Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai Media Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

(1)

Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai

Media Informasi Daerah

(Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1)

Oleh :

Rena Dahliana Mandasari

201010040311187

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : RENA DAHLIANA MANDASARI

NIM : 201010040311187 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai Media Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Selasa

Tanggal : 11 November 2014 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat illahirabbi Allah SWT, yang telah menganugerahi segalanya dalam kehidupan kita, sehingga kita bisa beraktivitas seperti yang kita inginkan. Sholawat dan salam terhatur tulus untuk Rasul kita Muhammad SAW, Yang telah mencerahkan alam fana ini dengan ilmu pengetahuan dan keteladanan yang sempurna.

“AKHIRNYA BISA!!” kata yang terucap ketika skripsi ini rampung. Setelah melalui proses yang begitu panjang dan beberapa kali ganti judul akhirnya peneliti memantapkan hati untuk tugas akhir perkulia han, penulis memilih judul

Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya di ATV sebagai Media

Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-Oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu) Sebagai Skripsi.

Dalam Proses penyelesaian skripsi ini tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa keterlibatan banyak pihak, terutama dukungan dari kedua orang tua dan adik peneliti. Mereka menjadi inspirator sekaligus motivator yang selalu menggiring peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Selain keluarga, dosen dan teman-teman juga banyak memberikan kontribusi pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mereka, penyelesaian skripsi ini akan jauh lebih membutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra besar.

Dengan ketulusan hati, peneliti ucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. DR. Muhadjir Effendy M. AP, selaku Rektor UMM. 2. Dr.Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan FISIP, UMM


(4)

3. SugengWinarno, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, UMM

4. WidyaYuntanti S.Sos, MA. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan motivasi menyusun skripsi ini. 5. Isnani Dzuhrina S.Sos, M.Adv. selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan motivasi menyusun skripsi ini.

6. Nurudin S.Sps. Msi., selaku Penguji I yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan skripsi ini

7. Winda , selaku Penguji II yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan skripsi ini

8. Para dosen pada Jurusan Ilmu Komunikasi dan dan dosen-dosen lain yang telah mentransfer ilmu pengetahunannya pada peneliti.

9. KELUARGAKU, Mama dan Ayah ku tercinta, Adikku satu-satunya yang paling aku sayangi. Terimakasih buat kalian yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa yang mengalir dalam setiap sujudmu demi masa depan yang kita impikan.

10.Untuk Mas Ade terimakasih sudah memberikan inspirasi untuk skripsi ini. 11.Untuk Mas Hafid terimakasih selalu mendukungku sampai akhir sekripsi

ini selesai.

12.Untuk Bayu Dian terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan semangat kepadaku.


(5)

13.Teman-Teman Ikom C Dias, Aini, Oksy, Anggi, Reffi, Erwin, Gapo, Olek, Joko, Didit, Galang, Tokek, Bimo, Doni dan yang lainnya maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu. Tapi kalian tetap golik dan terimakasih supportnya.

14.Teman – teman JUFOC yang sudah menjadi keluarga baru buatku Inyong , Tantri yang selalu sabar dampingi aku, Mbak Eva (Tumpil), Sio Kimcil Mas Ucup, Etika, Mas Haris, Ipul, Terimakasih banyaaaak supportnya. Dan untuk Jufoc terus semangat berkarya!!

15.Semua pihak yang tidak dapar di sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi.

Tentu saja hasil ini masih mengalami kekuarangan sana sini, untuk itu masih memerlukan pengkajian secara mendalam lagi di masa datang. Terimakasih semoga segala kebaikan, bantuan dan dorongan yang di berikan pada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien....

Batu, 15 November 2014

Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Orisinalitas ... iii

Berita Acara Bimbingan ... iv

Abstraksi ... v

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... ... 8

C. Tujuan ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

D.1 Teori S-O-R ... 9

D.2 Efektivitas Program Televisi ... 12

D.3 Televisi Lokal sebagai Media Informasi Daerah ... 21

F. Definisi Konseptual ... 24

G. Definisi Operasional... 26

H. Metode Penelitian... 28

G.1 Pendekatan Penelitian... 28

G.2 Jenis Penelitian ... 28

G.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 28

G.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30


(7)

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Oro-oro Ombo ... 35

B. Gambaran Umum ATV Batu dan Program Acara I Love Malang Raya... 38

B.1 Gambaran Umum ATV Batu ... 38

B.2 Gambaran Umum Program Acara I love Malang Raya 40 BAB III SAJIAN DAN ANALISA DATA A. Sajian Data ... 43

A.1 Identitas Responden ... 43

A.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 45

A.3 Hasi Uji Validitas ... 60

A.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 61

B. Hasil Analisis Deskriptif ... 62

B.1 Hasil Analisis Rata-rata (Mean) ... 62

B.2 Hasil Analisis Presentase ... 64

C. Pembahasan ... 66

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran……. ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Varibel dan Indikator Penelitian ... 26

Tabel 2.1 Batas Wilayah ... 34

Tabel 2.2 Luas Wilayah ... 34

Tabel 2.3 Orbitasi/Jarak ... 35

Tabel 2.4 Tingkat Pendidikan Warga Desa Oro-oro Ombo ... 35

Tabel 2.5 Konsep Program ATV Batu Dalam Sepekan ... 37

Tabel 3.1 Identitas Responden ... 41

Tabel 3.2 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tayangan ILMR Dikemas Secara Menarik... 43

Tabel 3.3 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemudahan Memahami Informasi dari Tayangan ILMR ... 45

Tabel 3.4 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Peristiwa Terbaru di Malang Raya dari Tayangan ILMR ... 46

Tabel 3.5 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Kebijakan Pemerintah Daerah dari Tayangan ILMR ... 47

Tabel 3.6 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Budaya Lokal di Malang Raya dari Tayangan ILMR ... 50

Tabel 3.7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Dunia Usaha diMalang Raya dari Tayangan ILMR ... 51

Tabel 3.8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Dunia Musik dari Tayangan ILMR ... 53


(9)

Tabel 3.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Agenda Kegiatan

Warga dari Tayangan ILMR ... 54

Tabel 3.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Informasi Kuliner di Malang Raya dari Tayangan ILMR ... 56

Tabel 3.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Wisata di Malang Raya dari Tayangan ILMR ... 57

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas ... 59

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 60

Tabel 3.14 Hasil Analisis Rata-rata (Mean) ... 61

Tabel 3.15 Hasil Analisis Rata-rata (Mean) ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Teori S-O-R ... 11 Gambar 2.1 Logo ATV ... 37 Gambar 2.2 Host Program I Love Malang Raya... 39 Gambar


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Data Mentah Hasil Kuisioner Lampiran 3 Hasil Distribusi Frekuensi Lampiran 4 Hasil Uji Validitas

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6 Rundown Acara I love Malang Raya Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anabarja, Sarah. 2011. Peran Televisi Lokal dalam Mempertahankan Identitas Lokal di Era Globalisasi Informasi. Jurnal Global & Strategis. Edisi Khusus, Desember 2011: 261-270.

Arikunto, Suharmini. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burton, Graeme. 2012. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.

Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Febriyana, Dina. 2013. Proses Produksi Program Talk Show “Redaksi 8” pada Televisi Lokal Tepian TV Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi. 2013, 1 (4): 340-352.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Harahap, Arifin S. 2006. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis

Berita. Jakarta: Gramedia.

Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, & Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana dan Prenada Media Group.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rhineka Cipta.

Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. 2011. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.


(13)

McQuail, Denis. 1994. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Morissan, M.A. 2013. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Gramedia.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Andi.

Priyowidodo, Gatut. 2008. Menakar Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi Lokal di Era Otonomi. Jurnal Ilmiah Scriptura. Vol. 2, No. 1, Januari 2008: 56 – 62.

Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1999. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Subagyo, Pangestu. 2003. Statistik Deskriptif. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tanauwar, Chalwa Anjumi. 2008. Programming Jogja TV Mengemas Pentas Wayang Sebagai Representasi Nilai-nilai Lokal. Skripsi. Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Vera, Nawiro. 2008. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Renata Pratama Media

Warsito, Herman. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Fred. 1997. Dasar-Dasar Produksi Program TV. Jakarta: Grasindo. Non Buku :

http://www.atvli.com/ diakses pada hari kamis 24 Juli 2014 20:45

http://www.um.ac.id/v2/news/2009/08/214/ diakses pada hari rabu 24 September 2014 14:30


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial dan dianggap sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pentingnya manfaat informasi ini secara tidak langsung telah melahirkan masyarakat informasi yang tuntutan akan hak dalam mengetahui dan mendapatkan informasi semakin besar demi peningkatan kualitas hidup mereka. Sejalan dengan era media informasi sekarang ini yang menuntut kecepatan informasi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ikut membawa implikasi terhadap dunia media massa, salah satunya dunia penyiaran di Indonesia.

Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Televisi merupakan media yang bisa menampilkan gambar (visual) sekaligus suara (audio) yang dikemas melalui efek yang berteknologi tinggi sehingga fenomena sosial budaya yang begitu banyak dan luas bisa dihadirkan didalam ruangan yang sempit sekalipun. Penyiaran sebagai media penyalur informasi dan pembentuk pendapat


(15)

2 umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan iklim demokrasi dalam berpendapat, menyampaikan dan memperoleh informasi di negara ini. Salah satu yang memberikan informasi adalah media televisi sebagai salah satu pionir dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya. Televisi sebagai sarana edukasi dan informasi mampu membuka wawasan berpikir khalayak untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di lingkungan masyarakat (Kuswandi, 1996:94).

Sebagai wujud dari kebutuhan informasi tersebut televisi juga menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dengan munculnya beberapa stasiun televisi lokal di berbagai daerah di Indonesia tujuan menumbuhkan kelokalan dan nuansa keberagaman yang tidak terjangkau selama orde baru. Kehadiran televisi lokal ini merupakan stasiun penyiaran dengan siaran yang terjangkau mencakup satu wilayah.

Televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik di antaranya dikarenakan adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya (Riswandi, 2009:109).


(16)

3 Televisi lokal memiliki positioning kuat sebagai media daerah. Hal ini dikarenakan televisi lokal di dalamnya memuat content lokal seperti berita, musik, hiburan, program kesenian, kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal. TV lokal mengemas penyajian dengan mengedepankan kearifan lokal yang mencakup permasalahan daerah, baik dari isu yang dibawa maupun dari bahasa yang digunakan.

Potensi stasiun televisi lokal beroperasi secara optimal cukup besar. Hal ini didukung amanat UU No 32/2002, Pasal 6 ayat (2) yang menyebutkan bahwa dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. Menurut PP No 50 Tahun 2005, penyiaran diselenggarakan dalam suatu sistem penyiaran yang memiliki prinsip dasar keberagaman kepemilikan dan keberagaman program siaran dengan pola jaringan yang adil dan terpadu dalam pemberdayaan masyarakat daerah.

Dengan spirit otonomi daerah, dampak kehadiran TV Lokal merupakan warna baru dunia penyiaran tanah air karena selama ini kearifan lokal kurang optimal diangkat dalam wujud audio visual. Publik menaruh harapan sangat tinggi terhadap televisi lokal. Kehadirannya di dunia penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam upaya optimalisasi


(17)

4 pembangunan daerah. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk hal tersebut.

Selain itu dalam perspektif otonomi daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Kehadiran televisi lokal dan televisi berjaringan, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup global yang dihadirkan oleh televisi nasional. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Oleh karena itu, televisi lokal merupakan kebutuhan masyarakat di daerah dalam proses menyeimbangkan informasi, termasuk untuk mengangkat kearifan lokal sebagai ciri yang kental dari masyarakat Indonesia. Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), hingga bulan April 2014, jumlah televisi lokal yang menjadi anggota ATVLI sebanyak 69 stasiun televisi lokal (www.atvli.com).

Pada dasarnya televisi lokal mempunyai program informatif untuk mengenalkan dan mengangkat daerah dimana televisi lokal tersebut berdiri. Jasa penyiaran TV Lokal sangat perlu difungsikan untuk mendukung upaya edukatif, dan fungsi kemasyarakatan media massa, yakni fungsi informasi, fungsi edukasi, fungsi hiburan (hiburan yang sehat), fungsi kritik dan kontrol sosial. Manfaatnya adalah agar penyiaran TV Lokal memiliki program siaran yang khas daerah (local content). Dengan demikian diharapkan terwujudnya pengembangan nilai-nilai budaya (Tanauwar, 2008).

Salah satu stasiun televisi lokal yang berupaya mengenalkan kerafian lokal daerah adalah Agropolitan Televisi atau ATV, yakni salah satu televisi lokal di wilayah Malang Raya yang saat ini kepemilikannya berada di bawah Pemerintah


(18)

5 Kota Batu. Agropolitan TV ini beroperasi di Channel 32 UHF frekuensi antena PF 121,30 Mhz. Siaran awal ATV ini diisi dengan menjadi relayer dari tahun 2003 hingga tahun 2005 dengan waktu siaran dari pukul 06.30 pagi sampai 24.00 malam.

Salah satu program yang ATV yang menayangkan informasi dan pengetahuan tentang kearifan lokal adalah “I Love Malang Raya” yang ditayangkan setiap hari Senin sampai Jum’at pukul 10.00-12.00 WIB. Program acara “I Love Malang Raya” merupakan program acara yang menyajikan semua tentang seluk beluk Malang Raya. Saat ini perkembangan di wilayah Malang Raya sangat pesat, banyak pendatang yang datang untuk mencari ilmu, nafkah, dan berwisata. Malang Raya yang dimaksud disini mencakup Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai Media Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu). Alasan dipilihnya ATV sebagai objek penelitian adalah ketertarikan peneliti terhadap tayangan I Love Malang Raya yang merupakan program identitas daerah yang menyajikan kearifan lokal daerah dan sebagai media informasi daerah, yang mana ATV telah bergabung dengan stasiun televisi berjaringan kompasTV yang tentunya program dari kompasTV lebih di minati dari pada program ATV itu sendiri. Dari sini keingintahuan peneliti tentang efektivitas program I Love Malang Raya di ATV sebagai media informasi daerah. Alasan Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu di pilih sebagai


(19)

6 sample dari penelitian ini adalah karena stasiun televisi ATV berada di desa tersebut. Sesuai dengan prinsip kedekatan (proximity) yang menyatakan bahwa semakin dekat jarak tempat tinggal komunikan (warga Desa Oro-oro Ombo) dengan komunikator (stasiun ATV) maka semakin menarik suatu program acara (termasuk tayangan I Love Malang Raya) bagi komunikan yang disajikan oleh komunikator. Sebagaimana dikemukakan oleh Vera (2008:18) bahwa salah satu karakteristik isi pesan komunikasi massa adalah proximity (kedekatan/jarak). Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat di publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Harahap (2007:9) bahwa salah satu kriteria nilai berita yang harus dipenuhi oleh berita televisi agar menarik bagi masyarakat adalah kedekatan (proximity). Hubungan kedekatan sebuah berita dengan pemirsa dapat diukur dengan jarak lokasi peristiwa dengan tempat tinggal, hubungan profesi, hobi, dan kaitan lainnya yang berhubungan langsung dengan pemirsa. Semakin dekat hubungan pemirsa dengan tempat, profesi dan hobi yang diberitakan semakin menariklah berita itu bagi mereka. Umumnya orang akan tertarik dengan berita-berita yang terjadi di seputar lingkungan mereka dibandingkan dengan di luar lingkungan mereka.

Kedekatan (proximity) antara warga Desa Oro-oro Ombo dengan stasiun ATV yang menayangkan program acara “I Love Malang Raya” bukan hanya kedekatan tempat tinggal (lokasi), tetapi juga ada kedekatan isi program acara


(20)

7 tersebut saat menayangkan liputan yang terkait dengan pariwisata, peternakan, atau kehutanan dimana mayoritas warga Desa Oro-oro Ombo bekerja dalam bidang-bidang tersebut.

Selain itu, warga Malang Raya relatif memiliki kesamaan karakteristik, di antaranya masyarakatnya ramah, daerah sejuk dan nyaman, biaya hidup relatif murah, daerah relegius (Humas UM, 6 Agustus 2009). Oleh karena itu, dipilihnya warga Desa Oro-oro Ombo menurut peneliti cukup dapat mewakili warga Malang Raya dalam hal menerima informasi yang dari program acara “I Love Malang

Raya” di ATV.

Sejauh ini belum ada penelitian di Agropolitan televisi (ATV) kuhususnya tentang efektivitas program acara “I Love Malang Raya” sebagai media informasi daerah. Ditemukan bahwa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ATV ada dua yakni Televisi Lokal Sebagai Media Kehumasan Pemerintah Daerah (Studi pada Agropolitan Televisi, Kota Batu) oleh Istihka Rahmanita dan Manajemen Divisi Produksi Program Acara Dialog Interaktif Di Televisi Lokal (Studi Pada Acara Talk Show I Love Malang Raya) oleh Moh Mahmud. Kedua penelitian tersebut mendeskripsikan subjek secara mendalam, sementara pada penelitian ini lebih mengukur tingkat efektivitas program acara. Sehingga penelitian ini memiliki keunggulan sebagai alat ukur untuk mengetahui efektivitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah.


(21)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu?

2. Seberapa besar efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian C.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

2. Untuk mengetahui besarnya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

C.2. Kegunaan Penelitian

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Agropolitan TV (ATV) dalam mengevaluasi efektifitas


(22)

9 program acara yang ditayangkan sebagai media informasi daerah pada masyarakat di Malang Raya.

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi tim produksi program acara “I Love Malang Raya” di ATV dalam mengevaluasi efektifitas program acara mereka sebagai media informasi daerah pada masyarakat di Malang Raya.

3. Secara akademis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh lagi hasil temuannya pada masalah yang sama. Secara spesifik adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya yang penelitiannya terkait dengan efektivitas program acara yang diandalkan oleh televisi lokal sebagai media informasi daerah.

D. Tinjauan Pustaka D.1 Teori S-O-R

Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut Effendy (2003:37-28) bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain). Setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism–Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi,


(23)

10 tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003:254).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1994:235). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja, 1999:71).

Unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang. b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Response), merupakan dampak dari efek komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif, konatif. Efek kognitif


(24)

11 merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi, efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2003:255).

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur response berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa tayangan I Love Malang Raya sebagai media informasi daerah mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya, komunikan tersebut mengerti pesan yang telah disampaikan, dan proses akhir adalah kesediaan dari komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:256).

STIMULUS

ORGANISM a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

RESPONSE a. Kognitif b. Afektif c. Konatif


(25)

12 Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah: (a) Stimulus yang dimaksud adalah tayangan I Love Malang Raya sebagai media informasi daerah; (b) Organism yang dimaksud adalah warga Desa Oro-oro Ombo; (c) Response yang dimaksud adalah efektivitas tayangan I Love Malang Raya sebagai media informasi daerah, khususnya secara kognitif.

D.2 Efektivitas Program Televisi

Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio dan televisi. Adalah program yang membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya (Morissan, 2009:199). Dalam penelitian ini program acara ”I Love Malang Raya” yang ditayangkan oleh stasiun lokal ATV Batu.

Program Televisi Berdasarkan Jenisnya

Berbagai jenis program televisi menurut (Morissan, 2009:208-219) dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja.


(26)

13 Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

1) Berita Keras (Hard News)

Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak audiens secepatnya. Media televisi biasanya menyajikan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program berita. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam.

Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita, yaitu: straight news, features, dan infotainment.

2) Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah: current affair, magazine, dokumenter, dan talk show.

b. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program


(27)

14 yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan.

1) Drama

Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

2) Permainan

Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan audiens. Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang paling mudah dibuat. Program permainan biasanya membutuhkan biaya produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara televisi yang sangat digemari. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: quiz show, ketangkasan, dan reality show. 3) Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat


(28)

15 ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audiens. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.

4) Pertunjukan

Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar ruangan (outdoor).

Berdasarkan jenisnya, program acara “I Love Malang Raya” di ATV termasuk dalam kedua jenis program televisi yakni program informasi sekaligus hiburan. Jenis program informasi dalam acara “I Love Malang Raya” di ATV berupa hard news pada segmen Kabar Kota, dan berupa soft news pada segmen Public Corner, Seremonia, Features, Kuliner, dan Agenda Kota. Adapun jenis program hiburan dalam acara “I Love Malang Raya” di ATV berupa pertunjukan pada segmen Klip. Kedua jenis program acara ini dapat dilakukan baik di dalam studio (indoor) maupun di luar studio (outdoor).

1. Program Televisi Berdasarkan Formatnya

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004:63). Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu drama, non drama, dan berita olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi fiksi, nonfiksi, dan News-Sport.


(29)

16 a. Fiksi (Drama)

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang dipergunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (action), dan sebagainya.

b. Nonfiksi (Nondrama)

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukkan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Contoh: talk show, konser musik, dan variety show.

c. Berita dan Olahraga

Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang sajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contoh: berita ekonomi, liputan siang, dan laporan olahraga (Naratama, 2004:66).


(30)

17 Berdasarkan bentuk formatnya, program acara “I Love Malang Raya” di ATV termasuk ke dalam format nonfiksi (nondrama) karena program acara ini termasuk program talk show, konser musik, dan variety show dan berita karena program acara ini juga menampilkan berita atau liputan kejadian di wilayah Malang Raya.

2. Kriteria Program Televisi yang Berkualitas

Semua stasiun televisi baik swasta maupun lokal berlomba-lomba agar dapat meraih perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya. Apalagi persaingan yang ketat tengah terjadi antara televisi lokal dan televisi swasta. Karena itu televisi lokal bekerja keras agar dapat menarik perhatian masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan menyuguhkan berbagai program acara yang menarik yang terkait dengan unsur budaya masyarakat setempat. Hal ini sangat berguna demi mendukung terciptanya citra positif stasiun televisi lokal sebagai jendela bagi masyarakat setempat untuk menengok kampung halaman sendiri.

Sebagaimana dikutip Nippon Hoso Kyoku (NHK) dalam Wibowo (1997:17), menciptakan sepuluh kriteria untuk mengukur kualitas suatu program televisi, yaitu.

1) Kesatuan antara gagasan dan kebenaran.

2) esatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan tekhnis. 3) Relevan untuk setiap masa.

4) Memiliki tujuan yang jelas dan luhur.


(31)

18 6) Mereduksi nafsu dan kekerasan.

7) Keaslian (originalitas).

8) Menyajikan nilai-nilai universal.

9) Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan, format dan sajian. 10) Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positif.

Kesepuluh kriteria tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Perbedaan kualitas program ditentukan oleh beberapa banyak sebuah program memenuhi kesepuluh kriteria tersebut. Makin banyak kriteria yang dipenuhi, makin tinggi bobot kualitas program. Landasan kriteria ini lebih jelas dan konkrit sebagai sarana peniliain program.

3. Efektifitas

Sebagai media komunikasi yang terencana dalam mengirimkan pesan informasi dari stasiun televisi kepada khalayak, maka perlu dikaji efektivitas dari program acara “I Love Malang Raya” di ATV. Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Cangara, 2010:165).

Tradisi efek ini muncul sejak awal kajian komunikasi, dimana komunikasi dipahami sebagai proses linear. Media massa diajari untuk menempelkan pesan kepada orang seperti jarum hipodermik menginjeksikan obat ke dalam tubuh (Hartley, 2010:71). Konsep efek merujuk pada proposisi tentang bagaimana dan mengapa produk media mempengaruhi para audiens (Burton, 2012:19).


(32)

19 Efek program acara “I Love Malang Raya” juga mengirimkan pesan komunikasi yang diinjeksikan langsung kepada khalayak. Dengan adanya efek tersebut maka program acara “I Love Malang Raya” dapat menjadi media informasi yang menayangkan berbagai informasi tentang daerah Malang Raya.

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Sementara itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan (Cangara, 2010:165-166).

Dengan adanya efek atau pengaruh dari program acara “I Love Malang Raya” kepada khalayak, maka hal ini dapat memberikan perubahan terhadap pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior) dari khalayak yang menonton acara tersebut. Pengetahuan khalayak atau audiens dapat bertambah, menunjukkan sikap yang positif dengan mendukung atau menerima informasi dari program acara yang ditontonnya, dan mendapat inspirasi tentang peluang usaha yang kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk mendirikan suatu usaha.

Efektivitas berasal dari kata efek, dalam perannya efek merupakan unsur penting dalam keseluruhan komunikasi. Efek merupakan tanggapan, respon atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah


(33)

20 akibat komunikasi. Yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:

1. Dampak kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah pada upaya mengubah pikiran dari komunikan.

2. Dampak afektif

Dampak ini lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

3. Dampak behavioral

Dampak ini adalah efek yang paling tinggi dari kedua dampak di atas yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Effendy, 2008:6-7).

Namun dikarenakan dalam penelitian ini efek yang diteliti dari program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah, maka efek atau dampak dari tayangan tersebut hanya sampai pada efek kognitif yakni memberikan informasi dan pengetahuan bagi warga desa Oro-oro Ombo. Apabila setelah menonton tayangan tersebut pengetahuan warga desa Oro-oro


(34)

21 Ombo tentang informasi daerah khususnya Malang raya bertambah maka program “I Love Malang Raya” efektif sebagai media informasi daerah.

D.3 Televisi Lokal sebagai Media Informasi Daerah

Kehadiran televisi lokal yang sekarang sudah menjamur bak cendawan harus disikapi secara bijak. Perkembangan dari menit ke menit terhadap munculnya berbagai stasiun televisi lokal adalah realitas kesadaran bermedia (Priyowidodo, 2008:61). Mereka hadir dengan warna dan cita rasa khas lokal. Dengan mengusung nilai-nilai lokal pada tiap tayangannya, televisi lokal ini memiliki peran yang tidak kecil pada konstruksi identitas lokalnya. Dan ternyata sekarang hasilnya pun mulai tampak dengan semakin majunya televisi lokal dan peningkatan pemirsa televisi lokal (Anabarja, 2011:270). Artinya, televisi lokal menjadi bagian penting untuk memperkenalkan dan mempromosikan segala sesuatu yang khas dimiliki oleh suatu daerah.

Televisi lokal memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan daerahnya, dengan melakukan pengenalan-pengenalan mengenai potensi yang ada di daerahnya bahkan dapat menjadi tempat mensosialisasikan program-program pemerintah daerah agar diketahui masyarakatnya. Bagi masyarakat sendiri, kehadiran televisi lokal memegang peranan yang sangat penting pula. Melalui televisi lokal, masyarakat dapat mengetahui peristiwa maupun info terbaru dari daerahnya bahkan perkembangan apa saja yang terjadi di daerahnya. Hal tersebut dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya, karena masyarakat dapat mengenal daerahnya dengan baik (Febriyana, 2013:341).


(35)

22 Dengan demikian, maka televisi lokal dapat berfungsi sebagai media untuk menayangkan berbagai informasi dari suatu daerah.

Istilah informasi kerap dimaknai secara berbeda. Ia dapat mengenai data mentah, data tersusun, atau kapasitas sebuah saluran komunikasi. Arti pertama kata informasi (information) yang diberikan oleh kamus Funk adalah ”pengetahuan yang dimiliki”. Dalam pandangan Aubrey Fisher, informasi lebih merupakan istilah yang secara baku diterapkan pada beberapa fenomena yang berlainan. Pesan dapat dikatakan berisi informasi, atau informasi dapat dikirimkan dan diterima melalui saluran, atau informasi dapat dipilih dari lingkungan dalam bentuk seperangkat stimuli (Sobur, 2009:21-23). Dalam penelitian ini, informasi adalah beragam hal yang dapat disampaikan terkait dengan segala hal yang terjadi di Malang Raya. Informasi membutuhkan media agar sampai ke khalayak. Secara umum dipahami bahwa istilah ”media” mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema (Burton, 2012:9). Media adalah sesuatu yang menjadi saluran atau perantara tersampaikannya pesan komunikasi. Media dalam komunikasi merupakan alat yang digunakan komunikator dalam menyampaikan atau mengirim simbol (Hamidi, 2010:41). Dalam penelitian ini media yang dimaksud adalah media elektronik dalam bentuk televisi. Media informasi tersebut dalam format tayangan ”I Love Malang Raya”.

Media elektronik seperti televisi dapat cepat dan bersifat sementara, tetapi tidak terikat dengan tempat tertentu karena dapat disiarkan secara luas. Media penyiaran memperluas persepsi dimana pun berada pada suatu waktu, menciptakan apa yang McLuhan sebut dengan ”desa global”. Pada saat yang


(36)

23 sama, layaknya media cetak, media elektronik memungkinkan adanya media informasi. Karena media eletronik lebih cepat tersedia daripada media cetak, media elektronik menciptakan sebuah ledakan informasi, dan terjadi persaingan yang besar antara berbagai media untuk dilihat dan didengar. Informasi dalam media elektronik dijual layaknya komoditas yang menciptakan tekanan agar informasi lebih atraktif (Littlejohn dan Foss, 2011:412). Digunakannya televisi sebagai media informasi dalam tayangan ”I Love Malang Raya” dikarenakan media ini dapat lebih cepat dalam menyampaikan informasi daerah Malang Raya.

Menurut McQuail (1994:70) bahwa ide dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Informasi

a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.

b. Menunjukkan hubungan kekuasaan

c. Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. 2. Korelasi

a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan

c. Melakukan sosialisasi

d. Mengkoordinasi beberapa kegiatan e. Membentuk kesepakatan


(37)

24 3. Kesinambungan

a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru.

b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai 4. Hiburan

a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi. b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

5. Mobilisasi

a. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.

E. Definisi Konseptual 1. Efektivitas

Efektivitas adalah komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan (Effendy, 2003:14). Tercapainya tujuan program acara “I Love Malang Raya” di ATV dapat dilihat dari efeknya terhadap perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku warga yang menonton program acara tersebut.

2. Program Televisi

Kata “program” berasal dari bahasa Inggris yaitu programme atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Morissan,


(38)

25 2009:199). Adapun televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sarananya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen (Effendy, 2003:79-82).

3. Media Informasi Daerah

Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, atau kapasitas sebuah saluran komunikasi. Pesan dapat dikatakan berisi informasi, atau informasi dapat dikirimkan dan diterima melalui saluran, atau informasi dapat dipilih dari lingkungan dalam bentuk seperangkat stimuli (Sobur, 2009:21-23). Informasi membutuhkan media agar sampai ke khalayak. Secara umum dipahami bahwa istilah ”media” mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema (Burton, 2012:9).

Media adalah sesuatu yang menjadi saluran atau perantara tersampaikannya pesan komunikasi. Media dalam komunikasi merupakan alat yang digunakan komunikator dalam menyampaikan atau mengirim simbol (Hamidi, 2010:41).

Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).


(39)

26 F. Definisi Operasional

Suatu operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dalam penelitian ini, yang akan diukur adalah variabel efektivitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah bagi warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, yakni apakah ada perubahan pengetahuan (kognitif).

Tabel 1.1 Varibel dan Indikator Penelitian

Variabel X Indikator Sub Indikator Efektivitas

Media informasi daerah

Efek kognitif  Warga mengetahui tentang maksud informasi dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV

 Pengetahuan warga tentang budaya lokal di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV  Pengetahuan warga tentang

peristiwa terbaru yang terjadi di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV


(40)

27  Pengetahuan warga tentang

kebijakan pemerintah daerah di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV

 Pengetahuan warga tentang kegiatan yang akan

berlangsung di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV  Pengetahuan warga tentang

tempat wisata di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV  Pengetahuan warga tentang

kuliner di Malang Raya

bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV  Pengetahuan warga tentang


(41)

28 dunia musik lokal di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV  Pengetahuan warga tentang

dunia bisnis lokal yang berkembang di Malang Raya bertambah dari informasi yang ada dalam program acara “I Love Malang Raya” di ATV

G. Metode Penelitian

G.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut (Hamidi, 2010:125) pendekatan kuantitatif memiliki perspektif etik. Perspektif ini dipilih atau dipergunakan jika peneliti menghendaki data yang berasal dari hasil pengukuran variabel, yang jenis dan jumlah indikator variabelnya ditentukan oleh peneliti. Data penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif berupa angka atau tabel distribusi frekuensi yang diperoleh melalui angket atau kuesioner. G.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Kriyantono (2006:69) jenis riset deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.


(42)

29 Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan tentang efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

G.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analysis) yang hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden (Hamidi, 2010:126). Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu. Adapun kriteria populasi adalah warga Oro-oro Ombo yang pernah menonton program acara “I Love Malang Raya” di ATV, berusia 22-45 tahun. Khususnya pada kriteria warga yang pernah menonton program acara “I Love Malang Raya” di ATV. Di tentukannya usia 22-45 tahun dalam penelitian ini karena menurut eksekutif produser “I Love Malang Raya” usia ini merupakan usia yang produktif dan target audien dari program acara “I Love Malang Raya” di ATV.

Sampel adalah sebagian dari populasi, yang merupakan ”perwakilan” dari populasi (Hamidi, 2010:129). Adapun sample dalam penelitian ini di tentukan melalui teknik accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:96).

Menurut Kriyantono (2006:160) Teknik accidental Sampling digunakan karena periset merasa kesulitan untuk menemui responden yang sesuai kriteria. Karena terlalu banyaknya jumlah penduduk dari segi usia dan belum di ketahui


(43)

30 jumlah responden yang menonton tayangan “I Love Malang Raya” di ATV. Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental Sampling akan di lakukan oleh peneliti selama 2 (dua) minggu, antara hari senin s/d hari jum’at. Maka jumlah sample penelitian bergantung banyaknya jumlah responden yang mengisi kuisioner yang kebetulan bertemu dan cocok sebagai sumber data saat penelitian berlangsung.

G.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui pembuatan daftar pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti. Teknik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif (Hamidi, 2010:140). Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007:93). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dengan sangat positif dan negatif, yang dapat berupa kata-kata dengan skor sebagai berikut: Sangat Setuju (SS):


(44)

31 skor 4, Setuju (S): skor 3, Kurang Setuju (KS): Skor 2, dan Tidak Setuju (TS): skor 1.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain (Hamidi, 2010:140). Adapun data yang dimaksud berupa berkas-berkas, jurnal dan arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Data ini berfungsi sebagai pelengkap data primer dari hasil kuesioner.

G.5 Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007:5). Untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Jadi item yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid (Priyatno, 2012:184).

r = ) Y) ( -Y n ( x ) X) ( X (n Y X -XY n 2 2 2

2

  

Dimana :

r = koefisien korelasi

x = skor dalam distribusi variabel x (setiap item pernyataan) y = skor dalam distibusi variabel y (total item pernyataan) n = jumlah sampel


(45)

32 Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji validitas dengan teknik korelasi bivariate (R Pearson) memberikan hasil yang akurat, tepat dan cepat maka digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS Statistics Version 20.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat dikatakan juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007:4). Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Apabila nilai Alpha lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian telah reliabel (Priyatno, 2012:187).

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

r11 = 

             2 1 2 1 1  b k k Keterangan:

r 11 = realibilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal 2

b

 = jumlah varian butir

2 1


(46)

33 Jumlah varian dari butir akan dicari terlebih dahulu dengan mencari nilai varian tiap butirnya, kemudian akan dijumlahkan. Rumusnya adalah:

 

n

n x x

2 2   

Keterangan:

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan) Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji reliabilitas dengan teknik Alpha memberikan hasil yang akurat, tepat dan cepat maka digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS Statistics 20.

3. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut (Subagyo, 2003:1) statistik deskriptif adalah bagian statistik mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal, di sini data hanya disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif secara analitik yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito, 1992:10). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui hasil kuesioner, kemudian dideskripsikan dengan cara menggunakan analisis persentase. Statistik deskriptif digunakan karena penelitian ini hanya mendeskripsikan variabel penelitian tanpa menghubungkan atau membandingkan dengan variabel lainnya.


(47)

34 Guna mengetahui ada tidaknya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, maka skor hasil kuesioner dianalisis dengan teknik rata-rata (mean) dengan rumus:

Rata-rata skor : = 2,50

Jika rata-rata skor ≥ 2,50 = maka ada efektifitas, dan jika rata-rata skor < 2,50 maka tidak ada efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Batu.

Adapun penetapan tingkat efektivitas media informasi ini adalah:

1. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah rendah apabila berada antara titik 0-2

2. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah tinggi apabila berada antara titik >2-4

Adapun untuk mengetahui besarnya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, digunakan teknik persentase. Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

P = (a/b) x 100% Keterangan : P : Persentase

a : Jumlah jawaban Setuju dan Sangat Setuju. b : Jumlah semua pertanyaan


(1)

Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan tentang efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu.

G.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi adalah keseluruhan satuan analisis (unit of analysis) yang hendak diteliti, dalam hal ini adalah individu-individu responden (Hamidi, 2010:126). Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu. Adapun kriteria populasi adalah warga Oro-oro Ombo yang pernah menonton program acara “I Love Malang Raya” di ATV, berusia 22-45 tahun. Khususnya pada kriteria warga yang pernah menonton program acara “I Love Malang Raya” di ATV. Di tentukannya usia 22-45 tahun dalam penelitian ini karena menurut eksekutif produser “I Love Malang Raya” usia ini merupakan usia yang produktif dan target audien dari program acara “I Love Malang Raya” di ATV.

Sampel adalah sebagian dari populasi, yang merupakan ”perwakilan” dari populasi (Hamidi, 2010:129). Adapun sample dalam penelitian ini di tentukan melalui teknik accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:96).

Menurut Kriyantono (2006:160) Teknik accidental Sampling digunakan karena periset merasa kesulitan untuk menemui responden yang sesuai kriteria.


(2)

jumlah responden yang menonton tayangan “I Love Malang Raya” di ATV. Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental Sampling akan di lakukan oleh peneliti selama 2 (dua) minggu, antara hari senin s/d hari jum’at. Maka jumlah sample penelitian bergantung banyaknya jumlah responden yang mengisi kuisioner yang kebetulan bertemu dan cocok sebagai sumber data saat penelitian berlangsung.

G.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui pembuatan daftar pertanyaan dengan jumlah pilihan jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti. Teknik ini dipilih untuk penelitian kuantitatif (Hamidi, 2010:140). Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007:93). Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dengan sangat positif dan negatif, yang dapat berupa kata-kata dengan skor sebagai berikut: Sangat Setuju (SS):


(3)

skor 4, Setuju (S): skor 3, Kurang Setuju (KS): Skor 2, dan Tidak Setuju (TS): skor 1.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain (Hamidi, 2010:140). Adapun data yang dimaksud berupa berkas-berkas, jurnal dan arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Data ini berfungsi sebagai pelengkap data primer dari hasil kuesioner.

G.5 Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007:5). Untuk menentukan suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Jadi item yang memiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid (Priyatno, 2012:184).

r = ) Y) ( -Y n ( x ) X) ( X (n Y X -XY n 2 2 2

2

  

Dimana :

r = koefisien korelasi

x = skor dalam distribusi variabel x (setiap item pernyataan) y = skor dalam distibusi variabel y (total item pernyataan) n = jumlah sampel


(4)

Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji validitas dengan teknik korelasi bivariate (R Pearson) memberikan hasil yang akurat, tepat dan cepat maka digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS Statistics Version 20.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat dikatakan juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007:4). Untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha 0,6. Apabila nilai Alpha lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian telah reliabel (Priyatno, 2012:187).

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

r11 = 

  

        

 2

1 2

1

1 

b

k k

Keterangan:

r11 = realibilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal

2 b

 = jumlah varian butir

2 1


(5)

Jumlah varian dari butir akan dicari terlebih dahulu dengan mencari nilai varian tiap butirnya, kemudian akan dijumlahkan. Rumusnya adalah:

 

n n x x

2

2 

 

Keterangan:

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan) Agar hasil perhitungan statistik dan pengolahan data dalam uji reliabilitas dengan teknik Alpha memberikan hasil yang akurat, tepat dan cepat maka digunakan alat bantu komputer dengan Program IBM SPSS Statistics 20.

3. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut (Subagyo, 2003:1) statistik deskriptif adalah bagian statistik mengenai pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal, di sini data hanya disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif secara analitik yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito, 1992:10). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui hasil kuesioner, kemudian dideskripsikan dengan cara menggunakan analisis persentase. Statistik deskriptif digunakan karena penelitian ini hanya mendeskripsikan variabel penelitian tanpa menghubungkan atau membandingkan dengan variabel lainnya.


(6)

Guna mengetahui ada tidaknya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, maka skor hasil kuesioner dianalisis dengan teknik rata-rata (mean) dengan rumus:

Rata-rata skor : = 2,50

Jika rata-rata skor ≥ 2,50 = maka ada efektifitas, dan jika rata-rata skor < 2,50 maka tidak ada efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Batu.

Adapun penetapan tingkat efektivitas media informasi ini adalah:

1. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah rendah apabila berada antara titik 0-2

2. Tingkat program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah tinggi apabila berada antara titik >2-4

Adapun untuk mengetahui besarnya efektifitas program acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai media informasi daerah pada warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu, digunakan teknik persentase. Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

P = (a/b) x 100% Keterangan : P : Persentase

a : Jumlah jawaban Setuju dan Sangat Setuju. b : Jumlah semua pertanyaan