Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis .1 Rancanagan Analisis

adalah distribusi data normal atau mendekati normalSantosa dan Ashari, 2005:12. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P Plot Test. Pengujian normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal. 2. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 Singgih Santoso, 71 2012:241. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin Watson DW untuk mendeteksi uji autokorelasi. Namun secara umum bisa diambil patokan : a Angka D-W di bawah - 2 berarti ada autokorelasi positif. b Angka D-W di antara – 2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. 3. Uji Multikolineritas Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi Priyatno, 2008:39. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, menurut Singgih Santoso 2012:236 : a. Besaran VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah : 1. Mempunyai nilai VIF di sekitar 1. 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1. Nilai VIF dapat diperoleh dengan rumus berikut : a. Besaran Korelasi Antar variabel Independen pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah : 1. Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah dibawah 0,5 . Jikakorelasi kuat, terjadi problem multikolinieritas. Menurut Ghozali 2006:95 dasar pengambilan keputusan : VIF 10 : Antar variabel independen terjadi multikolinieritas VIF 10 : antar variabel independen tidak terjadi multikolinieritas 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut Tolerance 1 VIP dengan homoskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Singgih Santoso, 2012:238. Menurut Singgih Santoso 2012:240 untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu : “deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik di atas di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di studientized. Maka dasar pengambilan keputusan : Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik point-point yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi Heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas B. Analisis Korelasi Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi hubungan linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi hubungan. 2 2 1 1 X X a Y      Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel 1 X dan Y, Variabel 2 X dan Y, 1 X dan 2 X Sumber: Nazir 2003:464 Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi

a. Analisis Korelasi Pearson

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. } { } X {n y X - Y X n r 2 2 2 2 yi yi n Xi i i i i           

b. Koefisien Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi KD digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen Y yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = 2 r x 100 Sugiyono 2012: 257 Keterangan :

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 51 84

Pengaruh Laba Per Lembar Saham dan Rasio Hutang Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 70 160

Pengaruh Rasio Hutang Dan Rasio Harga Laba Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI

1 45 125

Pengaruh Rasio Harga Laba Dan Pengembalian Ekuitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 13 1

Pengaruh Tingkat Pengembalian Aktiva dan Rasio Hutang terhadap Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 22 113

Pengaruh Rasio Harga Saham Per Laba dan Nilai Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2014

0 10 1

Pengaruh Laba Per Lembar Saham dan Nilai Perusahaan Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 18 60

Pengaruh Rasio Hutang Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 6 114

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 1 15

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 16