47
HASIL
1. Kondisi Lokasi Pengambilan Sampel Vegetasi
Kondisi lokasi pengambilan sampel dicatat berdasarkan data primer dan data sekunder meliputi keberadaan G. versteegii dan vegetasi lain yang tumbuh di sekitar G.
versteegii, sifat fisik dan kimia tanah. Keberadaan G. versteegii dan vegetasi lain pada lokasi pengambilan sampel disajikan pada Table 1.
Tabel 1. Keberadaan Gyrinops versteegii dan vegetasi lain dan pada lokasi pengambilan sampel.
Nomer Plot
Jumlah Pohon
G. versteegii
Tinggi m
Diameter cm
Jumlah Semai G.
versteegii Vegetasi lain
Keterangan
1 1
8 20
1 Gnetum
gnemon, Pandanus sp.
Calamus sp., Pometia sp.
Ketinggian 150 m dpl,
lahan miring
2 2
9 21
2 Myristica sp,
Pandanus sp. Calamus sp
Ketinggian 200 m dpl, lahan datar
3 2
10 23
3 Pometia sp,
Calamus sp, Myristica sp
Ketinggian 200 m dpl, lahan datar
4 2
7 15
2 Intsia sp.,
Pandanus sp. Calamus sp
Ketinggian 300 m dpl lahan
bergelombang 5
1 8
20 2
Pometia sp, Pandanus sp
Ketinggian 250 m dpl, lahan
bergelombang Sumber : Data Primer 2010.
Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa G. versteegii tumbuh secara alami pada ketinggian 100 m
– 300 m dpl, menyebar tidak merata berbentuk spot-spot berjarak 150 m
– 200 m. Pada setiap spot terdapat 1 – 2 pohon induk gaharu dengan tinggi 7 m sampai dengan 10 m dan diameter 15 cm hingga 23 cm Gambar 7a. Jumlah anakan di
bawah pohon induk gaharu sebanyak 1-3 semai dengan tinggi semai 75 cm s.d 150 cm Gambar 7b. Vegetasi lain yang tumbuh dalam radius 2 meter di sekitar G. versteegii
adalah Pometia sp., Intsia sp., G. gnemon, pala Myristica sp., Pandanus sp., rotan calamus sp. dan vegetasi herba lainnya. Pandanus sp dan Calamus sp dijumpai hampir
pada seluruh plot.
48 Jika dilihat dari jumlah anakan yang tumbuh maka jumlahnya tidak banyak
mengingat diameter pohonnya sudah cukup besar. Hal ini karena benih G. versteegii termasuk jenis rekalsitran atau cepat kehilangan daya kecambah. Disisi lain kadang-
kadang ditemukan juga semai yang tumbuh menggerombol karena benih yang jatuh mengelompok dalam satu tempat yang berdekatan. Gyrinops versteegii juga mampu
menghasilkan trubusan yang tumbuh seperti semai normal. Hal ini penting jika ditebang diharapkan akan menghasilkan individu baru yang berasal dari trubusan Gambar 7.a.
Ketika dilakukan survey pada bulan Juli 2010 tidak ditemukan bunga dan benih G. versteegii atau kulit buahnya di lantai hutan, dengan demikian musim berbunga dan
berbuah G. versteegii terjadi pada bulan-bulan yang lain. Kondisi lantai hutan lembab dan ditutup oleh serasah setebal 5-10 cm. Dalam
kondisi seperti ini buah G. versteegii akan cepat membusuk sehingga jumlah semai yang dijumpai juga sangat sedikit.
Pada Gambar 5a nampak ada bekas luka pengecekan terjadinya gaharu oleh pencari gaharu. Luka tersebut dibiarkan dengan harapan akan terbentuk gaharu dikemudian hari.
Hal ini berarti pencari gaharu telah mengenal proses pembentukan gaharu dengan cara melukai pohon G. versteegii yang tumbuh di hutan.
a b
Gambar 5. Pohon gaharu Gyrionops versteegii dan vegetasi lain yang tumbuh disekitar Gyrionops versteegii a dan keberadaan semai Gyrionops
versteegii
49
Keadaan Tanah
Jenis tanah di lokasi pohon G. versteegii termasuk jenis ultisol dengan bahan induk batuan kapur dan tebal solum 10-20 cm. Tanah berwarna kuning hingga coklat kemerahan
dengan tekstur lempung berliat hingga liat. Contoh tanah diambil dari setiap plot yang ditemukan semai. Contoh tanah kemudian dibagi dua untuk keperluan analisis sifat kimia
tanah dan sebagian digunakan sebagai sumber inokulum FMA alami. Hasil analisis sifat kimia tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis sifat kimia tanah di lokasi penelitian
No. Plot Contoh
pH H20 N
P K
CN P tersedia
ppm KTK
cmolkg KB
Plot 1 5.8
0.24 60
9 16
9.3 16.32
99 Plot2
5.7 0.35
58 31
12 13
17.2 100
Plot3 5.6
0.35 26
23 9
2.8 27.82
100 Plot4
5.6 0.25
27 8
14 7.3
17.3 100
Plot5 6.0
0.42 74
8 25
8.8 19.19
100
Sumber : Data Primer tahun 2010 hasil olahan Hasil analisis contoh tanah di lokasi Asai Tabel 2 menunjukkan bahwa tanah
tempat tumbuh G. versteegii memiliki sifat kemasaman tanah yang bervariasi yaitu 5,6 hingga 6,0 bersifat agak masam, CN rasio yang rendah hingga tinggi 9-25, P tersedia
sangat rendah sedangkan P potensial tinggi dan KTK tanah sedang. CN rasio yang mencirikan bahwa keadaan tanah pada hutan alam Asai mengandung bahan organik tinggi.
Plot nomer 4 memiliki kandungan unsur hara yang paling rendah karena terletak di tempat yang lebih tinggi daripada plot lainnya. Dalam keadaan kandungan P tersedia yang rendah
sementara P potensial tinggi menyebabkan tanaman inang G. versteegii harus membangun simbiosis dengan FMA. Apabila dikaitkan antara data tanah dan pertumbuhan pohon induk
G. versteegii maupun kehadiran semai G. versteegii maka keadaan tanah pada Hutan Alam Asai relatif subur sehingga sangat baik mendukung pertumbuhan G. versteegii.
Keadaan Iklim
Berdasarkan data dari Badan Meteorogi dan Geofisika Kabupaten Manokwari Tahun 2010, iklim di daerah Asai termasuk tipe iklim A. Temperatur rata-rata bulanan 26,6
– 27,7 c, kelembaban rata-rata bulanan 82-87 ., curah hujan berkisar antara 43,6 mm
– 364,9 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 364,9 mm dan
terendah pada bulan November 43,6 mm, sedangkan suhu tertinggi pada bulan Mei 27,7 C dan terendah pada bulan Januari 26,6
c Lampiran 2.
50 Berdasarkan data iklim tersebut maka lokasi pengambilan contoh termasuk
memiliki curah hujan yang tinggi dan sering tergenang oleh air hujan. Hal ini juga terkait erat dengan kemampuan regenerasi G. versteegii. Dalam kondisi seperti ini maka benih
G. versteeigii akan mudah busuk sehingga tingkat regenerasi alaminya rendah.
2. Potensi Fungi Mikoriza Arbuskular Alami di semai G. versteegii di Hutan Alam Asai