PERBANDINGAN RETURNAND RISK ANTARA SAHAM-SAHAM SYARIAH DAN NON SYARIAH YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

PERBANDINGAN

RETURN

AND RISK

ANTARA SAHAM-SAHAM

SYARIAH DAN NON SYARIAH YANG TERCATAT

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh Zakia Yuliani 201010160311083

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu. Atas berkat rahmatNya pula, maka terselesaikan skripsi yang berjudul Perbandingan Return and Risk Antara Saham-saham Syariah dan Non Syariah yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan inspirasi dan teladan yang luar biasa bagi umatnya.

Tulisan ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi return dan risk

antara saham syariah dan non syariah. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang saya hormati dan banggakan:

1. Drs. Nazarudin Malik, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra.Aniek Rumijati, M.M selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Drs Mursidi, M.M dan Dra Dewi Nurjanah, M.M selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan, motivasi dan inspirasi yang sangat bermanfaat untuk penelitian ini.


(9)

4. Kedua orang tua ku, Mama dan Papa paling terhebat yang tidak pernah bosan memberikan doa dan semangat. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat untuk mereka.

5. Fafa dan kak long yang selalu setia untuk memberikan motivasi dan membantu perjalanan panjang dalam menyelesaikan penelitian ini.

Tidak ada gading yang tak retak, pastilah penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan bagi setiap langkah kita untuk menggapai cita dan asa.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Malang, 21 Februari 2014 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Penelitian ... 5

C. Pembatasan penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA ... 7

A. Landasan Peneliti Terdahulu ... 7

B. Tinjauan Teori ... 8

III.METODE PENELITIAN ... 26

A. Data dan Sumber Data ... 26

B. Jenis Penelitian ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 27

E. Devinisi Operasional variabel ... 27


(11)

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Return and risk saham sampel penelitian kelompok LQ 45 Lampiran 2 Return and risk saham sampel penelitian kelompok JII


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, T., & Fakhruddin, H (2012). Pasar Modal di Indonesia pendekatan Tanya Jawab. Edisi Ketiga. Jakarta: penerbit Salemba Empat.

Fakhrudin, M., & Hadianto, M.S (2010). Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jogianto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE-Yogjakarta.

Mahardi, Johan. 2010. Analisis Perbandingan Risk and Return saham Syariah dengan Saham Konvensional. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Muhammad. 2004. Dasar-dasar Keuangan Islam. Yogyakarta: Ekonosia.

Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Soemitra,Andi. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Perdana Media Wulan, Maya. 2012. Analisis Perbandingan Risk & Return antara sahan syariah

dengan saham konvensional Study pada saham JII dan IHSG. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri

Bintariyaka, Dyana. 2006. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Untuk

Pengembalian Keputusan Investasi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.

Badan Pusat Statistik (2013) “Konsep Dasar Survei” (Online) http://sirusa.bps.go.id

(diakses 29 Desember 2013)

Julaikah, Nurul (2013). “Gerakan Ekonomi Syariah” (Online)

http://www.presidenri.go.id/ (diakses 18 November 2013)

Masuki. (2012). “Perkembangan investasi di Indonesia semakin membaik” (Online) http://Antaranews.com/berita/11452/perkembangan (diakses 8 Desember 2013)


(14)

PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk.(2013). “Tentang Kami” (Online)

http://www.cp.co.id (diakses 18 Desember 2013 )

Rama, Rista (2013). “Harga Batubara anjlok Gara-Gara Krisis Global” (Online)

http://www.finance.detik.com (diakses 19 Desember 2013)

Saltian, Yoga. 2006. “Analisis Perbandingan Resiko dan Tingkat Pengembalian Reksa

Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional”. (Online) http://www.hu.mtu.edu (diakses 5 Oktober 2013)

Setiawan, Muhammad Budi (2007). “Prospek dan Risiko dalam Investasi Syariah” (Online) http://cakwawan.wordpress.com (diakses 27 Oktober 2013)

Syaifullah, Muhammad (2010). “Melakukan Pencemaran , Adro dapat peringatan

keras” (Online) http://www.kompas.com (diakses 19 Desember 2013)

Wahyu, Andika (2013). “Harga CPO Jeblok, Laba Astra Agro Menurun” (online)


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Investor dalam berinvestasi memiliki tujuan utama untuk memperoleh

return, tanpa adanya return yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan merupakan risiko, oleh karena itu para investor harus dapat menyadari bahwa setiap investasi yang dilakukan disamping mengharapkan return, investor juga harus sadar terhadap kemungkinan risiko atau kerugian.

Perkembangan investasi di Indonesia semakin membaik dengan bukti pada tahun 2012 investasi di Indonesia mencapai Rp 2.243,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 73,3%. (http://Antaranews.com). Alternatif dalam berinvestasi mulai dari investasi aset riil hingga investasi dalam bentuk sekuritas cukup banyak. Investasi dalam bentuk riil pun masih terbagi macamnya, begitu juga dengan investasi dalam bentuk sekuritas diantaranya investasi dalam bentuk saham, reksa dana, obligasi, dan deposito. Masyarakat juga bebas memilih jenis investasi, yaitu investasi yang menggunakan sistem syariah atau non syariah.

Mudahnya berinvestasi kini, membuat perusahaan pialang juga semakin banyak menyediakan jasa perantara bagi calon investor yang akan


(16)

2

menginvestasikan dananya, perusahaan-perusahaan tersebut juga telah menfasilitasi jenis investasi syariah ataupun yang berbasis non syariah. Perlunya berinvestasi terutama masyarakat yang memiliki dana lebih, karena dengan berinvestasi maka harta yang dimiliki tidak diam, dapat menghasilkan keuntungan serta bermanfaat bagi orang lain.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar harta yang miliki tidak hanya disimpan namun diwajibkan untuk dimanfaatkan, salah satunya dengan berinvestasi. Islam mengajarkan untuk berinvestasi, dan mengembangkan harta namun tetap dalam aturan-aturan yang tidak bertentangan dengan Al-quran dan As-sunnah. Larangan riba serta larangan pada investasi yang sistem pengelolaannya tidak sesuai dengan syariat islam, karena jika menginvestasikan sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip syariah islam maka hasil yang diperoleh nantinya akan diragukan kehalalannya dan jauh dari barokah Allah SWT. (Muhammad 2006:96).

Bangkitnya ekonomi islam di Indonesia menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah (GRES) pada tanggal 17 November 2013. GRES telah ditetapkan sebagai agenda nasional kedepan, Indonesia diharapkan bisa menjadi pusat perekonomian syariah dunia. (http://www.presidenri.go.id). Kenyataannya masih banyak keraguan dari investor dan calon investor atas keuntungan yang akan diterima dari saham syariah tidak lebih besar atau menguntungkan dibandingkan saham non syariah.


(17)

3

Keraguan tersebut timbul karena ada dugaan kurang optimalnya pengalokasian dana investasi akibat proses screening yang membatasi investasi hanya pada produk sesuai dengan syariat islam, sedangkan produk-produk syariah di Indonesia masih terbatas jumlahnya, dengan jumlah yang masih sedikit tersebut apakah bisa menghasilkan investasi yang optimal. Hal ini menjadikan perlunya dilakukan penelitian tentang return dan risk antara saham syariah dan non syariah, agar para investor dan investor tidak ragu untuk berinvestasi pada saham syariah dan kegiatan Gerakan Ekonomi Syariah dapat direalisasikan dengan baik.

Ekonomi syariah lebih dikenal masyarakat dengan bank syariah. Ekonomi syariah tidak hanya kegiatan bisnis perbankan berbasis syariah, tetapi sudah merambah pada sektor lain, seperti reksa dana dan bursa efek, meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa sektor perbankan paling mendominasi kegiatan ekonomi syariah. Investasi syariah di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan saham non syariah, penyebab utamanya adalah kurangnya sosialisasi sehingga banyak masyarakat yang lebih mengenal investasi non syariah.

Hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 juli 2000 dengan mengeluarkan produk saham syariah. Saham syariah adalah saham yang sesuai dengan syariat islam yang muncul melalui Jakarta Islamic Index (JII), yang dikeluarkan oleh PT. BEJ bekerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). Jakarta Islamic Index (JII) dibentuk untuk mengembangkan pasar modal syariah sebagai benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah, belum tersosialisasinya ekonomi syariah


(18)

4

dengan baik merupakan salah satu kendala pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. (http://cakwawan.wordpress.com)

Saham yang terdaftar dalam LQ 45 adalah saham unggul, hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengembalian yang dihasilkan oleh saham-saham LQ 45 lebih tinggi dari pada saham-saham yang lainnya. Indeks LQ 45 menguat 8,39 poin pada bulan oktober 2012 (securities indonesia) banyak investor membidik saham yang terdaftar dalam LQ 45, namun tidak semua saham yang masuk dalam LQ 45 lolos seleksi sehingga masuk dalam kategori JII.

Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidak pastian

return yang akan diterima oleh investor dimasa akan datang. Investor dalam menanamkan dananya pada saham sangat berkepentingan dengan return yang diharapkan di masa yang akan datang, sehingga perlu melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, hal ini disebabkan karena investor pada umumnya tidak menyukai risk.

Investor rasional akan memilih investasi yang memberikan return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu. Investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi lebih tinggi, kemudian diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Investor yang tidak mau menanggung risiko yang terlalu tinggi tentunya tidak bisa mengharapkan tingkat return yang tinggi. Pertimbangan

return dan risk yang akan diterima tetap menjadi pertimbangan pertama bagi investor untuk menanamkan modalnya, tidak terkecuali para investor muslim dalam memutuskan untuk berinvestasi pada produk syariah.


(19)

5

Harapan pada penelitian ini adalah membantu investor dan calon investor untuk menilai perusahaan dalam pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan keputusan berinvestasi. Saham LQ 45 merupakan saham teratas yang banyak diminati oleh investor dan saham JII merupakan instrumen syariah yang juga mulai diminati oleh investor. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Return and Risk antara Saham-saham Syariah dan Non syariah yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia”.

B. Perumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka diperlukan perhitungan tingkat pengembalian dan risiko terhadap saham syariah dan saham non syariah, adapun permasalahan tersebut:

1. Saham manakah yang memberikan return paling besar antara saham syariah dan non syariah?

2. Saham manakah yang memiliki risk paling besar antara saham syariah dan non syariah?

C. Pembatasan Penelitian

Maksud dari pembatasan masalah agar pembahasan mengarah pada tujuan

dan mempermudah proses pengolahan data perlu ditetapkan batasan-batasan terhadap penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini hanya membahas saham syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic indeks (JII) dan saham non syariah yang terdaftar dalam LQ 45 tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.


(20)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1. Mengetahui saham manakah yang memberikan return paling besar antara saham syariah dan non syariah.

2. Mengetahui saham manakah yang memiliki risk paling besar antara saham syariah dan non syariah.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi para investor dan calon investor.

Memberikan gambaran tentang perbandingan return dan risk antara saham syariah dan saham non syariah sehingga diharapkan dapat membantu investor dan calon investor dapat menilai perusahaan dalam pengambilan keputusan ketika akan berinvestasi.

2. Pihak Emiten

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam memutuskan kebijakan berkaitan dengan mengelolah keuangan. sehingga hasil yang dicapai dipasar modal menjadi optimal, terutama untuk melihat prospek dimasa yang akan datang.

3. Peneliti Selanjutnya

Memberikan wawasan keilmuan dan informasi tentang return dan risk antara saham syariah dan non syariah serta sebagai bahan referensi dan data tambahan untuk penelitian berikutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, untuk mempermudah pengumpulan data, analisis, dan pengolahan data.

Maya (2012) “Analisis Perbandingan Risk & Return antara sahan syariah dengan saham konvensional Study pada saham JII dan IHSG. ” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return dan risk saham syariah lebih besar dari pada saham konvensional.

Mahardi (2010) “Analisis Perbandingan Risk and Return saham Syariah

dengan Saham Konvensional.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai return dan risk saham JII lebih besar dari pada saham kompas 100. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap risk

dan return antara saham JII dan kompas 100.

Saltian (2006) “Analisis Perbandingan Risiko dan Tingkat Pengembalian

Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional”. Hasil penelitian ini merupakan perhitungan tingkat pengembalian yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian reksa dana syariah berimbang lebih besar dari pada reksa dana anggrek dan tingkat risiko reksa dana berimbang lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja Reksa Dana Syariah berimbang lebih baik dari pada reksa dana anggrek.


(22)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah obyek yang digunakan pada penelitian yaitu menggunakan saham-saham yang tergabung dalam JII dan LQ 45. Penelitian sebelumnya menggunakan reksa dana, saham ISSI, IHSG dan Kompas 100. Data yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan data harga saham bulanan sepanjang tahun 2010-2012.

B. Tinjauan Teori 1. Investasi

investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi, istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Tujuan berinvestasi untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode antara lain seperti bunga, royalti dan deviden.

a. Jenis-jenis Investasi

Dunia investasi dikenal dengan dua jenis investasi yaitu investasi bersifat rill dan investasi finansial.

1) Investasi pada aset riil adalah investasi pada aset yang memiliki wujud. Contohnya aset riil adalah properti (tanah dan rumah), emas dan logam mulia.

2) Investasi pada aset finansial merupakan aset yang wujudnya tidak terlihat, tetapi tetap memiliki nilai yang tinggi. Umumnya aset finansial terdapat di dunia perbankan dan juga di pasar modal. Contoh aset finansial adalah obligasi, saham, reksa dana dan deposito.


(23)

2. Saham

Saham didevinisikan sebagai tanda pernyetaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Penyertaan modal maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

Investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga jual dan harga beli saham dividen tunai yang diterima dari emiten karena perusahaan memperoleh keuntungan. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

3. Jenis-jenis Saham

Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan terkenal luas di masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa, ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham menurut (Fakhrudin & hadianto 2010:6) yaitu:

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim

1) Saham Biasa (Common stock) adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting perusahaan. Pemilik saham akan


(24)

mendapatkan hak untuk menerima sebagian pendapatan tetap / dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.

Saham biasa mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelolah perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimiliki berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai, semakin banyak prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.

2) Saham Preferen (preferred Stock). Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil yang dikehendaki investor seperti saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.

Saham Preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu akan tetapi saham peferen


(25)

mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk diperjual belikan seperti saham biasa karena biasanya perusahaan menerbitkan jenis saham ini dengan jumlah yang terbatas proporsinya dibandingkan dengan saham biasa.

b. Ditinjau dari cara peralihannya

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks). Saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham.

2) Saham Atas Nama (Registered Stock). Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

c. Ditinjau dari kinerja perdagangan

1) Saham unggulan (Blue – Chip Stock). Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2) Saham pendapatan (Income Stock). Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara


(26)

teratur membagikan dividen tunai, emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

3) Saham pertumbuhan (Growth Stock). Diantaranya terbagi atas:

a) (Well – Known). Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sabagai leader di industri sejenis dan mempunyai reputasi tinggi.

b) (Lesser - Known). Saham dari emiten yang tidak sebagai leader

dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan emiten.

4) Saham spekulatif (Speculative Stock). Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang meski belum pasti.

5) Saham siklikal (Counter Cyclical Stocks). Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum, pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

4. Return (keuntungan) Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi


(27)

merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko dimasa datang. (Jogiyanto 2008:107).

Keuntungan yang diperoleh dari saham adalah capital gain yaitu selisih antara harga jual beli dan dari pembagian dividen yang dibagikan oleh perusahaan, namun biasanya ada juga perusahaan yang tidak membagikan dividen secara tunai. Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi.

Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss, selain capital gain, investor juga akan menerima dividen tunai. Pembagian dividen tunai ini diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) atau usulan direksi perseroan.(Samsul 2006:292)

Rumus perhitungan return saham dapat dilakukan dengan cara:

Keterangan:

Ri,t : return saham i untuk tahun t (hari, bulan, tahun berjalan, dan sebaginya).

Pt : price, yaitu harga untuk waktu t

Pt-1 : price, yaitu untuk waktu sebelumnya (kemarin, bulan lalu, tahun lalu). Sumber : Samsul (2006:292)


(28)

Membuat model peramalan harga saham langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan, biaya, kebijakan dividen yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham dan nantinya tentu akan mempengaruhi return atau keuntungan dari saham itu sendiri.

5. Return dalam Perspektif Islam

Tidak ada dalil dalam syariat sehubungan dengan jumlah tertentu dari keuntungan sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram. Hal tersebut menandakan bahwa dalam perdagangan saham yang pada suatu waktu memperoleh keuntungan yang sangat tinggi maka keuntungan tersebut tidak haram asalkan dilakukan dengan cara yang benar serta saham berasal dari perusahaan yang sesuai dengan syariat islam.

Majelis ulama fiqhi yang terikat dalam organisasi muktamar islam yang diadakan dalam pertemuan ke lima di Kuwait pada tanggal 1 - 6 Jumadil Ula 1409 H bertepatan dengan 10 -15 Desember 1988 telah melakukan diskusi tentang pembatasan keuntungan para pedagang. Maya (2012:31) Ketetapannya sebagai berikut:

1) Hukum asal yang diakui oleh nash dan kaidah-kaidah syariat adalah membiarkan umat bebas dalam jual beli mereka.

2) Tidak ada standarisasi keuntungan tertentu yang mengikat para pedagang dalam melakukan berbagai transaksi jual beli mereka.


(29)

3) Pemerintah tidak boleh ikut campur menentukan standarisasi harga kecuali kalau melihat adanya ketidak beresan di pasar dan ketidak beresan harga karena faktor yang dibuat-buat.

6. Risk (Risiko) Saham

Saham dikenal dengan karakteristik high risk – high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. (Fakhrudin & hadianto 2010:9)

Menurut (Fakhrudin & hadianto 2010:15) Risiko yang mungkin dihadapi investor dengan kepemilikan sahamnya:

a) Tidak mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam (RPUS) untuk membagikan dividen. Perusahaan tidak dapat memberikan dividen jika perusahaaan mengalami kerugian. Potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b) Capital loss

Aktivitas perdagangan saham, tidak selalu investor mendapatkan capital gain

atau keuntungan atas saham yang dijualnya, kadang kala investor harus menjual saham dengan harga jual jauh lebih rendah dari harga beli.


(30)

c) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Perusahaan bangkrut, maka akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut, sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist, ketika kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru akan dibagikan kepada para pemegang saham.

d) Saham di delist dari Bursa (Delisting)

Saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek alias di delist. Perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah didelist tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.

e) Saham di suspend

Perusahaan di suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek, dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend


(31)

dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam kurun waku singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam waktu kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu perusahaan mengalami lonjakan harga yang luar biasa.

Perusahaan dipailitkan oleh krediturnya atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi kepada perusahaan tersebut atau kejelasanan informasi lainya, sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.

Risk dapat diartikan sebagai penyimpangan antara return yang diharapkan dengan return sesungguhnya. Terdapat dua ukuran yang digunakan untuk mengukur risk yaitu deviasi standar dan beta saham. Deviasi standar menggambarkan gejolak return saham dari return rata-rata. Gejolak

return tersebut dapat bersifat positif yaitu berada di atas return rata-rata, atau bersifat negatif yaitu, berada di bawah return rata-rata. (Samsul 2006:305)

Risk sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari

outcome yang diterima dengan yang diekspektasikan. Metode yang banyak digunakan untuk menghitung risk adalah standar deviasi yang mengukur penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya. Standar deviasi dapat dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto 2008:214)


(32)

√∑ ̅ Keterangan:

: standar deviasi. : nilai ke - i. ̅ : nilai ekspektasi.

: jumlah dari observasi. Sumber : Jogianto (2008:217)

Nilai ekpektasi yang dapat digunakan di rumus deviasi standar adalah nilai ekspektasi berdasarkan rata-rata historis atau tren atau random walk atau berdasarkan probabilitas. (Jogiyanto 2008:217). Dua jenis risiko investasi dalam kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut systematic risk. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan karena melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematis diantaranya adalah:

1) Perubahan tingkat bunga. 2) Kurs valuta asing.

3) Kebijakan pemerintah.

Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan industri tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko tidak sistematis diantaranya adalah:


(33)

1) Standar modal. 2) Struktur aset. 3) Tingkat likuiditas. 4) Tingkat keuntungan.

a. Sikap Investor dalam Menghadapi Risiko

Menghadapi situasi yang mengandung risiko, ada tiga karakteristik investor (Samsul 2006:161)

1) Risk Taker

Tipe investor yang berani mengambil risiko. Individu atau investor tersebut diharapkan dengan dua pilihan, investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang berbeda, maka investor tersebut akan lebih senang mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.

2) Risk Averter

Tipe investor yang takut mengambil risiko. Kelompok atau individu yang bersikap netral terhadap risiko. Investor akan meminta kenaikan tingkat keuntungan yang sama untuk setiap kenaikkan risiko.

3) Risk Moderate

Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan

return yang akan diperolehnya. 7. Saham Syariah

Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada peraturan Bapepam & LK No.II.K.I tentang kriteria dan penerbitan daftar efek syariah. Pasal 1.b.7.


(34)

Peraturan tersebut menyatakan bahwa efek berupa saham, termasuk HMEDT syariah dan waran syariah, yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prisip syariah.

Saham syariah dapat diartikan sebagai bukti kepemilikan atas emiten atau perusahaan publik, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa, sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. (Soemitra 2010:138)

Prinsip dasar saham secara syariah adalah sebagai berikut: a. Bersifat musyarakah jika saham ditawarkan secara terbatas. b. Bersifat mudharabah jika saham ditawarkan kepada umum.

c. Tidak boleh ada perbedaan jenis saham sehingga ada keharusan untuk mendapatkan hasil tertentu.

d. Risiko harus dibagi rata, sehingga keuntungan akan dibagikan.

Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki dua indeks yang menggambarkan kinerja saham syariah di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan

Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). JII pertama kali diluncurkan oleh BEI bersama dengan PT. Dana reksa Investment pada tanggal 3 Juli 2000. JII merupakan suatu indeks saham di indonesia yang mengitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis kegiatan usaha yang memenuhi kriteria syariah. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya


(35)

tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah ialah:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram. d. Produsen, distributor dan penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak

moral dan bersifat mudarat.

e. Melakukan investasi pada emiten yang tingkat (nisbah) hutang kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.

Kriteria perusahaan juga ditentukan oleh indeks kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun. Perdagangan saham dibursa JII menggunakan rata-rata harian perdagangan regular saham di bursa selama satu tahun. Kriteria saham-saham yang dipilih untuk dapat masuk ke dalam indeks syariah ialah sebagai berikut: a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.


(36)

c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.

e. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap enam bulan sekali. 8. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 februari 1997. Hari dasar untuk perhitungan adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993 - Juni 1994 hingga terpilih 45 emiten yang meliputi 72% dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 dari total nilai transaksi dipasar regular. Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (Liquid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Penilaian likuiditas seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi besar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ 45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Saham LQ 45 harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

a. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).


(37)

b. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Tercatat di Bursa Efek Indonesia selama paling sedikit 3 bulan. d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular.

Bursa Efek Indonesia terus memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45, setiap tiga bulan sekali akan dilakukan review pergerakan rangking saham-saham yang akan digunakan dalam perhitungan indeks LQ 45. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus.

9. Indeks JII

Jakarta Islamic indekx (JII) merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk merespon kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi syariah. Awal peluncuran pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah DIM, akan tetap seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam – LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional.

Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) paling tidak dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria indeks. Langkah ini diambil berkaitan dengan semakin merebaknya pengambangan ekonomi umat islam terutama negara yang dikelolah berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan JII adalah menjadi tolak ukur (benchmark) bagi investasi saham secara syariah di pasar modal.


(38)

Perbedaan mendasar antara indeks syariah dan non syariah adalah indeks non syariah memasukkan seluruh saham yang tercatat dibursa dengan mengabaikan halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku. JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi investasi berdasarkan syariat islam (Soemitra, 2009:130). Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariat islam.

investasi dalam pasar modal, khususnya dalam saham memiliki profil risiko dan hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Investor perlu memahami apakah investasinya telah memberikan hasil yang lebih baik dari rata-rata pasar. Melalui indeks syariah diharapkan investor lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang disumbangkan oleh para praktisi. Pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil peran serta Dewan Syariah Nasional serta accountability dari pihak bursa efek yang melakukan monitoring.

10.Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1 Kerangka Pikir

Return

Harga investasi sekarang Harga investasi sebelumnya

Risk Nilai return Rata-rata return

JII LQ 45


(39)

Jakarta Islamic Index (JII) dan LQ 45 merupakan saham-saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan tergolong saham unggul. Penelitian ini akan membandingkan return dan risk antara kedua saham tersebut, manakah saham yang memiliki tingkat pengembalian yang paling tinggi dan diikuti dengan risiko yang tinggi pula.

Keterkaitan antara return, risk dan investasi, tujuan utama investor melakukan investasi adalah mencari keuntungan baik itu investasi dalam sektor riil ataupun sekuritas. Pertimbangan selanjutnya adalah masalah risiko yang mungkin terjadi. Menurut Samsul (2006:294) Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi yaitu:

1) Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). 2) Tingkat risiko (rate of risk).


(1)

Peraturan tersebut menyatakan bahwa efek berupa saham, termasuk HMEDT syariah dan waran syariah, yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prisip syariah.

Saham syariah dapat diartikan sebagai bukti kepemilikan atas emiten atau perusahaan publik, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa, sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. (Soemitra 2010:138)

Prinsip dasar saham secara syariah adalah sebagai berikut: a. Bersifat musyarakah jika saham ditawarkan secara terbatas. b. Bersifat mudharabah jika saham ditawarkan kepada umum.

c. Tidak boleh ada perbedaan jenis saham sehingga ada keharusan untuk mendapatkan hasil tertentu.

d. Risiko harus dibagi rata, sehingga keuntungan akan dibagikan.

Bursa Efek Indonesia saat ini memiliki dua indeks yang menggambarkan kinerja saham syariah di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). JII pertama kali diluncurkan oleh BEI bersama dengan PT. Dana reksa Investment pada tanggal 3 Juli 2000. JII merupakan suatu indeks saham di indonesia yang mengitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis kegiatan usaha yang memenuhi kriteria syariah. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya


(2)

tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah ialah:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram. d. Produsen, distributor dan penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak

moral dan bersifat mudarat.

e. Melakukan investasi pada emiten yang tingkat (nisbah) hutang kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.

Kriteria perusahaan juga ditentukan oleh indeks kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun. Perdagangan saham dibursa JII menggunakan rata-rata harian perdagangan regular saham di bursa selama satu tahun. Kriteria saham-saham yang dipilih untuk dapat masuk ke dalam indeks syariah ialah sebagai berikut: a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.


(3)

c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.

e. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap enam bulan sekali.

8. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 februari 1997. Hari dasar untuk perhitungan adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993 - Juni 1994 hingga terpilih 45 emiten yang meliputi 72% dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 dari total nilai transaksi dipasar regular. Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (Liquid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Penilaian likuiditas seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi besar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ 45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Saham LQ 45 harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

a. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).


(4)

b. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Tercatat di Bursa Efek Indonesia selama paling sedikit 3 bulan. d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular.

Bursa Efek Indonesia terus memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45, setiap tiga bulan sekali akan dilakukan review pergerakan rangking saham-saham yang akan digunakan dalam perhitungan indeks LQ 45. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus.

9. Indeks JII

Jakarta Islamic indekx (JII) merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk merespon kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi syariah. Awal peluncuran pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah DIM, akan tetap seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam – LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional.

Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) paling tidak dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria indeks. Langkah ini diambil berkaitan dengan semakin merebaknya pengambangan ekonomi umat islam terutama negara yang dikelolah berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan JII adalah menjadi tolak ukur (benchmark) bagi investasi saham secara syariah di pasar modal.


(5)

Perbedaan mendasar antara indeks syariah dan non syariah adalah indeks non syariah memasukkan seluruh saham yang tercatat dibursa dengan mengabaikan halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku. JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi investasi berdasarkan syariat islam (Soemitra, 2009:130). Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariat islam.

investasi dalam pasar modal, khususnya dalam saham memiliki profil risiko dan hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Investor perlu memahami apakah investasinya telah memberikan hasil yang lebih baik dari rata-rata pasar. Melalui indeks syariah diharapkan investor lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang disumbangkan oleh para praktisi. Pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil peran serta Dewan Syariah Nasional serta accountability dari pihak bursa efek yang melakukan monitoring.

10.Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1 Kerangka Pikir Return

Harga investasi sekarang Harga investasi sebelumnya

Risk Nilai return Rata-rata return

JII LQ 45


(6)

Jakarta Islamic Index (JII) dan LQ 45 merupakan saham-saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan tergolong saham unggul. Penelitian ini akan membandingkan return dan risk antara kedua saham tersebut, manakah saham yang memiliki tingkat pengembalian yang paling tinggi dan diikuti dengan risiko yang tinggi pula.

Keterkaitan antara return, risk dan investasi, tujuan utama investor melakukan investasi adalah mencari keuntungan baik itu investasi dalam sektor riil ataupun sekuritas. Pertimbangan selanjutnya adalah masalah risiko yang mungkin terjadi. Menurut Samsul (2006:294) Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi yaitu:

1) Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). 2) Tingkat risiko (rate of risk).