1.2. Mengapa Perlu dilakukanya Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam dibidang analisis karena kebanyakan sampel yang akan dianalisis berupa campuran. Untuk
memperoleh senyawa murni dari suatu campuran, harus dilakukan proses pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan
campuran diantaranya ekstraksi, destilasi, kristalisasi dan kromatografi. Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis fase diam yang
digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang terjadi antara analit dengan fase dia dan fase gerak. Metode pemisahan pada
kromatografi terbagi Pemisahan berdasarkan polaritas. Metode pemisahan berdasarkan polaritas, senyawa senyawa terpisah karena perbedaan polaritas.
Afinitas analit tehadap fase diam dan fase gerak tergantung kedekatan polaritas analit terhadap fase diam dan fase gerak like dissolve like. Kromatografi kolom
adalah pemisahan pertama yang berdasarkan perbedaan polaritas atau afinitas zat tersebut, setelah itu senyawa yang sudah dipisahkan dikarakterisasi dan
dipisahkan lagi secara kromatografi kolom.
1.3.Penelitian Terdahulu Tentang Kromatografi Lapis Tipis
Percobaan tentang kromatografi pernah juga pernah dilakukan oleh A. R. Astiti Asih, dkk 2008 : Vol. 2 No. 2, 112 tentang isolasi senyawa golongan
flavonoi Sebanyak 1,5 kg serbuk kering kulit batang Bungur dimaserasi dengan n- heksan, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana. Residu dari kulit batang
Bungur kemudian dikeringkan. Residu kulit batang Bungur yang telah kering tersebut dimaserasi lagi dengan menggunakan metanol, sehingga diperoleh
ekstrak kental metanol. Ekstrak kental n-heksan dan ekstrak kental metanol kemudian ditimbang dan diuji fitokimia, jika ekstrak kental metanol yang positif
flavonoid maka ekstrak kental metanol yang diperoleh kemudian ditambah metanol : air 7:3, dan ekstrak airnya dipartisi dengan etilasetat dan n-butanol
sehingga diperoleh fraksi etilasetat, fraksi n-butanol dan fraksi air. Fraksi-fraksi ini dipekatkan, sehingga diperoleh fraksi etilasetat, fraksi n-butanol dan fraksi air.
Pemisahan dan pemurnian senyawa flavonoid dapat dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom sampai diperoleh isolate yang
positif flavonoid dan relatif murni yang dapat diuji kemurniannya menggunakan analisis KLT pada berbagai campuran fase gerak. Selanjutnya isolate relatif murni
diidentifikasi menggunakan spektrofotometer Ultra Violet-Visibel dan spektrofotometer Inframerah. Pemisahan ekstrak kental n-butanol menggunakan
Kromatografi Kolom dengan eluen n-butanol : asam asetat : n-heksan dengan perbandingan 3:3:2. Hasil Kromatografi Kolom adalah 100 fraksi tiap fraksi 3
mL, yang selanjutnya diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis untuk penggabungan. Fraksi-fraksi yang menampakan noda dengan pola pemisahan
yang sama digabungkan, sehingga diperoleh 3 kelompok fraksi F1, F2, F3 yang mempumyai pola pemisahan yang berbeda. Masing – masing fraksi F1, F2, F3,
diuapkan, ditimbang, serta diuji fitokimia, untuk mengetahui fraksi yang positif mengandung senyawa flavonoid.
2
Kromatografi kolom juga pernah dilakukan oleh Hernani 2002 : Vol. 1. No. 1, 22, Eluen yang digunakan untuk mengeluasi adalah campuran etil asetat +
kloroform + petroleum eter = 5 + 95 + 5, etil asetat dan metanol. Sistem eluasi yang digunakan secara gradient. Sebelum contoh dimasukkan, kolom harus
dikondisikan selama 1 malam sampai padatan isi kolom terlihat kompak. Timbang 2 g CNSL, kemudian dilarutkan dalam terpentin sampai terlarut secara sempurna.
Larutan kemudian dimasukkan ke dalam kolom secara hati-hati. Cairan yang keluar ditampung dalam tabung reaksi untuk setiap 3 ml. Setiap fraksi dianalisis
dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen campuran dietileter + sikloheksan = 3 + 1. Sebagai larutan penampak adalah serium IV sulfat. Fraksi-fraksi yang
mempunyai jumlah noda yang sama dikumpulkan menjadi satu. Untuk analisis secara kromatografi cair kinerja tinggi HPLC menggunakan kolom Lichrosob
OV 18; eluen campuran n-heksan + etil asetat = 2+1; kecepatan alir 0,5 mlmenit; detektor UV pada panjang gelombang 285 nm. Untuk analisis secara GCMS
menggunakan kolom kapiler dengan panjang 20 m dan diameter dalam 0,25 mm. Suhu kolom terprogram 100-250 °C10°Cmenit. Temperatur injektor = 250°C,
gas pembawa helium dengan kecepatan alir 10 mlmenit. Isolasi kardanol secara kolom kromatografi dengan isi silika gel menghasilkan rendemen 66,5 dan
indeks bias 1,5052. Hasil analisis secara KLT menunjukkan satu spot yang melebar pada harga Rf 0,63. Sedangkan analisis secara HPLC mendapatkan juga
satu puncak. Dari identifikasi menunjukkan bahwa kardanol yang dihasilkan adalah monoolefin atau mempunyai satu ikatan rangkap dengan kemurnian 90 .
Identifikasi senyawa KmnO
4
juga pernah dilakukkan oleh Reni Rosalina, dkk 2015 : Vol. 18. No.2, Pelarut p.a. yang digunakan, yaitu kloroform CHCl3,
dan metanol MeOH. Pelarut teknis yang dipakai adalah metanol MeOH dan meti-len klorida CH2Cl2 Proses monitoring reaksi, pemisahan, dan pemurnian
dilakukan dengan teknik kromatografi. Kromatografi lapis tipis KLT menggunakan pelat aluminium ber-lapis silika gel Merck Kieselgel 60 F254
dengan ketebalan 0,25 mm untuk memo-nitor reaksi, kromatografi kolom gravitasi KKG menggunakan silika gel Merck 60 35-70 mesh untuk proses
pemurnian, kro-matografi radial KR menggunakan silika gel Merck Si-Gel 60 PF254 untuk proses pemurnian. Reagen Dragendroff digunakan sebagai pereaksi
penampak noda pada KLT. Reaksi oksidasi dilakukan dalam sua-sana asam di mana pada suasana asam dengan kekuatan oksidasi yang besar, maka ion
permanganat secara teoretis dapat mengoksidasi beberapa gugus fungsi pada kinin. Pada kinin terdapat beberapa gugus fungsi yang reaktif terhadap reaksi
oksidasi yaitu olefin yang dapat teroksidasi menjadi diol atau produk fragmentasi, nitrogen pada cincin kuinuklidin yang dapat teroksidasi menjadi senyawa N-
oksida, dan alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi keton atau produk fragmentasi. Produk epimer aldehid merupakan produk dari oksidasi yang terjadi
pada gu-gus vinil pada kinin. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diketahui bahwa metode reaksi dengan permanganat ini dapat digunakan untuk
fungsionalisasi gugus vinil pada kinin. Sedangkan untuk pemutusan ikatan C-C yang menghasilkan kinin karboksilat masih diperoleh rendemen yang sangat
sedikit, dan metode oksidasi dengan permanganat ini kurang selektif apabila digunakan pada substrat yang memiliki banyak gugus fungsi seperti kinin. Dari
3
percobaan ini maka hasil yang didapatkan adalah Oksidasi kinin dengan kondisi yang dilakukan berhasil diperoleh senyawa kinin-1-N-oksida dan kininal.
2. Tujuan Penulisan