Penapisan Komponen Bioaktif TINJAUAN PUSTAKA 1. Kijing Taiwan Anodonta woodiana Lea

berupa kristal kalsium karbonat dan lapisan dalam sebagai lapisan mutiara yang mengandung kalsium karbonat dan dapat memantulkan cahaya. Pada bagian dorsal cangkang terdapat hinge-ligament yang merupakan tempat pertautan dari kedua cangkang dan pada bagian anterior ligament terdapat penonjolan yang disebut umbo. Sekeliling umbo terdapat garis pertumbuhan tahunan yang kelihatan nyata BPPT 2008. Hewan ini tergolong filter feeder yaitu jenis hewan yang mendapatkan makanan dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Volume air yang dapat disaring oleh kijing Taiwan adalah 2,5 liter per individu dewasa per jam. Makanan yang masuk bersama air tadi digerakkan, diperas, lalu dicerna dengan bantuan cilia rambut getar pada tubuhnya. Cilia mampu bergerak 2-20 kali per detik. Makanan yang masuk dapat berupa zooplankton, fitoplankton, bakteri, flagellata, protozoa, detritus, alga, dan berbagai zat yang tersuspensi dalam perairan tempat tinggalnya. Alat pencernaannya berturut-turut terdiri dari mulut yang tidak berahang atau bergigi, sepasang labial palps yang bercilia, esofagus, lambung, usus, rektum, dan anus. Dalam tubuh kerang terdapat pula hati yang menyelubungi dinding lambung, ginjal, pembuluh darah, dan pembuluh urat saraf Hasim 2008. Lingkungan yang cocok untuk habitat kijing Taiwan adalah dasar perairan yang berupa lumpur dengan pasir atau sedimen yang membentuk lapisan tanah yang tidak padat. Suhu perairan yang optimal harus berkisar antara 11-29°C dengan derajat keasaman pH antara 4,8 sampai 9,8. Umumnya kijing dapat mengatur tingkat metabolisme oksigen dengan baik sehingga masih dapat hidup pada keadaan di mana kadar oksigen dalam air sangat sedikit BPPT 2008.

2.2. Penapisan Komponen Bioaktif

Penapisan merupakan pemisahan suatu bahan dari zat-zat pencemar atau endapan. Penapisan juga dapat diartikan sebagai proses pemisahan bahan berdasarkan perbedaan ukuran atau sifat KBBI 1990. Proses penapisan dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dari hewan atau tumbuhan yang selanjutnya dapat dianalisis kandungannya. Penapisan mempunyai pengertian yang sedikit berbeda dengan ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu proses yang secara selektif mengambil zat terlarut dari campuran dengan bantuan pelarut. Proses ekstraksi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak murni atau ekstrak yang hanya terdiri dari satu komponen tunggal, sedangkan proses penapisan dilakukan untuk mendapatkan ekstrak yang lebih kasar. Secara umum proses penapisan lebih sederhana daripada ekstraksi. Namun dalam banyak sumber, semua prosedur untuk menarik kaomponen aktif dari suatu bahan sampai diperoleh ekstrak disebut dengan ekstraksi Achmadi 1992. Teknik ekstraksi didasarkan pada kenyataan bahwa jika suatu zat dapat larut dalam dua fase yang tidak tercampur, maka zat itu dapat dialihkan dari fase yang satu ke fase yang lain dengan mengocoknya bersamaan. Pemilihan pelarut yang digunakan tergantung pada sifat zat yang dilarutkan, karena setiap zat memiliki kelarutan yang berbeda dalam pelarut yang berlainan Achmadi 1992. Sifat-sifat pelarut yang dapat dijadikan acuan pemilihan pelarut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya Pelarut Titik didih C Titik beku C Konstanta dielektrik Debye Dietil eter Karbon disulfida Aseton Kloroform Metanol Tetrahidrofuran Di-isopropil eter N-heksan Karbon tetraklorida Etil asetat Etanol Benzena Sikloheksana Isopropanol Air Dioksan Toluena Asam asetat glasial N,N-dimetil formamida Dietilenaglikol 35 46 56 61 65 66 68 69 76 77 78 80 81 82 100 102 111 118 154 245 -116 -111 -95 -64 -98 -65 -60 -94 -23 -84 -117 5,5 5,5 -89 12 -95 17 -61 -10 4,3 2,6 20,7 4,8 32,6 7,6 3,9 1,9 2,2 6,0 24,3 2,3 2,0 18,3 78,5 2,2 2,4 6,2 34,8 37,7 Sumber : Nur dan Adijuwana 1989 Gaya yang bekerja dalam proses ekstraksi adalah akibat adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang berada di luar sel. Bahan pelarut yang mengalir ke dalam ruang sel akan menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai kelarutannya Voight 1994. Metode ekstraksi berdasarkan jenis pelarutnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu aqueous phase dan organic phase. Cara aqueous phase dilakukan dengan menggunakan air, sedangkan cara organic phase dilakukan dengan pelarut organik. Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang akan diekstrak kontak langsung dengan pelarut pada waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pemisahan bahan yang diekstrak. Hal-hal yang harus dipertimbangkan saat memilih pelarut antara lain Achmadi 1992 : 1 Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. 2 Pelarut organik cenderung melarutkan senyawa organik. 3 Air cenderung melarutkan senyawa organik dan garam dari asam maupun basa organik. 4 Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi dengan menggunakan basa NaOH, Na 2 CO 3 , dan NaHCO 3 . Metode ekstraksi juga dikelompokkan berdasarkan tingkat kesulitannya, yaitu ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus Harborne 1987. Ekstraksi sederhana terdiri atas: 1 Maserasi, yaitu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan. 2 Perkolasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan. 3 Reperkolasi, yaitu perkolasi dimana hasil perkolasi digunakan untuk melarutkan sampel di dalam perkolator sampai senyawa kimianya terlarutkan. 4 Diakolasi, yaitu perkolasi dengan penambahan tekanan udara. Ekstraksi khusus terdiri atas: 1 Soxhletasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan untuk melarutkan sampel kering dengan menggunakan pelarut bervariasi. 2 Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan. 3 Ultrasonik, yaitu metode ekstraksi dengan alat yang menghasilkan frekuensi bunyi atau getaran antara 25 – 100 KHz. Sifat penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya seperti gugus OH, COOH, dan lain-lain. Derajat polaritas tergantung pada tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut. Bahan-bahan jenis tertentu memerlukan metode ekstraksi bertingkat. Ekstraksi bertingkat dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar heksan lalu dengan pelarut yang kepolarannya menengah etilasetat atau dietileter, kemudian dengan pelarut polar metanol atau etanol. Dengan demikian akan diperoleh ekstrak awal crude extract yang berturut-turut mengandung senyawa nonpolar, kepolaran menengah, dan polar Nur dan Adijuwana 1989. Pelarut nonpolar merupakan salah satu pelarut yang dikenal efektif terhadap alkaloid dalam bentuk basa dan terpenoid dari bahan. Pelarut nonpolar juga dapat mengekstrak senyawa kimia seperti lilin, lemak, dan minyak yang mudah menguap. Pelarut semi polar mampu mengekstrak senyawa fenol, terpenoid, alkaloid, aglikon, dan glikosida. Pelarut yang bersifat polar, mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino, dan glikosida Harborne 1987. Metanol, sebagai senyawa polar, dapat disebut sebagai pelarut universal karena selain mampu mengekstrak komponen polar, dapat juga mengekstrak komponen nonpolar seperti lilin dan lemak Houghton dan Raman 1998. Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap yaitu penghancuran bahan, penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan, dan pemisahan. Penghancuran bertujuan untuk mempermudah pengadukan dan kontak bahan dengan pelarutnya pada saat proses pelarutnya. Bahan ditimbang untuk mengetahui berat awal bahan sehingga dapat ditentukan rendemen yang dihasilkan. Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelarut yang sesuai. Proses perendaman yang dilakukan disebut maserasi. Tahap selanjutnya adalah tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan residu bahan dan pelarut yang telah mengandung senyawa bioaktif. Pemisahkan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan evaporasi sehingga pelarut akan menguap dan diperoleh senyawa hasil ekstraksi. Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sample, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Darusman et al 1995.

2.3. Radikal Bebas