyakan terikat melalui ikatan-ikatan dengan unit-unit fenil propana yang berdekatan. Gugus-gugus fungsi lignin tersebut sangat mempengaruhi reaktifitas
lignin Sjostrom 1998.
2.2 Lignin Terlarut Asam
Dalam menentukan jumlah lignin dalam kayu, khususnya pada jenis hardwood, dengan metode Klason dihasilkan lignin terlarut asam Acid-Soluble
Lignin beberapa persen Matsushita et al. 2004. Metode Klason merupakan prosedur penentuan lignin yang paling umum digunakan. Prosedur ini
memisahkan lignin sebagai material yang tidak larut dengan depolimerisasi selulosa dan hemiselulosa dalam asam sulfat 72 diikuti dengan hidrolisis
polisakarida terlarut dalam pemanasan asam sulfat 3. Lignin terlarut asam merupakan bagian lignin yang terlarut dalam filtrat. Lignin memiliki gugus fungsi
yang mengandung oksigen pada posisi benzylic, yang sensitif terhadap media asam dan memiliki kecenderungan berubah bentuk selama prosedur penentuan
lignin. Lignin terlarut asam mungkin disusun dari dua komponen yaitu hasil degradasi lignin dan pembentukan material hidrofilik sekunder seperti senyawa
lignin-karbohidrat Yasuda et al. 2001. Prosedur umum untuk menentukan lignin terlarut asam adalah
menggunakan TAPPI UM-250. Inti dari metode ini adalah penentuan absorpsi sinar UV pada larutan asam yang diencerkan dari prosedur lignin Klason.
Hidrolisasi dari tahap kedua pada prosedur lignin Klason dibaca pada standar cuvette UV 1 cm panjang alur pada panjang gelombang 200-205 nm. Ada dua
masalah dalam penggunaan metode ini, yaitu pertama koefisien yang digunakan
dapat bervariasi dengan tipe lignin dan harus ditentukan untuk setiap tipe lignin yang dipelajari. Karena hal ini tidak mudah dilaksanakan, nilai yang terdapat
dalam literatur 110 L g
-1
cm
-1
dapat digunakan untuk memperkirakan nilai lignin. Masalah yang kedua yaitu penentuan nilai absorpsi maksimum yang
digunakan Hatfield dan Fukushima 2005. Sekitar 1 lignin larut asam terdapat dalam softwood sedangkan yang
terdapat dalam hardwood sampai 4 Fengel dan Wegener 1995. Proporsi lignin terlarut asam dalam hardwood lebih besar dengan kandungan lignin Klason yang
lebih rendah dan kandungan metoksil yang lebih tinggi Musha dan Goring 1974.
2.3. Tipe Monomer Penyusun Lignin