RELASI KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA DEMOKRATIS DI ERA DESENTRALISASI (Studi Di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

(1)

1 A.Latar Belakang

Dewasa ini dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

(Good Governance) di Indonesia, pemerintah meningkatkan kualitas hubungan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar tercapainya, efektifitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Desentralisasi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”1.

Penyusunan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota memberikan konsekuensi logis pada berbagai hal, antara lain pada prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Susunan Pemerintahan Daerah dan Hak DPRD, Kepala Daerah, Pertanggung jawaban Kepala Daerah, Kepegawaian, Keuangan Daerah, Pemerintahan Desa serta Pembinaan dan Pengawasan. Hubungan-hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki empat dimensi penting untuk dicermati, yaitu meliputi hubungan kewenangan, kelembagaan, keuangan, dan pengawasan.

Pertama, pembagian kewenangan untuk menyelenggarakan

urusan-urusan pemerintahan tersebut akan sangat mempengaruhi sejauhmana

1


(2)

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk menyelenggarakan urusan-urusan Pemerintahan, karena wilayah kekuasaan Pemerintah Pusat meliputi Pemerintah Daerah, maka dalam hal ini yang menjadi obyek yang diurusi adalah sama, namun kewenangannya yang berbeda. Kedua, pembagian kewenangan ini membawa implikasi kepada hubungan keuangan, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Ketiga, implikasi terhadap hubungan kelembagaan antara Pusat dan Daerah mengharuskan kehati-hatian mengenai besaran kelembagaan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi urusan masing-masing. Keempat, hubungan pengawasan merupakan konsekuensi muncul dari pemberian kewenangan, agar terjaga keutuhan negara Kesatuan2. Kesemuanya itu, selain diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, juga tersebar pengaturannya dalam berbagai UU sektoral yang pada kenyataannya masing-masing tidak sama dalam pembagian kewenangannya Pengaturan yang demikian menunjukkan bahwa tarik menarik hubungan tersebut kemudian memunculkan apa yang oleh Bagir Manan disebut dengan spanning3 antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 200 ayat 1 maka dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua unsur pemerintahan penting yang berperan di dalamnya, yaitu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

2

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3

Bagir Manan., 1994, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 22-23


(3)

Desa. “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara kesatuan republik Indonesia”. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa yang ditetapkan pada tanggal 30 Desember 2005, pada pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia4.

Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 bahwa dalam sebuah Pemerintah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa dan Badan permusyawaratan Desa5. Pemerintah desa terdiri kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa bertugas membantu kinerja kepala desa dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Bersama perangkat desa, kepala desa sebagai pimpinan struktur pemerintah desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan proses sosial dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan

4

Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintah Daerah 5


(4)

pelayanan sosial yang baik sehingga membawa masyarakatnya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram, dan berkeadilan.

Pemerintah desa dituntut untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan dari warganya yang terdiri dari berbagai lapisan. Artinya, bahwa pemerintah dalam pemerintahannya dan dalam pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauh mana, seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakatnya. Itu juga berarti bahwa tata pemerintahan dan proses pembuatan kebijakan dan kebijakan yang dihasilkan menyangkut masalah bersama harus dapat diakses serta mampu dipertanggungjawabkan kepada publik. Kehadiran BPD telah memberikan harapan dengan keberlangsungan demokrasi Desa. BPD berperan bukan sebagai tangan panjang dari pemerintah, tetapi lebih merupakan tangan panjang dari masyarakat sekaligus perantara antara masyarakat dengan pemerintah desa karena BPD merupakan bentuk sistem pemerintahan desa khususnya sebagai lembaga legislatif dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Pada pasal 209 tercantum fungsi BPD, yakni menetapkan peraturan desa (perdes) bersama kepala desa (Kades), serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Demi menjamin terwujudnya suatu pemerintahan desa yang demokratis, lebih baik, dan berpihak pada masyarakat, perlu adanya check and balance dalam pelaksanaan pemerintahan. Masing-masing lembaga harus mempunyai fungsi yang jelas dan lebih independen. Seluruh proses baik perumusan sampai pada pelaksanaan kebijakan dan pemerintahan harus dilakukan secara


(5)

transparan untuk diketahui publik sehingga mudah dalam melakukan pengawasan. BPD-lah yang mempunyai peranan penting dalam menjaga akuntabilitas dan keseimbangan kewenangan di tingkatan pemerintahan desa. Salah satu tugas pokok yang dilaksanakan lembaga ini (BPD) adalah kewajiban dalam menyalurkan aspirasi dan meningkatkan kehidupan masyarakat desa sebagaimana juga diatur dalam Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian revisinya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, BPD dituntut mampu menjadi aspirator dan artikulator antara masyarakat desa dengan pejabat atau instansi yang berwenang. Tugas dan peran tersebut diwujudkan dalam proses pembuatan peraturan desa dengan memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Hubungan antara BPD dengan Kepala Desa adalah mitra kerja. Masing-masing elemen memiliki fungsi yang lebih spesifik dan dari sanalah kekuatan itu berasal. Kekuasaan didistribusikan atau dipisahkan untuk memudahkan pengelolaan pemerintahan. Semua interaksi antar elemen berlangsung dalam konstitusi sebagai sentral regulasi. Interaksi antar elemen juga didasarkan atas

check and balances sistem sehingga kontrol atas jalannya pemerintahan dapat

dilakukan secara kolektif. Artinya Kepala Desa harus bekerja sama dengan BPD dalam menyelenggarakan Pemerintahan Desa. BPD melakukan pengawasan kepada kepala desa agar berjalan sesuai dengan peraturan. Jika terdapat kekeliruan BPD meluruskan Kepala Desa dan BPD sama-sama membuat peraturan desa. BPD tidak boleh menjatuhkan Kepala Desa ataupun sebaliknya tanpa alasan yang jelas.


(6)

Kehadiran BPD ditingkat desa, hendaknya diarahkan pada membangun hubungan yang sinergis antar lembaga legislatif dan eksekutif desa, tanpa perlu menimbulkan kesalah pahaman yang menjurus pada timbulnya konflik yang dapat mengganggu proses penegakan demokrasi di desa. Terbentuknya BPD bertujuan mendorong terciptanya partnership yang harmonis serta tidak konfrontatif antara kepala desa sebagai kepala pemerintah desa dan BPD sebagai wakil-wakil rakyat desa yang diperagakan oleh lembaga legislatif baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Eksistensi lembaga ini memiliki tugas, fungsi, kedudukan wewenang yang tidak kalah kemandiriannya dengan pemerintah Desa (Kepala Desa). Seperangkat peraturan perundang-undangan yang menyinggung masalah Badan Permusyaratan Desa (BPD), menyebutkan bahwa secara garis besar institusi ini memiliki tugas dan misi luhur yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah desa. Fungsi kontrol yang memiliki Badan Permusyaratan Desa (BPD) hendaknya diarahkan kepada upaya terselenggaranya pemerintah desa berkualitas, dinamis, transparan, baik dan bersih. Jika sebelumnya fungsi kritis dan kontrol warga itu berlangsung tertutup dan sembunyi, kini bisa disuarakan secara langsung, terbuka dan prosedural.

Kembalinya fungsi kontrol atas kekuasaan eksekutif desa, yang selama ini didominasi oleh kepala desa, sekarang fungsi kontrol atas kekuasaan eksekutif desa dijalankan oleh Badan Permusyaratan Desa (BPD) sebagai


(7)

badan legislatif desa yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat. Lahirnya Badan Permusyaratan Desa (BPD), dinilai sebagai institusi politik demokrasi di masyarakat pedesaaan sebagai pengganti LMD yang memberikan suasana baru dalam kehidupan demokrasi di desa. Badan Permusyaratan Desa (BPD) diharapkan menjadi wadah atau gelanggang politik baru bagi warga desa dan membangun tradisi demokrasi, sekaligus tempat pembuatan kebijakan publik desa serta menjadi alat kontrol bagi proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan ditingkat desa. Hal ini bisa terealisasi apabila Badan Permusyaratan Desa (BPD) sebagai mitra Kepala Desa, berperan aktif dalam membangun desa bersama kepala desa dan masyarakat.

Konflik yang selama ini terjadi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) diberbagai daerah di negeri ini merupakan problem sosial secara horizontal maupun vertical antara aparatur pemerintahan tingkat desa ataupun dengan masyarakat. Konflik yang terjadi bisa antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Hal tersebut dipicu oleh berbagai alasan, seperti pola hubungan yang kurang harmonis anatara Kepala Desa sebagai struktur pemerintah desa secara eksekutif dan BPD sebagai stuktur pemerintah desa legislatif dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa.

Kota Batu merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Malang dalam rangka memenuhi sistem pelayanan administrasi pemerintahan berbasis otonomi daerah dalam asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan devolusi. Kota Batu saat ini berkembang dengan pesat karena wewenang otonomi daerah


(8)

dimana pemerintah Kota Batu menjalankan tugas, fungsi, dan wewenang berdasarkan otoritas pemerintah daerah setempat berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tetang Pemerintah Daerah. Sekarang semua urusan kabupaten/kota menjadi otoritas daerah itu sendiri dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya sendiri. Pada tahun 2001 sesuai dengan dasar hukum Undang-undang Nomor 11 Tahun 2001, Kota Batu resmi menjadi daerah otonom dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis daerah otonom6.

Ada beberapa alasan yang fundamental sebagai faktor pembentukan Kota Batu, salah satunya adalah kesiapan administrasi pelayanan publik kepada masyarakat sehingga masyarakat lebih efisisen dan efektif dalam melakukan sistem pelayanan publik. Hal ini yang mendasari adanya pemekaran wilayah menjadi Kota Batu yang saat ini terkenal dengan kota pariwisata. Penyelenggaraan pemerintah di Kota Batu sendiri lebih menekankan pada kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Pengaturan sistem pemerintah kota pada wilayah batu mengindikasikan adanya pola hubungan dalam pelaksanan pemerintah daerah mulai dari kecamatan, kelurahan, sampai pada tingkat desa.

Pemerintah desa Oro-oro ombo merupakan salah satu desa yang berada dikawasan Kota Batu yang dapat berperan dan berfungsi untuk memperjuangkan dan mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Dalam kaitan ini maka BPD maupun Pemerintah Desa di Desa Oro-oro ombo harus

6


(9)

memiliki sumber daya manusia yang profesional, kapabel, mantap dan dapat diandalkan kinerja organisasinya secara keseluruhan, sehingga Pemerintah Desa dan BPD akan mampu memberikan respon terhadap setiap percepatan kemajuan dan dinamika yang berkembang. Pasal 215 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota dan pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawratan Desa, dan surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 140 / 640SJ Tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintahan Kabupaten kepada pemerintah desa sangat jelas, termasuk didalamnya tentang kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar oleh Pemerintahan Kabupaten untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang ADD ( Alokasi Dana Desa ) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya.

Pola hubungan antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang ada di desa Oro-oro ombo Kota batu mengindikasikan adanya peranan dualisme dalam tubuh pemerintah desa dengan tugas dan fungsi yang berbeda. Dalam pembuatan kebijakan (perdes), kepala desa dan BPD Oro-oro Ombo menjadi aktor penting dalam perumusan kebijakan sehingga adanya kontrol dari BPD sebagai lembaga legislatif yang ada pada struktur pemerintah desa dapat mengembangkan sistem pemerintahan desa yang demokrastis. Kepala desa sebagai lembaga eksekutif desa mempunyai otoritas dalam membentuk BPD sebagai lembaga legislatif dalam membantu tugas dan fungsi kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Keduanya memang saling


(10)

membutuhkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa di desa Oro-oro Ombo.

Akhir-akhir ini hubungan dualisme antara kepala desa dan BPD menjadi penuh tanda tanya besar kepada publik, dimana keduanya tidak sejalan dalam pembentukan kebijakan entah itu berkaitan dengan peraturan desa atau proyek pembangunan yang ada di Desa Oro-oro Ombo. Dualisme kekuasan yang mendominasi sistem penyelenggaraan pemerintah desa di Desa Oro-oro Ombo terkait dengan pembangunan Pasar Desa Wisata diatas Tanah Kas Desa milik pemerintah desa Oro-oro Ombo. Kepala Desa Oro-oro Ombo selaku pimpinan tertinggi struktur pemerintahan di Desa Oro-oro Ombo mengambil kebijakan tersebut tanpa adanya persetujuan dari BPD sebagai pengawas dalam kebijakan yang diputuskan oleh Kepala Desa dalam masalah alih fungsi TKD di Desa Oro-oro Ombo.

Pembangunan dan perkembangan desa membutuhkan peran Relasi antara Kepala Desa dengan BPD, relasi tersebut merupakan bentuk kolaborasi akuntabilitas kinerja dan menjawab berbagai keinginan dan aspirasi dari masyarakat desa. Pembentukan BPD di Desa Oro-oro Ombo telah memberikan rasa percaya bagi masyarakat bahwa dalam pemerintahan dan penentuan kebijakan menyangkut permasalahan desa yang sebelumnya secara umum didominasi oleh Kepala Desa beserta perangkatnya akan berubah menjadi pemerintahan yang lebih baik. Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan pun merupakan pencerminan keinginan masyarakat dan berpihak kepada masyarakat.


(11)

Harapan masyarakat yang cukup besar terhadap peran BPD yang dianggapnya akan mampu memberikan perubahan yang lebih baik ke masa depan. Relasi yang signifikan antara Kepala Desa beserta perangkatnya dengan BPD Oro-oro Ombo menjadi acuan penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa khususnya di desa Oro-oro Ombo. Oleh karena itu penulis mengangkat judul tentang “RELASI KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA YANG DEMOKRATIS DI ERA DESENTRALISASI (Studi Di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)”.

B.Rumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan agar tidak terjadi pencarian data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian untuk menghindari pembahasan yang luas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Relasi antara Kepala Desa dan BPD di Desa Oro-oro Ombo dalam pembuatan peraturan desa, arah kebijakan pemerintah desa (pembebasan Tanah Kas Desa), dan proses kontrol keduanya?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Oro-oro Ombo?


(12)

C.Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui Relasi antara Kepala Desa dan BPD di Desa Oro-oro Ombo dalam pembuatan peraturan desa, arah kebijakan pemerintah desa (pembebasan Tanah Kas Desa), dan proses kontrol keduanya;

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Oro-oro Ombo.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis :

Secara akademis penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pemerintahan.

2. Secara Praktis :

Secara praktis penelitian ini memberikan rekomendasi tentang Relasi Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa.

E.Definisi Konseptual

1. Relasi :

Secara Teoritis, relasi adalah pola hubungan antara satu dengan yang lain dan membentuk suatu sistem interaksi baik komunikasi langsung


(13)

maupun komunikasi tidak langsung. Menurut Yulk ada beberapa model relasi (hubungan) organisasional7, yaitu :

a) Relasi Dominasi, yang berarti dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama menguasai pihak kedua;

b) Relasi Subordinasi, yang berarti dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak kedua menguasi pihak pertama, atau pihak kedua dengan sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak pertama;

c) Relasi Kemitraan, yang artinya pihak pertama dan pihak kedua selevel

(egaliter) dimana mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama, dan

saling menghargai. 2. Kepala Desa :

Kepala desa adalah pimpinan desa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan8. Kepala desa memiliki wewenang sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa sebagai berikut :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

7

http://www.docstoc.com/docs/5935728/Sumartono---kemitraan-pem-Desa-dan-BPD di akses pada tanggal 11 Mei 2012

8


(14)

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. Membina kehidupan masyarakat desa; f. Membina perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) :

BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi di desa. Demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat9. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang

9


(15)

merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa10.

Oleh karenanya BPD sebagai badan permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping mejalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat. BPD mempunyai wewenang:

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan

f. Menyusun tata tertib BPD11. 4. Desentralisasi :

Penyelenggaraan pemerintahan dalam era Desentralisasi memberikan corak implikasi pemerintahan daerah dalam menjalankan sistem pemerintahannya. Gustav dan Stewart mengidentifikasikan Tiga makna berbeda dari “Otonomi Daerah” dalam menganalisis kasus Indonesia. Ketiga makna tersebut sebagai berikut12:

10

Pasal 1 Perda Kota Batu No. 6 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD). 11

Pasal 35 PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

12M.Mas’ud Said.


(16)

a. Dekonsentrasi, dimana pemerintah pusat menempatkan para pegawainya dilevel pemerintah daerah;

b. Delegation (pendelegasian), dimana pemerintah pusat secara bersyarat

mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah daerah namun dengan tetap memiliki kesanggupan untuk mengambil kekuasaan itu kembali dan secara keseluruhan tetap memiliki dominasi kekuasaan atas pemerintah daerah;

c. Devolution, dimana pemerintah pusat secara aktual menyerahkan

kekuasaannya kepada pemerintah daerah.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penulisan skripsi ini meliputi :

1. Relasi Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa

a. Mekanisme pembuatan peraturan desa dan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes);

b. Sistem pengawasan BPD sebagai lembaga legislatif pemerintah desa kepada kepala desa sebagai eksekutif;

c. Koordinasi antara Kepala Desa dan BPD.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Oro-oro Ombo.


(17)

G.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatf, dengan metode deskriptif yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti13.

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mencapai suatu penelitian yang digunakan sebagai alat guna mencari kebenaran yang rasional, maka diperlikan adanya cara atau prosedur tertentu agar bisa tercapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana penelitian melakukan pencarian data kepada narasumber, sehingga akhirnya peneliti dapat menggambarkan keadaan dengan jelas.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. Yaitu wawancara dan (interview) secara langsung. Subyek penelitian disini adalah orang-orang yang dipandang memiliki kapabilitas dan mengerti tentang latar belakang dari maksud penelitian ini.

13

Faisal, Sanapiah., 2007, Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 20.


(18)

Pihak-pihak tersebut adalah:

a. Elite struktural Pemerintah Desa Oro-oro Ombo : 1. Kepala Desa Oro-oro Ombo

2. Sekertaris Desa Oro-oro Ombo b. Badan Permusyawaratan Desa :

1. Kepala Badan Permusyawaratan Daerah 2. Sekertaris Badan Permusyawaratan Daerah c. Masyarakat

3. Lokasi Penelitian :

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti untuk menunjang penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan secara sengaja di Desa Oro-oro Ombo kecamatan Batu Kota batu dikarenakan penyelenggaraan pemerintahan di Desa tersebut mengindikasikan adanya relasi antara Kepala Desa dan BPD dalam mewujudkan tata pemerintahan Desa yang demokratis di era Otonomi Daerah saat ini.

4. Sumber Data : a. Data Primer :

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh di lapangan, baik yang diamati oleh penyusun maupun dalam bentuk pertanyaan-prtanyaan yang diajukan oleh penulis kepada narasumber. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan yang dilakukan


(19)

penyusun terhadap narasumber dalam hal ini adalah beberapa hal yang disebut diatas pada Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu. b. Data Skunder :

Dalam penelitian sering kali disebut bahwa sumber data diluar kata-kata dan tindakan adalah sumber data sekunder, walaupun begitu sumber data ini pun mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu penelitian. Sumber data sekunder atau tambahan ini terdiri dari sumber tertulis, foto dan surat kabar dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Observasi :

Sering kali orang mengartikan observasi adalah sebagai satu proses wawasan yang sempit, yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologis, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dengan kata lain, apa yang dilakukan ini sebenarnya adalah sebuah pengamatan secara langsung.


(20)

b. Wawancara :

Wawancara dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Tehnik ini dilakukan dengan tanya jawab atau percakapan secara langsung. Untuk memudahkan dalam pencarian data peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur, berdasarkan daftar pertanyaan sebagai panduan untuk memperoleh kejelasan mengenai permasalahan yang ada.

c. Dokumentasi :

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumentasi resmi. Dari data yang diperoleh dapat dipelajari sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Informasi yang diperoleh berupa dokumen- dokumen (peraturan, media masa, gambar).

6. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting pada suatu penelitian, sebab pada analisa akan mengungkapkan hasil dari penelitian itu sendiri. Analisa data itu sendiri adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang muda dipahami dan diinterprestasikan. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong analisis data merupakan proses mengatur


(21)

urutan data, mengkordinasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar14.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisis dengan penggambaran keadaan obyek berdasarkan data yang obyektif, sehingga data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisa terlebih dahulu. Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisa data adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data:

Reduksi data merupakan langkah untuk menyeleksi data lapangan, sehingga data yang di peroleh sesuai dengan masalah yang diteliti. Maksudnya, peneliti menyeleksi data yang di peroleh dari data observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan yang diteliti.

2. Penyajian Data :

Sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data biasanya berupa kata-kata, table dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan :

Menganalisis dan menguji kebenaran validitas data yang ada. Hasil analisis data dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan terhadap alur analisis data untuk mengetahui proses munculnya kesimpulan penelitian.

14

Lexy, J. Moleong., 2003, Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Prosdakaria, Bandung, Hlm 103.


(22)

(Studi Di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh : Anjar Raharjo

08230037

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(23)

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 26 Januari 2013 Jam : 09.00 wib

Tempat : Kantor Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Imam Hidayat, MM : 2. Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov : 3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si : 4. Prof. Dr. Ishomuddin, M.Si :

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(24)

telah memberikan nikmat dan rahmatnya dalam menjalani kehidupan ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan keharibaan baginda besar Nabiyina Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam penguasa samudra syafa’at. Selesainya Skripsi berjudul “RELASI KEPALA DESA DENGAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAH DESA DEMOKRATIS DI ERA DESENTRALISASI (Studi Di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)” merupakan salah satu nikmat dari Allah SWT yang sangat berharga.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I di Universitas Muhammadiyah Malang.

Rasa hormat dan terima kasih penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Nuraini, Ibunda Tercinta Juariah, Adik-adikku tersayang Bagas Ramadhan, dan Bagus Ramadhan, seluruh keluarga yang senantiasa memberikan kekuatan dan bantuan lahir batin, dukungan doa, nasihat, serta selalu menantikan keberhasilan penulis sehingga memungkinkan penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis juga sangat menyadari bahwa, tanpa bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan


(25)

1. Bapak Muhajir Efendi, salaku Rektor Universiyas Muhammadiyah Malang. Semoga usaha Bapak menjadi sumbangsih terbesar bagi terbentuknya kader-kader yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

2. Ibu Tri Sulistyaningsih selaku dosen pembimbing I dan Bapak Isomuddin selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam menyusun Skripsi ini. Semoga bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu menjadi satu motivasi bagi penulis untuk terus berkembang.

3. Seluruh dosen pengajar, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, keterampilan dan bimbingan kepada penulis dan kelancaran administrasi selama proses pendidikan dan penulisan Skripsi ini. Semoga setiap bantuan dan waktu yang diluangkan menjadi ladang amal bagi kita semua. 4. Pemerintah Kota Batu, khususnyakepala Desa Oro-oro Ombo yaitu bapak

Wiweko dan ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Oro-oro Omboyaitu bapak Sugiono yang telah memberikan izin penelitian dan berbagai informasi yang penulis butuhkan.

5. Seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan ’08 khususnya Bahrun, Kirun (Pradipta), hasbullah (Zupi), peyek (M. Khoiron), Mujamin, Herman, Bandem (Debi), Komeng, Kiprit, Lukman Pasuruan,


(26)

6. Teman-teman Gang 3 Tirto,Pradipta (Kirun), pakde (Andria W), Damai,

Ifan, Wawan, Afif, bude’,Galang, Narti, Ica yang sudah mau menjadi teman yang terbaik buat penulis.

7. Teman-teman KKN khususnya Inggar, Dewi, Irul yang sudah menjadi teman terbaik buat penulis.

8. Teman-teman Band Ether, Inggar, Arif, Zhen, Dewangga, Serta mas manager Bibil yang sudah mau mengajak penulis untuk berkarya dan menyalurkan hobinya untuk bermusik dalam menggepuk drum.

9. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membuat hidup menjadi berkesan serta memberikan banyak cerita yang tidak pernah terlupakan selama kurang lebih 4(empat) tahun ini.

10. Berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu.

Penulis tidak mempunyai intan, emas ataupun permata yang dapat penulis berikan sebagai rasa terima kasih atas segala arahan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang penulis dapatkan selama ini, selain mengembalikan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh rasa syukur dan terima kasih, semoga Allah membalas dengan sesuatu yang lebih baik kepada semua pihak yang turut membantu dan mendorong kesuksesan penulis.


(27)

Malang, 27 Januari 2013 Penulis,


(28)

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRACT ... xv

ABSTRAKSI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 11

C. TujuanPenelitian ... 12

D. ManfaatPenelitian ... 12

E. DefinisiKonseptual ... 12

F. DefinisiOperasional ... 16

G. MetodePenelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

A. Relasi dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 22

1. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif ... 22

2. Teori Hegemoni ... .... 25

B. Kelembagaan Pemerintahan Desa ... 32

1. Kepala Desa ... 32

2. Badan Permusyawaratan Desa ... 35

3. Relasi Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa... 37


(29)

3. Pemerintahan ... 53

4. Ekonomi ... 54

B. Gambaran Umum Desa Oro-oro Ombo ... 56

1. Letak Geografis ... 56

2. Demografis ... 57

3. Pemerintahan Desa ... 59

1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa ... .. 59

2. Struktur Organisasi BPD ... 64

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 68

A. Relasi Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 69

1. Mekanisme pembuatan Peraturan Desa dan Penyusunan APBDesa ... 75

a. Relasi Dalam Penentuan Peraturan Desa ... 75

b. Relasi Dalam Penentuan APBDes ... 78

2. Sistem Pengawasan BPD Sebagai Lembaga Legislatif Pemerintah Desa Kepada Kepala Desa Sebagai Lembaga Eksekutif ... 80

3. Koordinasi Antara Kepala Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa ... 82

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 86

1. Pemanfaatan Tanah Kas Desa (TKD) Sebagai Wilayah Teritorial Desa ... 89

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95


(30)

(31)

(32)

Jalasutra, Yogyakarta.

Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai

Post-Modernisme. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fatchurrochman, Agam. 2002. Manajemen Keuangan Publik, Materi Pelatihan

Anti Korupsi, Indonesia Coruption Watch. Jakarta.

Lexy, J. Moleong, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Prosdakaria, Bandung.

M. Mahi, Hikmah. 2010. Komunikasi Politik PT Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Manan, Bagir. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Noer, Deliar. 1997. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Mizan, Bandung

Said, Mas’ud. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia. UMM Press, Malang.

Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tim Dosen Bahasa Indonesia UMM. 2003. “Bahasa Indonesia Untuk Karangan

Ilmiah”. UMM press, Malang.

Wasistiono, Sadu. 2003. Etika Hubungan Legislatif Eksekutif. Fokusmedia. Bandung


(33)

PP No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintah desa.

Perda Kota Batu No. 6 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Jurnal

Heru Kurniawan. (2007). jurnal Relasi Formatif Hegemoni Gramsci dalam Novel

Perburuan Karya Pramoedya Ananta Toer.

Internet

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/12/pengertian-kepala-desa.html di akses pada tanggal 23 Mei 2012

http://www.zamrudtv.com/riau-3478-Konflik,-Ketua-BPD-Siak-Hulu-Minta-Kades Mundur.html Diakses pada tanggal 10 Mei 2012

www.detikriau.net 26 Januari 2010

www.harianbhirawa.co.id/arsip/24467-alih-fungsi-tkd-oro-oro-ombo-tak-ada-masalah Diakses pada tanggal 10 Mei 2012

http://www.docstoc.com/docs/5935728/Sumartono---kemitraan-pem-desa-dan-BPD di akses pada tanggal 11 Mei 2012

http://utchanovsky.com/2008/08/teori- hegemoni/ diakses pada tanggal 2 Oktober 2012


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRACT ... xv

ABSTRAKSI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 11

C. TujuanPenelitian ... 12

D. ManfaatPenelitian ... 12

E. DefinisiKonseptual ... 12

F. DefinisiOperasional ... 16

G. MetodePenelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

A. Relasi dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 22

1. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif ... 22

2. Teori Hegemoni ... .... 25

B. Kelembagaan Pemerintahan Desa ... 32

1. Kepala Desa ... 32

2. Badan Permusyawaratan Desa ... 35

3. Relasi Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa... 37


(2)

BAB III DESKRIPSI WILAYAH

A. Gambaran Umum Kota Batu ... 48

1. KeadaanGeografis ... 48

2. Kependudukan ... 50

3. Pemerintahan ... 53

4. Ekonomi ... 54

B. Gambaran Umum Desa Oro-oro Ombo ... 56

1. Letak Geografis ... 56

2. Demografis ... 57

3. Pemerintahan Desa ... 59

1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa ... .. 59

2. Struktur Organisasi BPD ... 64

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 68

A. Relasi Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 69

1. Mekanisme pembuatan Peraturan Desa dan Penyusunan APBDesa ... 75

a. Relasi Dalam Penentuan Peraturan Desa ... 75

b. Relasi Dalam Penentuan APBDes ... 78

2. Sistem Pengawasan BPD Sebagai Lembaga Legislatif Pemerintah Desa Kepada Kepala Desa Sebagai Lembaga Eksekutif ... 80

3. Koordinasi Antara Kepala Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa ... 82

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 86

1. Pemanfaatan Tanah Kas Desa (TKD) Sebagai Wilayah Teritorial Desa ... 89

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95


(3)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bocock, Robert. 2007. Pengantar Komprehensif Untuk Memahami Hegemoni. PT Jalasutra, Yogyakarta.

Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai

Post-Modernisme. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fatchurrochman, Agam. 2002. Manajemen Keuangan Publik, Materi Pelatihan

Anti Korupsi, Indonesia Coruption Watch. Jakarta.

Lexy, J. Moleong, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Prosdakaria, Bandung.

M. Mahi, Hikmah. 2010. Komunikasi Politik PT Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Manan, Bagir. 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Noer, Deliar. 1997. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Mizan, Bandung

Said, Mas’ud. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia. UMM Press, Malang.

Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tim Dosen Bahasa Indonesia UMM. 2003. “Bahasa Indonesia Untuk Karangan

Ilmiah”. UMM press, Malang.

Wasistiono, Sadu. 2003. Etika Hubungan Legislatif Eksekutif. Fokusmedia. Bandung


(6)

UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah. UU No. 11 Tahun 2001 tentang pembentukan kota Batu PP No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintah desa.

Perda Kota Batu No. 6 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Jurnal

Heru Kurniawan. (2007). jurnal Relasi Formatif Hegemoni Gramsci dalam Novel

Perburuan Karya Pramoedya Ananta Toer.

Internet

http://sobatbaru.blogspot.com/2010/12/pengertian-kepala-desa.html di akses pada tanggal 23 Mei 2012

http://www.zamrudtv.com/riau-3478-Konflik,-Ketua-BPD-Siak-Hulu-Minta-Kades Mundur.html Diakses pada tanggal 10 Mei 2012

www.detikriau.net 26 Januari 2010

www.harianbhirawa.co.id/arsip/24467-alih-fungsi-tkd-oro-oro-ombo-tak-ada-masalah Diakses pada tanggal 10 Mei 2012

http://www.docstoc.com/docs/5935728/Sumartono---kemitraan-pem-desa-dan-BPD di akses pada tanggal 11 Mei 2012

http://utchanovsky.com/2008/08/teori- hegemoni/ diakses pada tanggal 2 Oktober 2012


Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) (Studi pada desa Oro-Oro Ombo Kecamatan

10 74 14

Efektifitas Program Acara “I Love Malang Raya” di ATV sebagai Media Informasi Daerah (Studi pada Warga Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu)

0 8 47

KUALITAS HIDUP (QUALITY OF LIFE) LANSIA DI DESA ORO-ORO OMBO KECAMATAN PRONOJIWO KABUPATEN LUMAJANG

0 0 7

ALIH TEKNOLOGI BUDIDAYA ULAT PADA KELOMPOK PETERNAK ULAT HONGKONG DI DESA ORO-ORO OMBO, KOTA BATU CATERPILLAR CULTIVATION TECHNOLOGY TRANSFER AT HONGKONG CATERPILLAR FARMER GROUP AT ORO-ORO OMBO, BATU CITY

0 0 7