ANALISIS KINERJA PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN AL-AZIZIYAH NUSA TENGGARA BARAT

(1)

i

ANALISIS KINERJA PADA KOPERASI PONDOK

PESANTREN AL-AZIZIYAH NUSA TENGGARA

BARAT

SKRIPSI

Oleh

Syarif Hidayatulloh

20111016031101

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

(3)

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamuaaikum wr.wb

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Analisis Kinerja Pada Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah Nusa Tenggara Barat” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat untuk memperoleh gelar strata di Fakultas ekonomi, program studi Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti berusaha memberi sebaik mungkin namun demikian, peneliti menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman peneliti. Skripsi ini tidak akan terlesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Widayat, M.M, dan Dra. Dewi Nurjannah, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan bijaksana serta memberikan dorongan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.


(5)

v

4. Drs. Marsudi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Dra. Uci Yulianti, M.M, selaku Dosen Wali Kelas Manajemen A.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengarahan selama perkulihan.

7. Seluruh Karyawan dan Part Time TU Fakultas Ekonomi dan teman-teman Part time TU Jurusan yang telah membantu selama perkulihan.

8. Manager dan Pengelola Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah NTB yang telah memberikan izin penelitian, terima kasih atas bantuan dan masukan selama penelitian.

9. Kepada orang yang paling menginspirasi dalam hidup saya almarhum kakek TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz, perjuanganmu akan terus aku lanjutkan. 10. Kepada kedua orang tua yaitu H. Kholid Nawawi Ridwan dan Hj. Fuziyati

Mushtofa Umar yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, selalu mendo’akan, memberikan motivasi, dan dorongan baik berupa material maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Kepada anak dan istri saya Samira dan Syakira serta ketiga saudara kandung yaitu Hj. Hanna Mardiyah, Nashron Azizan dan Khairi Ridwanulloh yang

telah mendo’akan dan selalu memberikan nasehat dan dukungan selama ini.

12. Seluruh keluarga besar Umar Abdul Aziz yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah mendo’akan selama ini.


(6)

vi

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik dengan material dan spiritual. Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada peneliti semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. dan Peneliti berharap semoga dengan skripsi ini nantinya akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Wassalamualaikum wr.wb.

Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Syarif Hidayatulloh

NIM : 201110160311011

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Dengan ini menyataan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas akhir dengan berjudul “Analisis Kinerja pada Koperasi Pondok

Pesantren Al-azizizyah Nusa Tenggara Barat” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah saya ini tidak terdapat karya ilmiah yang ditulis atau diterbitkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah tugas akhir ini, dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN,

serta diproses dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir dari penelitian yang saya lakukan dapat dijadikan sumber pustaka.

Malang, Mei 2015 Yang menyatakan,


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR ORISINALITAS ... vi

DARTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... …..ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

ABSTRAK ...xiii

ABSTRACT ...xiv

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Landasan Teori ... 9


(9)

ix BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ... 35

B. Jenis Penelitian ... 35

C. Variabel dan Definisi Oprasional ... 35

D. Jenis Data da Sumber Data ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pengukuran Kinerja Koperasi ... 34 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam Al-Aziziyah ... 51


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Perkembangan Koperasi di Indonesia 2012 dan 2013 ... .2

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Pondok Pesantren di NTB ... .6

Tabel 1.3 Perkembangan Jumlah dan Laba Koperasi Al-aziziyah ... .7

Tabel 2.1 Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi ... 34

Tabel 4.1 Komponen Perhitungan Aspek Permodalan ... 55

Tabel 4.2 Komponen Perhitungan Aspek Kualitas Aktiva Produktif ... 56

Tabel 4.3 Komponen Perhitungan Aspek Efisiensi ... 56

Tabel 4.4 Komponen Perhitungan Aspek Likuiditas ... 57

Tabel 4.5 Komponen Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan ... 58

Tabel 4.6 Komponen Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi ... 58

Tabel 4.7 Hasil Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset ... 59

Tabel 4.8 Hasil Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan Beresiko .... 60

Tabel 4.9 Hasil Rasio Kecukupan Modal Sendiri ... 61

Tabel 4.10 Hasil Rasio VP pada Anggota terhadap VP Diberikan ... 62

Tabel 4.11 Hasil Rasio Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan ... 62

Tabel 4.12 Hasil Rasio Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah ... 63

Tabel 4.13 Hasil Rasio Pinjaman Beresiko Terhadap Pinjaman diberikan ... 64

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen ... 65

Tabel 4.15 Hasil Rasio Operasi Pelayanan Terhadap Partisipasi Bruto ... 66

Tabel 4.16 Hasil Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor ... 67


(12)

xii

Tabel 4.18 Hasil Rasio Kas ... 68

Tabel 4.19 Hasil Rasio Pinjaman Diberikan Terhadap Dana diterima ... 69

Tabel 4.20 Hasil Rasio Rentabilitas Aset ... 70

Tabel 4.21 Hasil Rasio Rentabilitas Modal Sendiri ... 71

Tabel 4.22 Hasil Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ... 71

Tabel 4.23 Hasil Rasio Partisipasi Bruto ... 72

Tabel 4.24 Hasil Rasio Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota ... 73


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Perhitungan Aspek Permodalan

2. Perhitungan Aspek Aktiva Kualitas Produktif 3. Perhitungan Aspek Manajemen

4. Perhitungan Aspek Efisiensi 5. Perhitungan Aspek Likuiditas

6. Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan 7. Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi

8. Penetapan Hasil Kinerja Keuangan

9. Neraca Koppontren Al-Aziziyah 2011-2013


(14)

A. DAFTAR PUSTAKA

Bastian Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Penerbit Airlangga, Jakarta Hendar, 2010, Manajemen Perusahaan Koperasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi , Yogyakarta.

Mulyadi dan Jhony Setyawan, 2001, Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009

Rudianto, 2010, Akuntansi Koperasi;Edisi Kedua,Penerbit Airlangga,Jakarta.

Sujianto Agus Eka, 2011, Peformance Appraisal Koperasi Pondok Pesantren, Teras, Yogyakarta. UU RI tentang Perkoperasian, 2013, penerbit Citra Umbara, Bandung.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi memiliki arti penting dalam membangun perekonomian nasional, seperti tertera dalam pasal 33 ayat 1 Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Meskipun tidak secara langsung menyebutkan koperasi namun sebenarnya makna asas kekeluargaan terdapat pada tubuh koperasi itu sendiri. Pembangunan ekonomi di Indonesia diarahkan pada terwujudnya prekenomian yang mandiri dan handal berdasarkan demokrasi untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata.

Dalam Pasal 33 ayat 1 Undang Undang Dasar 1945 dengan jelas menyebutkan bahwa gerakan koperasi menjadi sendi untuk mendukung prekonomian nasional, selain sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari ketiga kekuatan ekonomi nasional tersebut pemerintah mengharapkan agar dikembangkan menjadi komponen yang saling mendukung dan terpadu di dalam sistem ekonomi nasional.

Koperasi ditempatkan sangat istimewa dalam prekonomian Indonesia ialah dalam kedudukannya sebagai sokoguru perekonomian nasional, namun dari keberpihakan pemerintah selama ini untuk mendorong kemajuan dan kemandirian koperasi yang tampak hasilnya adalah perkembangan jumlah-jumlah koperasi. Fakta menunjukkan dari segi kuantitas koperasi semakin besar, akan tetapi dari segi kualitas dan manajemen untuk mendorong


(16)

2

kemajuan dan kemandiriannya masih tertinggal apabila dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya yakni sektor usaha swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Berdasarkan data Kemenkop UKM dalam www.depkop.go.id 2014, kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 2 persen, jauh dibandingkan kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebesar 20 persen dan kontribusi swasta terhadap PDB terbesar, yakni 78 persen. Ini menjadi bukti nyata bahwa koperasi saat ini masih tertinggal sangat jauh dari BUMN dan BUMS.

Kondisi perkembangan koperasi di Indonesia saat ini sangat memperihatinkan. Hasil data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah menyebutkan bahwa, hingga akhir Desember 2013 jumlah koperasi yang tidak aktif meningkat. Peningkatan jumlah koperasi yang tidak aktif ini bisa dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1: Jumlah Perkembangan Koperasi di Indonesia 2012 dan 2013 Tahun Jumlah

Koperasi di Indonesia Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Koperasi Tidak Aktif Persentase Jumlah Koperasi Aktif Persentase Jumlah Koperasi Tidak Aktif 2012 194.295 139.321 54.974 71,71% 28,29% 2013 203.701 143.117 60.584 70,26% 29,74% Sumber: www.depkop.go.id, 2014

Dari tabel 1.1 diatas bisa disimpulkan jumlah koperasi meningkat setiap tahun namun jumlah koperasi yang tidak aktif justru semakin banyak yakni sebanyak 29,74 persen dari 203.701 unit koperasi berstatus tidak aktif di tahun 2013. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang tidak aktif


(17)

3

sebanyak 28,29 persen dari jumlah 194.295 unit koperasi. Jumlah koperasi tidak aktif merupakan bukti ketidakseriusan perangkat koperasi dalam mengelola koperasi tersebut. Perkembangan jumlah koperasi dan jumlah anggota merupakan salah satu indikator kinerja utama yang mengindikasikan bahwa kinerja koperasi di Indonesia menurun.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh deputi kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM pencapaian kineja koprerasi berkualitas hanya terdapat pada 15 provinsi sedangkan sisanya masih berada dibawah peringkat kinerja (Sumber:www.depkop.go.id). Data-data tersebut sangat cukup menggambarkan bahwa kinerja koperasi di Indonesia dalam kondisi buruk.

Untuk memperbaiki kinerja diperlukan evaluasi, cara untuk melakukan evaluasi ialah dengan melakukan pengukuran kinerja (Agung,2008:17). Pengukuran kinerja penting dilakukan karena sebagai dasar menentukan efektifitas kegiatan usahanya terutama efektifitas operasional, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pentingnya pengukuran kinerja ialah sebagai acuan pembuatan keputusan dan mendukung pelaporan eksternal, baik bagi manajemen dan masyarakat sebagai penilai kinerja organisasi. Bagi manajemen, pengukuran kinerja merupakan bagian integral dari sistem pengendalian manajemen, sedangkan bagi pihak luar seperti masyarakat pengukuran kinerja bermanfaat untuk memonitor dan menilai pencapaian kinerja.


(18)

4

Penilaian terhadap kinerja suatu koperasi yaitu menggunakan analisis laporan keuangan dan non keuangan, informasi yang terdapat dalam laporan keuangan akan menunjukkan kinerja keuangan koperasi dalam beberapa periode. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan laporan keuangan yang ada. Analisis laporan keuangan yang digunakan dalam koperasi berbeda dengan yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan.

Analisis yang digunakan koperasi untuk mengukur kinerja ialah menurut pedoman klasifikasi penilaian koperasi yang dikeluarkan oleh kementerian koperasi No.194/Kep/M/IX/1998, lalu diperbaharui dengan dikeluarkannya keputusan menteri koperasi No.20/Per/M.KUKM/XI/2008, lalu terbaru adalah Kepmen koperasi No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang saat ini masih digunakan. Pedoman klasifikasi koperasi ini terdiri dari beberapa rasio-rasio variabel, yaitu: Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Likuiditas, Efisiensi, Kemandirian dan Pertumbuhan dan Jati Diri Koperasi.

Dalam pasal 83 Undang Undang No 17 tahun 2012 disebutkan bahwa koperasi memiliki banyak jenis. Pembagian jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Salah satu jenis koperasi menurut golongan fungsionalnya adalah Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren).

Menurut Rusdarti (2009:9) Koperasi pondok pesantren dalam menjalankan usahanya banyak menghadapi berbagai masalah, diantaranya:


(19)

5

pertama, Adanya persepsi negatif warga pesantren terhadap koperasi karena salah satu sebab ada ulah pengurus yang kurang bertanggung jawab. Kedua, Pengetahuan tentang perkoperasian di lingkungan pondok pesantren kurang memadai. Ketiga, Sumber daya manusia pesantren yang berkualitas masih terbatas.

Keempat, Pembinaan dalam bidang organisasi oleh pengurus pesantren kurang dilaksanakan secara intensif. Kelima, Lemahnya struktur manajemen koperasi dan kemampuan pengurus dalam menegelola usaha dan organisasi koperasi dengan baik. Keenam, Kurang insentifnya pembinaan yang dilakukan oleh pembina, rendahnya kemampuan pengurus, dan lemahnya partisipasi anggota akan memepengaruhi kinerja keuangan kopontren.

Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan salah satu Koperasi Pondok Pesantren tertua yang berdiri di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perkembangan jumlah Koperasi Pondok Pesantren di Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2.: Perkembangan Jumlah Pondok Pesantren di Nusa Tenggara Barat Tahun Jumlah Koperasi

Pondok Pesantren

Jumlah Koperasi Aktif

Jumlah Koperasi Tidak Aktif

2012 231 220 11

2013 239 162 77

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM NTB, 2014

Tabel 1.2 diatas menunjukkan jumlah Koperasi Pondok Pesantren tahun 2012-2013 mengalami peningkatan 3,34%, akan tetapi jumlah koperasi aktif mengalami penurunan sebesar 26% dan jumlah koperasi tidak aktif mengalami peningkatan sampai 85%. Besarnya jumlah koperasi Pondok


(20)

6

Pesantren dalam status tidak aktif ini mengindikasikan masih rendahnya kinerja koperasi pondok pesantren di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan salah satu dari 162 koperasi yang aktif sampai saat ini. Menurut informasi dari kepala Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah koperasi ini sempat vakum atau tidak aktif pada tahun 2006 dan aktif kembali pada tahun 2009 dikarenakan terdapat sejumlah dana kredit dari anggota yang belum dibayar sedangkan anggota tersebut tidak diketahui keberadaanya lagi, sehingga ini mengganggu kinerja dari koperasi Al-Aziziyah. Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah memiliki fenomena yang unik dalam tiga tahun terakhir, fenomena tersebut dijelaskan pada tabel 1.3.

Tabel 1.3. menunjukkan jumlah anggota tiap tahun mengalami peningkatan namun jumlah sisa hasil usaha menurun dan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai penurunan kinerja yang terjadi pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah. Seharusnya jumlah anggota yang meningkat menunjukkan jumlah iuran, simpanan wajib dan simpanan pokok bertambah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah SHU namun kenyataan berbanding terbalik yakni laba yang didapatkan setiap tahun menurun.

Tabel 1.3.: Perkembangan jumlah anggota dan jumlah Laba Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah NTB

Tahun Jumlah Anggota Jumlah Sisa Hasil Usaha

2011 245 2.260.442

2012 273 1.905.934

2013 277 1.726.456


(21)

7

Beberapa tahun belakangan ini Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah sejak aktif kembali pada tahun 2009 kinerja atau kesehatan unit simpan pinjam dari koperasi ini belum pernah diukur dan diketahui sehat atau tidaknya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini mengambil judul: “Analisis Kinerja Pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah Nusa Tenggara Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan pokok permasalahan penelitian ini ialah: Bagaimana kinerja pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah NTB?

C. Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada, maka penelitian ini diberi batasan pembahasan yaitu:

1. Data yang digunakan berdasarkan laporan keuangan, data anggota, dan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk periode 2011-2013.

2. Alat ukur yang digunakan adalah berpedoman pada keputusan Menteri Koperasi dan UKM tahun 2009 yang berisikan rasio-rasio variabel sebagai berikut: Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Likuiditas, Efisiensi, Kemandirian dan Pertumbuhan dan Jati Diri Koperasi.


(22)

8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengukur kinerja pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah NTB.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Manajemen Koperasi

1) Sebagai bahan masukan alternatif pengendalian keputusan startegis berdasarkan informasi kualitatif yang akurat sebagai acuan pencapaian tujuan jangka panjang.

2) Sebagai bahan masukan bagi manajemen koperasi untuk melakukan tindakan lebih lanjut dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi dan bermanfaat untuk melakukan perbaikan.

b. Bagi Anggota Koperasi

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi anggota koperasi dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan koperasi yang ada. c. Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi penelitian yang akan datang.

2)Selain itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai analisis kinerja keuangan dan non keuangan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen koperasi.


(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Darwanto (2013) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja koperasi ditinjau dari aspek keuangan dan non keuangan pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh bahwa Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang memiliki Rasio permodalan, Rasio Likuiditas dan kemandirian serta pertumbuhan dalam kategori tidak baik. Rasio kualitas produktif dan Rasio efisiensi masuk dalam kategori baik, secarja umum dalam kategori tidak baik. Kinerja dari aspek non keuangan sendiri yang meliputi perspektif pelanggan, bisnis Internal, pembelejaran dan pertumbuhan, masuk dalam kategori baik.

B. Landasan Teori a. Koperasi

Menurut Hendar (2010:2) koperasi merupakan organisasi otonom dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya secara bersama-sama melalui kegiatan usaha yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela


(24)

10

mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara demokratis.

Menurut pasal 1 UU NO.17/2012, Koperasi diartikan sebagai badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Menurut Rudianto (2010:3) pengertian koperasi bila dirinci lebih jauh terdapat beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik mengenai pengertian koperasi, yaitu:

a) Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang meimiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.

b) Bentuk kerja sama dalam koperasi bersifat sukarela.

c) Masing-masing anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban yang sama.

d) Masing-masing anggota dari koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha koperasi.

e) Resiko dan keuntungan usaha koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.


(25)

11

Dari uraian pengertian diatas koperasi memiliki prinsip-prinsip tersendiri dalam melakukan aktifitas kegiatannya sehari-hari. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 6 Undang-undang No.17 tahun 2012, Koperasi melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

b) Pengawasan oleh anggota dilaksanakan secara demokratis. c) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.

d) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen.

e) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi. f) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan

koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.

g) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang telah disepakati oleh anggota.

Koperasi memiliki fungsi dan peranan menurut pasal 4 (empat) undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian, fungsi koperasi sebagai berikut: (1) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi (2) kesejahteraan rakyat (3) Alat


(26)

12

pendemokrasian ekonomi nasional (4) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia (5) Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana prekonomian rakyat.

Koperasi dalam rangka pembangunan ekonomi dan perkembangan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya memiliki peran serta tugas menurut pasal 7 (tujuh) undang-undang nomor 12 tahun 1967, peranan serta tugas tersebut yaitu:

a) Mempersatukan, mengerahkan, membina, dan mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata.

b) Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.

c) Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.

Pembagian jenis koperasi Menurut PSAK No. 27 tahun 2007 dalam Rudianto (2010:5) koperasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis koperasi, yaitu:

a) Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan dana. Kegiatan utama koperasi


(27)

13

simpan pinjam atau koperasi kredit adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.

b) Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi konsumen adalah melakukan pembelian bersama. Jenis barang atau jasa yang dilayani suatu koperasi konsumen sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota yang akan dipenuhi. Sebagai contoh, operasi yang mengelola toko serba ada, mini market, dan sebagainya. c) Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa. Koperasi pemasaran dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan. Jadi masing-masing anggota koperasi menghasilkan barang secara individual, sementara pemasaran barang-barang tersebut dilakukan oleh koperasi. Ini berarti keikutsertaan anggota koperasi sebatas memasarkan produk yang dibuatnya.

d) Koperasi Produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi produsen adalah menyediakan, mengoperasikan, dan


(28)

14

mengelola sarana produksi bersama. Tujuan utama koperasi produsen adalah menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya guna menghasilkan barang atau jasa tertentu.

Menurut pasal 82 (delapan puluh dua) Undang-undang nomor 17 tahun 2012 tentang penjenisan gerakan koperasi, mengatakan sebagai berikut:

a) Setiap Koperasi mencantumkan jenis koperasi dalam anggaran dasar. b) Jenis koperasi sebagaimana dimaksud pada pemaparan diatas didasarkan

pada kesamaan kegiatan usaha dan atau kepentingan ekonomi anggota. Berdasarkan hal tersebut menurut pasal 83 (delapan puluh tiga) Undang-undang nomor 17 tahun 2012 terdapat empat jenis koperasi, yaitu: a) Koperasi Konsumen

b) Koperasi Produsen c) Koperasi Jasa

d) Koperasi Simpan Pinjam

b. Koperasi Pondok Pesantren

Menurut Sujianto (2011:7) Koperasi Pondok Pesantren merupakan lembaga ekonomi yang berada di lingkungan pondok pesantren dan menjadi media bagi santri untuk melakukan praktek kerja, sehingga terdapat keseimbangan pola pendidikan agama dan pendidikan kewirausahaan. Menurut golongan fungsionalnya Koperasi Pondok Pesantren yang disingkat


(29)

15

Koppontren ini bisa termasuk golongan koperasi Simpan pinjam dan koperasi konsumen.

Termasuk koperasi konsumen karena bertujuan memelihara kepentingan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota koperasi konsumen berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Di samping itu Koperasi Pondok Pesantren bisa juga dikatakan sebagai koperasi simpan pinjam jika di dalam Koppontren tersebut melakukan aktifitas menyimpan dana dan menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman.

Sujianto (2011:7-9) menjelaskan bahwa keberadaan kopontren ini mendapatkan dukungan dari pemerintah dengan dikeluarkannya surat keputusan bersama Menteri Koperasi (Nomor:197/MJKPTSIIX/1985), Menteri Agama (Nomor:64/TAHUN 1985), dan Majelis Ulama Indonesia (Nomor:490/MUI/VII/1985) tentang pelaksanaan pembinaan dan pengembangan koperasi di lembaga pendidikan agama.

Keberadaan koppontren ini mendapatkan dukungan bersama juga dari sektor lain yaitu pertanian untuk meningkatkan agribisnis dilingkungan pesantren. Surat keputusan bersama antara Menteri Pertanian (Nomor: 346/KPTS/HK.050/6/1991) dan Menteri Agama (Nomor: 94 tahun 1991) tentang pengembangan agribisnis di Pondok Pesantren. Ini menjadi bukti nyata dukungan pemerintah untuk mengembangkan perekonomian di


(30)

16

lingkungan Lembaga Pendidikan Agama melalui Koperasi Pondok Pesantren.

Modal koperasi pada dasarnya berasal dari anggota koperasi itu sendiri, akan tetapi bukan tidak mungkin modal koperasi berasal dari luar. Pada awal memulai usaha ekonominya Koperasi Pondok Pesantren hanya menggunakan modal yang bersumber dari penerimaan yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Namun selain dari simpanan tersebut terdapat sumber modal dari luar tubuh koperasi itu sendiri.

Aspek permodalan ini menyangkut modal sendiri dan modal pinjaman seperti yang dideskripsikan pada pasal 41 Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan selain modal dari dalam koperasi terdapat modal dari luar koperasi ,yaitu : (1) Hibah (2) Modal Penyertaan (3) Modal Pinjaman yang bersal dari anggota, Koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan lain, penerbitan obligasi dam surat hutang lainnya, serta bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah (4) Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan ketentuan perundang-undangan.

Uraian diatas menjelaskan bagaimana sebuah Koperasi termasuk Koperasi Pondok Pesantren memperoleh modal kerjanya. Dalam penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Pondok Pesantren harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


(31)

17

Kebanyakan Koperasi Pondok Pesantren yang ada, pelaksana usaha tersebut masih terdiri dari guru, kiai, dan pengurus pondok pesantren. Untuk Koperasi Pondok pesantren yang telah berkembang dan sudah berbadan hukum sebaiknya pengelolaan usahanya dapat dilaksanakan oleh pelaksana khusus atau para ahli yang sudah menjadi profesinya.

c. Kinerja

Sebelum memahami tentang penilaian dan evaluasi kinerja, terlebih dahulu harus dipahami mengenai pengertian kinerja itu sendiri. Menurut Bastian (2006:274), kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Secara umum kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam priode tertentu.

Menurut Stolovitch dan Keeps (1992) dalam Sujianto (2011:31), kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Sedangkan menurut Griffin (1987) dalam Sujianto (2011:31), kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas tertentu.

Setelah mengetahui pengertian mengenai kinerja maka perlu mengetahui pengukuran kinerja itu sendiri. Mardiasmo (2009:121)


(32)

18

menjelaskan pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Menurut Bastian (2006:275) pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memeberikan feedback atau umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang.

Setelah mengetahui pengertian dari pengukuran kinerja setelah itu perlu diketahui tujuan dari melakukan pengukuran kinerja. Mardiasmo (2009:122) menjabarkan secara umum tujuan pengukuran kinerja yaitu: a) Untuk mengkomunikasikan startegi secara lebih baik (top down dan

bottom up).

b) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara seimbang sehingga dapat di telusuri perkembangan pencapaian strategi.

c) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.

d) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Manfaat pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009:122), adalah sebagai berikut: a) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen. b) Memberikan arah untuk


(33)

19

mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. c) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja.

d) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment). e) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan. f) Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

Mardiasmo (2009:123) menjelaskan terdapat dua informasi cara yang digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:

a) Informasi Finansial merupakan informasi yang diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dibuat untuk mengetahui selisih antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Selisih yang diukur secara garis besar berfokus pada selisih pendapatan dan selisih pengeluaran. Penggunaan Analisis varian atau selisih ini belum cukup untuk mengukur kinerja karena memiliki keterbatasan.

b) Informasi Non finansial merupakan ukuran yang dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Jenis informasi non finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan organisasi. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak


(34)

20

digunakan pada organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard yang melibatkan empat aspek kunci keberhasilan suatu organisasi.

Menurut Mulyadi (2001:628) cara pengukuran kinerja dilaksanakan aktifitas baik dalam bentuk keuangan maupun non keuangan. Pengukuran ini didesain untuk menilai bagaimana aktifitas dilaksanakan dan hasil diperoleh. Untuk ukuran kinerja keuangan mencakup laporan biaya aktifitas penambah dan bukan penambah nilai, laporan trend biaya aktifitas, Benchmarking, Activity based budgeting, dan Life Cycle Cost Budgeting. Kinerja non keuangan mencakup ukuran produktifitas, ukuran kualitas, dan ukuran waktu.

a) Ukuran Kinerja Keuangan

1) Laporan biaya aktifitas penambah dan bukan penambah nilai.

Harus dipisahkan antara biaya penambah nilai dan biaya bukan penambah nilai. Karena memiliki manfaat yaitu : dapat memusatkan perhatian pada pengurangan dan penghilangan biaya bukan penambah nilai, menyadari besarnya pemborosan dan bisa membuat efisiensi kedepannya, dan memantau efektifitas program dalam bentuk perbandingan antar periode (time series).

2) Laporan Trend Biaya Aktifitas.

Setelah melakukan pemisahan biaya penambah dan bukan penambah nilai lalu manajemen harus melakukan perbandingan biaya setiap


(35)

21

aktifitas periode akuntansi. Jika pengelolaan aktifitas efektif maka hasilnya adalah menurunnya biaya aktifitas.

3) Benchmarking

Merupakan standar terbaik untuk mengukur kinerja aktifitas. Benchmarking merupakan proses patok duga yakni membandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis atau satu industri.

4) Activity Based Budgeting

Aktivitas Penganggaran dasar adalah penyusunan anggaran biaya per aktifitas untuk memungkinkan manajer untuk memprediksi biaya aktifitas yang akan terjadi dalam priode anggaran.

5) Life cycle Cost Budgeting

Product Life cycle adalah jangka waktu sejak produk diciptakan sampai dengan saat dihentikan produksinya. Biaya daur hidup produk adalah biaya yang berkaitan dengan produk dalam keseluruhan daur hidupnya, yang mencakup biaya pengembangan, produksi dan dukungan logistik.

b) Ukuran Kinerja non keuangan 1) Ukuran Produktifitas

Pengukuran produktifitas dilakukan dengan mengukur perubahan produktifitas sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki produktifitas. Pengukuran produktifitas dapat


(36)

22

bersifat prospektif dan berfungsi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan startegik.

2) Ukuran Kualitas

Kualitas menjadi andalan dalam persaingan, oleh karena itu organisai memerlukan ukuran kualitas untuk mengukur kinerja organisasi. Ukuran non keuangan dalam mengukur kualitas adalah: jumlah produk cacat per unit produk jadi, persentasi kegagalan ekstern, jumlah kesalahan per surat oreder pembelian dan lain-lain.

3) Ukuran Waktu

Setiap aktifitas memiliki customer. Ada dua karakteristik penting yang berkaitan dengan waktu: keandalan dan kecepatan respon. Keandalan berarti ketepatan penyerahan produk kepada pemesan. Kecepatan respon diukur dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi keluaran.

Proses pengukuran kinerja terdapat aspek-aspek yang akan diukur. Menurut Bastian (2006:276) aspek yang diukur dalam melakukan pengukuran kinerja yaitu sebagai berikut :

a) Aspek Finansial

Aspek finansial ini meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial ini sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja, sehingga kondisi keuangan dapat dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia.


(37)

23

b) Kepuasan Pelanggan

Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Untuk itu, manajemen perlu memperoleh informasi yang relevan mengenai tingkat kepuasan pelanggan.

c) Operasi dan Bisnis Internal

Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Di samping itu informasi operasi bisnis internal juga diperlukan untuk melakukan perbaikan terus menerus atas efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan.

d) Kepuasan Pegawai

Dalam perusahaan yang banyak melakukan inovasi, peran strategis pegawai sungguh sangat nyata. Apabila pegawai tidak dikelola dengan baik maka kehancuran perusahaan sulit untuk dihindari.

e) Kepuasan Komunitas

Sebuah pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan kepuasan dari para stakeholder.

f) Waktu

Ukuran waktu juga merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain pengukuran kinerja, sehingga informasi yang dibutuhkan diharapkan relevan dan up to date.


(38)

24

Sama dengan organisasi pengukuran kinerja dalam koperasi juga menggunakan ukuran keuangan dan non keuangan. Pengukuran kinerja keuangan dan no keuangan menggunakan pedoman dari Keputusan Menteri Negara dan KUKM NO.14/Per/M.UKM/XII/2009 yang berisi tujuh variabel rasio, yaitu: Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian dan pertumbuhan, dan Jati diri koperasi. Penjelasan rasio-rasio tersebut ialah sebagai berikut:

a. Aspek Permodalan

Arti modal lebih ditekankan kepada nilai dan daya beli, permodalan koperasi disini ialah terdiri dari modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap terdiri dari modal yang disetorkan pada awal pendirian sedangkan modal tidak tetap ialah modal tambah koperasi bersangkutan dan cadangan yang disisihkan dari keuntungan koperasi. Aspek permodalan terdapat 3 rasio perhitungan dalam persen, yaitu:

1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset

Rasio modal sendiri terhadap total aset mencerminkan komposisi total aset yang dimiliki oleh koperasi atas modal sendiri yang dimiliki. Rumus untuk mencari Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset adalah seperti rumus dibawah ini.

Modal Sendiri

= x 100%

Total Aset Rasio Modal

Sendiri

terhadap Total Aset


(39)

25

2) Rasio Modal Sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko Rasio Modal Sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko menunjukkan kemampuan modal sendiri yang dimiliki oleh koperasi dalam menjamin pinjaman yang beresiko yang dimiliki koperasi. Rumus untuk mencari Rasio Modal Sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko adalah:

3) Rasio Kecukupan Modal Sendiri

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri tertimbang dimiliki oleh Koperasi dalam menjamin ATMR. Untuk menghitung Rasio kecukupan modal sendiri digunakan rumus sebagai berikut.

b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva Produktif sering juga disebut dengan earning asset atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi

Modal Sendiri

= x 100%

Pinjaman yang beresiko

Modal Sendiri Tertimbang

= x 100%

ATMR Rasio Modal

Sendiri terhadap pinjaman yang beresiko

Rasio Kecukupan Modal Sendiri


(40)

26

bersangkutan. Rasio pada Aspek Kualitas Aktiva Produktif ada 4 (empat) dalam bentuk persen, yaitu:

1) Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Volume Pinjaman Diberikan.

Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Volume Pinjaman Diberikan merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam memaksimalkan jumlah pinjaman kepada para anggotanya. Untuk menghitung rasio ini rumus yang digunakan adalah:

2) Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang diberikan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam meminimalkan atas pinjaman bermasalah yang dapat terjadi atas seluruh pinjaman yang diberikan kepada anggota koperasi. Formula untuk menghitung rasio ini ialah sebagai berikut.

Volume pinjaman pada anggota

= x100%

Volume Pinjaman

Pinjaman bermasalah

= x100%

Pinjaman yang diberikan Rasio VP

pada Anggota Terhadap VP

Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman


(41)

27

3) Rasio Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah

Rasio cadangan Resiko terhadap pinjaman bermasalah menunjukkan kemampuan koperasi untuk memberikan jaminan atas pinjaman beresiko yang dapat terjadi. Formula untuk menghitung rasio ini seperti rumus dibawah ini.

4) Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan menunjukkan kemampuan Koperasi dalam memberikan pinjaman atas pinjaman yang diberikan. Rumus untuk menghitung rasio ini ialah sebagai berikut.

c. Aspek Manajemen

Pengukuran aspek manajemen bertujuan untuk mengetahui kinerja non keuangan yang di terdiri dari pelaksanaan manajemen dan keputusan yang mempengaruhi kondisi visi misi koperasi, permodalan

Pinjaman yang beresiko

= x100%

Pinjaman yang diberikan Cadangan Resiko

= x100%

Pinjaman bermasalah Rasio

Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah

Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap

pinjaman yang diberikan


(42)

28

koperasi, profitabilitas dan likuiditas koperasi. Penilaian aspek manajemen tersebut meliputi lima komponen yaitu manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva, dan manajemen likuiditas. Sementara itu, untuk perhitungan skor manajemen didasarkan pada hasil penilaian atas pertanyaan manajemen, dan hanya untuk hasil jawaban “ya” saja yang diberi skor penilaian (Terdapat 38 Pertanyaan yang sudah ditetapkan dalam keputusan menteri no.14 tahun 2009).

d. Aspek Efisiensi

Efisiensi koperasi adalah seberapa besar kemampuan koperasi melayani anggotanya dengan penggunaan aset dan biaya seefisien mungkin. Terdapat 3 rasio pada Aspek Efisiensi dalam persen, yaitu: 1) Rasio Beban Operasi

Rasio beban Operasi ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam memberikan dan memaksimalkan atas penggunaan biaya dalam meningkatkan pinjaman kepada para anggota. Formula untuk mencari Rasio Beban Operasi adalah sebagai berikut.

Beban operasi anggota

= x100%

Partisipasi bruto Rasio

Beban Operasi


(43)

29

2) Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor

Rasio Beban Usaha Terhadap SHU kotor ini menunjukkan kemampuan koperasi untuk melakukan pengendalian beban usaha dengan harapan dapat memaksimalkan SHU kotor yang diperoleh.

3) Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio Efisiensi Pelayanan adalah menunjukkan kemampuan koperasi untuk melakukan pengendalian biaya karyawan dengan harapan atas volume pinjaman anggota dihasilkan. Rumus dari Rasio Efisiensi Pelayanan adalah sebagai berikut.

e. Aspek Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan Koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Teradapat 2 (dua) rasio pada Aspek Likuiditas dalam bentuk persen, yaitu:

1) Rasio Kas

Beban Usaha

= x100%

SHU Kotor

Biaya Karyawan

= x100%

Volume Pinjaman Rasio Beban Usaha

Terhadap SHU kotor

Rasio Efisiemsi Pelayanan


(44)

30

Rasio kas ini menunjukkan kemampuan kas yang dimiliki koperasi dalam memberikan jaminan atas kewajiban yang lancar yang harus dipenuhi oleh koperasi.

2) Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima

Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima menunjukkan kemampuan koperasi dalam meningkatkan dana yang diterima oleh koperasi. Formula untuk menghitung rasio pinjaman ini ialah sebagai berikut.

f. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada sebagaimana kemampuan koperasi melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi pada tahun yang bersangkutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat 3 rasio perhitungan pada aspek Kemandirian dan pertumbuhan dalam bentuk persen, yaitu:

1) Rasio Rentabilitas aset

Kas + Bank

= x100%

Kewajiban Lancar

Pinjaman yang diberikan

= x100%

Dana yang diterima Rasio Kas

Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima


(45)

31

Rentabilitas aset ini mencerminkan kemampuan koperasi untuk memaksimalkan potensi total aset yang dimiliki dalam rangka untuk menghasilkan SHU sebelum pajak. Untuk formula untuk menghitung rentabilitas aset sebagai berikut.

2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

Rasio Rentabilitas Modal Sendiri menunjukkan kemampuan koperasi dalam menggunakan total modal sendiri dalam menghasilkan SHU bagian anggota. Formula untuk menghitung Rentabilitas Modal sendiri adalah seperti formula dibawah ini.

3) Kemandirian Operasional Pelayanan

Rasio kemandirian operasional pelayanan menunjukkan kemampuan koperasi dalam memaksimalkan SHU kotor dengan perbandingan atas beban usaha dan beban koperasi yang harus dipenuhi oleh koperasi. Untuk menghitung Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan menggunakan formula dibawah ini

SHU sebelum pajak

= x100%

Total Aset

SHU bagian Anggota

= x100%

Total Modal Sendiri

Partisipasi neto

= x100%

Beban usaha + Beban perkoperasian Rentabilitas

aset

Rentabilitas Modal Sendiri

Kemandirian Operasional Pelayanan


(46)

32

g. Aspek Jati diri koperasi

Jati diri koperasi adalah tujuan dari sebuah koperasi dalam mempromosikan ekonomi anggotanya. Pada aspek jati diri koperasi terdapat 2 rasio perhitungan pada Aspek jati diri koperasi dalam persen, yaiu:

1) Rasio Partisipasi Bruto

Rasio Partisipasi Bruto ini menunjukkan kemampuan operasi dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi bruto koperasi. Untuk menghitung Rasio partisipasi bruto ini menggunakan rumus sebagai berikut.

2) Rasio Promosi Ekonomi anggota (PEA)

Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) menunjukkan kemampuan Koperasi untuk memberikan SHU kepada anggota atas dasar simpanan pokok dan simpanan wajib. PEA dihitung dengan rumus:

Partisipasi Bruto

= x100%

Partisipasi Bruto + Pendapatan

PEA

= x100%

Simpanan Pokok + Simpanan Wajib Rasio

partisipasi Bruto


(47)

33

Berdasarkan Keputusan Menteri koperasi No.14 tahun 2009, setelah menghitung rasio-rasio diatas, lalu dibandingkan dengan bobot skor yang telah diatur pada Keputusan Menteri Koperasi No.14 tahun 2009, setelah itu semua skor masing-masing rasio dijumlahkan dan disimpulkan apakah sehat atau tidak. Standar penetapan predikat tingkat kesehatan koperasi terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.: Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Kinerja Koperasi

SKOR PREDIKAT

80 ≤ X < 100 SEHAT

60 ≤ X < 80 CUKUP SEHAT 40 ≤ X < 60 KURANG SEHAT 20 ≤ X < 40 TIDAK SEHAT

<20 SANGAT TIDAK SEHAT

Sumber: www.depkop.go.id Kepmen No.14/Per/M.UKM/XII/2009

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar 2.1. dapat dijelaskan bahwa dalam mengukur kinerja koperasi khususnya unit simpan pinjam berpedoman pada surat keputusan menteri koperasi dan UKM No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang didalamnya terdapat variabel alat ukur kesehatan atau kinerja koperasi yaitu: Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian Operasional Pelayanan, Jati diri koperasi. Berdasarkan alat ukur tersebut maka akan didapatkan hasil penilitian dari kinerja koperasi. Setelah hasil penelitian diolah dan dibahas maka bisa disimpulkan nantinya apakah kinerja keuangan


(48)

34

koperasi Al-Aziziyah masuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.

Gambar 2.1. Kerangka pikir pengukuran kinerja koperasi

Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah Nusa Tengaara Barat

Kinerja

1) Aspek Permodalan

2) Aspek Kualitas Aktiva Produktif

3) Aspek Manajemen

4) Aspek Efisiensi 5) Aspek Likuiditas

6) Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

7) Aspek Jati Diri Koperasi

Sehat Cukup

Sehat

Kurang sehat

Tidak Sehat

Sangat Tidak Sehat


(1)

2) Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor

Rasio Beban Usaha Terhadap SHU kotor ini menunjukkan kemampuan koperasi untuk melakukan pengendalian beban usaha dengan harapan dapat memaksimalkan SHU kotor yang diperoleh.

3) Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio Efisiensi Pelayanan adalah menunjukkan kemampuan koperasi untuk melakukan pengendalian biaya karyawan dengan harapan atas volume pinjaman anggota dihasilkan. Rumus dari Rasio Efisiensi Pelayanan adalah sebagai berikut.

e. Aspek Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan Koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Teradapat 2 (dua) rasio pada Aspek Likuiditas dalam bentuk persen, yaitu:

1) Rasio Kas

Beban Usaha

= x100%

SHU Kotor

Biaya Karyawan

= x100%

Volume Pinjaman Rasio Beban Usaha

Terhadap SHU kotor

Rasio Efisiemsi Pelayanan


(2)

Rasio kas ini menunjukkan kemampuan kas yang dimiliki koperasi dalam memberikan jaminan atas kewajiban yang lancar yang harus dipenuhi oleh koperasi.

2) Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima

Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima menunjukkan kemampuan koperasi dalam meningkatkan dana yang diterima oleh koperasi. Formula untuk menghitung rasio pinjaman ini ialah sebagai berikut.

f. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

Kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada sebagaimana kemampuan koperasi melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi pada tahun yang bersangkutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat 3 rasio perhitungan pada aspek Kemandirian dan pertumbuhan dalam bentuk persen, yaitu:

1) Rasio Rentabilitas aset

Kas + Bank

= x100%

Kewajiban Lancar

Pinjaman yang diberikan

= x100%

Dana yang diterima Rasio Kas

Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima


(3)

Rentabilitas aset ini mencerminkan kemampuan koperasi untuk memaksimalkan potensi total aset yang dimiliki dalam rangka untuk menghasilkan SHU sebelum pajak. Untuk formula untuk menghitung rentabilitas aset sebagai berikut.

2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

Rasio Rentabilitas Modal Sendiri menunjukkan kemampuan koperasi dalam menggunakan total modal sendiri dalam menghasilkan SHU bagian anggota. Formula untuk menghitung Rentabilitas Modal sendiri adalah seperti formula dibawah ini.

3) Kemandirian Operasional Pelayanan

Rasio kemandirian operasional pelayanan menunjukkan kemampuan koperasi dalam memaksimalkan SHU kotor dengan perbandingan atas beban usaha dan beban koperasi yang harus dipenuhi oleh koperasi. Untuk menghitung Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan menggunakan formula dibawah ini

SHU sebelum pajak

= x100%

Total Aset

SHU bagian Anggota

= x100%

Total Modal Sendiri

Partisipasi neto

= x100%

Beban usaha + Beban perkoperasian Rentabilitas

aset

Rentabilitas Modal Sendiri

Kemandirian Operasional Pelayanan


(4)

g. Aspek Jati diri koperasi

Jati diri koperasi adalah tujuan dari sebuah koperasi dalam mempromosikan ekonomi anggotanya. Pada aspek jati diri koperasi terdapat 2 rasio perhitungan pada Aspek jati diri koperasi dalam persen, yaiu:

1) Rasio Partisipasi Bruto

Rasio Partisipasi Bruto ini menunjukkan kemampuan operasi dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi bruto koperasi. Untuk menghitung Rasio partisipasi bruto ini menggunakan rumus sebagai berikut.

2) Rasio Promosi Ekonomi anggota (PEA)

Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) menunjukkan kemampuan Koperasi untuk memberikan SHU kepada anggota atas dasar simpanan pokok dan simpanan wajib. PEA dihitung dengan rumus:

Partisipasi Bruto

= x100%

Partisipasi Bruto + Pendapatan

PEA

= x100%

Simpanan Pokok + Simpanan Wajib Rasio

partisipasi Bruto


(5)

Berdasarkan Keputusan Menteri koperasi No.14 tahun 2009, setelah menghitung rasio-rasio diatas, lalu dibandingkan dengan bobot skor yang telah diatur pada Keputusan Menteri Koperasi No.14 tahun 2009, setelah itu semua skor masing-masing rasio dijumlahkan dan disimpulkan apakah sehat atau tidak. Standar penetapan predikat tingkat kesehatan koperasi terdapat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.: Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Kinerja Koperasi

SKOR PREDIKAT

80 ≤ X < 100 SEHAT

60 ≤ X < 80 CUKUP SEHAT 40 ≤ X < 60 KURANG SEHAT 20 ≤ X < 40 TIDAK SEHAT

<20 SANGAT TIDAK SEHAT

Sumber: www.depkop.go.id Kepmen No.14/Per/M.UKM/XII/2009

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar 2.1. dapat dijelaskan bahwa dalam mengukur kinerja koperasi khususnya unit simpan pinjam berpedoman pada surat keputusan menteri koperasi dan UKM No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang didalamnya terdapat variabel alat ukur kesehatan atau kinerja koperasi yaitu: Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian Operasional Pelayanan, Jati diri koperasi. Berdasarkan alat ukur tersebut maka akan didapatkan hasil penilitian dari kinerja koperasi. Setelah hasil penelitian diolah dan dibahas maka bisa disimpulkan nantinya apakah kinerja keuangan


(6)

koperasi Al-Aziziyah masuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.

Gambar 2.1. Kerangka pikir pengukuran kinerja koperasi Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah Nusa

Tengaara Barat

Kinerja

1) Aspek Permodalan

2) Aspek Kualitas Aktiva Produktif

3) Aspek Manajemen

4) Aspek Efisiensi 5) Aspek Likuiditas

6) Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan

7) Aspek Jati Diri Koperasi

Sehat Cukup

Sehat

Kurang sehat

Tidak Sehat

Sangat Tidak Sehat