Penggunaan teori portofolio modern (modern portofolio theory) dalam pembentukan return portofolio saham Syariah

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)

Oleh:

HUZAIMAH

107046200154

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGGUNAAN TEORI PORTOFOLIO MODERN (MODERN

PORTOFOLIO THEORY) DALAM PEMBENTUKKAN RETURN

PORTOFOLIO SAHAM SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)

Oleh:

HUZAIMAH NIM. 107046200154

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dr. Ir. IWAN PONTJOWINOTO, MM

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Penggunaan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) Dalam Pembentukkan Return Portofolio Saham Syariah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 18 Agustus 2011 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A NIP. 197004161997031004

Pembimbing : Dr. Ir. Iwan Pontjowinoto, MM

Penguji I : Titi Dewi Warninda, SE, MSi


(4)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Agustus 2011


(5)

ii

Efek Syariah (DES), dengan kriteria saham tersebut memiliki likuiditas yang tinggi, memiliki kepitalisasi pasar, total hutang ribawi dibanding ekuitas tidak lebih dari 82%, dan total pendapatan bunga dibanding total pendapatan tidak lebih dari 10%. Pembentukkan saham dengan menggunakan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) yaitu dengan Metode Markowitz berupa komposisi dan porsi saham yang masuk dalam portofolio dengan menghitung koefisien korelasi, kovarian, beta, varian, standar deviasi, dan selanjutnya menetapkan efficient frontier.

Kemudian mengukur kinerja portofolio berdasarkan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) dengan Risk Adjusted Return yaitu Indeks Sharpe, Indeks Jensen, dan Indeks Treynor. Adapun kurun waktu saham tersebut dari Januari – Desember 2010 dengan memakai data saham mingguan (weekly) dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan hasil pengukuran benchmark-nya yaitu return pasar, yaitu return IHSG. Serta melihat risiko dari saham yang terbentuk pada portofolio tersebut yang akan ditanggung investor dengan memberikan referensi kepada investor tipe konservatif, tipe moderat dan tipe agresif.

Hasil penelitian nya adalah Saham individu yang memiliki rata-rata return mingguan tertinggi adalah KLBF sebesar 1.6% dengan standar deviasi sebesar 6.14%. yang terendah adalah ENRG sebesar -1.16% dengan standar deviasi sebesar 7.68%. Standar deviasi tertinggi terdapat pada saham ENRG yaitu sebesar 7.68%. Portofolio dalam kurva minimum-variance frontier yang berada di atas garis yang melalui titik global minimum-variance portofolio (-0.0116 ; 0,0327) memberikan kombinasi risiko dan return yang baik sehingga dapat diketahui bahwa portofolio dari delapan belas saham syariah yang terbentuk adalah portofolio optimum.

Kinerja portofolio menggunakan Risk Adjusted Return menunjukkan Indeks Sharpe memberikan nilai 1.564; indeks Treynor sebesar 0.2480; indeks Jensen sebesar 0.1120. sedangkan nilai pasar sebesar 0.0074. Namun dari ketiga perhitungan indeks utama tersebut, kinerja portofolio yang paling baik terdapat pada Indeks Sharpe dengan nilai 1.564.

Penggunaan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) dalam membentuk suatu portofolio menghasilkan return dan risiko bagi investor tipe konservatif untuk berinvestasi pada saham SMGR dan saham INTP, Tipe Moderat berinvestasi pada saham PTBA dan pada saham UNTR, Tipe Agresif berinvestasi pada saham KLBF dan pada saham ITMG.

Kata Kunci: Portofolio Saham Syariah, Daftar Efek Syariah (DES), Bapepam-LK, Teori Portofolio Modern, Risk Adjusted Return, Diversifikasi Markowitz


(6)

iii

Tiada kata yang paling indah, syahdu dan balaghoh seraya kita memanjatkan Puja dan Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhamdulillahirobbil’alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Penggunaan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) Dalam Pembentukkan Return Portofolio Saham Syariah”. Shalawat teriring salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Rauf, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Iwan Pontjowinoto, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang saya banggakan, terima kasih Bapak karena begitu sabar memberikan banyak


(7)

iv

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis. 5. Bagian Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia terima kasih

atas data yang telah diberikan.

6. Kepada Ummi tercinta, Lilis Sholihah yang begitu ulet, gigih, sabar dan tak pernah mengenal letih dalam memperjuangkan pendidikan Putrimu ini. Ummi yang memahami kesibukan saya, dan men-support segala aktifitas saya. Terimakasih atas cinta, kasih dan sayangmu. Ku persembahkan Skripsi ini sebagai kado terindah di hari Ulang tahunmu. Emah sayang Ummi.

7. Ya Rabb, sampaikan ucapan terimakasih ku kepada orang-orang terkasih yang saat ini lebih dekat dengan-Mu. Abbi ku, Alm.Rofiuddin Abubakar, alm. Siti Maradiah nenekku, kakek Alm. Jalaluddin dan Engkong Alm. Abubakar Sanusi tersayang. Semoga amal ibadah kalian diterima di sisi Allah SWT.

8. Adikku Muhammad Dailami, Muthmainnah, Qothrunnada, dan Siti Roiyyatul Ummah, maafin kakak ya karena jarang pulang, dan makasih ya de ku sayang atas doa dan ketulusan sayangmu pada kakak. I love you All.

9. Kepada Nyai Siti Khosiah, Cing Hj. Mahmudah dan Mang H. Mahmud, Engkong H. Cecep Maskanul Hakim, Cing Maftuhah yang cantik, Cing Fadhilah, Mang Imron, Bi Eva, Bi Vivih, Bi ira, Sepupuku Mimi Hazami, hana, hani, abu, romi dan semua keluargaku yang tak dapat ku sebutkan satu persatu.


(8)

v

bang ay, ka slamet, ka zul, ka lela, ka eti, ka iik, ka evi, ka oji, ka ilyas, ka iskandar, dan semua angkatan GIGIL 2007. Ka MP, Ka Oci, Ka Olid, ka Sari, Ka Emon, Ka uun, zakiyah, usniah, zaki, tono, joni, ahyi, rini, nuy, rosa, dan seluruh warga Racana. Senang dapat menjadi bagian dari RFN Family.

11. UKM HIQMA, UKM KOPMA, BEMJ Asuransi Syariah, HIMALAYA Jakarta, Kajian Azzahra, adik-adik didik Pramuka ku dan TPA Agung Al-munawwar. Aku bangga dapat bergabung dengan sahabat semua.

12. Para sahabatku puput, wawan, vivi, nenk, mita, mpit, ela, rully, nabil, farhan, lukman, panji, aa asyep, mila, corina, zakiyah, lirin, alif, eva, abud, syifa cibul, dan semua teman seangkatan Asuransi 07. Khusus buat Atika yang selalu menjadi teman share saya, dan selalu menyemangati saya selama pembuatan skripsi. Semoga persahabatan dan pertemanan kita akan terus abadi hingga kita mati. Sungguh kalian merupakan bagian dari episode perjalanan hidupku.

13. Teruntuk “seseorang” yang akan selalu menjadi misteri, terimakasih selalu pengertian dan terima kasih atas segala nya, Maaf yah kalau selalu merepotkan. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam keadaan yang diridhoi-Nya.

Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.

Jakarta, 4 Agustus 2011 Huzaimah


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN………..……….i

ABSTRAK………..ii

KATA PENGANTAR………..……….iii

DAFTAR ISI………..………....vi

DAFTAR TABEL……….x

DAFTAR GAMBAR……….xii

DAFTAR GRAFIK………..……….xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..….1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...9

D. Review Kajian Terdahulu dengan Rencana Skripsi………...11

E. Kerangka Konseptual……….15

F. Pedoman Penulisan Skripsi………16


(10)

vii

A. Pasar Modal Syariah……….……18

1. Saham Syariah………..19

2. Efek Syariah……….22

3. Jenis Efek Syariah……….24

B. Emiten………...28

C. Peraturan Tentang Pasar Modal Syariah………29

D. Teori Portofolio Modern………31

1. Return………....36

a. Koefisien Korelasi dan Kovarian……….………37

2. Risiko……….38

a. Risiko Sistematik (Systematic Risk)…….…………40

b. Risiko Tidak Sistematik (Unsystematic Risk)……...41

3. Risk Adjusted Return……..………42

4. Diversifikasi Markowitz……….43

5. Efficient Frontier……..………..44

6. Portofolio Optimal………..………...47 E. Tipe Investor………….……….50


(11)

viii

B. Jenis dan Sumber Data………..…53

C. Objek Penelitian...54

D. Metode Pengumpulan Data...54

E. Metode Penentuan Populasi dan Sampel...55

1. Pemilihan Sampel Saham Syariah……….55

F. TeknikPengolahan Data...57

G. Teknik Analisis Data...57

1. Return………57

a. Koefisien Korelasi dan Kovarian………..58

2. Risiko………59

3. Beta………...60

4. Risk Adjusted Return……..………..61

5. Penggunaan Model Markowitz………...63

6. Menetapkan Efficient Frontier………...64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan………...65


(12)

ix

a. Return Saham dan Standar Deviasi…………..…………102

b. Varian dan Beta saham……….106

c. Korelasi Saham………107

d. Kovarian Saham………...109

e. Portofolio Optimum Model Markowitz ………….…….111

C. Analisis Kinerja Risk Adjusted Return……….115

1. Pengukur Kinerja Sharpe………...115

2. Pengukur Kinerja Treynor……….…………115

3. Pengukur Kinerja Jensen………...115

D. Tingkat Risiko Yang Akan Ditanggung Oleh Investor……...116

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...119

B. Saran………..…..121

DAFTAR PUSTAKA………...122 LAMPIRAN


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) dimana Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.1

UUPM tidak membedakan apakah kegiatan Pasar Modal tersebut dilakukan dengan Prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM, kegiatan Pasar Modal Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.2

1 Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Pasal 1, ayat 13

2 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam: Fiqih Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003), cet. 1, h. 101


(14)

Bagi emiten, pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penghimpunan dana guna membantu ekspansi usaha mereka. Dengan adanya pasar modal, para investor memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Namun tidak bisa dipungkiri kemelut sosial, politik, dan ekonomi yang masih berlangsung secara terus-menerus menyebabkan melemahnya kinerja perekonomian. Pasar modal yang memiliki peran sebagai indikator pendahulu (leading indicator) bagi perekonomian dapat juga terkena dampaknya.

Langkah awal dalam melakukan investasi adalah menentukan tujuan investasi dan jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan. Karena adanya hubungan positif antara resiko dan tingkat kembalian suatu investasi, maka tidaklah wajar bila investor menetapkan tujuan investasinya hanya untuk menghasilkan sebanyak mungkin kembalian tanpa mempertimbangkan resiko kerugian yang mungkin terjadi.

Namun demikian, masih dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang lain, yaitu menanamkan dana kas yang berlebihan ke dalam portofolio yang menguntungkan. Sejalan dengan hal itu, investor harus mampu menentukan besarnya dana yang dapat diinvestasikan. Sehingga seorang investor memerlukan pemahaman yang baik dalam hal analisis sekuritas, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.

Analisis teknikal adalah analisis penentuan harga saham (aset keuangan) sebuah perusahaan publik yang didasarkan atas relasi penawaran permintaan terhadap


(15)

saham (aset keuangan) perusahaan publik yang bersangkutan di bursa. Pendekatan analisis teknikal ini merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar yang telah dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individu maupun gabungan serta faktor lainnya.

Peningkatan harga saham satu perusahaan akan menggambarkan bahwa nilai perusahaan semakin meningkat, baik ditinjau dari sudut internal perusahaan maupun pihak-pihak luar perusahaan. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai perusahaan di masyarakat menjadi kurang baik.

Analisis fundamental adalah analisis penentuan harga saham (aset keuangan) yang didasarkan pada kesehatan keuangan sebuah perusahaan emiten. Kesehatan keuangan tersebut ditandai oleh kemampuan perusahaan publik yang bersangkutan untuk menghasilkan laba atau membayarkan pendapatan (dividen) kepada investor. Analisis fundamental ini berkaitan dengan analisis nilai perusahaan (value of the firm) atau nilai instristik (intrinsic value) dari saham perusahaan publik.3

Pendekatan fundamental merupakan salah satu cara yang biasa digunakan dalam menilai perusahaan. Pendekatan fundamental, terutama memperhatikan

3

Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 374-375


(16)

faktor yang pada umumnya berada diluar pasar modal yang akan mempengaruhi harga saham di masa mendatang.

Sementara itu, dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematik dan dan risiko tidak sistematik. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs, valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik merupaka risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industry tertentu. Fluktuasi risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industry tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain.4

Kemudian untuk seleksi portofolio pertama kali diperkenalkan dan dipublikasikan oleh Prof. Harry M. Markowitz pada bulan Maret tahun 1952 melalui Journal of Finance, 7, no. 1 dengan judul “Portofolio Selection”. Pendekatan Markowitz diawali dengan asumsi bahwa investor mempunyai sejumlah uang untuk di investasikan. Uang ini akan diinvestasikan dalam periode tertentu yang disebut

4


(17)

periode investasi. Pada akhir periode investasi, investor akan menjual sekuritas yang dibelinya pada awal periode dan kemudian membelanjakan hasil penjualannya untuk keperluan konsumsi atau menginvestasikan kembali dengan membeli sejumlah sekuritas atau keduanya. Oleh karena itu, pendekatan Markowitz dapat dipandang sebagai pendekatan periode tunggal, dengan awal periode pada saat t=0 dan akhir periode pada saat t=1. Saat t=0 investor harus membuat keputusan sekuritas mana yang akan dibeli dan disimpan hingga t=1. Karena portofolio adalah kumpulan sekuritas, keputusan ini setara dengan menyeleksi suatu portofolio optimal dari sekumpulan sekuritas yang ditawarkan atau yang tersedia.

Hal ini yang membuat pendekatan pendekatan Markowitz disebut sebagai model seleksi portofolio. Markowitz menyadari bahwa selain menginginkan kembalian yang tinggi, investor juga menginginkan kepastian dalam memperoleh kembalian tersebut. Ini berarti investor ingin meminimumkan resiko dari kembalian.

Teori Portofolio Modern (Modern Portfolio Theory) menjelaskan mengenai hubungan antara risiko portofolio, tingkat pengembalian investasi (return) dan korelasi antar saham pembentuk portofolio efisien. Namun pada kenyataannya kombinasi sekuritas yang efisien sulit dilakukan mengingat begitu banyaknya pilihan komposisi portofolio dapat dibentuk. Kinerja portofolio dipengaruhi oleh seberapa besar kontribusi dari masing-masing unit saham terhadap akumulasi risiko dan pengembalian (return) portofolio. Kontribusi masing-masing unit saham tersebut dipengaruhi oleh koefisien korelasi antar unit saham. Dengan meningkatnya jumlah


(18)

kombinasi saham yang berkorelasi negatif atau rendah maka risiko pasar portofolio akan semakin berkurang. 5

Dalam mengevaluasi kinerja portofolio saham, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan juga standar yang relevan.6

Untuk hal tersebut terdapat pengukuran kinerja saham yang bersifat risk-adjusted, yang memiliki pengertian bahwa pengukuran kinerja saham tidak hanya diperhatikan dari besarnya return saham, tetapi juga harus dilihat dari besarnya risiko yang harus ditanggung. Pada perkembangannya muncul metode pengukuran kinerja saham yang dikembangkan oleh Sharpe (1964), Treynor (1965), dan Jensen (1966). Konsep pengukuran yang dikembangkan ini didasarkan pada gabungan antara return dan risiko, yang kemudian disebut dengan risk-adjusted performance.

Kemudian dalam rangka mencapai keseragaman dan sebagai pedoman bagi para pemain di pasar modal syariah, Bapepam-LK mengeluarkan peraturan No. II.K.I mengenai kriteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) yang kemudian ditindak lanjuti dengan keluarnya surat Keputusan Bapepam dan LK No. Kep-325/BL/2007 tentang Daftar Efek Syariah (DES) pada tanggal 12 September 2007. Dan terakhir di

5 IPB, “Analisis pembentukan portofolio efisien menggunakan teknik pengelompokan beta saham

2005”, artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2011 dari

http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412-andimuhamm-442

6 William F. Sharpe, Investasi, Penerjemah Henry Njooliangtik dan Agustiono, (Jakarta : Prenhallindo, 1997), h. 15


(19)

tahun 2010 pada tanggal 29 November 2010 Bapepam dan LK mengeluarkan Keputusan No. Kep-523/BL/2010 yang berisi tentang ter-update atas Daftar Efek Syariah (DES).

Pada Daftar Efek Syariah (DES) terbaru yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK pada tanggal 29 November 2010 tersebut, terdiri dari 11 Surat Berharga Syariah Negara, 31 Sukuk/Obligasi Syariah, 49 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Syariah, dan 221 saham dengan 209 saham dari 8 jenis sub-bagian berdasarkan jenis industrinya ditambah dua sub bagian yang berisi saham-saham perusahaan publik yang tidak tercatat (Listing) di Bursa Efek (3 saham) dan saham-saham dari perusahaan yang telah dikeluarkan (delisting) dari bursa efek (9 saham).7

Karya akhir ini akan mengimplementasikan dan menganalisis salah satu metode diversifikasi yang dikenalkan Harry M. Markowitz. Metode ini membantu investor dalam memilih aset investasi dan menghitung porsi masing-masing aset tersebut secara ilmiah untuk membentuk suatu portofolio yang optimum.

Karya akhir ini diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi saham yang terdaftar pada Daftar Efek Syariah (DES), terutama dalam proses pembentukkan portofolio investasi.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penelitian ini berjudul "Penggunaan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) Dalam Pembentukkan Return Portofolio Saham Syariah".


(20)

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah membentuk portofolio dengan sampel delapan belas (18) saham dari dua ratus sembilan saham (209) yang terdaftar pada Daftar Efek Syariah (DES), dengan kriteria saham tersebut memiliki likuiditas yang tinggi, memiliki kepitalisasi pasar, total hutang ribawi dibanding ekuitas tidak lebih dari 82%, dan total pendapatan bunga dibanding total pendapatan tidak lebih dari 10%. Pembentukkan saham dengan menggunakan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) yaitu dengan Metode Markowitz berupa komposisi dan porsi saham yang masuk dalam portofolio dengan menghitung koefisien korelasi, kovarian, beta, varian, standar deviasi, dan selanjutnya menetapkan efficient frontier.

Kemudian mengukur kinerja portofolio berdasarkan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) dengan Risk Adjusted Return yaitu Indeks Sharpe, Indeks Jensen, dan Indeks Treynor. Adapun kurun waktu saham tersebut dari Januari – Desember 2010 dengan memakai data saham mingguan (weekly) dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran benchmark-nya dalam hal ini adalah return pasar, yaitu return IHSG. Serta melihat risiko dari saham yang terbentuk pada portofolio


(21)

tersebut yang mana akan ditanggung oleh investor yang dalam hal ini adalah memberikan referensi kepada investor tipe konservatif dengan prinsip investasi aman dan risikonya rendah, tipe moderat dengan prinsip tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi asalkan imbal hasilnya sepadan dan tipe agresif dengan prinsip High Risk High Return.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari apa yang diuraikan di atas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah perkembangan harga saham dan return saham dari delapan belas saham yang terpilih?

2) Bagaimana mengukur kinerja portofolio berdasarkan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) dengan menggunakan Risk Adjusted Return?

3) Bagaimana dengan tingkat risiko yang akan ditanggung oleh investor tipe konservatif, moderat dan agresif?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk memberikan informasi kepada investor akan perkembangan harga saham dan return saham dari delapan belas saham yang terpilih.


(22)

2) Untuk mengukur kinerja saham Daftar Efek Syariah (DES) berdasarkan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) dengan menggunakan Risk Adjusted Return (Indeks Sharpe, Indeks Jensen dan Indeks Treynor).

3) Untuk memberikan referensi kepada investor tipe konservatif, moderat dan agresif akan saham-saham yang sepadan dengan tipenya disertakan dengan risiko saham yang akan ditanggung oleh investor tersebut.

Penulis mengharapkan adanya manfaat dari penulisan penilitian ini antara lain : 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pemahaman tentang

pembentukkan portofolio saham syariah dengan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory).

2. Bagi pembaca dan calon investor, dapat menjadi panduan dan informasi bagi calon investor sebelum berinvestasi di saham syariah.

3. Bagi perusahaan investasi, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukkan kebijakan yang harus diambil agar lebih meningkatkan kinerja perusahaan.

4. Bagi akademisi, dapat menambah keragaman referensi tentang menentukkan alokasi aset investasi secara ilmiah untuk membentuk portofolio yang optimal di Daftar Efek Syariah (DES).


(23)

D. R EVIEW KAJIAN TERDAHULU DENGAN RENCANA SKRIPSI

Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang sama, serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya-karya tertentu, maka perlu sekali untuk dilakukan review terhadap kajian yang pernah ada.

Adapun tema yang penulis angkat pada penelitian ini adalah Penggunaan Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) Dalam Membentuk Return Portofolio Saham Syariah.

Berikut ini penulis memaparkan beberapa penelitian yang membahas tema yang sama, antara lain :

Tabel 1.1


(24)

N O PENULIS, SUMBER, JURUSAN, TAHUN JUDUL

POKOK MASALAH SUMBER DATA PENDEKATAN HASIL PEMBEDA

1. Arief Rofiadi, Tesis, Universitas Indonesia, 2007. Judul : “Optimasi Portofolio Saham Syariah dengan Permasalahannya adalah dari pembentukkan

portofolio optimal, mengungkapkan

saham-saham yang konsisten pada Jakarta

Islamic Index (JII)

selama periode 2003-2006.

Data harga saham syariah yang konsisten di JII dari bulan Januari 2003 sampai dengan bulan Desember 2006.

Metode yang digunakan

adalah studi pustaka dan data sekunder nya dari data harga saham syariah yang

dipublikasikan BEI. Sedangkan dalam

pengukuran

Hasil penelitian ini mengungkapkan tentang saham yang konsisten dalam JII periode 2003-2006, yang dimana telah di hasilkan 9 saham/emiten yang konsisten dalam JII yaitu ANTM (PT Aneka Tambang Tbk), GJTL (PT Gajah Tunggal Tbk), INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk), INTP (PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk), SMCB (PT Semen

Pembentukkan saham dengan menggunakan Teori Portofolio Modern

(Modern Portofolio

Theory) yaitu dengan

Metode Markowitz berupa komposisi dan porsi saham yang masuk dalam portofolio dengan menghitung koefisien korelasi, kovarian, beta, varian, standar deviasi,


(25)

Pemograman Non-Linear (Studi Kasus Saham Yang Konsisten Pada JII periode

2003-2006)”

adalah model Markowitz dengan metode perhitungan variance-covariance metric.

Cibinong Tbk), ISAT (PT Indosat Tbk), TLKM (PT Telekomunikasi Tbk), UNTR (PT United Tracktor Tbk), dan UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk). Kemudian kombinasi portofolio dari kesembilan saham tersebut meliputi kombinasi return : risk (3,20 : 7,92), (3,30 : 7,93), (3,40 : 7,97), (350 : 8,04), (4,00 : 8,72), (4,50 : 9,96), (5,00 : 11,66) dan (5,50 : 13,93). Pilihan terhadap portofolio optimal yang akan

dan selanjutnya menetapkan efficient

frontier. Kemudian

mengukur kinerja portofolio berdasarkan Teori Portofolio Modern

(Modern Portofolio

Theory) dengan Risk

Adjusted Return yaitu

Indeks Sharpe, Indeks Jensen, dan Indeks Treynor. Adapun kurun waktu saham tersebut dari Januari – Desember


(26)

diambil, sangat tergantung kepada preferensi atau pandangan investor terhadap risiko.

2010 dengan memakai data saham mingguan (weekly) dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran

benchmark-nya dalam

hal ini adalah return pasar, yaitu return IHSG.


(27)

E. KERANGKA KONSEPTUAL

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sampel saham pada Daftar Efek

(DES) Saham Bapepam LK

Plot Data Saham

Menghitung Return, Standar Deviasi, varian, Beta, koefisien korelasi, dan kovarian

Menghitung Kinerja Portofolio dengan Risk Adjusted Return Portofolio Optimum Model Markowitz

Menetapkan Efficient Frontier

Selesai


(28)

F. PEDOMAN PENULISAN

Penulisan penelitian ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan ini terbagi dalam 5 (lima) bab, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Berisi : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu dengan Rencana Skripsi, Kerangka Konseptual, Pedoman Penulisan Skripsi, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan : Pasar Modal Syariah (Saham Syariah, Efek Syariah, Jenis Efek Syariah), Emiten, Peraturan Tentang Pasar Modal Syariah, Teori Portofolio Modern (Return, Koefisien Korelasi dan Kovarian, Risiko, {Risiko Sistematik / Systematic Risk, Risiko Tidak Sistematik / Unsystematic Risk}, Risk Adjusted Return, Diversifikasi Markowitz, Efficient Frontier, Portofolio Optimal), Tipe Investor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini mendeskripsikan : Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Objek Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode


(29)

Penentuan Populasi dan Sampel (Pemilihan Sampel Saham Syariah), Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data (Return {Koefisien Korelasi dan Kovarian}, Risiko, Beta, Risk Adjusted Return, Penggunaan Model Markowitz, Menetapkan Efficient Frontier).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi mengemukaan tentang hasil penelitian dan pembahasan yaitu : Profil Perusahaan, Pergerakan Saham dan Return perusahaan (Pergerakan Saham perusahaan, Pembentukkan Return Portofolio Saham Syariah, Return Saham dan Standar Deviasi, Varian dan Beta saham, Korelasi Saham, Kovarian Saham, Portofolio Optimum Model Markowitz), Analisis Kinerja Risk Adjusted Return (Pengukur Kinerja Sharpe, Pengukur Kinerja Treynor, Pengukur Kinerja Jensen), Tingkat Risiko Yang Akan Ditanggung Oleh Investor.

BAB V PENUTUP


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PASAR MODAL SYARIAH

Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal adalah prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), sepanjang fatwa dimaksud tidak bertentangan dengan peraturan dan atau peraturan Bapepam dan LK yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI.

Menurut Iwan P. Pontjowinoto, terdapat empat pilar Prinsip Syariah di pasar modal, yaitu:1

1. Emiten dan efek yang diterbitkannya memenuhi kaidah keadilan, kehati-hatian dan transparansi.

2. Pelaku pasar (investor) yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang risiko dan manfaat transaksi di Pasar Modal.

3. Infrastruktur informasi bursa efek yang transparan dan tepat waktu yang merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar.

4. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat diselenggarakan secara efisien, efektif dan ekonomis.

1

Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah Di Pasar Modal, (Jakarta: Modal Publication, 2003), h. 38-39


(31)

1. Saham Syariah

Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragam sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang di anggap sesuai dengan keinginannya, di samping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan.2

Instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek syariah berbentuk penyertaan modal (kepemilikan atau saham) dan sukuk. Penyertaan modal atau saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan. Pemegang saham atau investor mendapatkan hasil melalui pembagian deviden dan capital gain. Perusahaan penerbit saham pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT).3

Dalam bahasa Belanda, saham disebut “aandel”, dalam bahasa Inggris disebut “share”, dalam bahasa Jerman disebut dengan “aktie”, dan dalam bahasa Perancis disebut dengan “action”. Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang

mencantumkan kata “saham” di dalamnya sebagai tanda bukti pemilihan sebagian

dari modal perseroan. Tentang saham diatur dalam pasar 40, 41, 42 KUHD.

2 BAPEPAM, “Studi Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada tanggal 04 Februari 2011dari http://bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/studipm Syariah.pdf

3


(32)

Pemegang saham mempunyai hak untuk menuntut dividen (return) dan hak-hak lain yang diberikan oleh anggaran dasar perseroan.4

Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seseorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.5

Adapun prinsip-prinsip Syariah pada saham syariah adalah:

a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi

konvensional.

c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram. d. Produsen, distributor, dan atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang

merusak moral dan bersifat mudarat.

e. Melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.

4

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2009), h. 93 5

Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham : Panduan Bagi Pemula, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 39


(33)

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Syarat saham syariah adalah:6

a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13, seperti judi, jasa keuangan berbasis bunga, asuransi konvensional, produk non halal, produk yang merusak moral dan atau bersifat mudharat, dan sebagainya.

b. Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:

1) Total hutang ribawi (berbasis bunga) dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82%.

2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%.

Secara proses seleksi saham syariah yang dilakukan Bapepam dan LK dapat dilihat pada gambar berikut:

6“Saham Syariah Makin Banyak”,


(34)

Gambar 2.1

Proses Seleksi Saham Syariah Yang Dilakukan Bapepam Dan Lk

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Sumber : Handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011 Bursa Efek Indonesia

2. Efek Syariah

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 80/DSN-MUI/III/2011 menerangkan Efek bersifat Ekuitas Sesuai Prinsip Syariah adalah Efek Bersifat Ekuitas yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK, yang dalam penyusunannya melibatkan DSN-MUI.

SAHAM

Emiten dan Perusahaan Publik yang menyatakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah

Dilakukan penelaahan sesuai Kriteria Peraturan II.K.1 huruf a b dan c, yang dilakukan oleh Regulator (Bapepam dan LK, Bursa Efek Indonesia, dan DSN-MUI), yaitu tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan

dengan prinsip syariah diantaranya:

Perjudian, penawaran palsu, unsur ribawi, produk haram dan unsur suap

SAHAM EMITEN dan PERUSAHAAN PUBLIK yang sesuai kriteria

Peraturan II.K.1 huruf d, Rasio hutang / modal ≤ 82% dan Pendapatan non

-halal/total pendapatan ≤ 10%akan dimuat dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dilakukan secara periodik 2 kali setahun

Dimuat dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dilakukan secara periodik 2 kali setahun


(35)

Jadi, Efek Syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.

Peraturan No.IX.A.14 menyebutkan akad-akad yang digunakan dalam penerbitan Efek Syariah, yaitu:

a. Ijarah, adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau upah (Ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek ijarah.

b. Kafalah, adalah perjanjian (akad) dimana Pihak Penjamin (kafil/guarantor) berjanji memberikan jaminan kepada Pihak yang dijamin (makfuul „anhu/ashil/debitur) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu/kreditur).

c. Mudharabah, adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang Menyediakan dana

(shahib al-mal) berjanji kepada Pengelola usaha (Mudharib) untuk

menyerahkan modal dan pengelola (Mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut.


(36)

d. Wakalah, adalah perjanjian (akad) dimana Pihak yang Memberi Kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada Pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu

.

3. Jenis Efek Syariah

Tahun 2004, Bapepam dan LK sebagai regulator di bidang pasar modal membentuk unit setingkat eselon 1 (satu) yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang diberi amanat dengan tugas dan fungsi untuk melakukan pengembangan pasar modal syariah, dari sisi pengembangan kebijakan dan regulasi. Hal pertama yang dilakukan dengan adanya unit ini adalah memasukkan pengembangan pasar modal syariah sebagai salah satu tujuan dalam Master Plan Pasar Modal 2004-2009.7

Tahun 2006, terbit paket peraturan Bapepam dan LK terkait pasar modal syariah, yaitu peraturan No.IX.A.13 Tentang Penerbitan Efek Syariah dan peraturan No.IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah.8

Pada tahun berikutnya, tahun 2007 Bapepam dan LK melakukan penyaringan atas saham-saham yang tercatat (listing) di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sebelum adanya penggabungan kedua bursa tersebut. Bapepam dan LK, khususnya melakukan penyaringan atas efek saham. Untuk efek pendapatan tetap syariah (Obligasi Syariah) atau Sukuk, Bapepam dan LK tidak mengadakan

7

Saat ini unit tersebut telah dikembangkan menjadi unit setingkat eselon 3 yang dipimpin oleh Kepala bagian pada tahun 2006

8 “Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia dan kebijakannya”,

Majalah Sharing, Edisi 46 Tahun V (Oktober, 2010), h. 20


(37)

penyaringan karena secara struktur efek Sukuk telah terdaftar sebaai efek yang dalam penerbitannya sesuai dengan syariah. Sehingga, terbitlah Daftar Efek Syariah (DES) yang pertama sebagai tindak lanjut terbitnya peraturan No.II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (DES). Penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) ini memberikan dampak yang sangat positif bagi kegiatan investasi syariah di Indonesia.

Data-data saham yang dilakukan penyaringan oleh Bapepam dan LK adalah sebagaimana tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Saham Dalam Penyaringan Bapepam dan Lk No Tempat Pencatatan (Listing) Jumlah

1 Bursa Efek Jakarta 160

2 Bursa Efek Surabaya 22

3 Bursa Efek Jakarta & Bursa Efek Surabaya 179

Jumlah Saham 361

Sumber : Kanny Hidaya, Tesis: Analisis Investabilitas Saham-saham Syariah Pada Daftar Efek Syariah (DES) Bapepam dan LK, h. 92

Dari hasil penyaringan atas saham-saham di atas dengan menggunakan data keungan tengah tahun 2007, maka dihasilkanlah 164 saham dengan rincian per sektor seperti terlihat dalam tabel 3.2 berikut:

Tabel 2.2

Daftar Efek Syariah Bapepam dan Lk (Berdasarkan Sektor) Tahun 2007

No Keterangan Jumlah Emiten %

1 Sektor Pertanian 6 3,66

2 Sektor Pertambangan 8 4,88

3 Industri Dasar dan Kimia 24 14,63


(38)

5 Industri Barang Konsumsi 20 12,20 6 Industri Properti dan Real Estate 30 18,29 7 Infrastruktur, Utilitas & Transport 11 6,71 8 Perdagangan, Jasa & Investasi 46 28,05

Total 164 100

Sumber: Tesis: Analisis Investabilitas Saham-saham Syariah Pada Daftar Efek Syariah (DES) Bapepam dan LK, h. 92

Sedangkan dari hasil penyaringan atas saham-saham di atas dengan menggunakan data keuangan tengah tahun 2010, maka dihasilkanlah 209 saham dengan rincian per sektor seperti terlihat dalam tabel 3.3 berikut:

Tabel 2.3

Daftar Efek Syariah Bapepam dan Lk (Berdasarkan Sektor) Tahun 2010

No Keterangan Jumlah Emiten %

1 Sektor Pertanian 11 5,26

2 Sektor Pertambangan 17 8,13

3 Industri Dasar dan Kimia 35 16,75

4 Aneka Industri 23 11,01

5 Industri Barang Konsumsi 21 10,05

6 Industri Properti dan Real Estate 36 17,22 7 Infrastruktur, Utilitas & Transport 10 4,78 8 Perdagangan, Jasa & Investasi 56 26,79

Total 209 100

Sumber: Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan(Bapepam dan LK) Nomor: KEP-523/BL/2010

Saat pertama kali diterbitkannya Daftar Efek Syariah (DES) yang berjumlah 164 dari 383 saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau mengomposisi 43%. Dalam perkembangannya jumlah Daftar Efek Syariah (DES) terus bertambah hingga


(39)

saat ini yaitu berjumlah 209 dari 414 saham terdaftar dan mengomposisi 51%. Seperti terlihat dalam tabel 3.4 berikut:

Tabel 2.4

Perkembangan Jumlah Daftar Efek Syariah (DES)

Period Published Date Sharia Share Listed Share %

I 30-Nov-07 164 383 43%

II 30-May-07 180 390 46%

III 30-Nov-08 185 396 47%

IV 29-May-09 177 396 45%

V 30-Nov-09 186 402 46%

VI 27-May-10 194 401 48%

VII 30-Nov-10 209 414 51%

AVAREGE 185 397 47%

Sumber: “Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia dan kebijakannya”, Majalah Sharing, Edisi 46 Tahun V Oktober 2010, h. 53

Dengan dikeluarkannya Daftar Efek Syariah (DES) ini investor maupun manager investasi wajib menggunakan Daftar Efek Syariah (DES) sebagai dasar bagi pihak yang menerbitkan Indeks Efek Syariah atau menyusun portofolio investasi Efek Syariah

B. EMITEN

Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 6 bahwa emiten adalah pihak yang melakukan Penawaran Umum.

Emiten merupakan sebutan bagi perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi (bond) dimana pembelinya adalah masyarakat umum. Emiten Saham


(40)

menjual saham melalui penawaran umum baik investor publik, penawaran kepada pemegang saham yang ada (right issue), maupun penawaran saham berikutnya (seasoned equity offering).9

Selanjutnya, Saham atau obligasi baru tersebut dapat dicatatkan di bursa efek untuk diperdagangkan antar-investor. Jadi seluruh perusahaan yang saham atau obligasinya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) disebut juga sebagai emiten. Namun tidak semua emiten mencatatkan saham atau obligasinya di bursa efek.

Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan sekuritas yang akan menjadi instrumen investasi untuk diperdagangkan di bursa. Emiten ini dapat dibedakan atas: (a) Perusahaan Publik; dan (b) Perusahaan Reksa Dana.10

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 22 disebutkan bahwa Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki oleh kurangnya 300 orang pemegang saham dan memiliki modal yang disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000 (Tiga Miliar Rupiah), atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Perusahaan Publik ini harus mendapatkan izin dari otoritas bursa untuk dapat menjual sahamnya kepada publik di bursa. Izin diberikan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Pasar Modal (Bapepam dan LK) dan pengelola bursa efek. Perusahaan Publik yang telah diberi izin dan dicatat sahamnya

9

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, h. 64 10

Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 364


(41)

di sebuah bursa, memberi hak kepada perusahaan publik yang bersangkutan untuk menjual sahamnya ke publik. Persyaratan yang ada ditujukan untuk melindungi kepentingan publik dari perbuatan tidak bertanggung jawab dari pihak emiten.

Menurut Iwan P. Pontjowinoto, terdapat ketentuan umum mengenai Emiten yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah adalah:11

1. Halal Produk dan jasa.

2. Halal Cara Perolehan dan tidak ada Pendapatan Riba, karena bunga Bank adalah Riba.

3. Halal Cara Perolehan dan memenuhi Prinsip Keterbukaan serta dilarang menciptakan keraguan yang dapat merugikan (gharar).

4. Halal Cara Pemakaian dan Manajemen Usaha yang berprilaku Islami.

5. Halal Cara Pemakaian dan Hubungan Dengan Investor, yang dimana Emiten

harus mempunyai pembukuan yang jelas (sebaiknya terpisah) mengenai kegiatan usaha yang dibiayai, sehingga dapat dinyatakan dengan transparan dan adil manfaat atau hasil usaha yang diperoleh pada kegiatan usaha yang dibiayai.

C. PERATURAN TENTANG PASAR MODAL SYARIAH Peraturan Perundang-undangan pasar modal adalah:

11


(42)

1. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Yaitu tentang Penerbitan Efek Syariah oleh Pihak Swasta seperti saham, sukuk korporasi, reksadana dan EBA.

2. Undang-undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Yaitu tentang Penerbitan Efek Syariah oleh Negara seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Paket peraturan yang terkait Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal adalah: 1. Peraturan Nomor IX.A.14 (Kep-131/BL/2006) Tentang Akad yang

Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah Di Pasar Modal.

2. Peraturan Nomor IX.A.13 (Kep-181/BL/2009) Tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (DES).

3. Peraturan Nomor II.K.1 (Kep-180/BL/2009) Tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (DES).

Ketentuan operasional pasar modal syariah diatur pula melalui fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), yaitu adalah:

1. 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah.

2. 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah.

3. 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

4. 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.


(43)

5. 41/DSN-MUI/III/2004 Tentang Obligasi Syariah Ijarah.

6. 59/DSN-MUI/IV/2007 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi. 7. 65/DSN-MUI/III/2008 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

Syariah (HMETD Syariah).

8. 66/DSN-MUI/III/2008 Tentang Waran Syariah.

9. 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara.

10.70/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

11.71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease Back

12.72/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back.

13.80/DSN-MUI/VI/20011 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

D. TEORI PORTOFOLIO MODERN

Di Pasar Modal seringkali didengar sebuah kata “Portofolio”, bahkan para Manager Investasi sering membahas kata portofolio. Portofolio memberikan arti bahwa pemilikan aset lebih dari satu, misalnya Reksa Dana Nikko Saham Nusantara (NSN) mempunyai saham sebagian investasi sebanyak 10 saham yaitu Telkom, BNI

’46, Gudang Garam, HM Sampoerna, Indosemen T.P, Indofood S.M, Astra Internasional, Astra Internasional, Astra Internasional, Bank Internasional Indonesia,


(44)

Semen Gresik, dan Indosat. Pernyataan portofolio NSN adalah portofolio dalam saham.

Portofolio dalam properti yaitu hotel, apartemen, pertokoan, real estate, dan pergudangan. Portofolio dalam deposito berjangka yaitu deposito berjangka satu bulan, deposito berjangka tiga bulan, deposito berjangka enam bulan dan deposito berjangka dalam satu tahun. Portofolio dalam obligasi yaitu obligasi tingkat bunga mengambang dan obligasi tingkat bunga tetap serta obligasi dengan tingkat bunga campuran antara tetap dan mengambang. Tetapi, portofolio bisa saja dalam bentuk deposito, properti, saham dan obligasi bahkan mengikutsertakan investasinya dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI).12

Portofolio adalah sekelompok instrumen investasi yang dipilih sebagai objek investasi dari seorang investor atau sebuah perusahaan investasi.13 Portofolio merupakan susunan aset finansial dalam investasi yang dilakukan oleh seorang investor melalui pasar modal dan atau melalui Pasar Modal dan Pasar uang.

Menurut Sunariyah14, Portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduamya. Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal

12

Edler Haymas Manurung, Ekonomi Finansial, (Jakarta: PT Adler Manurung Press, 2010), h. 27 13

Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 377

14

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003), edisi ke-3, h.4


(45)

biasanya tidak hanya memilih satu saham saja. Dengan melakukan kombinasi saham, pemodal bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui diversifikasi.

Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.15

Portofolio merupakan penganekaragaman (diversifikasi) pada beberapa peluang investasi yang dilakukan oleh investor perorangan atau lembaga.16 Sedangkan menurut Suad Husnan, Portofolio adalah sekumpulan kesempatan investasi. Jadi portofolio saham adalah sekumpulan saham yang dibentuk dalam rangka diversifikasi untuk mengurangi resiko.17

Oleh karena itu, adanya beberapa aset dalam portofolio juga memberikan sebuah konsep lain yang harus dipahami yaitu proporsi aset dalam portofolio (Portofolio Weight). Proporsi aset dalam portofolio ini dapat bervariasi dari lebih besar nol persen sampai dengan dibawah 100 persen. Bila sebuah portofolio hanya mempunyai

15

Yuli Kurniyati, (Analisis Portofolio Saham Yang Optimal di BEJ dengan Menggunakan Indeks Beta,

(Skripsi Progam Sarjana Ekonomi-Universitas Negeri Semarang, 2007), h. 24 16

Sabar warsini, Manajemen Investasi, (Jakarta: Semesta Media, 2009), h. 117 17

Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001), h. 54


(46)

satu aset, maka proporsi aset dalam portofolionya sebesar 100%, tetapi ini bukan disebut portofolio.

Teori Portofolio yang dikembangkan oleh Harry M. Markowitz ini menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio, dan korelasi antar return.

Teori Portofolio Markowitz ini disebut juga Teori Portofolio Modern yang biasa disebut pula sebagai Mean-Varian Model, dalam hal ini menekankan pada usaha memaksimalkan ketidakpastian/risiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal. Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari Mean-Varian Model, yang berusaha untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio. Dari sekian banyak kombinasi yang mungkin dipilih, investor rasional pasti akan memilih portofolio optimal (efficient set). Teori revolusioner yang ditemukan oleh Markowitz ini sangat membantupara investor untuk menentukan proporsi yang efisien dalam berinvestasi dipasar modal. Investor dapat mengkombinasikan investasi di beberapa saham secara efisien untuk dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) adalah teori investasi yang mencoba untuk memaksimalkan portofolio yang diharapkan kembali dengan jumlah tertentu risiko portofolio, atau ekuivalen meminimalkan risiko untuk mencari


(47)

tingkat pengembalian yang diharapkan, dengan hati-hati memilih berbagai proporsi aset.

Dapat diketahui, Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) adalah formulasi matematika dari konsep diversifikasi dalam berinvestasi, dengan tujuan memilih koleksi aset investasi yang telah menurunkan resiko aset kolektif dari pada individu. Bahwa ini mungkin dapat dilihat secara intuitif karena berbagai jenis aset sering perubahan nilai dengan cara yang berlawanan. Sebagai contoh, karena harga dipasar saham cenderung bergerak secara independen dari harga dipasar ikatan, koleksi kedua jenis asset sehingga dapat memiliki risiko secara keseluruhan lebih lebih rendah dibandingkan secara individu. Tetapi diversifikasi menurunkan risiko bahkan jika kembali aset tidak berkorelasi negatif, bahkan jika mereka berkorelasi positif.

Tujuan akhirnya adalah mengurangi risiko investasi dengan membentuk portofolio yang berkorelasi paling rendah (negatif). Untuk menyaring saham yang berkorelasi rendah dapat dilakukan dengan menggabungkan saham-saham beta negatif dengan saham beta positif. Pergerakan harga saham dengan beta negatif akan cenderung berlawanan dengan pergerakan harga pasar pada umumnya sedangkan saham beta positif akan cenderung searah dengan pergerakan pasar sehingga jika dipadukan dalam satu portofolio kemungkinan besar kedua kelompok saham tersebut berkorelasi rendah atau negatif. Dengan demikian metode pembentukan portofolio saham yang optimum dapat dicapai dengan menggabungkan kelompok saham beta positif dan kelompok saham beta negatif.


(48)

Lebih teknis, model Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) aset kita kembali terdistribusi secara normal fungsi, mendefinisikan risiko sebagai standar deviasi return, dan model portofolio sebagai kombinasi tertimbang aktiva, supaya kembalinya portofolio adalah kombinasi tertimbang mengembalikan aset. Dengan menggabungkan aset pengembalian yang berbeda dan tidak positif berkorelasi sempurna, Teori Portofolio Modern (Modern Portofolio Theory) berupaya mengurangi jumlah varian dari return portofolio.18

Suatu portofolio juga memiliki tingkat return dan risiko seperti halnya sebuah aset investasi. Namun, pembentukkan portofolio adalah suatu upaya melakukan trade-off yang terbaik antara risiko dan return. Risiko yang rendah belum tentu akan memuaskan investor karena cenderung menghasilkan return yang rendah pula. Sebaliknya return yang tinggi biasanya diiringi dengan tingkat risiko yang tinggi biasanya diiringi dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Investor yang rasional akan mencari kombinasi investasi dalam portofolio yang akan memberikan perbandingan yang terbaik antara risiko dan return.

1. Return

Setiap investasi yang dilakukan diharapkan mendatangkan sejumlah return yang sesuai dengan ekspektasi setiap investor. Menurut Abdul Halim, return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.

18 “Tugas teori Portofolio Modern” artikel diakses pada tanggal 15 Maret 2011 dari http://www.scribd.com/doc/47347764/Tugas-Teori-portofolio-modern


(49)

a. Koefisien Korelasi dan Kovarian

Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah temuannya bahwa return aset itu berkorelasi antara satu dengan yang lainnya, dan tidak independen. Oleh karena itu, risiko portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset yang ada dalam portofolio, tetapi juga harus mempertimbangkan efek keterkaitan antar return aset tersebut dalam pengestimasian risiko portofolio. Kontribusi risiko akibat keberadaan hubungan antar return aset, dapat diwakili oleh nilai kovarian atau koefisien korelasi.

Menurut Eduardus Tandelilin, Koefisien Korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara dua variabel. Dalam konteks diversifikasi, ukuran ini akan menjelaskan sejauh mana return dari suatu sekuritas terkait satu dengan lainnya. Ukuran tersebut biasanya dilambangkan dengan (ρi,j) dan berjarak

(berkorelasi) antara +1,0 sampai -1,0, dimana 19:

Jika ρi,j = + 1,0 ; berarti korelasi positif sempurna;

Jika ρi,j = - 1,0 ; berarti korelasi negatif sempurna;

Jika ρi, j = - 0,0 ; berarti tidak ada korelasi.

Kovarian adalah ukuran absolut yang menunjukkan sejauh mana dua variabel mempunyai kecenderungan untuk bergerak secara bersama-sama. Dalam konteks manajemen portofolio, kovarian menunjukkan sejauh mana

19


(50)

return dari dua sekuritas mempunyai kecendrungan bergerak bersama-sama. Kovarians bisa berbentuk angka positif, negatif, maupun nol. Sebagai contoh, misalnya kita menggabungkan dua sekuritas.

2. Risiko

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktivitas ekonomi selalu ada risiko. Risiko disamakan dengan ketidakpastian (Uncertainty). Dalam Islam ketidakpastian adalah gharar. Sedangkan gharar dilarang oleh agama Islam. Oleh karenanya sangat penting melakukan upaya pembedaan terhadap gharar, atau risiko atau ketidakpastian.20

Dalam perspektif Syariah, ada tiga risiko agar dapat dikategorikan sebagai tolerable risk, yaitu:21

a. Dapat diabaikan (negligible/ Al-Gharar Yasir).

Untuk suatu tolerable risk maka kemungkinan dari kegagalan haruslah lebih kecil daripada kemungkinan tingkat keberhasilannya.

b. Tidak dapat dihindarkan (inevitable/Laa yumkin Tahrizu Minhu).

Mengidentifikasi bahwa tingkat penambahan nilai dari suatu aktifitas transaksi tidak dapat diwujudkan tanpa adanya kesiapan untuk menanggung ririko.

c. Tidak diinginkan dengan sengaja (unintentional/Ghairu Maqshud).

20

Inggi Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal Menggagas Konsep, h. 50 21 Iggi Haruman Achsan, “Pengantar Landasan Fikih Pasar Modal.” Dalam

Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011,30 April 2011 (Jakarta: Bursa Efek Indonesia, 2011)


(51)

Mengisyaratkan bahwa tujuan dari suatu transaksi ekonomi yang normal adalah untuk menciptakan nilai tambah, bukan untuk menanggung risiko. Sehingga risiko bukan merupakan sesuatu yang menjadi keinginan dari suatu transaksi keuangan dan investasi.

Salah satu ukuran risiko adalah seberapa besar kemungkinan nilai portofolio di masa depan menyimpang dari nilai yang diharapkan atau diramalkan. Lebih spesifiknya, risiko bagi sebagian besar investor berhubungan dengan kemungkinan nilai portofolio di masa depan lebih rendah dari yang diperkirakan.22

Menurut Eduardus Tandelilin, ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko negara (Country Risk).23

Risiko portofolio adalah tingkat ketidakpastian return yang akan dihasilkan suatu portofolio. Investor akan mencari return yang paling optimum dalam portofolio dan cenderung untuk mencari risiko yang rendah.

Menghitung risiko portofolio tidak sama seperti menghitung return portofolio. Risiko portofolio bukanlah penjumlahan masing-masing tingkat risiko (standar deviasi) aset investasi dikalikan porsinya.

22

Frank J. Fabozzi, dkk, Pasar & Lembaga Keuangan, (Terjemah oleh Chaerul Djakman), (Jakarta : Salemba Empat, 1999), h. 258

23


(52)

Varian dan Standar Deviasi mengukur ketidakpastian hasil. Standar Deviasi dari tingkat imbal hasil adalah ukuran risiko. Jadi, Varian dihitung untuk mengukur risiko. Nilai varian akan selalu positif karena adanya pengkuadratan. Nilai penyimpangan akan menjadi besar karena dilakukan pengkuadratan tersebut.

Dalam Teori Portofolio Modern (Modern Portfolio Theory), risiko investasi dipisahkan menjadi dua jenis risiko, atas dasar itu suatu jenis risiko tertentu dapat dihilangkan dengan diversifikasi atau tidak. Kedua jenis risiko tersebut adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.

a. Risiko Sistematik (Systematic Risk)

Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Dengan kata lain, risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat di diversifikasikan.24

Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (undiversifiable) disebut pula risiko pasar yang berkaitan dengan perekonomian secara makro. “risk that attributable to marketwide risk sources.” Artinya adalah risiko yang mewakili risiko pasar yang luas.

24


(53)

jenis risiko sistematik yaitu Interest Rate risk, Inflation, and risk Market Risk.25

b. Risiko tidak Sistematik (Unsystematic Risk)

Risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio.26

Risiko khusus yang terdapat pada masing-masing perusahaan, seperti risiko kebangkrutan, risiko manajemen, dan risiko industri khusus perusahaan yang disebut juga risiko yang dapat di diversifikasikan. “The risk can be eliminated by diversification.” Artinya adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Jenis-jenis dari risiko tidak sistematik yaitu Bussiness risk, Financial risk.27

25

Firdaus Simatupang, Analisis Kinerja Saham Syariah Terhadap Saham Konvisional Yang Diperdagangkan Di BEI Pada Masa Krisis, (Skripsi Progam Sarjana Ekonomi Syariah-Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 32

26

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, h. 104-105 27


(54)

3. Risk Adjusted Return

Pada dasarnya setiap pemodal selalu menyukai investasi yang diharapkan memberikan keuntungan yang sama tetapi dengan risiko yang lebih kecil atau dengan risiko yang sama diharapkan memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar. Return dan risk sendiri juga memiliki korelasi positif. Asumsi bahwa investor biasanya risk averse membuat risk adjusted return sebagai parameter yang relevan untuk perbandingan.

Dalam hal ini, seorang investor ketika melakukan pengukuran kinerja suatu portofolio, umumnya hanya melihat kepada besarnya rate of return yang dihasilkan oleh portofolio tersebut.

Kinerja portofolio diukur dengan tiga metode pengukuran kinerja portofolio utama, yaitu : Indeks Treynor, Indeks Sharpe, dan Indeks Jensen.

Indeks Treynor relevan digunakan untuk investor yang memiliki berbagai portofolio yang menanamkan dananya pada berbagai reksa dana (Mutual Fund), atau melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam beta (β), yaitu risiko pasar atau sistematis.28

Indeks Sharpe diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi. Indeks sharpe ini relevan digunakan untuk investor yang

28


(55)

menanamkan dananya sebagian besar pada portofolio tersebut, sehingga risiko portofolio dinyatakan dalam standar deviasi.29

Indeks Jensen mengukur selisih antara premi risiko portofolio dengan premi risiko pasar berdasarkan tingkat risiko sistematisnya. Metode ini didasarkan pada konsep garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko.30

4. Diversifikasi Markowitz

Pandangan Markowitz tentang diversifikasi adalah bahwa diversifikasi tidak hanya ditujukan untuk mengurangi risiko dengan menggunakan standar deviasinya tapi juga dengan mengurangi kovarian atau hubungan risiko antar aset investasi.

Menurut Eduardus Tandelilin, Diversifikasi Markowitz itu merupakan pembentukan portofolio dengan mempertimbangkan kovarian dan koefisien korelasi negatif antar-aset agar dapat menurunkan risiko portofolio. Diversifikasi yang lebih efisien dari diversifikasi secara random adalah diversifikasi berdasarkan model Henry Markowitz (sekitar tahun 1950-an), dan dikenal sebagai diversifikasi Markowitz. Nasihat Markowitz yang sangat penting dalam diversifikasi portofolio adalah ”Janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”, karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. 31

29

Abdul Halim, Analisis Investasi, h. 68-69 30


(56)

Dalam konteks investasi, ajaran tersebut bisa diartikan sebagai ”janganlah

menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja, karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita investasikan akan lenyap”. Sekilas ajaran tersebut terlihat sederhana, tetapi dalam Teori Portofolio Markowitz, ditunjukkan secara kuantitatif mengapa dan bagaimana diversifikasi bisa menurunkan risiko portofolio.

Dalam melakukan diversifikasi, parameter paling utama dalam teori portofolio markowitz adalah :

a. Axpected return

b. Return variability yang diukur dengan standar deviasi

c. Covariance

5. Efficient Frontier

Efficient Frontier merupakan gambaran dari portofolio yang optimal dari sejumlah portofolio yang menawarkan 2 (dua) aspek benefit yang dapat dinikmati , yaitu menawarkan ekspektasi return yang diharapkan maksimum untuk berbagai tingkat risiko dan menawarkan risiko yang minimum untuk berbagai tingkat ekspektasi return yang diharapkan.32

Sejumlah portofolio yang memenuhi dua kondisi tersebut dinamakan sebagai efficient set atau efficient frontier, sedangkan feasible set menunjukkan seluruh portofolio yang dapat dibentuk dari N sekuritas yang terletak di atau dalam batas

31

Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, h. 116-117 32


(57)

feasible set. Untuk memudahkan pemahaman terhadap teorema feasible set dan efficient set dapat menggunakan gambar sebagai berikut:

Gambar 2.2

Efficient Set Dan Efficient Frontier

(Daerah yang layak dan efisien) Return yang diharapkan, Rp

•S H

Daerah Layak

G Risiko, σp

Sumber : William F. Sharpe, Investasi, h. 159

Batas feasible set adalah titik-titik yang dinotasikan G, E, S, dan H pada gambar diatas. Secara umum portofolio-portofolio tersebut membentuk gambar payung seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tergantung pada portofolio yang terlibat, bentuk tersebut dapat lebih ke kanan atau ke kiri atau lebih tinggi dan rendah, atau juga lebih tebal atau tipis dari gambar di atas.

Efficient set dapat diketahui lokasinya dengan menerapkan teorema efficient set pada feasible set. Teorema pertama bahwa portofolio yang dipilih adalah yang menawarkan ekspektasi return maksimum untuk berbagai tingkat risiko jauh pada


(58)

titik S karena tidak ada return yang melebihi titik S. alasannya jika ditarik garis horizontal melalui titik S, maka tidak ada portofolio yang terletak diatasnya.

Teorema kedua yang mensyaratkan pilihan portofolio dengan risiko yang minimum untuk berbagai tingkat ekspektasi return dicapai pada titik E. Alasannya, jika ditarik garis vertikal melalui titik E, tidak akan ada portofolio yang terletak di sebelah kiri titik E. dengan demikian, efficient set terletak pada garis antara E dan S.

Gambar 2.2 merupakan plotting titik-titik risiko dan return saham individual (berwarna putih) dan titik-titik risiko dan return portofolio yang dihasilkan dari perhitungan dengan metode Markowitz (berwarna hitam).

Gambar 2.3 Efficient Frontier

Efficient Frontier

Global Minimum Variance Portofolio

Minimum Variance Frontier

E(Ri) (%)


(59)

Kurva minimum-variance frontier adalah titik-titik return dan risiko portofolio yang membentuk kurva yang menggambarkan nilai varian (standar deviasi) portofolio yang paling kecil pada tingkat return tertentu. Global minimum-variance portofolio adalah titik yang berada pada kurva tersebut yang memiliki nilai standar deviasi portofolio yang paling kecil.

Portofolio dalam kurva minimum-variance frontier yang berada di atas garis yang melalui titik global minimum-variance portofolio memberikan kombinasi risiko dan return yang paling baik sehingga dapat dijadikan kandidat untuk menjadi portofolio optimum. Bagian kurva yang berada di atas global minimum-variance portofolio disebut efficient frontier. Sedangkan bagian kurva yang berada di bawah global minimum-variance portofolio merupakan kurva portofolio yang tidak efisien karena pada tingkat standar deviasi yang sama terdapat portofolio yang menghasilkan return yang lebih tinggi.

6. Portofolio Optimal

Seorang investor akan dihadapkan pada banyak pilihan yang memerlukan analisis serta perhitungan yang matang agar memperoleh return yang sesuai dengan harapan serta risiko yang dapat dikelola dengan baik. Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukkan portofolio yang dapat memberikan kombinasi return dan risk yang optimum. Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan tingkat keuntungan diharapkan yang maksimum dengan tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu.


(60)

Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien. Pemilihan portofolio optimal didasarkan pada preferensi investor terhadap return harapan dan risiko yang ditunjukkan pada kurva berikut ini:33

Gambar 2.4

Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Return yang diharapkan, Rp

U2

U1 Garis Permukaan Efisien B-C-D-E

D E C G

B H Titik-titik Portofolio

A Optimal B, C, D, E

Risiko, σp

Sumber : Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, h. 161

Garis vertikal pada Gambar 2.1 di atas menunjukkan tingkat return harapan, sedangkan garis horizontal menggambarkan tingkat risiko portofolio. Bidang ABCDEGH dalam gambar diatas menunjukkan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor. Bagian yang ditunjukkan oleh garis BCDE disebut sebagai permukaan

33


(61)

efisien (Efficient Frontier), yaitu kombinasi aset-aset yang membentuk portofolio yang efisien. Bagian ini merupakan bagian yang mendominasi (lebih baik) dibandingkan dengan titik-titik lainnya (A,G,H). Bagian yang ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan-pilihan portofolio terbaik bagi investor dibanding AGH, karena BCDE mampu menawarkan tingkat return yang lebih tinggi dengan risiko yang sama dibanding bagian AGH. Sebagai contoh, jika portofolio pada titik B kita bandingkan dengan portofolio titik A, maka akan terlihat bahwa portofolio B mampu memberikan tingkat return yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang hampir sama dengan titik A. Demikian pula halnya dengan titik-titik C, D, dan E yang terlihat lebih baik (dominan) dibanding titik G dan H, karena mampu menawarkan tingkat return yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama dengan titik. Oleh karenanya, pilihan investor nantinya akan berada di titik-titik yang ditunjukkan oleh garis BCDE dalam gambar tersebut.

Salah satu titik kombinasi portofolio yang dipilih investor dari garis BCDE disebut sebagai portofolio optimal. Pemilihan portofolio optimal ditentukan oleh preferensi investor terhadap return harapan dan risiko. Preferensi investor ditunjukkan oleh kurva indeferen (u1, dan u2). Dalam gambar di atas, terlihat bahwa

kurva indeferen investor bertemu dengan permukaan efisien pada titik D. Artinya, portofolio optimal bagi investor tersebut adalah portofolio pada titik D, karena portofolio D tersebut menawarkan return harapan dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor tersebut.


(62)

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari Model Markowitz, yaitu:34

a. Semua titik portofolio yang ada dalam permukaan efisien mempunyai kedudukan yang sama antara satu dengan lainnya. Artinya, tidak ada titik-titik portofolio di sepanjang garis permukaan efisien yang mendominasi titik-titik portofolio lainnya yang sama-sama berada pada garis permukaan efisien. b. Model Markowitz tidak memasukkan isu bahwa investor boleh meminjam

dana untuk membiayai investasi portofolio pada aset yang berisiko. Model Markowitz juga belum memperhitungkan kemungkinan investor untuk melakukan investasi pada aset bebas risiko.

c. Dalam kenyataannya, investor yang berbeda-beda akan mengestimasi input yang berbeda pula ke dalam Model Markowitz, sehingga garis permukaan efisien yang dihasilkan juga berbeda-beda bagi masing-masing investor tersebut.

E. TIPE INVESTOR

Orientasi investasi keuangan setiap orang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada kondisi ekonomi dan tingkat pemahaman serta pengetahuan seseorang terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan. Perbedaan ini akan berpengaruh kepada keputusan seseorang dalam memilih jenis investasi yang akan ia gunakan untuk mengelola kelebihan dana yang dimilikinya.

34


(63)

Secara umum orang yang berinvestasi (investor) ada 3 tipe yaitu:35

1. Konservatif : Sangat takut / tidak berani menghadapi resiko investasi. Tipe Konservatif akan memilih jenis investasi berpendapatan tetap misalnya deposito, pasar uang, reksadana pendapatan tetap dan obligasi. Tipe investor yang cenderung bermain di instrumen investasi yang aman dan risikonya rendah.

2. Moderat : Bersikap berhati-hati ketika melakukan investasi dan cenderung tidak berani mengambil resiko. Tipe Moderat akan menempatkan dananya pada jenis investasi pasar modal (ekuitas), reksadana campuran dan jenis investasi berpendapatan tetap dan dan sebagian kecil saham. Investor moderat, adalah investor yang memiliki tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi asalkan imbal hasilnya sepadan.

3. Agresif: Disebut juga dengan Risk Taker. Tipe ini sangat berani menghadapi resiko. Risk Taker merasa tidak nyaman apabila berinvestasi pada jenis investasi yang memberikan hasil (return) kecil. Ia sangat percaya bahwa berinvestasi pada instrumen yang beresiko tinggi berarti ia berpotensi mendapatkan hasil yang tinggi (high risk – high return). Tipe Agresif akan menempatkan dananya pada jenis investasi dominan ke saham (ekuitas). Investor agresif, adalah investor dengan tingkat toleransi risiko yang tinggi.

35“Tipe Investor”

artikel diakses pada tanggal 10 September 2011 dari http://asuransitakaful.net/tips-memilih-asuransi/tipe-tipe-investor/


(64)

Pada investor ini, justru gembira bila bertemu dengan instrumen investasi yang risikonya tinggi. Bahkan pada skala ekstrim, ia menjadi spekulan.

Banyak ahli mengasosiasikan usia dengan ketiga jenis investor tersebut. Dikatakan, usia 20an-35 adalah investor tipe agresif, usia 35-50 adalah tipe moderat, sedangkan 50-dst adalah orang cenderung bertipe konservatif.

Pada tabel di bawah ini terdapat beberapa strategi yang bisa Anda pakai sesuai dengan kemampuan menanggung risiko. Pada prinsipnya semakin konservatif, time horizon investasi investor sebaiknya semakin panjang. 36

Tabel 2.5 Tipe Investor

Investor Konservatif Investor Moderat Investor Agresif Reksa dana / Unit Link. Jika ingin

bertransaksi sendiri, belilah saham blue chip atau yang liquiditasnya tinggi. Saham seperti ini biarpun turun, suatu saat pasti naik lagi. Hindari saham-saham yang tidak jelas/gorengan.

Selain membeli saham blue chip, Anda juga bisa membeli saham lapis kedua. Kira-kira porsi sahamnya blue chip : lapis kedua = 70% : 30% atau 80% : 20%

Selain saham blue chip dan lapis kedua, lapis ketiga juga bisa menjadi sasaran (saham

gorengan). Namun jangan semua uang Anda di mainkan saham gorengan

Long term investment (investasi jangka panjang), memegang saham 1-5 tahun.

Bisa melakukan investasi jangka menengah, yaitu memegang saham 3 bulan-1 tahun.

Strategi lebih bervariasi. Bahkan bisa menjadi day trader.

Bisa juga Anda melakukan swing trading, memegang saham dalam kurun waktu beberapa hari-3 bulan.

36 “Tipe

-tipe Investor” artikel diakses pada tanggal 10 September 2011 dari http://tradingonlinesite.typepad.com/blog/2010/02/tipe-investor-apakah-anda.html


(65)

(1)

Struktur Pasar Modal Indonesia

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Menteri Keuangan

BAPEPAM

(Badan Pengawas Pasar Modal)

Bursa Efek LKP LPP

Perusahaan Efek Lembaga Penunjang Profesi Penunjang Pemodal Emiten Perusahaan Publik Reksa dana  Penjamin emisi  Perantara Pedagang Efek  Manajer Investasi

 Biro Adm Efek

 Kustodian  Wali amanat  Pemeringkat efek  Akuntan  Konsultan Hukum  Penilai  Notaris  Domestik  Asing


(2)

Tabel : Jumlah Emiten dan Klasifikasi Industri Pasar Modal Indonesia


(3)

Tabel : Komposisi Kepemilikan efek lokal dan asing hingga 30 November 2010


(4)

Tabel : Jumlah Emisi dan Jenis Emisi Pasar Saham Indonesia


(5)

Tabel : Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ45, dan JII


(6)