Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Bima

Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri Anak
Berkebutuhan Khusus di Bima

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai
Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Nurwulandari
201210230311266

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri Anak
Berkebutuhan Khusus di Bima

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai

Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Nurwulandari
201210230311266

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerimaan orang tua dan kepercayaan diri anak berkebutuhankhususdi Bima, sebagai
persyaratan untuk kelulusan dan memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Pada penelitian ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi saat
melakukan penelitian, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai
pihak maka peneliti dapat melewati hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Oleh karena itu
pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :
1. Ibu Tri Dayakisni, Dra. M.si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ari Firmanto,
S.Psi, M.Si selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing
dan memberi masukan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Zainul Anwar, M.Psi. selaku dosen wali yang telah membantu selama
perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu yang telah memberikan motivasi dan dukungan material selama
menempuh perkuliahan sampai penyusunan tugas akhir, serta doa yang selalu
dipanjatkan dalam kelancaran selama menempuh studi, ananda ucapkan terimakasih
banyak.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat selama peneliti menempuh studi.
6. Kepala Bada Kesatuan Bangsa dan Politik, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Kepala Sekolah serta orang tua yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
7. Ibu Uun Zulfiana, M.Psi. yang telah memberikan semangat dan membantu
memberikan ide-ide sebelum melakukan bimbingan.
8. Deny Hidayat yang selalu mengerti dan mendengarkan keluh kesah selama proses

bimbingan serta teman seperjuangan Asti Nurdiah, yang dari awal hingga akhir selalu
bersama-sama menjalani proses bimbingan dengan dosen pembimbing I dan II yang
sama, dan selalu mengingatkan untuk terus semangat meraih gelar sarjana.
9. Teman-teman kelas D 2012 terutama Shofiana Eva R, Ayulia Dewati Kartika, Hana
Chintya, Ahmad Sulaiman yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
membangkitkan semangat untuk menyelesaikan skripsi hingga akhir. Serta temanteman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selama ini telah sama-sama
berjuang untuk menuntut ilmu dengan berbagai macam masalah yang dihadapi

iv

10. Keluarga besar Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan izin pada peneliti untuk bimbingan serta rekan-rekan
parttimer yang selalu menanyakan kepada peneliti “kapan akan melakukan sidang
skripsi”.
11. Dan untuk pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu saya ucapkan
terimakasih atas bantuan yang telah diberikan selama saya menjalani penelitian.

Malang, 18 April 2016
Penulis


Nurwulandari

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................viii
PENDAHULUAN .........................................................................................................1
Abstrak .......................................................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................................2
LANDASAN TEORI ....................................................................................................4
Kepercayaan diri ........................................................................................................4
Aspek-aspek kepercayaan diri....................................................................................4
Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri ............................................................4
Anak berkebutuhan khusus ........................................................................................4

Jenis-jenis gangguan ..................................................................................................5
Penerimaan orang tua .................................................................................................5
Bentuk penerimaan .....................................................................................................6
Faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua ....................................................6
Kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus dan penerimaan orang tua...................6
HIPOTESA ....................................................................................................................7
METODE PENELITIAN .............................................................................................7
Rancangan penelitian .................................................................................................7
Subjek penelitian ........................................................................................................7
Variabel dan instrumen penelitian .............................................................................8
Prosedur dan analisa data ...........................................................................................8
HASIL PENELITIAN ..................................................................................................9
DISKUSI ........................................................................................................................11
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................................................13
REFERENSI ..................................................................................................................14
vi

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskriptif Subjek Penelitian ............................................................................9
Tabel 2. Perhitungan T-Score Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri Anak
Berkebutuhan Khusus........................................................................................9
Tabel 3. Perhitungan T-Score Penerimaan Orang Tua terhadap ABK dan Kepercayaan Diri
ABK ditinjau dari Usia dan Jenis Gangguan.....................................................10
Tabel 4. Korelasi Penerimaan Orang Tua dengan Kepercayaan Diri ABK ...................10

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penerimaan Orang Tua…………………………………………………15
Lampiran 2. Skala Kepercayaan Diri ABK…………………………………………………17
Lampiran 3. Hasil Try Out………………………………………………………………….18
Lampiran 4. Tabulasi Data………………………………………………………………….20
Lampiran 5. T-Score Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri ABK…………………27
Lampiran 6.T-Score Penerimaan Orang Tua terhadap ABK dan Kepercayaan Diri ABK
ditinjau dari Usia dan jenis gangguan…………………………………………34
Lampiran 7.Hasil Uji Hipotesis…………………………………………………………….47


viii

PENERIMAAN ORANG TUA DAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI BIMA
Nurwulandari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
woelan.bulan@gmail.com
Penerimaan orang tua merupakan suatu sikap pasrah dan mampu menerima kondisi anak apa
adanya serta memberikan dukungan kepada anak untuk dapat berkembang serta mencoba
untuk memberikan yang terbaik untuk anak. Untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak
berkebutuhan khusus diperlukan penerimaan terhadap mereka sehingga anak dapat
memperoleh perhatian dan dukungan untuk membuat mereka percaya diri. Oleh karena itu
penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus sangat diperlukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan orang tua dengan kepercayaan diri siswa
SLB di Bima. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif korelasional
dengan jumlah subjek 89 orang. Metode pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu
skala penerimaan orang tua dan skala kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus yang
dianalisa dengan korelasi product moment. Hasil analisa yang diperoleh pada penelitian ini
adalah hipotesis ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan
orang tua dengan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus yang berada di Kota Bima. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.705 ( r=0.041, 0.705 > 0.05 ).
Kata kunci : Penerimaan Orang Tua, Kepercayaan Diri
The parents is a fatalism and able to accept child is the and provide support to child is able
to developed and try to give the best for children. To grow confidence children with special
needs disabled necessary acceptance of them so the can obtain attention and support to
make them confident. Hence the parents of children with special needs disabled
indispensable. Research aims to understand the parents relationship with confidence student
SLB in Bima. The kind of research use is the quantitative approach correlational of 89 the
subject. Data collection method using two scale of the scale of parents and scale of
confidence children with special needs disabled were analysis by the correlation product
moment. The analysis results obtained in this study is hypothesis is rejected it means there is
no significant relationship between the reception of parents with children with special needs
confidence in the city of Bima. This is demonstrated by the significant value of 0705 (r =
0.041, 0705> 0.05).
Keywords : Acceptance Parents, Confidence

1

Keberadaan anak berkebutuhan khusus bukanlah sesuatu yang harus ditutupi.Banyak anak
berkebutuhan khusus yang tampak normal walaupun memiliki kelainan.Anak berkebutuhan

khusus yang dimaksudkan bukan saja anak-anak yang memiliki gangguan atau kelainan
mental dan kelainan fisik.Anak berkebutuhan khusus seperti autis dan yang memiliki
kelainan fisik yang diderita anak-anak meliputi pendengaran kurang, penglihatan kurang dan
kelaianan atau cacat fisik. Untuk dapat bersosialiasi dengan orang lain, anak berkebutuhan
khusus harus memiliki keberanian untuk mendekati teman-temannya agar dapat mengenal
satu sama lain. Menurut penelitian sebelumnya terdapat 63,3% anak berkebutuhan khusus
tidak dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak
berkebutuhan khusus belum memiliki kepercayaan diri untuk melakukan interaksi dengan
anak-anak lainnya. Anak berkebutuhan memerlukan dukungan sosial agar memiliki
keyakinan dalam bersosialisasi walaupun anak tersebut memiliki kekurangan, sehingga anak
dapat bermain dan tidak menyendiri (Mengsitu, dkk, 2014). Kepercayaan diri diperlukan oleh
anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang ada, dengan adanya kepercayaan diri
anak dapat bersosialisasi sehingga dapat menampilkan kemampuan yang dimiliki.
Pada penelitian lain menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan
fisik memiliki kepercayaan diri rendah (Mishra & Singh, 2012). Perbedaan yang ada pada
anak berkebutuhan khusus dapat membuat mereka kurang percaya diri untuk berinteraksi
dengan dunia luar, takut akan ditolak secara sosial dimana lingkungan tidak dapat menerima
keberadaan mereka sehingga anak tidak dapat berbaur dalam masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa wali dan guru di kota Bima, menunjukkan bahwa ada orang tua
yang tidak dapat menerima keadaan anaknya sehingga anak diserahkan kepada kakek

neneknya untuk merawat anak tersebut, bahkan ada yang mengurung anaknya agar tidak
keluar dari rumah. Salah satu guru mengatakan bahwa ia pernah berkunjung ke salah satu
rumah anak berkebutuhan khusus untuk mendata anak tersebut agar memperoleh pendidikan,
akan tetapi orang tua anak tidak mengijinkan karna malu dengan kondisi anak (1 Oktober
2015).
Penerimaan sosial terhadap anak berkebutuhan tergolong rendah karna kurangnya partisipasi
atau interaksi sosial yang dilakukan anak berkebutuhan khusus (Wendelborg & Kvello,
2010). Interaksi sosial yang kurang dapat membuat penerimaan terhadap anak kurang baik
karna pada umumnya individu-individu dalam lingkungan sosial akan beranggapan bahwa
anak tidak dapat melakukan apa-apa. Hal tersebut dilihat dari penerimaan sosial dan
bagaimana dengan penerimaan orangtua terhadap anak yang berkebutuhan khusus, yang
tentunya tidak menyangka bahwa anaknya berkebutuhan khusus.
Penerimaan orang tua yang kurang baik dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua
tentang anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus. Hal ini didukung oleh penelitian
terdahulu yang menyatakan bahwa banyak orang tua yang tidak memahami sifat anak
berkebutuhan khusus dan tidak mengetahui cara menyesuaikan kehidupan dalam keluarga
untuk memenuhi kebutuhan anak sehingga orang tua sering kewalahan dalam mengasuh anak
(Hing, Oliver & Everts, 2013). Karena kurangnya pengetahuan tersebut pada awalnya orang
tua akan mmerasa sangat kesulitan dan tidak dapat menerima apa yang terjadi dalam
keluarganya.

Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah luar biasa
tidak semuanya dapat menerima kondisi anak, ada yang merasa malu, tidak percaya, terkejut

2

dan marah. Hingga banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak menerima perhatian dari
orang tua, bahkan ada yang tidak memperdulikan pengasuhan anaknya. Proses penerimaan
orang tua pada anak autis diawali dengan penolakan yang ditunjukkan dengan ketidak
percayaan, bingung, marah kepada diri sendiri, anak serta orang lain yang kemudian dipenuhi
rasa bersalah terhadap anak yang pada akhirnya orang tua dapat menerima kondisi anak
(Purnomo, 2015).
Sebelum orang tua dapat menerima anak ada beberapa tahapan yang dilalui yaitu shock
semua orang tua tentu mengalami tahap ini saat mengetahui keadaan anak yang kemudian
akan berlanjut pada tahap feeling of disbelief (perasaan tidak percaya), yang akan
menunjukkan penolakan terhadap keadaannya, selanjutnya setelah terjadi penolakan maka
akan terjadi tahap selanjutnya yaitu feeling of sorrow (perasaan sedih), sedih akan keadaan
anak yang tidak normal, tidak seperti yang diharapkan bahwa anak akan memiliki kelainan,
tahapa berikutnya adalah feeling of protectiveness (protektif), orang tua akan sangat protektif
terhadap anak karna takut bahwa anak tidak dapat berkembang dengan baik sehingga dapat
mengganggu kehidupan dalam keluarga. Feeling of revulsion merupakan reaksi naluriah
ketika orang tua mendapati bahwa anak yang berbeda dengan anak pada umumnya akan sulit
untuk merawatnya, kemudian pada tahap feelings of inadequacy and embarrassment (tidak
mampu dan malu) orang tua merasa harga dirinya terluka dan merasa buruk dengan kelahiran
anak, kemudian feeling of anger (marah) atau emosi dan guilt (bersalah) pada tahap ini orang
tua merasa bersalah terhadap kondisi anak, orang tua akhirnya beranggapan bahwa kondisi
anak yang tidak normal adalah kesalahannya (Selikowitz, 2008).
Anak-anak berkebutuhan khusus seringkali keberadaannya tidak diterima dalam masyarakat
karna mereka melihat anak-anak tersebut tidak normal selayaknya anak-anak normal lain,
sehingga anak khusus sering merasakan diskriminasi yang membuat mereka terpojok.Yang
seharusnya anak-anak khusus diberikan perhatian lebih dan diterima dengan baik.Karna
penerimaan oleh orang lain dapat mendorong individu untuk ikut berperan dalam berbagai
macam kegiatan. Penerimaan dari orang tua dapat mendukung kegiatan anak.Dari penelitian
yang ada sebelumnya, melihat bahwa penerimaan orang tua terhadap keberadaan anak yang
memiliki kebutuhan khusus berupa dukungan sosial terhadap orang tua untuk dapat
menerima dan memberi kebutuhan yang diperlukan anak yang berkebutuhan khusus.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa,tiga objek dapat menerima kondisi
anaknya dimana penerimaan diri bukan berarti individu dapat menerima kondisinya begitu
saja tanpa berusaha mengembangkan diri. Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik
akan memiliki kepribadian yang matang dan dapat berfungsi dengan baik. Penerimaan diri
yang baik dari orang tua dapat memberikan dukungan kepada anak (Pancawati, 2013).
Kepercayaan diri dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti dukungan dari orang tua, sikap
yang ditunjukan orang tua kepada anak. Orang tua yang dapat memberikan dukungan yang
baik kepada anak serta memberikan perhatian kepada anak dapat membantu anak dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. Saat orang tua menunjukkan penerimaan kepada anak, anak
dapat termotivasi untuk berdiri sendiri. Penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus sangat penting untuk mendorong anak agar dapat bersosialisasi dan berinteraksi
dengan orang lain dalam kesehariannya. Penting bagi individu untuk dapat menerima kondisi
yang ada sehingga individu tidak selamanya merasa kurang karna kondisinya.Orang tuapun
mampu menerima kondisi anak demi kebaikan anak.

3

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Try Utami pada
tahun 2009 tentang dukungan orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja tuna rungu.
Peneltian tersebut menggunakan remaja tuna rungu sebagai subjeknya dan dilakukan di kota
Magelang dan sampel yang digunakan sebanyak 25 sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan sekarang adalah pada anak dengan jenis gangguan tuna netra, tuna rungu dan tuna
daksa dengan sampel dan teknik yang digunakan berbeda dengan yang dilakukan oleh
penelitian sebelumnya.
Penelitian terkait penerimaan diri dan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus perlu
dilakukan karna penelitian ini untuk lebih menjelaskan penerimaan orang tua terhadap
kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus yang ada di kota Bima. Sehingga penting adanya
penelitian ini untuk melihat hubungan kedua variabel. Apabila penerimaan diri baik maka
kepercayaan diri pada anak berkebutuhan khusus juga baik. Penelitian ini dilakukan di kota
Bima privinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karna di kota Bima masih sangat sedikit tenaga
medis yang berkaitan dengan ilmu jiwa seperti psikolog. Sehingga peneliti memilih daerah
tersebut untuk melakukan penelitian.Untuk melihat bagaimana penerimaan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus serta kepercayaan diri dari anak tersebut dalam
menjalani kesehariannya.Selain itu tujuan peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat
bagaiamana hubungan jika orang tua menunjukkan penerimaan yang baik terhadap
kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus. Adakah hubungan penerimaan orang tua
terhadap kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus.
Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk percaya akan
kemampuan dan dapat melakukan apapun yang mereka inginkan dalam kehidupannya serta
realistis (Goel & Aggarwal, 2012). Kepercayaan diri adalah suatu sikap yang memandang
secara posistif terhadap kemampuan yang ada pada diri sendiri, serta tidak bergantung pada
orang lain (Sing,& Kaur, 2008).Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang diperoleh
dari pengalaman hidup (Lauster, dalam Ghufron, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu
sikap yang memandang kemampuan yang dimiliki dengan positif serta mampu melakukan
apapun yang diinginkan tanpa bergantung kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang
artinya individu dapat mandiri dan kepercayaan diri juga muncul dari pengalamanpengalaman yang telah dilalui.
Aspek-aspek Kepercayaan Diri menurut Lauster (dalam Ghufron, 2010).Individu yang
memiliki kepercayaan diri yang baik merupakan individu yang (1) yakin akan kemampuan
yang dimiliki. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki merupakan suatu sikap yang positif
tentang dirinya sehingga memiliki kepercayaan bahwa dirinya mampu. (2) Optimis, sikap
yang positif dimana individu selalu memandang baik dirinya dan kemampuan yang dimiliki.
(3) Objektif, memiliki pemandangan yang sama tidak berdasarkan apa yang dipikirkan diri
sendiri. (4) Bertanggung jawab, dapat menerima konsekuensi dariapa yang telah dilakukan.
(5) Rasional dan realistis, menunjukan pendapat atau keinginan yang dapat diterima dalam
lingkungan hidup.
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, (1) Konsep diri, kepercayaan diri
diawali dengan adanya perkembangan konsep diri yang diperoleh dari pergaulan dan
diperoleh dari hasil interaksi. (2) Harga diri, merupakan penilaian yang dilakukan terhadap

4

diri sendiri. (3) Pengalaman, dapat menjadi faktor yang memicu munculnya rasa percaya diri,
karna pengalaman yang pernah dilalui dapat mengembangkan kepercayaan untuk menjadi
lebih baik. (4) Pendidikan, status pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan
diri individu, baik dan tidaknya pendidikan individu dapat membuat kepercayaan diri menjadi
baik dan buruk (Ghufron, 2010).
Adapun faktor ekternal yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri adalah dukungan sosial
yang berasal dari , (1) orang tua, sikap dan pola asuh serta dukungan yang baik dari orang tua
dapat membantu dalam membentuk kepercayaan diri anak. (2) teman, dukungan dari teman
sebaya dapat membantu dalam proses meningkatkan kepercayaan diri pada anak. (3) guru,
guru merupakan salah satu yang dapat memberikan dukungan kepada anak dalam lingkungan
sekolah sehingga anak dapat memiliki kepercayaan diri yang baik (Ernawati, Rasni, &
Hardiani, 2012).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki kelainan mental, intelektual
yang membutuhkan perhatian khusus dan kelainan fisik seperti memiliki pendengaran
kurang, penglihatan kurang dan kelaianan atau cacat fisik lainnya (Malak, 2013). Selain itu
Abdullah (2013) berpendapat bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
membutuhkan perhatian lebih dari anak-anak normal, dan memiliki kelainan dalam hal fisik,
mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Ada banyak anak berkebutuhan khusus
diantaranya adalah autism, hiperaktif, dan ketunaan.Anak berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik ataupun ciri-ciri yang berbeda.Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak
yang memiliki kebutuhan yang lebih dan membutuhkan perhatian yang khusus dan
lebih.Kepercayaan diri pada anak berkebutuhan khusus yaitu anak mampu tampil di depan
umum dengan keadaan yang tidak sempurna (Suriani , 2012).Kepercayaan diri anak
berkebutuhan khusus merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk mandiri dalam
melakukan sesuatu dan mampu tampil di depan umum dengan kekurangan yang ada pada
dirinya.
Jenis – jenis Gangguan (Kebutuhan Khusus)
1. Tuna Netra ( A )
Tuna netra merupakan gangguan pada daya penglihatan yang berupa kebutaan secara
menyeluruh atau sebagian. Yang dikatakan buta total apabila tidak dapat menerima
rangsangan cahaya dari luar sedangkan low vision masih dapat menerima rangsangan
cahaya dari luar.
2. Tuna Rungu ( B )
Tuna rungu adalah ketidakmampuan anak dalam berbicara seperti berbicara tanpa
suara dan menunjukkan artikulasi yang kurang jelas bahkan tidak berbicara (hanya
memberi isyarat).
3. Tuna Daksa ( D )
Tuna daksa merupakan kelainan pada bagian tubuh seperti tulang, sendi dan otot
sehingga mengalami kesusahan maupun gangguan dalam berinteraksi dengan
lingkungan (Putranto, 2015).
Penerimaan Orang Tua
Penerimaan orang tua adalah mampu menerima kondisi anak saat ini dan memberikan
dukungan untuk perkembangan anak (Pancawati, 2013).Penerimaan orang tua yaitu sikap

5

orang tua yang menerima keadaan anak apa adanya tanpa ada persyaratan dan tetap
memahami sebagai individu serta memberikan dukungan (Fauziah, 2010).Penerimaan orang
tua yaitu ditunjukan dengan sikap pasrah orang tua atas kondisi anaknya serta memperhatikan
perkembangan anak selama proses terapi dan belajar di rumah serta memasrahkan
kesembuhan anak pada Allah SWT (Purnomo, 2015). Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa penerimaan orang tua merupakan suatu sikap pasrah dan mampu
menerima kondisi anak apa adanya serta memberikan dukungan kepada anak untuk dapat
berkembang serta mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk anak.
Penerimaan orang tua terhadap anaknya dapat dilihat berdasarkan bentuk penerimaan yang
ditunjukkan. Adapun bentuk penerimaannya yaitu, (1) memahami keadaan anak, (2)
memahami kebiasaan-kebiasaan anak, (3) menyadari apa yang sudah dan belum bisa
dilakukan oleh anak, (4) memahami penyebab perilaku buruk dan baik yang dilakukan oleh
anak, (5) membentuk ikatan batin (Rachmayanti,& Zulkaida, 2007).
Penerimaan orang tua terhadap anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
memberikan dorongan dalam menerima kondisi anak yaitu, (1) dukungan keluarga besar, (2)
latarbelakang agama, (3) sikap para ahli yang mendiagnosa anak, (4) tingkat pendidikan
suami istri, (5) status perkawinan, (6) sikap masyarakat umum (Rachmayanti,& Zulkaida,
2007).
Kepercayaan Diri Anak Berkebutuhan Khusus dan Penerimaan Orang Tua
Kepercayaan diri perlu dimiliki oleh setiap individu agar dapat menunjukkan kemampuan
dan berinteraksi dengan individu lainnya, seperti yang dijelaskan oleh Sing & Kaur (2008)
bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap yang memandang secara posistif terhadap
kemampuan yang ada pada diri sendiri, serta tidak bergantung pada orang lain. Kepercayaan
diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan orang tua,
dukungan yang baik dari orang tua dapat membantu dalam proses pembentukan kepercayaan
diri yang baik pada anak (Ernawati, Rasni & Hardiani, 2012).
Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus pada awalnya tidak dapat menerima
kondisi anaknya, dimana proses penerimaan akan berlangsung ketika orang tua dapat
memahami kondisi anak. Hal ini didukung oleh penelitian Purnomo (2015) yang
menjelaskan bahwa penerimaan terhadap anak diawali dengan proses penolakan, karna orang
tua kebingungan terhadap kondisi anak, kemudian penyelasan yang dirasakan orang tua dan
pada akhirnya orang tua dapat menerima kondisi anak.
Penerimaan orang tua terhadap anak dapat ditunjukkan dengan pemberian dukungan kepada
anak, memahami keadaan anak, memahami kebiasaan yang dilakukan anak serta menyadari
apa yang belum dan sudah bisa anak lakukan (Rachmayanti, & Zulkaida, 2007).Adanya
penerimaan dari orang, akan memberi dukungan terhadap perkembangan anak sehingga anak
dapat memiliki kepercayaan diri yang baik.
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa penerimaan orang tua dapat ditunjukkan
dalam bentuk dukungan terhadap anak, sehingga anak merasa diterima dan penerimaan yang
yang diberikan dengan perhatian-perhatian serta dukungan terhadap perkembangan anak
dapat membantu dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak.

6

Kerangka Berpikir
Penerimaan Orang
Tua yang Baik
terhadap ABK
Dampak
Dukungan sosial
orang tua terhadap
ABK

Kepercayaan Diri
ABK

-

Interaksi sosial
Mampu tampil di
depan umum

Dukungan sosial
orang tua terhadap
Gambar.
ABK 1 Kerangka Berpikir
Penerimaan orang tua, orang tua dapat menerima keadaannya dengan baik sehingga dapat
Dukungan sosial
menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus. Penerimaan orang tua terhadap anak
orang tua terhadap
berkebutuhan
khusus dapat membantu kepercayaan diri pada anak. Anak akan membentuk
ABK
pemikiran tentang dirinya.Penerimaan orang tua kepada anak ditunjukkan dengan
membentuk hubungan dengan kasih sayang, memberi perhatian serta memahami keadaan
anak yang tidak biasa. Jika yang diterima oleh anak adalah penerimaan yang baik dari orang
tua maka kepercayaan diri pada anak akan mengarah pada peningkatan kepercayaan diri yang
baik dan dampak seperti apa yang akan muncul dari hal tersebut.
Hipotesa
Ada hubungan antara penerimaan orang tua terhadap kepercayaan diri anak berkebutuhan
khusus.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian kuantitatif
korelasional dimana dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti ingin mengetahui
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak berkebutuhan khusus yang ada di lima sekolah luar
biasa di Kota Bima. Untuk pengisian instrument anak berkebutuhan khusus akan dilakukan
oleh orang tua yaitu ibu subjek. Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah simple random sampling dimana pengambilan sampel oleh peneliti
memberikan kesempatan yang sama pada setiap sampel untuk mewakili populasi
(Darmawan, 2013). Adapun kriteria anak dalam penelitian ini yaitu laki-laki maupun
perempuan yang merupakan anak berkebutuhan khusus, memiliki seorang ibu dan berada
dibangku sekolah dasar khusus (SLB) dengan usia 7 sampai 12 tahun. Berdasarkan tabel
Isaac dan Michael subjek yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 89
(Sugiyono, 2011).

7

Variabel dan Instrumen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerimaan orang tua, yaitu orang tua mampu
menerima apapun keadaannya serta dapat menerima anaknya yang memiliki kelainan dengan
baik.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus
merupakan kemampuan individu untuk menggunakan dan memanfaatkan kelebihan yang
dimilikinya, serta mampu melakukan apapun yang diinginan tanpa ada campur tangan dari
orang lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua skala yaitu skala penerimaan oleh orang tua
dan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus (ABK).Skala yang digunakan adalah model
skala Guttman. Skala Guttman ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang tegas hanya
dengan menggunakan dua alternatif pilihan jawaban (Sugiyono, 2014). Instrumen dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan model skala Guttman, yang terdiri dari 11 item skala
penerimaan orang tua dan 10 item skala kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus dengan
pilihan jawaban Ya dan Tidak. Jika jawaban yang berikan adalah “Ya” akan diberi skor 1
(satu) dan “Tidak” diberi skor 0 (nol). Setelah melakukan uji coba skala terdapat 11 item
skala penerimaan orang tua dengan validitas 0.26-0.3 dan reabilitas 0.798 dan skala
kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus terdapat 10 item yang valid dengan reabilitas
0.758.
Prosedur dan Analisa Data
Tahap pertama peneliti menentukan subjek yang akan digunakan sebagai sampel dalam
penelitian sesuai dengan yang diatur dan disusun oleh peneliti. Peneliti mengunjungi sekolah
untuk melihat subjek dan mencari informasi orang tua sehingga peneliti dapat mengunjungi
subjek untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Tahap kedua, persiapan skala untuk pengumpulan data. Skala yang disediakan sesuai dengan
variabel yang akan diteliti. Skala yang digunakan peneliti adalah skala yang dibuat sendiri
oleh peneliti. Skala yang digunakan adalah skala penerimaan orang tua dan kepercayaan diri
anak-anak berkebutuhan khusus.
Tahap ketiga, pengujian skala yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengetahui kelayakan
dari instrumen yang telah dibuat. Jika instrumen telah sesuai dan telah melalui pengujian
kelayakan maka peneliti dapat menggunakan instrument untuk pengumpulan data.
Tahap terakhir yaitu melakukan pengolahan data, setelah semua informasi dan data yang
diperlukan terkumpul maka peneliti melakukan analisa terhadap data yang diperoleh dengan
menggunakan SPSS dan menarik kesimpulan.
Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dan dengan
menggunakan SPSS.Untuk melihat hubungan antara penerimaan orang tua dan kepercayaan
diri anak berkebutuhan khusus.

8

HASIL PENELITIAN
Gambaran Subjek Penelitian
Pada penelitian ini terdapat 89 responden yang digunakan yaitu orang tua yang memiliki
kriteria khusus yaitu anak berkebutuhan khusus yang berada di SLB Kota Bima, adapun
deskripsi responden sebagai berikut.
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Kategori
Usia orang tua

Jenis kelamin
Anak
Usia ABK

Jenis Gangguan
Anak

30 – 35 Tahun
36 – 40 Tahun
41 – 45 Tahun
46 – 50 Tahun
Laki-laki
Perempuan
7 Tahun
8 Tahun
9 Tahun
10 Tahun
11Tahun
12 Tahun
Tuna Netra
Tuna Rungu
Tuna Daksa

Frekuensi
13
41
24
11
50
39
6
9
12
11
17
34
16
34
39

Persentase
14.6%
46.0%
26.9%
12.3%
56.1%
43.8%
6.7%
10.1%
13.4%
12.3%
19.1%
38.2%
17.9%
38.2%
43.8%

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata subjek yang ada dalam penelitian ini
berusia 36 hingga 40 tahun yaitu sebesar 41 (46.0%), dan jumlah anak laki-laki lebih besar
dibanding anak perempuan yaitu 50 (56.1%) anak. Rata-rata usia anak berkebutuhan khusus
yaitu 12 tahun dengan jumlah 34 (38.2%) anak. Kemudian berdasarkan jenis gangguannya,
rata-rata mengalami jenis gangguan tuna daksa yaitu 39 (43.8%) anak.
Tabel 2. Perhitungan T-Score Penerimaan Orang Tua dan Kepercayaan Diri Anak
Berkebutuhan Khusus
Variabel
Penerimaan
Orang Tua
Kepercayaan
Diri ABK

Tinggi
T-Score >
50
64

%

Rendah
T-Score < 50

%

Total

%

71.9%

25

28.1%

89

100%

58

65.1%

31

34.8%

89

100%

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa penerimaan orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus termasuk tinggi dengan persentase 71.9% yang artinya orang tua dapat
menerima anak dengan kekurangan yang ada pada anak. Kemudian kepercayaan diri anak
juga tinggi dengan persentase 65.1%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan
orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus dan kepercayaan diri anak sama-sama tinggi.

9

Tabel 3. Perhitungan T-Score Penerimaan Orang Tua terhadap ABK dan Kepercayaan
Diri ABK ditinjau dari Usia dan Jenis Gangguan
Kategori

Usia

30-35
36-40
41-45
46-50

Jenis
Gangguan

Tuna
Netra
Tuna
Rungu
Tuna
Daksa

Penerimaan Orang Tua
Tinggi
Rendah
Total
T-Score
T-Score
> 50
< 50
6
7
13
6.7%
7.8%
14.6%
28
13
41
31.4%
14.6%
46.0%
20
4
24
22.4%
4.4%
26.9
10
1
11
11.2%
1.1%
12.3%
13
3
16
14.6%
3.3%
17.9%
24
10
34
26.9%
11.2%
38.2%
27
12
39
30.3%
13.4%
43.8%

Kepercayaan Diri ABK
Tinggi
Rendah
Total
T-Score
T-Score
> 50
< 50
8
3
11
8.9%
3.3%
12.3%
15
9
24
16.8%
10.1%
26.9%
28
13
41
31.4%
14.6%
46.0%
7
6
13
7.8%
6.7%
14.6%
6
10
16
6.7%
11.2%
17.9%
25
9
34
28.0%
10.1%
38.2%
27
12
39
30.3%
13.4%
43.8%

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa orang tua yang berusia 36 – 40 tahun lebih dapat
menerima anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat dilihat pada tabel dengan persentase
tertinggi yaitu 31.4%. Kemudian anak berkebutuhan khusus yang memiliki kepercayaan diri
yang tinggi 31.4% yaitu anak-anak yang usia orang tuanya 41 – 45 tahun. Pada jenis
gangguan anak, orang tua lebih dapat menerima anak dengan gangguan tuna daksa 30.3%
dan
anak yang menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi adalah anak dengan gangguan tuna
daksa 30.3%.
Uji Hipotesis
Tabel 4. Korelasi Penerimaan Orang Tua dengan Kepercayaan Diri ABK
Pearson Correlation
0.041

Sig/ρ
0.705

Keterangan
ρ ≥ 0.05

Kesimpulan
Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson product moment menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua dengan kepercayaan diri
anak berkebutuhan khusus. Hasil ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (ρ) yang ditunjukkan
yaitu 0.705 lebih dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (0.705 > 0.05) dan nilai r =
0.041.

10

DISKUSI
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
penerimaan orang tua dengan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus, hal ini
menunjukkan bahwa kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus tidak dipengaruhi oleh
penerimaan orang tua. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang ditunjukkan yaitu
0.705 dan r = 0.041 (r=0.041, ρ > 0.05). Dengan nilai korelasi dan probabilitas yang berada di
dibawah 0.05 membuktikan bahwa tidak ada hubungan positif. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ada faktor lain yang memiliki hubungan dan dapat mempengaruhi kepercayaan diri
anak berkebutuhan khusus, seperti penerimaan teman sebaya.
Kepercayaan diri merupakan suatu sifat kepribadian yang didasarkan dari pikiran individu,
harapan, ketakutan dan fantasi serta pandangan tentang dirinya dan kemampuan dalam
mengatasi situasi tanpa bantuan maupun bergantung pada orang lain ( Goel & Aggarwal,
2012). Kepercayaan diri pada anak berkebutuhan khusus memiliki hubungan dengan faktor
lain yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan suatu hubungan interpersonal dalam
bentuk interaksi antara dua individu atau lebih dengan menggunakan komunikasi verbal
maupun nonverbal (Ernawati, dkk, 2012).
Dukungan sosial yang diperlukan oleh anak berasal dari orang tua, teman sebaya dan guru,
dukungan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dapat membangun kepercayaan
diri terhadap anak karena adanya dukungan dan penerimaan terhadap keberadaan mereka,
kemudian dukungan yang diberikan oleh guru disekolah juga dapat memberikan dorongan
kepada anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus. Pada
penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa anak yang memperoleh dukungan sosial dari
orang tua, teman sebaya dan guru berpeluang memiliki kepercayaan diri (Ernawati, dkk,
2012).
Pada saat anak-anak berkebutuhan khusus dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya, hal
tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya dapat menerima keberadaan anak berkebutuhan
khusus dalam pertemanannya sehingga anak berkebutuhan khusus lebih percaya diri dalam
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa dengan adanya penerimaan teman sebaya dapat menumbuhkan
kepercayaan diri anak (Sinthia, 2011). Oleh karena itu baik bagi anak berkebutuhan khusus
untuk berbaur dan bersosialisasi dengan lingkungan agar dapat diterima oleh teman
sebayanya sehingga dapat menjalin pertemanan yang dapat membantu anak berkebutuhan
khusus untuk mengenal lingkungannya.
Faktor pribadi, sosial dan dukungan dapat meningkatkan dan memaksimalkan kemandirian
pada anak berkebutuhan khusus serta keyakinan diri untuk mengembangkan keterampilan
yang dimiliki sehingga anak dapat bersosialisasi dalam masyarakat dan memiliki kepercayaan
diri untuk diterima oleh lingkungannya. Karena pada umumnya anak-anak yang
berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam berinteraksi sehingga terisolasi, akan tetapi
dengan rasa percaya dan keyakinan yang dimiliki maka anak-anak berkebutuhan khusus
memiliki keyakinan untuk diterima (Stokes, dkk, 2013).
Secara umum penerimaan orang tua dengan kepercayaan diri anak berkebutuhankhusus tidak
memiliki hubungan.Akan tetapi jika dilihat dari rentang usia menunjukkan bahwa
penerimaan yang ditunjukkan berbeda-beda.Rentang usia orang tua adalah 30 – 50dan orang
tua dengan rentang usia 36 – 40tahun menunjukkan penerimaan yang baik terhadap anak
berkebutuhan khusus dan anak yang memiliki orangtua dengan rentang usia 41 – 45 memiliki
11

kepercayaan diri yang lebih tinggi. Kemudian pada rentang usia yang lain tentu memiliki
penerimaan terhadap anak tetapi dengan persentase yang lebih rendah. Walaupun rendah hal
tersebut masih dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus. Setidaknya masih ada perhatian
yang diberikan kepada mereka sehingga anak-anak berkebutuhan khusus tidak merasa
diasingkan oleh orang tuanya sendiri. Rasa akan kepedulian orang tua terhadap anak sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari anak, karena orang tua yang dapat menerima dan
mensyukuri keberadaan anak yang memiliki kekurangan akan selalu menjaga dan
mengenalkan anak pada lingkungan sehingga anak tidak merasa asing saat berbaur dengan
anak-anak lainnya. Orang tua merupakan sosok yang diharapkan oleh anak. Keberadaan
orang tua sangat dibutuhkan oleh anak untuk membantu anak dalam menerima keadaannya.
Seperti anak tuna daksa, saat mereka berkembang perlahan mereka sadar akan kekurangan
yang mereka miliki. Rasa malu, kurang percaya diri, merasa berbeda dan tidak diterima
masyarakat tentu hal tersebut akan dialami. Oleh karenanya peran orang tua sangatlah
penting, sebelum lingkungan dapat menerima anak, orang tua terlebih dahulu harus dapat
menerima dengan ikhlas keterbatasan yang dimiliki anak sehingga anak dapat merasakan
bahwa mereka diterima oleh orang tuanya.
Anak-anak berkebutuhan khusus ini terdiri dari tuna netra, tuna rungu dan tuna daksa.
Melihat jenis kebutuhan yang berbeda tentunya memiliki penanganan yang berbeda pula.
Saat orang tua yang memiliki anak tuna netra, tuna rungu atau tuna daksa, akan memiliki cara
komunikasi maupun interaksi yang beragam. Orang tua yang memiliki anak tuna netra,
memiliki penerimaan yang lebih rendah sehingga kepercayaan diri anaknyapun rendah,
keterbatasan yang dimilikinya yaitu pada penglihatan, anak tuna netra memiliki gangguan
pada indera penglihatan dimana anak tidak dapat menggunakan penglihatannya dengan baik.
Kemudian pada anak tuna rungu, ketidakmampuan dalam berbicara maupaun artikulasi yang
kurang jelas, orang tua yang memiliki anak tuna rungu masih dapat menerima keadaan anak
dan kepercayaan diri anak tuna rungu cukup baik. Sedangkan pada anak tuna daksa, yang
pada umumnya memiliki kelainan pada fisisk lebih dapat diterima oleh orang tuanya dan
menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Kekurangan yang dimiliki anak juga dapat
mempengaruhi penerimaan orang tua. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa persepsi orang tua mengenai anak akan berbeda tergantung dengan
gangguan yang dialami anak (Kandel & Merrick, 2007).
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan dimana pengumpulan data informasi orang
tua terkait pendidikan terakhir orang tua. Yang memungkinkan bahwa data terkait pendidikan
terakhir dapat membantu melengkapi penjelesan terkait penerimaan orang tua terhadap anak.
Jenis pendidikan dapat memberikan informasi maupun data kepada peneliti terkait
pengetahuan orang tua tentang anak berkebutuhan khusus. Kemudian pengisian pada
penelitian ini hanya dilakukan oleh ibu. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk
melibatkan pihak ayah dalam mengisi skala sehingga data yang didapat lebih representatif
bagi anak berkebutuhan khusus.

12

SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara penerimaan orang tua dengan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus yang berada
di Kota Bima. Artinya kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus tidak ada hubungannya
dengan penerimaan orang tua Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.705 ( r=0.041,
0.705 > 0.05 ).
Implikasi dari penelitian ini bagi pihak sekolah,memberikan perlakuan yang sama kepada
setiap anak ketika anak tidak dapat melakukan maupun menyelesaikan tugasnya dan
memberikan reward saat anak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan . Kemudian untuk
orang tua, menjaga dan memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitar sehingga dapat
diterima oleh masyarakat dan anak dapat menjalin pertemanan dengan teman sebayanya.
Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik menggunakan variabel yang sama, disarankan untuk
menggunakan variabel lain seperti dukungan sosial, motivasi dan penyesuaian diri.

13

REFERENSI
Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Magastra, 86 Th 25, 0215-9511.
Anggraini, R.R. (2013). Persepsi orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus (Deskriptif
Kuantitatif di SLB N.20 Nan Balimo Kota Solok).Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1.
Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ernawati, Y., Rasni, H.,& Ratna, S. H. (2012). Hubungan dukungan sosial dengan
kepercayaan diri pada masa kanak-kanak akhir di sekolah dasar negeri Jember Lor 1
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah. Universitas Jember.
Fauziah, R. (2010). Hubungan antara penerimaan orangtua dan konsep diri dengan motivasi
berprestasi remaja penyandang tunadaksa.Skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ghufron, M.N., & Rini, R.S. (2010).Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Goel, M.,& Preeti, A. (2012). A comparative study of self confidence of single child and
child with sibling. Journal,2 (3), 2249-2469.
Hing, A.A., Oliver, T., & Everts, H. (2013).Coping with autistic spectrum disorder: parental
challenges and the role of school-based family counseling.International Journal for
School-Based Family Counseling. 4.
Kandel, I.,& J. Merrick. (2007). The child with a disability: Parental acceptance, management
and coping. Journal, 7, 1799-1809.
Malak, S. (2013). Inclusive education reform in Bangladesh: Pre-Service teachers’ responses
to include students with special educational needs in regular classrooms.Journal of
Instruction, 6 (1).
Mengsitu, S., Wondwosen, M., & Yitayal, A. (2014).Challenges and opportunities to
implement inclusive education.Journal of Humanity, Art and Literature, 1 (2).
Mishra, V., & Singh, A. (2012). A comparative study of self-concept and self-confidence of
sighted and visually impaired children.Journal of Multidisciplinary Management
Studies, 2 (2).
Pancawati, R. (2013). Penerimaan diri dan dukungan orangtua terhadap anak autis.Journal
Psikologi, 1 (1), 38-47.
Purnomo, P.M. (2015). Penerimaan orang tua terhadap anak penderita autis di
Surakarta.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putranto, B. (2015). Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus.
Yogyakarta: DIVA Press.
Rachmayanti, S., & Zulkaida, A. (2007).Penerimaan diri orangtua terhadap anak autisme dan
peranannya dalam terapi autisme.Jurnal Psikologi, 1 (1).

14

Singh, T., & Kaur, P. (2008).Effect of meditation on self confidence of student-teachers in
relation to gender and religion. Journal of Exercise Science and Physiotherapi, 4 (1),
35-43.
Sinthia, R. (2011). Hubungan antara penerimaan sosial kelompok kelas dengan kepercayaan
diri pada siswa kelas I SLTP XXX Jakarta. Jurnal Kependidikan Triadik, 4 (1).
Selikowitz, M. (2008). Down syndrome. Third edition. New York: Oxford University Press.
Stokes, H.,M. Turnbull.,& J. Wyn. (2013). Young people with a disability: Independence and
opportunity a literature review. Research Report.
Sugiyono.(2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif. Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suriani, I.(2012). Meningkatkan prilaku percaya diri anak tunadaksa melalui permainan bola
lempar keranjang.Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1 (2).
Utami, R.T. (2009). Hubungan antara dukungan otang tua dengan kepercayaan diri pada
remaja tuna rungu. Skripsi. Universitas Negeri malang. Hal, 87-88.
Wendelborg, C., and Oyvind, K. (2010). Perceived social acceptance and peer intimacy
among children with disabilities in regular schools in Norway. Journal of Applied
Research in Intellectual Disabilities, 23, 143–153.

15

LAMPIRAN

LAMPIRAN I

PENERIMAAN ORANG TUA DAN KEPERCAYAAN DIRI ABK DI BIMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang
Identitas

Identitas Anak

Nama (Inisial):

Nama

Usia

:

Jenis Kelamin :

Pekerjaan

:

Usia

:

:

Assalamualaikumwr.wb
Perkenalkan nama saya Nurwulandari, saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang yang sedang menempuh skripsi. Untuk menyelesaikan studi,
perkenankan saya memohon bantuan Anda untuk menjawab beberapa pernyataan di bawah
ini sesuai dengan diri Anda. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) skala yang harus anda
isi.Skala I merupakan penerimaan Anda terhadap anak dan skala II merupakan skala
kepercayaan diri anak. Skala ini tidak untuk dipublikasikan, melainkan hanya digunakan
sebagai bahan penelitian.Oleh karenanya Anda tidak perlu khawatir karena rahasia anda
terjamin.
Pentunjuk pengisian:





No
1

Pernyataan

Ya
X

Saya sangat menyayangi anak


No
1

Bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan teliti dan jawablah semua tanpa
ada yang terlewatkan.
Jawablah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena pernyataan-pernyataan
tersebut bukan merupakan tes sehingga tidak ada jawaban benar atau salah.
Berilah jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban Ya atau
Tidak.
Untuk pengisian skala II sama seperti pengisian skala I
Contoh pengisian
Jawaban

Tidak

Apabila Anda ingin mengganti jawaban Anda maka berilah X pada jawaban yang
sebelumnya dan beritanda X pada jawaban yang Anda inginkan.
Pernyataan
Jawaban
Ya
Tidak
Sayasangatmenyayangianak
X
X

16

Skala I: Skala Penerimaan Orang Tua
No

Pertanyaan

Jawaban
Ya
Tidak

1

Memeluk anak saat tidur berdua

2

Memberikan fasilitas untuk membantu proses belajar anak

3

Saya selalu memperhatikan anak

4

Mencari tahu penyebab anak berperilaku buruk

5

Saya selalu memperhatikan perilaku anak saat bermain

6

Mencium anak ketika berangkat sekolah

7

Saya bersyukur memiliki anak

8

Saya banyak menghabiskan waktu bersama anak

9

Ketika anak mendekati saya, saya akan memeluknya dan
mengatakan bahwa saya menyayanginya
Memberikan hadiah ketika anak berperilaku baik

10
11

Saat mengamati anak, saya mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan anak

17

LAMPIRAN II

Skala II: Skala Kepercayaan Diri Anak
No

Pertanyaan

1

Saat

Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Di Sdlb Negeri Colomadu Tahun 2014/2015.

0 2 15

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Minat Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Di SD Al-Firdaus Surakarta.

0 2 14

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Minat Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Di SD Al-Firdaus Surakarta.

0 1 15

PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DAN KONSEP DIRI ANAK Perilaku Komunikasi Orang Tua Dan Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Komunikasi Orang Tua dalam pembentuk Konsep Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Desa Suruhkalang Rt 03 Rw 06 Jaten Ka

1 3 12

PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DAN KONSEP DIRI ANAK Perilaku Komunikasi Orang Tua Dan Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Komunikasi Orang Tua dalam pembentuk Konsep Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Desa Suruhkalang Rt 03 Rw 06 Jaten Ka

1 13 14

KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP KARIER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.

0 2 348

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ipi391150

3 49 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS DENGAN PENERIMAAN ORANG TUA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SKRIPSI

1 8 16

PENERIMAAN DIRI PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

0 3 11

Penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus - USD Repository

0 0 116