Pengaruh Rasio Hutang Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

Di Bursa Efek Indonesia)

The Influence Of The Ratio Of Debt And Dividend Policy On Firm (Study on Value of Chemical Manufacturing sub-Sectors Listed in

Indonesia Stock Exchange) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Sidang Sarjana S1 Program Studi Manajemen

Oleh :

Yohanna Setiani Susilo 21210006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

102 BPFE, Yogyakarta.

Bhekti Fitri Prasetyorini (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Brigham dan Houston F (2001) Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan Buku II Jakarta: Erlangga, 2001.

Eka Zahra Solikahan (2013). Pengaruh Leverage dan Investasi terhadap Nilai Perusahaan

(Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia) Eny Cahyaningsih (2010). Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen Dan

Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Ika Fanindya Jusriani, Shiddiq Nur Rahardjo (2013). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Deviden, Kebijakan Utang, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 2011).

Isti Fadah (2013). Pengaruh Dividen dan Biaya Keagenan terhadap Nilai Perusahaan (Model Komparatif pada Perusahaan yang Menerapkan Corporate Governance dengan Intensitas Tinggi dan Rendah).


(3)

James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR (1997) Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku dua Edisi Kesemnbilan. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta

Mamduh M. Hanafi (2004), Manajemen Keuangan. BPFE-Yogyakarta

Natalia Ogolmagai (2013). Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri

Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia.

Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska. Pengaruh Ios, Leverage, Dan Dividend Yield Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Sektor Manufaktur Di BEI. Sutrisno (2009), Manajmen Keuangan. Ekonisia, Yogyakarta.


(4)

Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 20 April 1992 Jenis kelamin

: Perempuan

Agama : Kristen

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Maleber barat Gg. Sejahtera III no 90 Bandung

No. HP : 089610495592

E-Mail : Shopapys@yahoo.com

Pendidikan Formal

NO Tahun Uraian Keterangan

1. 1996 – 1998 TK KRISTEN GAMALIEL Lulus / Berijazah

2. 1998 – 2004 SDK GAMALIEL Lulus / Berijazah

3. 2004 – 2007 SMPK BPPK Lulus / Berijazah

4. 2007 – 2010 SMAK BPPK Lulus / Berizajah


(5)

vii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Lokasi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11

2.1Kajian Pustaka... 11


(6)

viii

2.1.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen ... 15

2.1.2.2 Teori Kebijakan Dividen ... 17

2.1.2.3 Jenis Dividen ... 18

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen ... 21

2.1.3 Teori Nilai Persahaan ... 23

2.2.4 Hasil Penelitian Lainnya ... 26

2.2 Kerangka Pemikiran ... 30

2.2.1 Hubungan Rasio Hutang (X1) dengan Nilai Perusahaan (Y) ... 30

2.2.2 Hubungan Kebijakan Dividen (X2) dengan Nilai Perusahaan (Y) ... 31

2.3 Hipotesis ... 32

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Objek Penelitian ... 33

3.2. Metode Penelitian ... 33

3.2.1 Metode Penelitian ... 33

3.2.2 Desain Penelitian ... 34

3.2.3 Operasionalisasi Variabel ... 38

3.2.4 Sumber Data ... 39

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40


(7)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 52

4.1.1 Gambaran Umum PT Barito Pacific Tbk ... 52

4.1.2 Gambaran Umum PT Budi Acid Jaya Tbk ... 53

4.1.3 Gambaan Umum PT Eterindo Wahanatama Tbk... 56

4.1.4 Gambaran Umum PT Sorini Corporation Tbk ... 57

4.1.5 Gambaran Umum PT Chandra Asri Petrochemcal Tbk ... 58

4.1.6 Gambaran Umum PT Unggul Indah Cahaya Tbk5 ... 9

4.2 Analisis Deskriptif ... 60

4.2.1 Perkembangan Leverage (DER) pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Tedaftar di BEI periode 2008-2012... 60

4.2.2 Perkembangan Kebijakan Dividen (Dividen yield) pada Perusahaan Manufaktur sub Sektor Kimia yang Terdaftar di BEI... 68

4.2.3 Perkembangan Nilai Perusahaan (PBV) pada Perusahaan Manufaktur sub Sektor Kimia yang Terdaftar di BEI ... 74

4.3 Analisis Kuantitatif ... 79

4.4 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 92

4.4.1 Pengujian Hipotesis Rasio Hutang (Leverage) Terhadap Nilai Perusahaan... 93


(8)

x BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 98 5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN


(9)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan hikmat-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan kekurangan dalam berbagai hal dan masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari barbagai pihak, guna kebaikan di masa mendatang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa adanya dukungan dan bantuan tersebut maka maksud dari penulisan ini tidak akan terpenuhi.

Terimakasih dan penghargaan penulis diberikan kepada:

1. Yth. Dr.Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(10)

vi

5. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,SE.,MS.,Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

6. Khusus bagi penulis mengucapkan yang setulusnya kepada orang tua dan kedua kakak yang tak henti-hentinya memberikan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Sdr Edwin Kustiawan atas doa dan dukungan yang terus diberikan pada penulis hingga skripsi ini selesai.

8. Seluruh Staff dosen Universitas Komputer Indonesia Khususnya Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, masukan, pemikiran dan tenaga selama proses pembelajaran yang dapat menambah wawasan bagi penulis

9. Teman – teman kelas MN-1 angkatan 2010 serta teman-teman terdekat penulis mengucapkan terima kasih atas dukungannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat atas semua yang telah mereka berikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bandung, Juli 2014 Penulis


(11)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor industri merupakan sektor andalan utama bagi ekonomi Indonesia. Sektor industri merupakan sektor yang memberikan sumbangan produk domestic bruto dan peluang kerja yang besar bagi penduduk Indonesia. Keterkaitan antarsektor ini menjadi hal yang baik karena berarti kemajuan sektor industri akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan pertumbuhan sektor industri dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal.

Manajemen keuangan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (nilai perusahaan). Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan bagi perusahaan terbuka yang menerbitkan saham di pasar modal (Fama, 1978). Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham dapat tercapai apabila berbagai keputusan keuangan (financial decision) yang relevan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan (Mulyadi, 2006). Nilai perusahaan menurut Suad Husnan (2000) adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.


(12)

Nilai perusahaan kemudian diindikasikan dengan menggunakan Price Book Value (PBV). Price book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Price book value (PBV) digunakan untuk menilai harga suatu saham dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku perusahaan (book value). Rasio ini menunjukkan bagaimana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham dapat juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham. Secara teoretis, nilai pasar suatu perusahaan haruslah mencerminkan nilai bukunya (Tandelilin, 2001:194) (Syarifah, 2007)

Bagi pemegang saham, arus kas yang diterima adalah dalam bentuk dividen. Oleh sebab itu, nilai intrinsik saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan dibayar perusahaan di masa yang akan datang (Ginting, 2005: 3). R. Agus Sartono (2001:281) menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan.

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat oleh perusahaan apakah perusahaan tersebut akan membayar atau tidak, berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan. Kebijakan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan tidak dapat diaplikasikan pada perusahaan yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki pendapatn dan kapasitas investasi yang berbeda-beda. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan akan mencerminkan seberapa besar suatu perusahaan mampu membayar dividen tersebuat kepada para


(13)

investor. Tentu saja para investor atau pemegang saham menyukai jumlah dividen yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan besarnya dividen yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Perhitungan ini menggunakan Dividen Yield (DY) untuk mengetahui dividen total yang harus dibayarkan perusahaan pada pemegang saham.

Namun demikian, keuntungan yang diharapkan seringkali terhambat oleh berbagai kondisi yang terjadi pada lingkungan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Kondisi ekonomi global yang seringkali menjadi penghambat perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi. Salah satunya adalah krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini mengakibatkan naiknya harga bahan baku maupun bahan jadi khususnya untuk perusahaan manufaktur sub sector kimia. Karena naiknya harga tersebut maka akan meningkatkan harga jual pada masyarakat. Tentu saja hal ini akan menurunkan tingkat pembelian oleh masyarakat. Apabila hal ini terus berlangsung, maka akan menurunkan keuntungan bagi perusahaan. Semakin menurunnya tingkat keuntungan perusahaan, maka aktifitas perusahaan akan terhambat.

Sebagian besar perusahaan memilih untuk meminjam dana pada pihak luar untuk dapat tetap melakukan aktifitas perusahaannya. Sehingga perusahaan dapat tetap beroperasi dan memperoleh keuntungan. Dana dari hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva perusahaan disebut leverage.

R. Agus Sartono (2001) menyatakan bahwa Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya


(14)

sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham.

Meningkatnya keuntungan suatu perusahaan yang didasarkan oleh leverage dibutuhkan penempatan dana yang tepat. Hingga akhirnya dana yang berasal dari hutang tersebut dapat kembali digunakan untuk mendanai operasional perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Book Value (PBV).

Dari sekian banyak perusahaan sector manufaktur dalam sub sector kimia yang tersebar di Indonesia terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT. Budi Acid Jaya Tbk. (BUDI), PT. Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT. Eterindo Wahanatama Tbk. (ETWA), PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. (SOBI), dan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC).


(15)

Tabel 1.1

Tingkat Debt Equity Ratio, Deviden Yield Ratio dan Present Book Value Pada Perusahaan Sektor Manufaktur sub setor Kimia yang Terdaftar di BEI

periode 2008 sampai dengan 2012

Sumber : Laporan Keuangan periode 2008-2012

Berdasarkan tabel diatas dari 6 perusahaan manufaktur sector kimia yang terdaftar di BEI, pada perusahaan PT. Budi Acid Jaya Tbk. (BUDI) pada tahun 2011 diketahui bahwa Debt Equity Ratio (DER) meningkat 1,62 dan Dividen Yield (DY) meningkat 6,67%. Hal ini seharusnya meningkatkan Present Book

Periode DER (X) DY(%) PBV (X)

BPRT

2008 1,22 0 1,44

2009 1,17 0 1,39

2010 1,39 0 0,56

2011 0,96 0 0,32

2012 1,2 0 0,32

BUDI

2008 1,7 10,00 1,11

2009 1,1 4,40 1,09

2010 1,53 0 1,12

2011 1,62 6,67 0,55

2012 1,86 0 0,56

ETWA

2008 0,68 0 0,75

2009 1,03 0 1,74

2010 0,76 0 1,11

2011 0,65 0 0,76

2012 1,37 0 0,76

SOBI

2008 0,72 0 2,21

2009 0,83 0 4,40

2010 0,95 5,56 2,70

2011 0,78 3,35 1,07

2012 1,29 0 2,16

TPIA

2008 0,68 0 0,90

2009 0,54 9,09 1,22

2010 0,46 1,90 1,10

2011 1,01 0 1,89

2012 1,31 0 0,49

UNIC

2008 1,29 1,41 0,75

2009 0,81 2,00 0,58

2010 0,85 0 0,59

2011 0,96 4,50 0,56


(16)

Value (PBV) perusahaan, namun Present Book Value (PBV) perusahaan menurun 0,55. Kemudian hal yang sama dialami oleh Perusahaan PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. (SOBI) pada tahun 2010 mengalami kenaikan Debt Equity Ratio (DER) sebesar 95% dan Dividen Yield (DY) meningkat 5,56%, maka seharusnya nilai buku perusahaan meningkat, namun yang terjadi adalah Present Book Value (PBV) menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,70. Dan pada perusahaan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) terjadi hal yang sama, yaitu perusahaan mengalami peningkatan Debt Equity Ratio (DER) sebesar 96% pada tahun 2011 dan Dividen Yield (DY) meningkat 4,50%. Namun meningkatnya DER dan DY tidak mempengaruh tingkat PBV PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC). Pada tahun 2011 terdapat Present Book Value (PBV) menurun sebesar 0,56.

Sedangkan menurut R. Agus Sartono (2001:281) menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Dan leverage keuangan yang menguntungkan akan mempengaruhi laba, mempengaruhi harga saham dan pada akhirnya akan berdampak pula terhadap nilai perusahaan, sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006:24) yang menyatakan bahwa selama tingkat hutang yang lebih tinggi menaikkan laba per lembar saham yang diharapkan, leverage keuangan bekerja meningkatkan harga saham dan menurut Sutrisno (2008:5), harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan.

Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai permasalahan tersebut kedalam judul yaitu


(17)

“Pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Identifikasi & Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari hasil fenomena yang telah dibahas sebelumnya maka hasil identifikasi maalahnya adalah bahwa pada PT. Budi Acid Jaya Tbk. (BUDI) dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) tahun 2011 mengalami kenaikan DER dan DY namun PBV mengalami penurunan. Tahun 2010 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. (SOBI) juga mengalami kenaikan DER dan DY namun PBV mengalami penurunan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan rasio hutang dan kebijakan dividen yang mempengaruhi nilai perusahaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat Rasio Hutang pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI

2. Bagaimana tingkat Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

3. Bagaimana tingkat Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia


(18)

4. Seberapa besar pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat Rasio Hutang pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

2. Untuk mengetahui tingkat Kebijakan Dividen pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

3. Untuk mengetahui tingkat Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Nilai Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Penulis

Penelitian ini berguna bagi perluasan ilmu penulis dalam bidang-bidang tertentu.

Dalam penelitian ini penulis mendapatkan pengalaman yang baru. Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan serta penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan di perusahaan.


(19)

1.4.2 Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi perusahaan agar dapat memahami pentingnya Rasio Hutang

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi pembanding bagi perusahaan dalam penentuan Kebijakan Dividen

Dengan penelitian ini, Perusahaan diharapkan dapat lebih baik dalam Nilai Perusahaan

1.4.3 Perkembangan Ilmu

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang memiliki variabel yang sama.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontrisbusi yang cukup bagi perkembangan ilmu bagi pelajar khususnya mahasiswa yang membutuhkan.

1.5 Lokasi & Waktu Penelitian

Lokasi : Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Data keuangan diperoleh dari BEI


(20)

Table 1.2

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No Jadwal

Kegiatan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pra Survey 2 Pengambilan

Data

3 Analisis Data

4 Penyusunan UP

5

Proses Penyusunan Skripsi:

a. Bimbingan Skripsi

b. Pendaftaran Sidang c. Sidang Skripsi d. Revisi Skripsi e. Pengumpulan Draft


(21)

11 2.1 Kajian pustaka

2.1.1 Rasio Hutang

2.1.1.1 Pengertian Rasio Hutang

Sutrisno (2009,198) menyatakan pengertian Leverage adalah sebagai berikut :

Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap.“

Sedangkan Weston dan Copeland (1999) berpendapat :

Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas penggunaan utang perusahaan. Dengan menggunakan leverage, perusahaan tidak hanya dapat memperoleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena leverage keuangan berarti perusahaan membebankan risiko kepada pemegang saham sehingga mempengaruhi return saham.

Mamduh M. Hanafi (2004) menyatakan konsep leverage sebagai berikut: Arti leverage secara harafiah (literal) adalah pengungkit. Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa. Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dua jenis leverage akan dibicarakan: (1) Operating leverage, dan (2) Financial leverage.

Menurut Sutrisno (2009, 218) Adalah Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki


(22)

perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.

Menurut Raharjaputra (2009) menyatakan bahwa :

“Rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri (shareholder equity ) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur.”

Sutrisno (2009:217) berpendapat bahwa:

Rasio leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang, apablia perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Horne dan Marchowicz (2005) menyatakan pendapatnya mengenai leverage sebagai berikut:

Konsep leverage ini penting bagi investor dalam membuat pertimbangan penilaian saham. Para investor umumnya cenderung menghindari risiko. Risiko yang timbul dalam penggunaan financial leverage disebut dengan financial risk yaitu risiko tambahan yang dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil penggunaan utang oleh perusahaan. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko keuangannya dan sebaliknya.

Novaes (2002) berpendapat sebaga berikut :

Selain kerugian dari kos yang ditimbulkan tersebut, pada sisi lain, leverage juga menguntungkan. Keuntungan yang ditimbulkan oleh leverage muncul karena leverage bisa memperbaiki insentif managerial dan menekan mereka supaya berinvestasi secara optimal. Riset riset empiris yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara leverage perusahaan dengan aktivitas pasar untuk pengendalian perusahaan


(23)

2.1.1.2 Jenis-Jenis Rasio Hutang

Jenis-jenis rasio hutang dalam Sutrisno (2009:217-219) adalah sebagai berikut :

1. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutan (debt ratio), mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. Untuk mengukur besarnya debt ratio bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit disbanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi hutang sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk menghitung debt to equity ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut :


(24)

3. Time Interest Earned Ratio

Time interest earned ratio yang sering disebut dengan coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya.

4. Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing , sehingga harus membayar angsuran tertentu. Untuk menghitung rasio ini bisa menggunakan rumus:

5. Debt Service Ratio

Debt service ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


(25)

2.1.2 Kebijakan Dividen

2.1.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Menurut Siegel dan Shim (1994:152) dalam Kamus Istilah Akuntansi menyatakan dividen adalah:

“Pembagian penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki.”

Definisi dividen menurut Menurut Hanafi (2004:361) adalah sebagai berikut :

Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.

Menurut Suad Husnan (2006:297) kebijakan dividen adalah :

“Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut bisa dibagikan sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali.”

Keown (2005) menjelaskan bahwa :

Di dalam memformulasikan kebijakan dividen, manajer menghadapi trade-off. Ketika manajemen sudah menetapkan seberapa banyak harus berinvestasi dan telah memilih kombinasi utang- modal, keputusn untuk memberikan dividen yang besar secara relative menahan lebih sedikit laba; padahal laba di tahan merupakan cara pendanaan internal. Dengan pembagian dividen yang besar, berarti perusahaan menjadi semakin bergantung terhadap pendanaan eksternal. Sebaliknya, penbagian dividen yang rendah berarti menahan laba lebih banyak, sehingga meningkatkan sumber pendanaan internal.


(26)

Damodaran (2001) menyatakan pendapatnya sebagai berikut :

“Biasanya kebijakan dividen diukur dengan dua ukuran, yaitu dividend yield dan dividend payout ratio.”

Sedangkan menurut Menurut Budi Rahardjo (2009:151) menyatakan bahwa :

Rasio pembayaran deviden (deviden payout ratio) mengukur porsi penghasilan yang dibayarkan dalam deviden. Investor yang mencari pertumbuhan dalam harga pasar akan mengharapkan rasio ini kecil, sebaliknya investor yang mencari deviden akan mengharapkan yang besar.

Warsono (2003:275) menyatakan definisi Dividend Yield sebagai berikut :

Dividend yield adalah suatu ratio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa.”

Dalam Wikipedia, Dividen Yield adalah :

“Dividend yield is used to calculate the earning on investment (shares) considering only the returns in the form of total dividends declared by the company during the year.”

Menurut Hirt (2006) dividen yield adalah sebagai berikut :

Dividen yield merupakan hasil persentase dari keuntungan per lembar saham di bagi dengan harga pasar per lembar saham yang di terima perusahaan. Tingginya suatu dividen yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, yaitu jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai wajarnya, maka saham tersebut harus di beli dan di tahan sementara (buy and hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik.

Sedangkan menurut Guler dan Yimaz (2008):

Kekuatan yang dapat diprediksi dividen yield berasal dari peranan kebijakan dividen dalam membagikan hasil return yang telah di peroleh perusahaan kepada para pemegang saham. Serta dividen yield juga


(27)

menjelaskan returns atas nilai indeks tertimbang pada setiap masing-masing perusahaan

2.1.2.2 Teori Kebijakan Dividen

Dalam bukunya Brigham dan Houston (2001:66-67) menyatakan bahwa teori kebijakan dividen adalah :

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividen irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Fanco Modigliani (MM). Mereka berpendapat yang dihasilkan leh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividend dan laba yang ditahan. Teori ini menyatakan bahwa dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

2. Teori Bird-In-The-Hand

Kesimpulan utama dari teori katidakrelevanan dividen MM adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas, ks. Gordon dan Lintner berkata bahwa sesungguhnya investor lebih jauh menghargai pendapatan yang diharapkan dar dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM tidak setuju. Mereka menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand karena, menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor


(28)

dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkatan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi: (1) Keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif 28 persen, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6 persen. Oleh karena itu, investor yang kaya mungkn lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang hingga ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak kentungan modal yang terutang-ahli waris yang mendapat saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hatri kematian sebagai dasar biaya mereka, dngan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

2.1.2.3 Jenis Dividen

Weygandt dan Kimmel (2002:602) menyatakan tipe dividen yang didistribusikan kepada para pemegangang saham yaitu:

1. Cash Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini merupakanyang paling umum dan diminati oleh investor. Menurut Gitman (2003) dividen kas yangdibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkanarus kas kepada pemegang saham


(29)

dan menginformasikan kinerja perusahaan saat inidan yang akan datang. Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentukpendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividenkas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaaneksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.

2. Property Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk aset perusahaan seperti merchandise, realestate, investment, dan lain-lain. Jenis dividen ini umumnya dibagikan oleh perusahaaan tambang yang selalu berpindah-pindah lokasi penambangannya.

3. Liquidating Dividend

Dividen yang dibagikan dalam rangka mengembalikan sebagian investasi kepadapemegang saham. Jenis dividen ini merupakan satu-satunya jenis dividen yangmembagikan dividen dengan mengurangi agio saham (paid in capital) perusahaan.

4. Stock Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk saham di perusahaan tersebut. Jenis dividen ini biasanya akan dipakai oleh perusahaan yang tidak mempunyai uang tunai yang cukup untuk membagikan dividen tetapi perusahaan tetap ingin membagikan dividen.


(30)

5. Scrip Dividend

Dividen yang dibagikan dalam bentuk notes payable (surat hutang). Jenis dividen ini sudah jarang dipakai saat ini.

6. Posisi Likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aset yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, sehingga laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadimeskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin dapat tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Perusahaan yang sedang berkembang walaupun punya keuntungan besar, biasanya mempunyai kebutuhan dana yang sangat mendesak. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen.

7. Kebutuhan Pelunasan Hutang

Ketika hutang perusahaan jatuh tempo, perusahaan dapat membayar hutang tersebut dengan membayar tunai atau dengan memberikan surat berharga lain. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.

8. Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa : (1) dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah


(31)

penandatanganan perjanjian hutang dan (2) dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih telah ditentukan. Demikian pula, perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen

Dalam bukunyaPrinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Van Horne (1997:501-504) menyatakan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen adalah sebagai berikut :

1. Peraturan-peraturan Hukum

Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum dimana kebijakan dividen perusahaan dapat digunakan. Peraturan-peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidaksolvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya.

a. Peraturan Penurunan Modal b. Peraturan Ketidaksolvabilitasan

c. Peraturan Laba Ditahan yang Tidak Semestinya 2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan

Sehubungan dengan pembahasan sebelumnya mengenai aspek teoritis kebijakan dividen, perusahaan perlu mengetahui apakah masih adadana yang tersisa setelah penggunaan dana untuk kebutuhan perusahaan, termasuk pendanaan proyek investasi yang diterima.


(32)

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Karena dividen merupakan asrus keluar kas, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semaki besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Manajemen perusahaan biasanya ingin mempertahankan tingkat likuiditas tertentu untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen perusahaan mungkin melakukan penolakan untuk membayar dividen dalam jumlah besar.

4. Kemampuan untuk Meminjam

Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Jika memiliki kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan fleksibilitas keuangan yang relatif baik. Jika perusahaan dapat melakukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

5. Batasan-Batasan dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase


(33)

maksimum laba ditahan kumulatif perusahaan. Jika batasan ini harus diterapkan, maka akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. 6. Pengendalian

Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat memesan tambahan saham.

7. Beberapa Pengamatan Terakhir

Jika perusahaan membayar dividen dari kelebihan dana residualnya, ini berrati manajemen dan dewan direksi yakin bahwa pembayaran memiliki pengaruh positif bagi kekayaan pemegang saham. Sangat disayangkan sangat sedikit bukti empiris yang tersedia untuk membuat generalisasi yang jelas. Kurangnya landasan perusahaan untuk memperkirakan pengaruh jangka panjang kebijakan dividen tertentu terhadap penilaian menyebabkan kebijakan dividen merupakan keputusan kebijakan yang paling sulit.

2.1.3 Teori Nilai Perusahaan

Fama (1978) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh


(34)

permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan.

Menurut Andri dan Hanung (2007) dalam Nica Febrina (2010: 5) nilai perusahaan adalah:

“Nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya.”

Sudana (2009:7) menyatakan pendapatnya mengenai pengertian nilai perusahaan sebagai berikut :

“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli (investor) apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Taswan dan Soliha (2002) menyatakan bahwa :

“Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.”

Sedangkan Bringham Gapensi (1996) berpendapat bahwa:

Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi .

Definisi Nilai Perusahaan menurut Andinata (2010) adalah :

“Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan, yang biasanya diukur dengan price to book value ratio (PBV).”


(35)

Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009) menyatakan bahwa:

“Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.”

Dalam jurnalnya Anggun Amelia Bahar Putri (2012;24-25) menyatakan bahwa:

Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. Perusahaan yang aktifitasnya berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio PVB mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

Wulandari (2009) berpendapat bahwa :

Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik.

PBV (Price Book Value) dapat dihitung denagn membagi harga penutupan saham dengan nilai buku terkini per saham, sebagai berikut :


(36)

2.1.4 Hasil Penelitian Lainnya 1. Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, Leverage berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, Dividend yield berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas, Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, dan Devidend Yield berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas.

2. Bhekti Fitri Prasetyorini (2013)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, price earning ratio, dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Natalia Ogolmagai (2013)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia Ogolmagai dapat ditarik kesimpulan bahwa, secara bersama-sama DER dan DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, DER tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4. Ni Kadek Ari Lina Wati & Ni Putu Ayu Darmayanti

Pada penelitian sebelumnya, Ni Kadek Ari Lina Wati & Ni Putu Ayu Darmayanti dapat disimpulkan bahwa Variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada


(37)

perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

5. Eny Cahyaningsih (2010)

Pada penelitian sebelumnya Eny Cahyaningsih (2010), disimpulkan bahwa beberapa perusahaan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 tidak membagikan dividen. Pembayaran dividen yang lebih besar kepada pemegang saham akan meningkatkan harga saham perusahaan. Semakin meningkat harga saham perusahaan berarti semakin meningkat pula nilai perusahaan. Namun pada hasil penelitiannya hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2007 mengalami peningkatan. Begitupun pada leverage perusahaan. Tingkat DER yang tinggi akan turut meningkatkat nilai perusahaan. Namun hal ini tidak signifikan dengan subyek yang diteliti.

6. Isti Fadah (2013)

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan berpengaruh negative signifikan terhadap biaya keagenan. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang terhadap keberadaan manajemen. Selanjutnya untuk variabel free cash flow berpengaruh negatif terhadap biaya keagenan. Selanjutnya untuk variabel dividen kas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, dan variabel biaya keagenan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.


(38)

7. Ika Fanindya Jusriani, Shiddiq Nur Rahardjo (2013)

Pada penelitian sebelumnya, Ika Fanindya Jusriani, Shiddiq Nur Rahardjo (2013) dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang digunakan oleh peneliti tidak semuanya berpengaruh pada nilai perusahaan. Pada kebijakan dividen (DPR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan arah positf. Adanya pengaruh yang signifikan dari kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan arah positif berarti bahwa perusahaan dengan DPR yang tinggi akan memiliki PBV yang tinggi pula. Sedangkan untuk DER hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap PBV.

8. Eka Zahra Solikahan (2013)

Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan leverage dan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keadaan ini, menunjukkan perusahaan mampu mengelola dengan baik dana yang berasal dari hutang untuk mendanai aktivanya. Selain itu investasi yang dilakukan perusahaan memberikan nilai sekarang yang lebih besar dari investasi awal, sehingga menyebabkan nilai perusahaan meningkat, yang tercermin pada peningkatan harga saham. Namun, leverage tidak berpengaruh terhadap investasi, dan leverage terhadap nilai perusahaan melalui investasi. Hal ini, disebabkan perusahaan makanan dan minuman tidak sepenuhnya menggunakan hutang dalam membiayai investasinya, karena adanya proporsi penggunaan dana dalam membiayai investasi dan komposisi penggunaan


(39)

hutang jangka pendek yang lebih besar daripada hutang jangka panjang, sehingga perusahaan focus pada pemenuhan modal kerja.

Tabel 2.1

Persamaan & Perbedaan

Nama Jurnal Judul Jurnal Persamaan Perbedaan

Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska

Pengaruh Ios,

Leverage, Dan

Dividend Yield

Terhadap

Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Sektor

Manufaktur Di Bei

Jurnal ini menggunakan

leverage dan dividen yield sebagai variabel dependen dan nilai perusahaan sebagai variabel independen.

Terdapat IOS dan profitabilitas sebagai variabel dependen. Bhekti Fitri Prasetyorini (2013) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,

Price Earning Ratio Dan Profitabilitas Terhadap

Nilai Perusahaan

Dalam jurnal ini melampirkan grafik tingkat rata-rata nilai perusahaan industry dasar dan kimia.

Jurnal ini menggunakan sektor perusahaan industry dasar dan kimia sebagai subjek penelitian. Natalia Ogolmagai (2013) Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Manufaktur Yang

Go Public Di Indonesia

Jurnal ini menggunakan

Debt Equity Ratio (DER) untuk mengukur struktur modal (leverage) terhada nilai perusahaan.

Peneliti menggunakan perusahaan manufaktur

go public sebagai subyek penelitian.

Eny Cahyaningsih (2010)

Pengaruh Kebijakan

Leverage, Kebijakan Dividen Dan

Price Earning Ratio

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Eny Cahyaningsih dalam jurnalnya menggunakan

dividen yield untuk mengetahui dividen.

Jurnal ini menggunakan tingkat Price Earning Ratio. Sedangkan penulis tidak.

Isti Fadah (2013)

Pengaruh Dividen dan Biaya Keagenan terhadap Nilai Perusahaan (Model Komparatif pada Perusahaan yang Menerapkan Menggunakan dividend dan nilai perusahaan sebagai variabel.

Periode waktu dan perusahaan yang ditelti


(40)

Corporate

Governance dengan Intensitas Tinggi dan Rendah) Ika Fanindya Jusriani, Shiddiq Nur Rahardjo (2013) Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Deviden, Kebijakan Utang, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011)

Menggunakan dividend an nilai perusahaan dalam objek penelitiannya.

Periode waktu penelitian dan objek penelitian.

Eka Zahra Solikahan

(2013)

Pengaruh Leverage

dan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia)

Jurnal ini menggunakan

leverage sebagai variabel dependen dan nilai perusahaan sebagai variabel independen.

Penelitian ini menggun akan perusahaan Makanan dan Miunman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2007-2011

2.2 Kerangka pemikiran

2.2.1 Hubungan Rasio Hutang (X1) dengan Nilai Perusahaan (Y)

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006:24) menyatakan bahwa selama tingkat hutang yang lebih tinggi menaikkan laba per lembar saham yang diharapkan, leverage keuangan bekerja meningkatkan harga saham dan menurut Sutrisno (2008:5), harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan.


(41)

2.2.2 Hubungan Kebijakan Dividen (X2) dengan Nilai Perusahaan (Y)

Sutrisno (2009:266) menyatakan bahwa besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham.

R. Agus Sartono (2001:281) menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan.

Hirt (2006) menyatakan Dividen yield merupakan hasil persentase dari keuntungan per lembar saham di bagi dengan harga pasar per lembar saham yang di terima perusahaan. Tingginya suatu dividen yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, yaitu jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai wajarnya, maka saham tersebut harus di beli dan di tahan sementara (buy and hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik.


(42)

Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006:24)

Gambar 2.1 Bagan Paradigma 2.3 HIPOTESIS

Dalam penelitia ini hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis penelitian yang berkaitan dengan pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis penelitiannya adalah :

1. Terdapat pengaruh antara Rasio Hutang terhadap Nilai Perusahaan. 2. Terdapat pengaruh antara Kebijakan Dividenterhadap Nilai Perusahaan.

Rasio Hutang (X1) Total Hutang Modal

Sumber : Sutrisno (2009:218)

Nilai Perusahaan (Y) Market Price per Share

Book Value per Share

Sumber : Angg (1997) Kebijakan Dividen (X2)

Dividen per Share Market per Share Sumber : Hirt (2006)


(43)

33 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:13) mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)."

Objek yang di teliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel. Variabel tersebut terdiri dari dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Objek penelitian yang menjadi variabel independen adalah Rasio Hutang (X1) dan Kebijakan Dividen (X2) dan variabel dependen adalah Nilai Perusahaan (Y).

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menggunaka metode deskriptif dan pendekatan verifikatif.

Menurut sugiyono (2005:21) metode deskriptif adalah:

“Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”


(44)

Dengan metode penelitian Deskriptif ini, maka diperoleh deskripsi objek penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi Rasio Hutang pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagaimana kondisi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagaimana kondisi Nilai Peusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur

Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan Metode verifikatif menurut Manshuri (2008;45) yaitu sebagai berkut :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode verifikatif dalam peneltian ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara Rasio Hutang terhadap Nilai Perusahaan, seberapa besar Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dan seberapa besar pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manfaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar d BEI.

3.2.2 Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian, peneliti membutuhkan suatu perencanaan dan perancangan yang pasti, agar penelitian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.


(45)

Husein Umar (2007:123) menyatakan bahwa desain penelitian adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah suatu proses berupa rancangan yang didalamnya menyatakan metode dan prosedur dalam melakukan pengolahan data. Oleh karena itu, pembuatan desain penelitian sangat penting agar pembuatan sebuah karya ilmiah dapat terselesaikan dengan baik.

Menurut Sugiyono (2008:13) penjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:

Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan.

Berdasarkan proses penelitian diatas, maka desain penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi adalah tingkat nilai perusahaan yang dipengaruhi oleh rasio hutang dan kebijakan dividen. Berdasarkan sumber masalah di atas maka penulis menetapkan judul Pengaruh rasio hutang dan kebijakan dividen terhadap Nilai Perusahaan yang terdaftar di BEI.


(46)

2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah:

a. Bagaimana tingkat Rasio Hutang pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI

b. Bagaimana Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI

c. Bagaimana Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI

d. Seberapa besar pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk memperoleh jawaban dari hipotesis penelitian ini, maka diperlukan sumber data teoritis yang relevan. Baik dalam penelitian yang ada sebelumnya dengan tema yang sama.

4. Pengajuan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban dari rumusan masalah yang didasarkan pada teori dan didukung oleh epenlitian yang relevan, namun belum ada pembuktian secara empiris. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen berpengaruh pada Nilai Perusahaan.


(47)

5. Metode penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik analisis data menggunakan metode verifikatif.

6. Menyusun instrumen penelitian

Instrumen penelitian digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk data yang diperoleh dari BEI. 7. Kesimpulan

Dalam penelitian, kesimpulan menjadi langkah yang terakhir dari suatu laporan. Kesimpulan berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Didalamnya terdapat hal-hal yang dijadikan pemecahan masalah yaitu berupa informasi mengenai solusi yang dapat bermanfaat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.


(48)

3.2.3 Operasionalisasi Variabel

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Ukuran Sumber Data

Leverage

(X1)

Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap (Sutrisno, 2009:198)

Indikator : Total Hutang Total Modal

DER = x 100 %

Sutrisno (2009, 218)

Rasio %

Laporan Keuangan (Neraca)

Dividend Yield (X2)

Dividen yield merupakan hasil persentase dari keuntungan per lembar saham di bagi dengan harga pasar per lembar saham yang di terima perusahaan. Tingginya suatu dividen yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, yaitu jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai wajarnya, maka saham tersebut harus di beli dan di tahan sementara (buy and hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik.

Sumber: Hirt (2006)

Indikator : Dividen per Share Market per Share

Dividen per Share DY =

Market per Share Sumber : Hirt (2006)

Rasio %

Laporan Keuangan (neraca)


(49)

Nilai Perusahaan (Y)

Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan, yang biasanya diukur dengan price to book value ratio (PBV).

Sumber : Andinata (2010)

PBV =

Market Price per Share Book Value per Share

Indikator :

Market Price per Share Book Value per Share

Sumber : Angg (1997)

Rasio X (Kali) Laporan Publikasi

3.2.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.

Data sekunder merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain.

Menurut Sugiyono (2010:193) sumber sekunder adalah:

“Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”.

Sumber data yang diperoleh penulis berasal dari data sekunder. Karena data yang penulis dapatkan sudah menjadi suatu informasi dalam bentuk laporan yang siap untuk diolah kembali menjadi informasi yang lebih rinci sesuai dengan objek atau variabel yang penulis teliti.


(50)

3.2.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi dua yaitu Populasi dan Sampel yang mempunyai arti sebagai berikut ini :

1. Populasi

Sugiyono (2013:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian diatas yang menjadi sasaran populasi dalam penelitian ini adalah sumber data keuangan tahunan pada perusahaan Manfaktur sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 samapi 2012 sebanyak 12 perusahaan.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013;118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas dilakukan penarikan sampel dari perusahaan yang memiliki kelengkapan data tahun dan aspek yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Data yang diambil merupakan data laporan keuangan tahunan yang diambil dari enam perusahaan sektor manufaktur sub sektor kimia yang terdaftar di BEI, yaitu PT. Budi Acid Jaya Tbk. (BUDI), PT. Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT. Eterindo Wahanatama Tbk. (ETWA), PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. (SOBI), dan PT. Chandra Asri


(51)

Petrochemical Tbk. (TPIA) dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC).

b. Data yang diambil yaitu 5 tahun dari tahun 2008 sampai 2012.

c. Jumlah sampel yang diambil 30 data cukup untuk melakukan penelitian tersebut.

Kesimpulannya, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 6 perusahaan sektor manufaktur sub sektor kimia (data cross section) dengan periode laporan keuangan selama 5 tahun ( data time series). Total keseluruhan data yang dijadikan sampel adalah 30 buah data (pool data)

3.2.6 Rancangan Analisis & Pengujian Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis

Analisis deskriptif

1. Rumus variabel Leverage (X1)

DER =

X 100%

Indikator : a. Total Utang b. Modal Sendiri

2. Rumus variabel Dividend Yield (X2)

Dividen per Share DY =


(52)

Indikator :

a. Dividen per Share b. Market per Share

3. Rumus variabel Nilai Perusahaan (Y)

Market Price per Share

Price to Book Value =

Book Value per Share

Indikator :

a. Market Price per Share b. Book Value per Share Analisis Verifikatif

Menurut Mashuri (2008:45) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menguji hipotesis dengan menggunakan peritungan statistik. Analisis Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Teknik Analisis Data

a. Analisis Regresi Berganda

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis regresi berganda (multiple regression) dengan metode kuadrat terkecil biasa,


(53)

sehingga didapatkan sebuah estimator terbaik yang tidak bias. Teknik ini digunakan untuk memprediksi pengaruh dua variabel atau lebih variabel independen (variabel bebas) terhadap satu variabel dependen (variabel terikat). Persamaan regresi berganda dapat diformulasikan sebagai berikut :

Y = α+ β1X1 + β2X2 + e

Keterangan :

Y : Nilai Perusahaan α : Konstanta

β1X1 : Koefisien regresi Rasio Hutang

β2X2 : Koefisien regresi Kebijakan Dividen e : faktor kesalahan (eror)

b. Uji Asumsi Klasik

Dalam mencari keabsahan suatu penelitian, penelitian ini akan menggunakan uji asumsi klasik, yag tujuannya untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator yang baik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen (struktur modal dan profitabilitas) dan variabel dependen (dividen) mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.


(54)

Analisis grafik adalah salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal.

Analisis statistik adalah pendektesian normalitas data yang dapat dilakukan melalui analisis statistik yang salah satu nya dilihat melalui Kolmogorov-smirnov test (K-S)

Menurut Santoso (2004:214), dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah:

- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali (2006:95) bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF) sebagai dasar acuan nya dapat disimpulkan:


(55)

1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam regresi.

2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2003:406) bahwa untuk menguji ada tidakya gejala heterokedastisitas digunakan uji-rank spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing bebas terhadap nolai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residul tidak homogen).

Uji heteroskedastisitas ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan atau terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adaya gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi


(56)

dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) :

Kriteria uji: Nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:

o Jika D-W < dL atau D-W > 4 dL, kesimpulannya pada data

terdapat autokorelasi

o Jika dU< D-W < 4 dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat

autokorelasi

o Tidak ada kesimpulan jika : dL D-W dU atau 4 dU D-W

4 – dL (Gujarati, 2003: 470)

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

c. Analisis Korelasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

Untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y, Variabel X2 dan Y adalah sebagai berikut:


(57)

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Koefisien Korelasi Parsial (X1 terhadap Y)

Koefisien korelasi parsial antara X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b. Koefisien Korelasi Parsial (X2 terhadap Y)

Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

c. Koefisien Korelasi Secara Simultan (X1 dan X2 terhadap Y)

Koefisien korelasi simultan antar X1 dan X2 terhadap Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Besarnya koefisien korelasi adalah -1≤ r ≤1 : a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.


(58)

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan

Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat

Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah

Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.

Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

Untuk menginterpretasikan besar kecilnya koefisien korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen, maka ditampilkan kriteria nilai korelasi dalam bentuk table berikut :

Tabel 3.2

Kriteria Koefisien Korelasi Koefisien korelasi Tingkat keeratan

0,80-1,00 Sangat Kuat

0,60-0,79 Kuat

0,40-0,59 Sedang

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah


(59)

d. Analisis Determinasi

Analisis determinasi yaitu analisis yang digunakan untuk mencari kontribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) yang dinyatakan dalam bentuk presentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Kd = Koefisien determinasi r² = Kuadrat koefisien korelasi

3.2.6.2 Pengujian Hipotesis

Umi Narimawati (2010:7) mengemukakan Hipotesis yaitu “ asumsi atau dugaan sementara yang harus di uji kebenarannya dalam suatu analisis statistik.”

Rancangan pengujian hipotesis yang di uji dlam penelitian ini adalah tentang ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti, dimana nol (H0) merupakan hipotesis tentang adanya pengaruh, yang pada umumnya dirumuskan untuk ditolak sedangkan hipotesis tanding (H1) merupakan hipotesis penelitian.

Sehingga penelitian ini sebagai alat untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas yaitu Rasio Hutang (X1) dan Keputusan Dividen (X2) terhadap Nilai Perusahaan (Y).


(60)

Untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t sebagai berikut :

Pengujian ini menggunakan uji-t tingkat kesalahan sebesar α = 5% (0.05) Uji-t digunakan untuk menguji dan mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

H0 : β1 = 0, Rasio Hutang tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Nilai Perusahaan.

HA : β1 ≠ 0, Rasio Hutang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Nilai Perusahaan.

H0: β2 = 0, Kebijakan Dividen tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Nilai Perusahaan.

HA : β2 ≠ 0, Kebijakan Dividen memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Nilai Perusahaan.

Kesimpulan yang diambil :

H0 diterima jika : nilai probabilitas > 0.05 HA diterima jika : nilai probabilitas < 0.05

Nilai t hitung dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :

t

1 =

rX

1

Y

Dan

t

2 =

rX

2

Y

Kriteria dari pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut : Apabila t hitung positif (+), maka :


(61)

thitung > ttabel maka H0 ditolak thitung < ttabel maka H0 diterima Apabila thitung negatif (-), maka :

thitung > ttable maka H0 diterima thitung< ttable maka H0 ditolak

Berikut ini gambar yang memperlihatkan daerah penerimaan dan penolakan H0

Gambar 3.1


(62)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum PT Barito Pacific Tbk

PT Barito Pacific Tbk didirikan pada tahun 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Perseroan pada awalnya, dikenal sebagai perusahaan pengolah hasil hutan yang terintegrasi. Keberadaan Perseroan di industri kehutanan dan perkayuan mendapat pengakuan secara luas dan memiliki reputasi dalam industrinya terutama di era '80-an.

Perseroan merupakan salah satu pionir di bidang pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI), yang menerapkan cara pengolahan hutan berkelanjutan. Dengan cara pengelolaan hutan yang berkelanjutan ini, Perseroan membangun reputasinya sebagai salah satu pelopor perusahaan kehutanan ramah lingkungan yang muncul dari Asia.

Pada tahun 1993, Perseroan mencatatkan sahamnya di pasar modal di Jakarta dan Surabaya (sekarang kedua pasar modal itu bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia). Hasil penjualan saham itu digunakan untuk memperluas bisnis industri kehutanan dan menjaga kelangsungan pasokan bahan baku bagi pabrik pengolahan kayu Perseroan. Saat itu Perseroan memiliki lima pabrik pengolahan yang bersama-sama memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan woodworking product yang diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika.


(63)

Perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT Barito Pacific Timber Tbk pada tahun 1996, bergerak dalam industri perkayuan terpadu dan tetap konsisten sebagai perusahaan yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi.

Iklim tak kondusif yang menyelimuti industri kehutanan di Indonesia sejak akhir tahun '90-an, menyusul krisis keuangan yang melanda Asia, menyebabkan Barito Pacific menutup dua pabrik pengolahan kayu pada kurun waktu 2004 hingga 2007. Namun hingga kini Barito Pacific tetap mengekspor plywood, particle board dan blockboard yang diproduksi di tiga pabrik Perseroan di Kalimantan Tengah dan Maluku Utara.

Sebagai respon tehadap iklim tak kondusif yang menutupi sektor industri perkayuan, Perseroan merampingkan bidang usaha perkayuan, dan pada saat yang sama melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya

Berawal dari sebuah perencanaan dan persiapan yang matang sejak beberapa tahun silam, transformasi Barito Pacific Timber Group menjadi sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi menjadi tonggak sejarah Perseroan yang penting pada tahun 2007.

Salah satu keputusan kunci dalam upaya transformasi ini adalah perubahan nama perusahaan, identitas, dan warna dari PT Barito Pacific Timber Tbk menjadi PT Barito Pacific Tbk. Perseroan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kata "Timber" agar merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa depan.


(64)

Akuisisi Chandra Asri pada tahun 2007 yang menjadikan Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas pengendali dengan andil sebesar 70% pada satu-satunya produsen olefin di Indonesia merupakan tonggak sejarah penting bagi Barito Pacific. Masuknya Chandra Asri dalam portofolio Perseroan telah memberikan Barito Pacific sebuah basis yang strategis untuk melakukan pengembangan bisnis migas ke arah hilir, sementara pada saat yang sama juga terus mencari peluang untuk turut memiliki andil di dalam sektor usaha sumber daya energi di masa depan. Akuisisi tersebut kemudian diikuti dengan akuisisi Tri Polyta, produsen polypropylene terkemuka yang bahan bakunya dipasok oleh Chandra Asri, pada bulan Juni 2008.

Barito Pacific bergerak dalam bidang usaha yang semakin luas yaitu kehutanan, petrokimia, properti, perkebunan dan akan mengembangkan sejumlah lini usaha tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi dan terintegrasi.

4.1.2 Gambaran Umum PT Budi Acid Jaya Tbk

PT Budi Acid Jaya Tbk (Perusahaan) merupakan salah satu Perusahaan yang bernaung di bawah kelompok usaha Sungai Budi Group (SBG). SBG didirikan di Lampung pada tahun 1947, hanya beberapa saat setelah Indonesia merdeka. Pada saat ini, SBG telah berkembang menjadi salah satu kelompok usaha di bidang agribisnis terbesar di Indonesia.

Bisnis awal SBG meliputi perdagangan kopi, lada hitam, gaplek dan sejumlah komoditas hasil pertanian lainnya. Dibawah kepemimpinan Bapak Widarto, Chairman dari SBG dan Bapak Santoso Winata, Deputy Chairman, SBG


(1)

98 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan sektor Manufaktur sub sektor Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2008 sampai dengan 2012, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan Rasio Hutang (leverage) pada perusahaan sektor manufaktur sub sektor kimia di BEI pada tahun 2008 sampai 2012 terjadi penurunan dan peningkatan. Pada tahun 2009, empat dari enam perusahaan mengalami penurunan. Namun di tahun 2010 hingga 2012 terus mengalami peningkatan. Adapun perusahaan yang mengalami kecenderungan meningkatnya Leverage secara terus-menerus adalah PT. Budi Acid Jaya Tbk dengan nilai debt to equity ratio selama tiga periode 2010 sampai 2012. Hal ini disebabkan oleh adanya penyimpangan (anomali) cuaca yang melanda berbagai belahan dunia. Indonesia yang merupakan imbas dari pemanasan global. Fenomena perubahan iklim tersebut berdampak pada penurunan produktivitas petani sehingga menjadi salah satu pemicu peningkatan harga komoditas, di samping meningkatnya permintaan. Sehingga harga bahan baku meningkat dan akhirnya membuat PT. Budi Acid Jaya Tbk. menggunakan hutang lebih banyak untuk menjalankan aktivitasnya daripada modal sendiri.


(2)

99

2. Perkembangan Dividend Yield dalam Kebijakan Dividen pada perusahaan sektor manufaktur sub sektor kimia di BEI pada tahun 2008 sampai 2012 terjadi peningkatan dan penurunan secara bergantian setiap tahunnya. Salah satunya adalah PT. Eterindo Wahanatama Tbk. yang tidak membagikan dividen yield sejak tahun 2008 sampai 2012. Hal ini karena berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Keputusan ini digunakan untuk mengurangi saldo defisit perusahaan.

3. Perkembangan Nilai Perusahaan (PBV) pada perusahaan sektor manufaktur sub sektor kimia di BEI pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan nilai perusahaan (PBV). Namun pada tahun 2010 sampai 2012 terus menurun hingga mendapatkan nilai di bawah satu (<1). Hal ini menunjukkan bahwa investor menilai rendah perusahaan. Karena semakin tinggi nilai rasio PBV ini (>1) maka semakin tinggi pula investor menilai perusahaan tersebut.

4. Hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh antara Rasio Hutang (Leverage) dan Kebijakan Dividen (Dividen Yield) terhadap Nilai Perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Secara parsial Rasio Hutang (Leverage) berpengaruh namun tidak secara terus-menerus terhadap Nilai perusahaan. Untuk hubungan Leverage dengan Nilai Perusahaan adalah sebesar -0,94, artinya


(3)

apabila Leverage yang dihasilkan turun, maka Nilai perusahaan akan meningkat.

b. Secara parsial Kebijakan Dividen (dividen yield) berpengaruh namun tidak terus-menerus terhadap Nilai Perusahaan. Untuk hubungan Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan sebesar 0,054. Ini berarti Kebijakan Dividen (dividen yield) memiliki hubungan yang rendah terhadap Nilai Perusahaan. Apabila Kebijakan Dividen (dividen yield) meningkat, maka Nilai Perusahaan akan menurun.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran bagi perusahaan Manufaktur sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI sebagai bahan pertimbangan perusahaan maupun untuk pihak lainnya mengenai Rasio Hutang (Leverage) dan Kebijkana Dividen (dividen yield) terhadap Nilai Perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Jika perusahaan mengalami kesulitan dalam pendanaan aktivitas perusahaan maka tidak ada salahnya melakukan pinjaman pada pihak lain, namun sebaiknya dana tersebut dikelola dengan baik agar proses bisnis dapat terus dilakukan dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Hingga akhirnya keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membayar hutang pinjaman pada waktu sebelumnya dan menambahkan modal sendiri untuk melakukan proses bisnis.


(4)

101

2. Bagi investor perlu ingat dengan adanya pajak yang tinggi. Oleh karena itu lebih baik dividen yang diperoleh digunakan kembali untuk mengembangkan perusahaan. Selain itu tingginya tingkat leverage perusahaan perlu diimbangi dengan kepercayaan yang baik terhadap perusahaan tersebut., agar investor dapat percaya untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan leverage yang tinggi.

3. Perusahaan perlu memperhatikan setiap peluang bisnis yang ada. Agar perusahaan dapat terus bersaing di pasar yang ketat seperti sekarang ini. Apabila perusahaan sudah kuat dan memiliki keuntungan yang tinggi sehingga mampu memberikan dividen yang tinggi, maka para investor akan melirik perusahaan tersebut.

4. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menggunakan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(5)

i

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

YOHANNA SETIANI SUSILO NIM. 21210006

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Skripsi pada Juli 2014

Menyetujui, Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, SE., MS., AK. NIP. 4127.70.007

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Manajemen

Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si NIP. 4127.70.019 NIP. 4127.34.02.006


(6)

SURAT KETERANGAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertandatangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, menyetujui :

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty

Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, Juli 2014

Penulis PT. Bursa Efek Indonesia

Yohanna Setiani Susilo Gilman Pradana Nugraha, SE.,M.M NIM. 21210006 Kepala Kantor Perwakilan Bandung

Mengetahui,

Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, SE., MS.,AK. NIP. 4127.70.007


Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

1 41 6

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014

0 9 1

Pengaruh Rasio Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014)

6 57 46

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012

6 31 129

Pengaruh rasio hutang dan kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 11 125

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 6 18

Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 64

Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 26

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, HUTANG DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2010.

0 1 106

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 25