I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumberdaya alam melimpah yang berpotensi menembus pasar internasional, salah satunya buah mangga Mangifera indica.
Mangga merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia dengan tingkat produksi mencapai 2 juta ton per tahun BPS 2011. Jumlah tersebut
menempatkan Indonesia sebagai produsen mangga terbesar ke-5 di dunia. Namun demikian, ekspor mangga Indonesia tidak termasuk dalam sepuluh besar
dunia FAOSTAT 2007. Ditjen PPHP Kementerian Pertanian 2009 melaporkan bahwa ekspor tahunan mangga Indonesia hanya dalam kisaran 941 – 1198 ton
pada tahun 2004 – 2008. Negara tujuan ekspor terutama negara-negara Timur Tengah, Hongkong, Singapura, dan Malaysia.
Mangga gedong gincu merupakan kultivar potensial untuk menembus pasar internasional. Kultivar ini mempunyai karakteristik yang menarik bagi
konsumen. Daging buah berwarna merah kekuningan dan aroma harum menyengat. Penampilan fisik mangga gedong gincu dapat bersaing dengan
mangga Tommy Atkin asal Meksiko dan mangga Alphonso asal India yang mendominasi pasar dunia Rebin dan Karsinah 2010.
Saat ini mangga lokal belum mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri karena produktivitas rendah dan kualitas kurang baik Ratule dan
Harnowo 2009. Mangga lokal banyak memenuhi pasar domestik, sedangkan penetrasi ke pasar modern ataupun internasional masih terbatas. Hal ini
disebabkan beberapa faktor, diantaranya: kualitas buah yang rendah, strategi pemasaran yang kurang optimal, dan fasilitas rantai pendingin yang kurang
memadai. Karakteristik fisik kurang menarik ikut mempengaruhi kurang optimalnya akselerasi ekspor mangga. Selain itu, hambatan teknis karantina juga
menjadi permasalahan dalam upaya ekspor ke negara-negara tertentu. Keberadaan lalat buah menjadi kendala dalam pemasaran buah mangga
ke negara lain. Menurut survei ACIAR tahun 2004 - 2009, didapatkan 63 spesies lalat buah dari seluruh wilayah Indonesia, dimana 18 spesies diantaranya
termasuk dalam kelompok Bactrocera dorsalis complex ACIAR 2009. Menurut Siwi et al. 2006, di Indonesia bagian barat, terdapat 90 jenis lalat buah yang
termasuk jenis lokal indigenous tetapi hanya 8 diantaranya termasuk hama penting yaitu: Bactrocera albistrigata, B. dorsalis, B. carambolae, B. papayae, B.
umbrosa, B. tau, B. cucurbitae, dan Dacus longicornis. Amerika Serikat, Australia, dan Jepang mewaspadai lalat buah kelompok B. dorsalis complex
yang menyebar melalui buah mangga impor. Beberapa negara memberlakukan aturan ketat mengenai pemasukan
buah segar dari negara lain. Salah satunya adalah negara Jepang yang melarang importasi buah segar dari daerah yang terinfestasi lalat buah
berbahaya. Larangan importasi dapat dicabut apabila: 1 Lalat buah target telah dieradikasi dari negara atau daerah yang terinfestasi, 2 Ketidakberadaan lalat
buah pada negara atau daerah tersebut telah dikonfirmasi oleh pihak Jepang, 3 Daerah atau negara tersebut telah ditetapkan sebagai daerah bebas lalat buah
target atau pest free area, dan 4 Negara pengekspor telah mengembangkan metode untuk disinfestasi lalat buah target JFTA 1996.
Pengembangan teknologi disinfestasi lalat buah merupakan pilihan terbaik untuk dapat mengekspor buah mangga segar. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah perlakuan uap panas atau vapor heat treatment VHT. Perlakuan uap panas merupakan metode pemanasan buah dengan
menggunakan uap air pada temperatur 40 – 50
o
C. Teknik perlakuan uap panas bertujuan untuk membunuh serangga pada fase telur dan larva. Teknik ini
umumnya digunakan sebagai perlakuan karantina sebelum dilakukan pengiriman ke negara tujuan Lurie 1998.
Saat ini fasilitas komersial perlakuan uap panas telah beroperasi di Jepang, Thailand, Filipina, Australia, dan Amerika Serikat Monck dan Pearce
2007; Hansen et al. 1992. Filipina telah mengekspor mangga Manila Super ke Jepang dengan memberi perlakuan uap panas 46
o
C selama 10 menit. Australia mengekspor mangga Kensington dengan perlakuan uap panas 47
o
Beberapa negara lain yang mempersyaratkan perlakuan uap panas untuk buah impor adalah Amerika Serikat dan Australia. Mangga asal Filipina yang
masuk ke dua negara tersebut harus diberi perlakuan uap panas 46 C selama 15
menit. Jenis mangga lain yang telah masuk ke pasar Jepang melalui pengembangan teknik perlakuan uap panas adalah mangga Irwin Taiwan,
Nang Klarngwan Thailand, serta Keitt dan Haden dari Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat Dyck dan Ito 2010.
o
C selama 10 menit untuk mencegah penyebaran B cucurbitae, B. philippinensis, dan B.
occipitalis. Komoditas lain yang dipersyaratkan diberi perlakuan uap panas
sebelum masuk Amerika Serikat diantaranya jeruk, pepaya, dan leci APHIS 2011.
Di Indonesia, penelitian perlakuan uap panas terhadap lalat buah belum banyak dilakukan. Hasbullah et al. 2009 menyatakan bahwa perlakuan uap
panas 46.5
o
1. Mengetahui tingkat toleransi stadia hidup telur dan larva lalat buah terhadap temperatur tinggi
C selama 10-30 menit efektif membunuh telur B. dorsalis complex. Sejauh ini informasi mengenai keefektifan uap panas untuk mendisinfestasi B.
carambolae belum tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data awal dalam penentuan kondisi perlakuan uap panas terhadap
B. carambolae untuk memenuhi persyaratan negara tujuan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
2. Mengetahui tingkat toleransi B. carambolae dan B. papayae terhadap temperatur tinggi
3. Mengkaji pengaruh perendaman air panas terhadap kualitas buah mangga varietas gedong gincu
4. Menentukan temperatur dan waktu optimum untuk disinfestasi stadia telur dan larva lalat buah B. carambolae pada buah mangga varietas gedong
gincu dengan teknik perlakuan uap panas
II. TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Mangga
Secara taksonomis, mangga termasuk dalam Famili Anarcadiaceae, Ordo Sapindales, Genus Mangifera, dan Spesies Mangifera indica. Famili
Anarcadiaceae mangga-manggaan terdiri dari sekitar 500 spesies, sedangkan genus Mangifera meliputi 62 spesies Pracaya, 2011. Arifin 2009 menyatakan
bahwa tanaman mangga berkerabat dekat dengan pakel M. foetida, kweni M. odorata, dan kemang M. caesia.
Menurut Pracaya 2011, tanaman mangga berasal dari negara India dan menyebar ke wilayah Asia Tenggara pada abad ke-4 dan ke-5 Sebelum Masehi.
Penanaman mangga dimulai di Filipina dan Indonesia sekitar Maluku pada tahun 1600-an. Bangsa Portugis menyebarkan tanaman mangga ke Barat pada
abad ke-18 dan Afrika pada abad ke-19. Keberadaan mangga di Meksiko dilaporkan pada tahun 1779. kemudian mulai ditanam di Florida, Amerika Serikat
1833, Queensland, Australia 1870, dan Italia bagian selatan 1905. Tanaman mangga tumbuh tegak, bercabang banyak, dan bertajuk
rindang serta hijau sepanjang tahun. Tinggi tanaman dapat mencapai 10-40 meter dan berumur lebih dari seratus tahun. Buah mangga tergolong buah
berdaging dengan bentuk beragam sesuai dengan varietas. Warna buah hijau, kuning, merah atau campuran. Ujung buah melancip ataupun membengkok.
Daging buah tebal atau tipis, berserat atau tidak, serta berair ataupun tidak Pracaya 2011.
Setiap varietas mangga mempunyai karakteristik yang berbeda. Contohnya perbandingan buah mangga gedong gincu dan arumanis. Bobot buah
mangga arumanis biasanya lebih besar dibandingkan mangga gedong gincu. Namun demikian, aroma mangga gedong gincu lebih harum menyengat
dibandingkan dengan mangga arumanis. Pangkal buah mangga gedong gincu berwarna merah keunguan pada saat matang, sedangkan mangga arumanis
berwarna hijau kekuningan. Perbedaan lain yang terlihat adalah bentuk buah. Mangga gedong gincu berbentuk bulat. Mangga arumanis berbentuk jorong
dengan pucuk meruncing. Karakteristik fisikokimia dan kandungan nutrisi buah mangga berbeda
untuk masing-masing varietas. Tabel 1 menunjukkan perbandingan kandungan nutrisi antara mangga gedong, arumanis, dan Indramayu.
Tabel 1 Komposisi gizi beberapa jenis mangga per 100 gram Kandungan
Jenis mangga Gedong
Indramayu Arumanis
Energi kal 44
72 46
Protein g 0.7
0.8 0.4
Lemak g 0.2
0.2 0.2
Kabohidrat g 11.2
18.7 11.9
Kalsium g 13.0
13.0 15.0
Fosfor g 10.0
10.0 9.0
Besi mg 0.2
1.9 0.2
Vitamin A mg 2528
447 185
Vitamin C mg 9.0
16.0 6.0
Vitamin B1 mg 0.08
0.06 0.08
Air g 87.4
80.2 86.6
Sumber: Satuhu 2004
Karakteristik Mangga Gedong Gincu
Broto 2003 menyatakan bahwa mangga gedong gincu ditetapkan sebagai varietas resmi dengan nama mangga gedong berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 28KptsTP.24011995. Tinggi tanaman berkisar antara 9 – 15 meter. Tajuk tanaman berbentuk piramida tumpul.
Tanaman mangga gedong bercabang banyak dengan ciri khas permukaan daun sempit. Pucuk daun datar dan dasar daun lancip. Tanaman berbuah banyak
dengan produksi rata-rata 100 – 150 kg per pohon. Mangga gedong gincu banyak ditanam di Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Luasan lahan terbesar
di Kabupaten Cirebon yaitu 2430 ha, diikuti Kabupaten Majalengka 2228 ha dan Kabupaten Indramayu 1759 ha.
Cara budidaya tanaman mangga gedong gincu sama dengan gedong biasa, kecuali waktu pemanenan. Mangga gedong dipanen saat buah mencapai
tingkat kematangan 60, sedangkan mangga gedong gincu dipanen saat buah mencapai kematangan 70. Pada tingkat kematangan tersebut pangkal buah
sudah berwarna kemerahan sehingga dikenal sebagai gedong gincu. Umumnya selisih waktu pemanenan mangga gedong gincu dan gedong biasa adalah 10-15
hari Supriatna 2005. Menurut Ditjen Hortikultura 2005, indeks kematangan 70 tercapai 95-100 hari sesudah bunga mekar. Selanjutnya warna pangkal
buah akan menjadi merah sesuai dengan tingkat kematangan. Pada kematangan 100 bagian ujung dan tengah buah berwarna kuning kemerahan dan pangkal
buah berwarna merah.