a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel
Gangguan ini mengakibatkan mengendapnya unsur-unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala lebih sedikit dari pada yang
sesuai dengan konsentrasi unsur yang bersangkutan dalam sampel. Jumlah atom yang mencapai nyala dipengaruhi oleh berbagai sifat fisik larutan,
antara lain adalah tegangan permukaan, berat jenisdan tekanan uap pelarut. Untuk mengatasi gangguan ini maka perlu diusahakan agar sifat fisik
larutan cuplikan sama dengan larutan standar.
b. Gangguan kimia
Gangguan ion disebabkan karena terhambatnya pembentukan atom-atom netral dari unsur yang analisis pada tingkat energi dasar, hal ini terjadi
karena: 1.
Pembentukan senyawa-senyawa yang yang bersifat refraktori seperti Ca-fosfat, fosfat, sillikat, aluminat dan oksida dari logam alkali tanah
dan Mg. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah
Menggunakan nyala yang lebih tinggi suhunya, karena senyawa yang bersifat refraktori dapat terurai pada suhu yang tinggi.
Penambahan unsur penyangga kepada cuplikan yang akan dianalisis. Unsur penyangga ini misalnya Sr atau La yang akan mengikat gugus
yang mengganggu aluminat, fosfat, silikat dan sebagainya. Sehingga unsur yang akan dianalisis tidak akan diikat oleh gugus ini.
Dengan demikian unsur yang dianalisa dapat teratomisasi dengan sempurna meskipun di dalam nyala yang suhunya lebih rendah.
Mengekstraksi unsur yang akan dianalisis, terutama cuplikan- cuplikan yang sangat kompleks.
2. Ionisasi atom pada tingkat dasar yang akan mengganggu pengukuran
absorbansi atom-atom netral unsur yang akan dianalisis, karena ion suatu unsur mempunyai suatu spektrum serapan atom netral. Untuk
mengurangi gangguan ini, suhu nyala yang digunakan harus serendah mungkin dimana atomisasi masih dapat berlangsung secara sempurna.
Disamping itu juga ditambahkan unsur lain yang mempunyai potensial lebih rendah daripada unsur yang dianalisis. Contoh unsur penyangga
adalah Sr dan La pada penempatan kalsium juga terdapat fosfat. 3.
Gangguan oleh serapan bukan atom yang berarti bahwa penyerapan cahaya dari lampu katoda berongga dan bukan oleh atom-atom netral
melainkan oleh molekul-molekul, hal ini terutama akan terjadi apabila konsentrasi cuplikan tinggi dan juga bila suhu nyala kurang tinggi.
Cara mengatasi gaguan ini yaitu dengan menggunakan nyala api yang suhunya lebih tinggi dan mempercepat konsentrasi molekuler dari
larutan cuplikan.
G. Teknik Sampling
Menurut Setiawan 2005 teknik sampling berdasarkan peluang pemilihannya,
dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu:
1. Sampling Non Probabilitas :
Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsur peluang,
sehingga tidak diketahui besarnya peluang sesuatu unit sampling terpilih ke dalam sampel. Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untuk menggeneralisasi hasil
penelitian terhadap populasi, karena dalam penarikan sampel sama sekali tidak ada unsur probabilitas. Dalam analisis selanjutnya hanya diperkenankan
menggunakan analisis statistika deskriptif, dan tidak boleh memakai alat analisis statistika inferensial, baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun
non parametrik, dikarenakan statistika inferensial pada prinsipnya juga harus melibatkan unsur probabilitas ketika kita melakukan pengambilan sampel.
Termasuk Sampling Non Probabilitas antara lain: a.
Haphazard Sampling : Satuan sampling dipilih sembarangan atau
seadanya, tanpa perhitungan apapun tentang derajat kerepresentatifannya. b.
Snowball Sampling : Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan
informasi dari responden sebelumnya. c.
Purposive Sampling : Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki.
2. Sampling Probabilitas :
Dikenal pula dengan nama Random Sampling. Pada saat memilih unit sampling
sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih ke dalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol. Sampling tipe ini bisa
dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian terhadap populasi walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel. Analisis tidak hanya menggunakan
statistika deskriptif, juga bisa memakai statistika inferensial baik yang termasuk kelompok statistika parametrik maupun non parametrik. Termasuk Sampling
Probabilitas antara lain: a.
Simple Random Sampling : Satuan sampling dipilih secara acak. Peluang
untuk terpilih harus diketahui besarnya, dan untuk tiap satuan sampling besarnya harus sama.
b.
Stratified Random Sampling : Populasi dibagi ke dalam sub populasi
strata, dengan tujuan membentuk sub populasi yang didalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang
tidak terlalu bervariasi relatif homogen. Selanjutnya dari setiap strata dipilih sampel melalui proses simple random sampling.
c. Cluster Random Sampling : Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan
sampling yang besar, disebut Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen.
Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: 1 Memilih kluster dengan cara simple random sampling. 2 Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika
pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.