Penggunaan Kohesi Dalam Translasi

(1)

PENGGUNAAN KOHESI DALAM TRANSLASI

Masdiana Lubis

Universitas Sumatera Utara, Medan

Abstract

This writing concerns with the usage of English cohesive devices, such as reference, substitution, ellipsis, conjunction and lexical cohesion as suggested by Halliday and Hasan in Translation. The aim of using these cohesive devices is to build a cohesive links between clauses in a text. These cohesive devices are used differently in some languages since they have their own preferences and patterns.

1.PENDAHULUAN

Translasi sebagai disiplin ilmu yang baru mulai menonjol sebagai subjek kajian sehingga bidang yang satu ini membutuhkan temuan-temuan dan teori disiplin ilmu lain dalam membentuk dan mengembangkan metode-metodenya sendiri. Translasi seusia dengan bahasa (Rabasa dalam Tou 2004:3) dan bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi adalah tindak translasi dan bahasa itu sendiri adalah sebuah translasi (Getnzler 1993:3) Sebaliknya Delisle dan Cloutier berdasarkan Dalnoky (1977) mengatakan bahwa usia translasi dihitung berdasarkan temuan arkeolog pada tahun 1976 berupa daftar kosa kata dwi bahasa (Sumeria-Semit) yang terpatri pada tanah liat.

Para pakar menyatakan bahwa translasi termasuk dalam ranah bahasa; ada yang menyatakan bahwa bahasalah yang menjadi bagian dari translasi karena translasi tidak dapat dijaring sepenuhnya oleh ilmu bahasa dan yang lainnya menyatakan bahwa translasi merupakan bagian dari dunia sastra, budaya, ideologi, agama, dan lainnya. Translasi dalam pandangan tradisional merupakan alih makna, yaitu makna dalam teks sumber harus dialihkan dan secara setara dipertahankan dalam teks sasaran (Tou 2004:9).

Kohesi adalah jaringan leksikal, gramatikal, dan relasi-relasi lainnya yang menentukan hubungan diantara beberapa bagian dari sebuah teks. Relasi-relasi atau

pengikat ini diorganisasikan dan pada tingkat tertentu menciptakan teks. Kohesi adalah relasi luar; kohesi menghubungkan kata-kata dan ekspresi yang aktual yang kita lihat dan dengar.

Menurut Tarigan (1987:96), dalam kata kohesi tersirat pengertian keterpaduan dan keutuhan dan kohesi mengacu kepada aspek bentuk dan kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Sehingga kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah disusunnya kalimat-kalimat secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Selanjutnya, Tarigan mengatakan bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun leksikal tertentu.

Menurut Baker (1992:211), kohesi dapat juga diperoleh melalui kontinuitas tense, konsistensi style dan alat pungtuasi seperti titik dua dan titik koma, yang menunjukkan bagaimana bagian yang berbeda dari teks saling berhubungan .

Lima alat kohesi utama dalam bahasa Inggris yang diperkenalkan oleh Halliday dan Hasan (dalam Baker 1992:180), adalah referensi, substitusi, ellips, konjungsi, dan kohesi leksikal. Kelima alat kohesi yang dibicarakan dalam makalah ini merupakan translasi dan ringkasan dari bab enam dari karya Baker (1992) yang berjudul ‘In Other Words’.


(2)

2. ALAT KOHESI 2.1 Referensi

Dalam kohesi model Halliday dan Hasan, referensi digunakan untuk menunjukkan hubungan langsung diantara kata-kata dan objek-objek di luar bahasa, disini referensi terbatas pada hubungan persamaan diantara dua ekspresi bahasa. Misalnya, dalam kalimat berikut ini:

Mrs. Thatcher has resigned. She announced her decision this morning.

Pronomina ‘she’ menunjuk pada ‘Mrs. Thatcher’ dalam dunia tekstual itu sendiri. Referensi dalam teks dalam sense semantik terjadi ketika pembaca harus mendapatkan kembali identitas yang telah dibicarakan dengan merujuk pada ekspresi lainnya dalam konteks langsung. Akibat kohesi terletak di dalam kontinuitas referensi, dimana hal yang sama masuk ke dalam wacana pada saat berikutnya. (Halliday dan Hasan, 1976: 31) (dalam Baker 1992 :181).

Setiap bahasa memiliki unsur-unsur referensi tertentu dalam penggunaan teks yang berpotensi untuk mengarahkan pembaca dalam mencari interpretasi dimana saja. Unsur-unsur referensi yang paling lazim dalam bahasa Inggris dan sebahagian besar bahasa-bahsa lainnya adalah pronomina. Pronomina orang ketiga sering digunakan untuk merujuk kembali entitas yang telah diperkenalkan dalam wacana.. Selain referensi personal, bahasa Inggris juga menggunakan unsur-unsur seperti’the’, ‘this’, dan ‘those’ untuk menentukan hubungan yang sama diantara ekspresi dalam sebuah teks . Misalnya, dalam kalimat ‘Mrs. Thatcher has resigned. This delighted her opponents’ pembaca harus kembali ke bagian dari wacana untuk menentukan rujukan dari ‘this’. Oleh karena itu, referensi adalah alat yang memungkinkan pembaca/ pendengar menelusuri partisipan, entitas, peristiwa, dan sebagainya dalam sebuah teks.

Pola yang paling umum untuk menetapkan untaian referensi dalam bahasa Inggris dan sejumlah bahasa lainnya adalah dengan menyebutkan partisipan secara eksplisit sebelumnya, misalnya dengan nama atau titel dan kemudian menggunakan

pronomina untuk merujuk partisipan yang sama dalam konteks langsung. Bahasa yang memiliki perbedaan bilangan dan gender dalam sistem pronomina akan sedikit kurang leluasa menggunakan alat kohesi, karena pronomina yang berbeda dapat digunakan untuk merujuk entitas yang berbeda dalam sebuah teks.

Sekalipun Halliday dan Hasan menggunakan nosi referensi terbatas yang berdasarkan tekstual daripada relasi-relasi di luar bahasa, mereka masih mengakui bahwa hubungan referensi dapat ditentukan berdasarkan situasi. Misalnya, pronomina yang ada mungkin merujuk pada entitas yang ada dalam konteks situasi daripada dalam lingkungan teks. Pronomina persona pertama dan kedua adalah contoh yang spesifik karena mereka tidak merujuk kembali pada ekspresi nominal dalam teks, tetapi pada pembicara dan pendengar (atau penulis dan pembaca) berturut-turut. Pronomina persona ketiga khususnya merujuk ke belakang (ke depan) pada ekspresi nominal dalam teks tetapi mungkin juga digunakan untuk merujuk suatu entitas yang ada dalam konteks situasi.

Tipe relasi referensi yang tidak tekstual yaitu ‘co reference’. Contoh dari untaian unsur-unsur ‘co referencial adalah ‘Mrs.Thatcher --- The Prime Minister --- The Iron Lady --- Maggie. Halliday dan Hasan tidak membicarakan tipe hubungan referensial ini dan Hoey (1988:162) (dalam Baker 1992: 182) menunjukkan bahwa ‘co-reference’ sama sekali bukan ciri bahasa tetapi masalah pengetahuan dunia yang riil. Misalnya, mengenal hubungan antara ‘Mrs Thatcher’ dan ‘The Iron Lady’ bergantung pada pengetahuan akan dunia daripada kemampuan tekstual. Akan tetapi, hal ini biasanya sulit dan untuk tujuan translasi khususnya tidak bermanfaat, mencoba untuk menarik garis antara apa itu linguistik atau tekstual dan apa ekstra linguistik atau situasional.

Mengikuti Halliday dan Hasan, bahwa ada kesinambungan unsur-unsur kohesif yang mungkin digunakan untuk merujuk kembali entitas yang telah disebutkan dalam wacana. Kontinuum ini terbentang dari


(3)

perulangan penuh pada satu bagian ke referensi pronominal. Contoh berikut disadur dari Halliday dan Hasan (1976:28) (dalam Baker 1992:183) untuk mengilustrasikan poin:

There’s a boy climbing that tree.

a. The boy’s going to fall if he doesn’t take care. (repetition)

b. The lad’s going to fall if he doesn’t take care. (synonym)

c. The child’s going to fall if he doesn’t take care. (superordinate)

d. The idiot’s going to fall if he doesn’t take care. (general word)

e. He’s going to fall if he doesn’t take care. (pronominal reference)

‘Co-reference’ dapat digabungkan di mana saja dalam repetisi/level sinonimi dari kontinum jika kita ingin mengadaopsi referensi yang lebih fleksibel untuk tujuan-tujuan mutakhir sekarang ini.

Pola-pola referensi (juga dikenal sebagai anafora) dapat sangat bervariasi di dalam dan di luar bahasa. Dalam bahasa yang sama tipe teks kelihatannya menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan pola. Fox (1986) mengkaji pola referensi dalam tiga genre bahasa Inggris Amerika: percakapan spontan, prosa ekspositori tertulis dan naratif populer yang ditulis cepat. Ia menemukan distribusi pronomina berlawanan dengan frasa nomina lengkap yang secara dramatis berbeda dari satu tipe wacana dengan lainnya. Setiap bahasa memiliki preferensi yang umum untuk pola-pola referensi yang tertentu juga preferensi khusus yang sensitif terhadap tipe teks.

Callow (1974)(dalam Baker 1992:183) menjelaskan bahwa bahasa Hebrew. berbeda dengan bahasa Inggris, lebih suka menggunakan nama diri untuk melacak partisipan dalam wacana. Jadi bahasa Inggris biasanya menggunakan pronomina untuk merujuk partisipan yang telah diperkenalkan, bahasa Hebrew kemungkinan merepitisi nama partisipan. Pola yang biasa digunakan Bororos dari Brazil untuk merujuk kepada partisipan adalah dengan menggunakan nomina beberapa kali sebelum beralih ke dalam satu bentuk pronominal.

Tidak seperti bahasa Inggris yang cendrung sangat bergantung pada referensi pronominal, Brazilian Portugis umumnya lebih menyukai referensi leksikal. Selain itu mereka merubah verba-verba untuk persona dan bilangan. Ciri gramatikal ini memberikan cara tambahan untuk menghubungkan proses dan tindakan terhadap partisipan tertentu tanpa menggunakan pronomina bebas.Berikut ini adalah contoh artikel mengenai Akio Morita, pemimpin perusahaan Sonny. Artikel ini diterbitkan dalam majalah ‘Playboy’edisi bahasa Inggris dan bahasa Portugis. Referensi untuk Akio Morita dibicarakan di dalam kedua kutipan, dengan pengecualian infleksi verba dalam bahasa Portugis.

Teks bahasa Inggris

“Surrounded by the toys and the gadgets of his calling- tape recorders, mini tele – vision sets, world-band radios- he is the quintessential Japanese combination that has conquered the world: a tinkerer turned businessman. As the eldest son of a wealthy sake and soy-sauce producer in conservative Nagoya, he was expected to take over the family business- and

perhaps become the 15th generation of Morita

Mayors in the local community. Instead, he spent his time taking apart clocks and listening to western classical music and preferred the study of physics to business.During World War Two, he went into naval research as a lieutenant, working on a thermal-guided missile and other projects, and it was there that he met his future partner, Ibuka. After the war, the two set up a business after a false start in the home-appliance market- manufacturing rice cookers. Total production:100. Total sales:0. “

Teks bahasa Portugis

“Produto de uma cultura que valoriza a sutileza e as maneiras indiretas, Morita, Com seu jeito franco, e a ponte ideal entre o Japao e o Ocidente. Filho mais velho de um prospero produtor de oleo de soja e de saque, em Nagoya, os pais de Morita esperavam que ele assumisse o controle dos negocios da famlia. Ao inves disso, Morita passava o tempo desmontando relogios, ouvin-do musica classica ocidental e preferindo estudar Fisica a se meter em negocios. Durante a Segunda Guerra Mundial dedicou-se a pesquisa naval, como civil, e foi nessa epoca que fez a sociedade numa fabrica de panelas de cozinhar qrroz.Produ-cao total: 100 panelas. Total de vendas:0. “


(4)

Translasi Kembali

“Product of a culture that values subtlety and indirect manners, Morita, with his Frank way, is an ideal bridge between Japan and the West The eldest son of a prosperous producer of soya oil and saki, in Nagoya, the parents of Morita expected that he should take over the control of the family busi-ness. Instead of this, Morita spent the time taking clocks apart, listening to western classical music and preferring to study physics to putting himself into business. During the Second World War he dedicated himself to naval research, as a civilian, and it was in this period that he made a partnership in a factory of rice cooking pots. Total production:100 pots. Total sales: 0.”

Dari kutipan versi bahasa Inggris di atas partisipan tertentu dilacak dengan menggunakan reerensi pronomina dan dengan menggunakan nama dalam versi bahasa Portugis. Dalam paragraf baru bahasa Inggris masih menggunakan referensi pronomina sedangkan bahasa Portugis menggunakan repetisi leksikal. Dalam paragraf utama bahasa Portugis menanggulangi penggunaan Morita dua kali sedangkan bahasa Inggris tetap mempertahankan penggunaan referensi pronominal. Perhatikan ‘finite verb’ dalam teks Portugis membentuk hubungan- hubungan kohesi tambahan untuk Morita karena mereka penanda untuk orang.

Dalam beberapa bahasa seperti bahasa Jepang dan Cina, mengoperasikan pola yang sama sekali berbeda. Pronomina hampir tidak pernah digunakan, seketika partisipan diperkenalkan, kontinuitas reerensi diisyaratkan oleh penghilangan subjek pada klausa berikutnya. Ini semacam mekanisme ‘default’ yang mengatakan pembaca bahwa partisipan yang disebutkan terakhir atau yang menjadi fokus atau sesuatu yang dapat disimpulkan berdasarkan logika atau konteks adalah subjek dari klausa berikutnya jika tidak dinyatakan. Contoh berikutnya dari ‘Palace and Politics in Prewar Japan’, kita telah mengetahui bahwa orang yang dialamatkan adalah Kaisar. Pembaca harus mengisi subjek yang hilang dan membuat untaian referensinya sendiri. Subjek yang dapat diterima dan referensi pronominal

yang dimasukkan dalam kurung siku untuk kepentingan pembaca terdapat dalam teks bahasa Jepang.

The bluntest one was Komeda Torao who was the third Jiho. ‘If the Emperor/ Your Majesty pour his/your wise consideration into politics as much as he/ you

Likes riding in his/your daily life, I would not think that he/ you/the governments would have been said as ‘two three ministers’ politics’ by the public. So I am sincerely concerned.

Translasi bahasa Inggris mencoba menyajikan sebanyak mungkin pola-pola kohesi bahasa Inggris.

Komeda Torao, Jiho of the third rank, was the most blunt: ‘ If in the past [Your Majesty] had shown as much care for politics as he had passion for horsemanship, No such criticism from the public as” politics by two or three Ministers” would have occurred.’

Perhatikan beberapa perubahan kata dan penghilangan-penghilangan dalam versi bahasa Inggris. Hal ini memungkinkan penerjemah menggunakan untaian referensi bahasa Inggris yang tipikal (Your Majesty ____ he) juga untuk menghindari terciptanya untaian-untaian lainnya yang hanya dapat disimpulkan. Penggunaan kurung siku pada ‘Your Majesty’ dalam translasi bahasa Inggris mungkin bermakna untuk alert pembaca kepada fakta bahwa ekspresi tidak terjadi dalam teks original atau bahwa penerjemah menduga apa yang mungkin dapat mengisi slot subjek dalam hal ini. Juga perhatikan penggunaan titik dua untuk memberikan kohesi tambahan.

Contoh-contoh di atas mengilustrasikan preferensi yang berbeda terdapat di luar bahasa untuk pola-pola referensi umum yang tertentu. Contoh yang baik untuk tipe pola yang spesifik untuk bahasa dan genre dijelaskan dalam Hatim dan Mason (1990:97):

“Ini adalah konvensi teks yang di rekognisi yang menguasai bidang wacana laporan berita/jurnalisme investigatif dalam bahasa Perancis bahwa konsep rujukan dalam frasa nomina tidak akan dinyatakan dua kali dalam cara yang sama dalam sebuah teks. Oleh karena


(5)

itu, le dollar american, dalam leksikalisasi yang subsequent, akan menjadi le billet vert; le President de la Republique barangkali akan menjadi, sebagai anaporik il, le chef de l’Etat bahkan l’ Elysee.”

Bila timbul ambiguitas dalam penggunaan referensi, bahasa Inggris seperti kebanyakan bahasa akan menggunakan repetisi leksikal. Dalam teks-teks legal dan semi legal penggunaan repetisi leksikal sudah menjadi norma sekalipun ambiguitas referensi pronominal tidak ditemukan. Disamping referensi leksikal bahasa Inggris juga menggunakan substitusi untuk menetapkan hubunga kohesif.

2.2 Substitusi dan Ellips

Berbeda dengan referensi, substitusi dan ellips adalah hubungan gramatikal daripada hubungan semantik. Dalam substitusi, suatu bagian atau item digunakan oleh item lainnya. Misalnya ‘I like the movies’ dan ‘And I do’. Pada contoh ini ‘do’ adalah substitusi untuk ‘like movies’. Item-item yang biasa digunakan dalam substitusi bahasa Inggris terdiri dari ‘do’, ‘one’, dan ‘the same’, seperti contoh berikut ini dari Halliday dan Hasan (1976:89;105):

You think Joan already knows? - I think everybody does (Does menggantikan knows) My axe is too blunt. I must get a sharper one. (One menggantikan axe).

A: I’ll have two poached eggs on toast, please. B: I’ll have the same. (The same replaces two

poached eggs on toast).

Ellips meliputi penghilangan sebuah item. Dengan kata lain, dalam ellips, sebuah item digantikan oleh sesuatu yang kosong. Ini adalah kasus meninggalkan sesuatu tanpa dikatakan tetapi dipahami. Tidak termasuk setiap hal dimana pembaca atau pendengar harus mengisi informasi yang hilang, tetapi hanya pada kasus-kasus di mana struktur gramatikal itu sendiri menunjuk pada sebuah item yang dapat mengisi ‘slot’ dalam pertanyaan. Berikut ini beberapa contoh ellips.

Joan brought some carnations, and Catherine some sweet peas. (item yang diellipsiskan: brought pada klausa kedua).

Here are thirteen cards. Take any. Now give me any three. (item yang di-Ellipsiskan: card after any pada klausa kedua dan cards after any three pada Klausa ketiga).

Have you been swimming?- Yes, I have. (item-item yang diellipsiskan: been swimming pada klausa kedua). (Halliday and Hasan 1976:143, 158:167)

Halliday dan Hasan memberikan deskripsi rinci mengenai beberapa tipe substitusi dan ellips dalam bahasa Inggris. Karena substitusi dan ellips adalah murni hubungan gramatika yang terjadi diantara bentuk-bentuk bahasa daripada diantatra bentuk bahasa dan maknanya.

Hoey (1991) (dalam Baker 1992:187) memberikan contoh kalimat pertanyaan seperti Does Agatha sing in the bath? Mungkin mengelitasikan tiga jawaban dimana jawaban (a) adalah contoh substitusi, (b) ellips dan (c) referensi:

(a) No, but I do. (b) Yes, she does.

(c) Yes, she does it to annoy us, I think. Jawaban (b) adalah contoh ellips karena tidak dapat dikatakan mensubstitusi ‘sing’ pada pertanyaan di atas. Item-item yang diellipsiskan ‘Yes, she does ‘ adalah ‘sing in the bath’. Kekaburan batas dan perbedaan teknis di antara ketiga tipe alat kohesi tidak berhubungan dengan kata; mungkin cara beroperasinya berbeda pada bahasa lainnya.

2.3 Konjungsi

Konjungsi meliputi penggunaan pemarkah-pemarkah formal untuk menghubungkan kalimat, klausa, dan paragraf. Konjungsi tidak menginstruksikan pembaca untuk mengisi informasi yang hilang malahan sebaliknya konjungsi mengisyaratkan pembaca untuk menghubungkan apa yang akan dikatakan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Konjungsi yang secara tipikal dapat merealisasikan setiap hubungan, adalah:

a. Additive : and, or, also, in addition, furthermore, besides, similarly, likewise, by contrast, for instance;


(6)

b. Adversative : but, yet, however, instead, on the other hand, nevertheless, at any rate, as a matter of fact;

c. Causal : so, consequently, it follows, for, because, under the circumstances, for this reason;

d. Temporal : then, next, after that, on another occasion, in conclusion, an hour later, finally, at last;

e. Continuatives : now, of course, well, anyway, surely, after all.

Ada beberapa hal yang harus diingat disini. Pertama, Konjungsi mungkin digunakan untuk mengisyarakat hubungan yang berbeda, bergantung pada konteks. Kedua, hubungan-hubungan ini dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Penggunaan konjungsi bukanlah satu-satunya alat untuk mengungkapkan hubungan temporal atau kausal. Ketiga, hubungan –hubungan konjungtif tidak hanya merefleksikan hubungan-hubungan diantara fenomena eksternal, tetapi mungkin dibuat untuk merefleksikan hubungan-hubungan yang internal pada teks atau situasi komunikatif. Misalnya, hubungan temporal tidak terbatas pada urutan waktu yang sebenarnya; mereka mungkin merefleksikan tahapan-tahapan dalam mengembangkan teks, misalnya penggunaan ‘first’, ‘second’ dan ‘third’.

Ada sedikit keraguan dalam literatur mengenai konjungsi yang terdapat didalam kalimat dapat dianggap kohesif, karena kohesi bagi beberapa linguis dianggap hubungan diantara kalimat-kalimat daripada didalam kalimat (lihat Halliday dan Hasan 1976: 232) (dalam Baker 1992:191).

Bahasa – bahasa sangat bervariasi dalam tipe konjungsi yang digunakan. Dalam mengisyaratkan hubungan diantara kumpulan informasi. Misalnya, bahasa Jerman dalam mengekspreikan hubungan menggunakan subordinasi dan struktur-struktur kompleks sementara bahasa Cina dan Jepang lebih menyukai struktur yang lebih pendek dan sederhana dan secara eksplisit memarkahi hubungan diantara struktur-struktur ini. Dan bahasa Arab secara relatif cendrung menggunakan sedikit

konjungsi yang memiliki bermacam-macam makna bergantung pada interpretasi mereka pada konteks, jadi untuk menduga adanya hubungan sangat bergantung pada kemampuan pembaca. Konjungsi yang paling sering digunakan dalam bahasa Arab adalah wa dan fa (Al-Jubouri dan Knowles 1988) (dalam Baker 1992:193), yang menurut Holes /wa/ dapat memarkahi urutan waktu, tindakan yang bersamaan, kontras dan kesetaraan semantik dan /fa/ dapat menjadi pemarkah urutan temporal atau yang berkenaan dengan waktu, konsekuensi logis, maksud, hasil atau konsesi.

2.4 Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal merujuk pada peran yang ditunjukkan dengan seleksi kosa kata dalam mengorganisir hubungan di dalam sebuah teks. Unsur atau item leksikal yang ada tidak dapat dikatakan memiliki fungsi kohesif dengan sendirinya (cf referensi, konjungsi) tetapi setiap unsur leksikal dapat masuk dalam relasi kohesif dengan unsur-unsur lainnya di dalam sebuah teks. Sedangkan pembaca dalam menemukan pronomina seperti he dan she dengan sendirinya akan melihat referensinya di lingkungan teks.

Halliday dan Hasan (dalam Baker 1992: 203) membagi kohesi leksikal dalam dua kategori utama yaitu reiterasi dan Kollokasi.

2.4.1 Reiterasi

Reiterasi meliputi repetisi unsur-unsur leksikal. Unsur atau item yang direiterasi mungkin merupakan repetisi dari sebuah item atau unsur yang pertama, sebuah sinonim atau mendekati sinonim, sebuah superordinat, atau sebuah kata biasa. Berikut ini adalah contoh reiterasi:

There’s a boy climbing that tree

a. The boy is going to fall if he doesn’t take care. (repetisi)

b. The lad’s going to fall if he doesn’t take care. (sinonimi)

c. The child’s going to fall if he doesn’t take care.( superordinat)

d. The idiot’s going tofall if he doesn’t take care. ( kata biasa)


(7)

Reiterasi tidak sama dengan repetisi karena reiterasi tidak harus melibatkan entitas yang sama. Jika kalimat di atas diikuti oleh sebuah pernyataan seperti ‘Boys can be so silly’, repetisi dari ‘boy’ boys masih merupakan hal reiterasi meskipun kedua item tidak merujuk pada individu yang sama.

2.4.2 Kollokasi

Dalam model Halliday dan Hasan (dalam Baker 1992:203), kollokasi sebagai sub klas dari kohesi leksikal mencakup hal apa saja yang melibatkan sepasang item leksikal yang saling berhubungan dalam bahasa bagaimanapun juga. Halliday dan Hasan menawarkan tipe-tipe assosiasi berikut sebagai contoh, tetapi mereka mengakui bahwa ada hal-hal dimana assosiasi diantara item-item leksikal tidak dengan mudah diberi nama meskipun keberadaannya dapat dirasakan. Pada akhir analisis, mereka menyarankan tidak masalah apa relasi tersebut sepanjang kita menyadari keberadaannya dan memberi reaksi terhadapnya sebagai alat kohesif.

Berbagai jenis makna yang berlawanan: misalnya, boy/girl; love/hate; order/obey.

Assosiasi diantara pasangan kata-kata dari seri urutan yang sama: misalnya Tuesday/ Thursday; August/ December; dollar/cent.

Assosiasi di antara pasangan kata-kata dari seperangkat leksikal yang tidak berurutan, misalnya:

Relasi-relasi bahagian dengan keseluruhan: car/brake; body/arm; bicycle/wheel;

Relasi-relasi bahagian dengan bahagian: mouth/chin; verse/chorus;

Ko-hiponimi: red/green (warna); chair/table (perabot).

Assosiasi berdasarkan sejarah ‘co- ocurrence’ (peristiwa yang sama): misalnya rain, Pouring, torrential, wet; hair, comb, curl, wave; dan sebagainya.

Kohesi leksikal bukanlah relasi diantara pasangan kata-kata seperti yang mungkin terlintas dalam diskusi diatas. Tetapi sebaliknya, kohesi leksikal khususnya beroperasi melalui rangkaian leksikal yang ditulis melalui teks dan saling berhubungan dalam berbagai cara. Bagaimana pola-pola

kohesi leksikan mungkin ditelusuri dalam teks berikut ini dan untuk memudahkan referensi kalimat-kalimat diberi nomor dalam diskusi.

‘(1) I first met Hugh Fraser in 1977. (2) Charming, rather hesitant, a heavy smoker and Heavy gambler, he had made such headway through his fortune that he had decided to sell his last major asset, the controlling shares in the business which his father had built

Up and named Scottish and Universal Investments. (3) Scottish and Universal had, among its assets, 10% of the British stores group, House of Fraser. (4) Lonrho bought 26% of Scottish and Universal.

(5) It was part of Lonrho’s understanding with Hugh that he would stay on as Chairman of House of Fraser, but it gradually became clear that Sir Hugh was not on terms of mutual respect with most of his Board, and that the loyalty of his colleagues had been to his formidable father rather than him. (6) They did not welcome the sale of Hugh’s shares to Lonrho-and it was only natural, as a change was obviously in the air. (7) Lonrho was an expanding and acquisitive company, and House of Fraser was a quiet and pedestrian one.’

(from A Hero from Zero, p.i)

Contoh kohesi leksikal dalam teks di atas mencakup repetisi item-item seperti Scottish dan Universal (kalimat 2,3, dan 4), Lonrho (4,5,6, dan 7), dan assets (2 dan 3). Ada sebuah superordinat- relasi hiponimi diantara assets/shares, makna yang berlawanan antara sell/bought, reiterasi dengan kata yang umum: Lonrho/company,dan sebuah relasi sinonimi atau mendekati sinonimi diantara expanding/acquisitive. Smoker/gambler adalah ko –hiponim dari sesuatu seperti ‘kelakuan buruk’ dan respect/loyalty adalah ko-hiponim dari ‘kebajikan kelembagaan’ Yang paling penting adalah rangkaian kolokasional yang membantu menentukan dan mempertahankan subjek dari teks: fortune, shares, assets, business, Chairman, Board, sale, expanding, acquisitive, company dan sebagainya, yang mengilustrasikan kepadatan khusus dari jaringan kohesi leksikal dalam setiap bentangan bahasa.


(8)

3. KESIMPULAN

Penggunaan alat kohesi seperti referensi, substitusi, ellipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal untuk membentuk hubungan kohesif dapat berbeda pada setiap bahasa karena mereka memiliki preferensi berbeda. Misalnya, pronominalisasi sering digunakan dalam bahasa Inggris tetapi jarang digunakan dalam bahasa Jepang dan Cina. Repetisi leksikal jauh lebih sering digunakan dalam bahasa Hebrew daripada dalam bahasa Inggris.

Tingkat kohesi secara menyeluruh juga mungkin berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya dan bahkan dalam bahasa yang sama perbedaan itu masih terdapat karena teks-teks berbeda akan bervariasi dalam kepadatan ikatan kohesifnya. Misalnya, bahasa Portugis (Vieira 1984 dalam Baker 1992:212) lebih suka kohesif eksplisit yang lebih tinggi dari pada bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Mona. 1992. In Other Words: a coursebook on translation. London : Routledge.

Bassnett-Mc Guire, Susan. 1991. Translation Studies (Chapter 2): History of Translation Theory. London and NewYork: Routledge.

Delisle, Jean and Woodsworth, Judith.1995. Translators Through History. Amsterdam: John Benjamins BV.

Eco, Umberto.1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana niversity Pres. Edwards , John.1985. Language , Society and

Identity. Oxford: Basil Blackwel. Gentzler,Edwin.1993. Contemporary

Translation Theories. London and New York: Routledge.

Halliday, M.A.K.1978. Language as Social Semiotic. The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold.

Machali, Rochayah.1998. Redefining Textual Equivalence in Translation. Jakarta: The Translation Center.

Martin, J.R. 1992. English Text System and Structure. Amsterdam: Benjamins BV. Saragih, Amrin. 2005. Bahasa Dalam Konteks

Sosial. Pendekatan Linguistik Fungsional

Sistemik: Terhadap Tata Bahasa Dan Wacana. Universitas Sumatera Utara. Tarigan, Henry Guntur.1987. Pengajaran

Wacana. Bandung : Angkasa.

Tou, Asruddin Barori. 1989. Some Insights from Linguistics into the Processes and Problems of Translation. TEFLIN Journal, 11,1.

_________________.2004. Memaknai Perjalanan Fenomena Translasional Dalam Perspektif Komunikasi Semiotik Translasional. Artikel, Jurnal Bahasa dan Sastra, PPS & Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Edisi Maret 2004.

_________________. 2005. Ihwal

Translation/Translating Versus Interpreting Dalam Kajian Translasi.

Makalah Yang Disajikan Pada Program Doktor Linguistik. Sekolah Pascasarjana. USU. Medan, 26 September 2005.

_________________ 2005. Makna, Relasi dan Alih Makna, dan Translasi Sebagai Objek Kajian Dalam Ilmu Translasi. Makalah Disajikan Pada Seminar Penerjemahan, Proyek SP4, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, Medan. Kamis, 29 September 2005.


(1)

perulangan penuh pada satu bagian ke referensi pronominal. Contoh berikut disadur dari Halliday dan Hasan (1976:28) (dalam Baker 1992:183) untuk mengilustrasikan poin:

There’s a boy climbing that tree.

a. The boy’s going to fall if he doesn’t take care. (repetition)

b. The lad’s going to fall if he doesn’t take care. (synonym)

c. The child’s going to fall if he doesn’t take care. (superordinate)

d. The idiot’s going to fall if he doesn’t take care. (general word)

e. He’s going to fall if he doesn’t take care. (pronominal reference)

‘Co-reference’ dapat digabungkan di mana saja dalam repetisi/level sinonimi dari kontinum jika kita ingin mengadaopsi referensi yang lebih fleksibel untuk tujuan-tujuan mutakhir sekarang ini.

Pola-pola referensi (juga dikenal sebagai anafora) dapat sangat bervariasi di dalam dan di luar bahasa. Dalam bahasa yang sama tipe teks kelihatannya menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan pola. Fox (1986) mengkaji pola referensi dalam tiga genre bahasa Inggris Amerika: percakapan spontan, prosa ekspositori tertulis dan naratif populer yang ditulis cepat. Ia menemukan distribusi pronomina berlawanan dengan frasa nomina lengkap yang secara dramatis berbeda dari satu tipe wacana dengan lainnya. Setiap bahasa memiliki preferensi yang umum untuk pola-pola referensi yang tertentu juga preferensi khusus yang sensitif terhadap tipe teks.

Callow (1974)(dalam Baker 1992:183) menjelaskan bahwa bahasa Hebrew. berbeda dengan bahasa Inggris, lebih suka menggunakan nama diri untuk melacak partisipan dalam wacana. Jadi bahasa Inggris biasanya menggunakan pronomina untuk merujuk partisipan yang telah diperkenalkan, bahasa Hebrew kemungkinan merepitisi nama partisipan. Pola yang biasa digunakan Bororos dari Brazil untuk merujuk kepada partisipan adalah dengan menggunakan nomina beberapa kali sebelum beralih ke dalam satu bentuk pronominal.

Tidak seperti bahasa Inggris yang cendrung sangat bergantung pada referensi pronominal, Brazilian Portugis umumnya lebih menyukai referensi leksikal. Selain itu mereka merubah verba-verba untuk persona dan bilangan. Ciri gramatikal ini memberikan cara tambahan untuk menghubungkan proses dan tindakan terhadap partisipan tertentu tanpa menggunakan pronomina bebas.Berikut ini adalah contoh artikel mengenai Akio Morita, pemimpin perusahaan Sonny. Artikel ini diterbitkan dalam majalah ‘Playboy’edisi bahasa Inggris dan bahasa Portugis. Referensi untuk Akio Morita dibicarakan di dalam kedua kutipan, dengan pengecualian infleksi verba dalam bahasa Portugis.

Teks bahasa Inggris

“Surrounded by the toys and the gadgets of his calling- tape recorders, mini tele – vision sets, world-band radios- he is the quintessential Japanese combination that has conquered the world: a tinkerer turned businessman. As the eldest son of a wealthy sake and soy-sauce producer in conservative Nagoya, he was expected to take over the family business- and perhaps become the 15th generation of Morita Mayors in the local community. Instead, he spent his time taking apart clocks and listening to western classical music and preferred the study of physics to business.During World War Two, he went into naval research as a lieutenant, working on a thermal-guided missile and other projects, and it was there that he met his future partner, Ibuka. After the war, the two set up a business after a false start in the home-appliance market- manufacturing rice cookers. Total production:100. Total sales:0. “

Teks bahasa Portugis

“Produto de uma cultura que valoriza a sutileza e as maneiras indiretas, Morita, Com seu jeito franco, e a ponte ideal entre o Japao e o Ocidente. Filho mais velho de um prospero produtor de oleo de soja e de saque, em Nagoya, os pais de Morita esperavam que ele assumisse o controle dos negocios da famlia. Ao inves disso, Morita passava o tempo desmontando relogios, ouvin-do musica classica ocidental e preferindo estudar Fisica a se meter em negocios. Durante a Segunda Guerra Mundial dedicou-se a pesquisa naval, como civil, e foi nessa epoca que fez a sociedade numa fabrica de panelas de cozinhar qrroz.Produ-cao total: 100 panelas. Total de vendas:0. “


(2)

Translasi Kembali

“Product of a culture that values subtlety and indirect manners, Morita, with his Frank way, is an ideal bridge between Japan and the West The eldest son of a prosperous producer of soya oil and saki, in Nagoya, the parents of Morita expected that he should take over the control of the family busi-ness. Instead of this, Morita spent the time taking clocks apart, listening to western classical music and preferring to study physics to putting himself into business. During the Second World War he dedicated himself to naval research, as a civilian, and it was in this period that he made a partnership in a factory of rice cooking pots. Total production:100 pots. Total sales: 0.”

Dari kutipan versi bahasa Inggris di atas partisipan tertentu dilacak dengan menggunakan reerensi pronomina dan dengan menggunakan nama dalam versi bahasa Portugis. Dalam paragraf baru bahasa Inggris masih menggunakan referensi pronomina sedangkan bahasa Portugis menggunakan repetisi leksikal. Dalam paragraf utama bahasa Portugis menanggulangi penggunaan Morita dua kali sedangkan bahasa Inggris tetap mempertahankan penggunaan referensi pronominal. Perhatikan ‘finite verb’ dalam teks Portugis membentuk hubungan- hubungan kohesi tambahan untuk Morita karena mereka penanda untuk orang.

Dalam beberapa bahasa seperti bahasa Jepang dan Cina, mengoperasikan pola yang sama sekali berbeda. Pronomina hampir tidak pernah digunakan, seketika partisipan diperkenalkan, kontinuitas reerensi diisyaratkan oleh penghilangan subjek pada klausa berikutnya. Ini semacam mekanisme ‘default’ yang mengatakan pembaca bahwa partisipan yang disebutkan terakhir atau yang menjadi fokus atau sesuatu yang dapat disimpulkan berdasarkan logika atau konteks adalah subjek dari klausa berikutnya jika tidak dinyatakan. Contoh berikutnya dari ‘Palace and Politics in Prewar Japan’, kita telah mengetahui bahwa orang yang dialamatkan adalah Kaisar. Pembaca harus mengisi subjek yang hilang dan membuat untaian referensinya sendiri. Subjek yang dapat diterima dan referensi pronominal

yang dimasukkan dalam kurung siku untuk kepentingan pembaca terdapat dalam teks bahasa Jepang.

The bluntest one was Komeda Torao who was the third Jiho. ‘If the Emperor/ Your Majesty pour his/your wise consideration into politics as much as he/ you

Likes riding in his/your daily life, I would not think that he/ you/the governments would have been said as ‘two three ministers’ politics’ by the public. So I am sincerely concerned.

Translasi bahasa Inggris mencoba menyajikan sebanyak mungkin pola-pola kohesi bahasa Inggris.

Komeda Torao, Jiho of the third rank, was the most blunt: ‘ If in the past [Your Majesty] had shown as much care for politics as he had passion for horsemanship, No such criticism from the public as” politics by two or three Ministers” would have occurred.’

Perhatikan beberapa perubahan kata dan penghilangan-penghilangan dalam versi bahasa Inggris. Hal ini memungkinkan penerjemah menggunakan untaian referensi bahasa Inggris yang tipikal (Your Majesty ____ he) juga untuk menghindari terciptanya untaian-untaian lainnya yang hanya dapat disimpulkan. Penggunaan kurung siku pada ‘Your Majesty’ dalam translasi bahasa Inggris mungkin bermakna untuk alert pembaca kepada fakta bahwa ekspresi tidak terjadi dalam teks original atau bahwa penerjemah menduga apa yang mungkin dapat mengisi slot subjek dalam hal ini. Juga perhatikan penggunaan titik dua untuk memberikan kohesi tambahan.

Contoh-contoh di atas mengilustrasikan preferensi yang berbeda terdapat di luar bahasa untuk pola-pola referensi umum yang tertentu. Contoh yang baik untuk tipe pola yang spesifik untuk bahasa dan genre dijelaskan dalam Hatim dan Mason (1990:97):

“Ini adalah konvensi teks yang di rekognisi yang menguasai bidang wacana laporan berita/jurnalisme investigatif dalam bahasa Perancis bahwa konsep rujukan dalam frasa nomina tidak akan dinyatakan dua kali dalam cara yang sama dalam sebuah teks. Oleh karena


(3)

itu, le dollar american, dalam leksikalisasi yang subsequent, akan menjadi le billet vert; le President de la Republique barangkali akan menjadi, sebagai anaporik il, le chef de l’Etat bahkan l’ Elysee.”

Bila timbul ambiguitas dalam penggunaan referensi, bahasa Inggris seperti kebanyakan bahasa akan menggunakan repetisi leksikal. Dalam teks-teks legal dan semi legal penggunaan repetisi leksikal sudah menjadi norma sekalipun ambiguitas referensi pronominal tidak ditemukan. Disamping referensi leksikal bahasa Inggris juga menggunakan substitusi untuk menetapkan hubunga kohesif.

2.2 Substitusi dan Ellips

Berbeda dengan referensi, substitusi dan ellips adalah hubungan gramatikal daripada hubungan semantik. Dalam substitusi, suatu bagian atau item digunakan oleh item lainnya. Misalnya ‘I like the movies’ dan ‘And I do’. Pada contoh ini ‘do’ adalah substitusi untuk ‘like movies’. Item-item yang biasa digunakan dalam substitusi bahasa Inggris terdiri dari ‘do’, ‘one’, dan ‘the same’, seperti contoh berikut ini dari Halliday dan Hasan (1976:89;105):

You think Joan already knows? - I think everybody does (Does menggantikan knows) My axe is too blunt. I must get a sharper one. (One menggantikan axe).

A: I’ll have two poached eggs on toast, please. B: I’ll have the same. (The same replaces two

poached eggs on toast).

Ellips meliputi penghilangan sebuah item. Dengan kata lain, dalam ellips, sebuah item digantikan oleh sesuatu yang kosong. Ini adalah kasus meninggalkan sesuatu tanpa dikatakan tetapi dipahami. Tidak termasuk setiap hal dimana pembaca atau pendengar harus mengisi informasi yang hilang, tetapi hanya pada kasus-kasus di mana struktur gramatikal itu sendiri menunjuk pada sebuah item yang dapat mengisi ‘slot’ dalam pertanyaan. Berikut ini beberapa contoh ellips.

Joan brought some carnations, and Catherine some sweet peas. (item yang diellipsiskan: brought pada klausa kedua).

Here are thirteen cards. Take any. Now give me any three. (item yang di-Ellipsiskan: card after any pada klausa kedua dan cards after any three pada Klausa ketiga).

Have you been swimming?- Yes, I have. (item-item yang diellipsiskan: been swimming pada klausa kedua). (Halliday and Hasan 1976:143, 158:167)

Halliday dan Hasan memberikan deskripsi rinci mengenai beberapa tipe substitusi dan ellips dalam bahasa Inggris. Karena substitusi dan ellips adalah murni hubungan gramatika yang terjadi diantara bentuk-bentuk bahasa daripada diantatra bentuk bahasa dan maknanya.

Hoey (1991) (dalam Baker 1992:187) memberikan contoh kalimat pertanyaan seperti Does Agatha sing in the bath? Mungkin mengelitasikan tiga jawaban dimana jawaban (a) adalah contoh substitusi, (b) ellips dan (c) referensi:

(a) No, but I do. (b) Yes, she does.

(c) Yes, she does it to annoy us, I think. Jawaban (b) adalah contoh ellips karena tidak dapat dikatakan mensubstitusi ‘sing’ pada pertanyaan di atas. Item-item yang diellipsiskan ‘Yes, she does ‘ adalah ‘sing in the bath’. Kekaburan batas dan perbedaan teknis di antara ketiga tipe alat kohesi tidak berhubungan dengan kata; mungkin cara beroperasinya berbeda pada bahasa lainnya.

2.3 Konjungsi

Konjungsi meliputi penggunaan pemarkah-pemarkah formal untuk menghubungkan kalimat, klausa, dan paragraf. Konjungsi tidak menginstruksikan pembaca untuk mengisi informasi yang hilang malahan sebaliknya konjungsi mengisyaratkan pembaca untuk menghubungkan apa yang akan dikatakan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Konjungsi yang secara tipikal dapat merealisasikan setiap hubungan, adalah:

a. Additive : and, or, also, in addition, furthermore, besides, similarly, likewise, by contrast, for instance;


(4)

b. Adversative : but, yet, however, instead, on the other hand, nevertheless, at any rate, as a matter of fact;

c. Causal : so, consequently, it follows, for, because, under the circumstances, for this reason;

d. Temporal : then, next, after that, on another occasion, in conclusion, an hour later, finally, at last;

e. Continuatives : now, of course, well, anyway, surely, after all.

Ada beberapa hal yang harus diingat disini. Pertama, Konjungsi mungkin digunakan untuk mengisyarakat hubungan yang berbeda, bergantung pada konteks. Kedua, hubungan-hubungan ini dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Penggunaan konjungsi bukanlah satu-satunya alat untuk mengungkapkan hubungan temporal atau kausal. Ketiga, hubungan –hubungan konjungtif tidak hanya merefleksikan hubungan-hubungan diantara fenomena eksternal, tetapi mungkin dibuat untuk merefleksikan hubungan-hubungan yang internal pada teks atau situasi komunikatif. Misalnya, hubungan temporal tidak terbatas pada urutan waktu yang sebenarnya; mereka mungkin merefleksikan tahapan-tahapan dalam mengembangkan teks, misalnya penggunaan ‘first’, ‘second’ dan ‘third’.

Ada sedikit keraguan dalam literatur mengenai konjungsi yang terdapat didalam kalimat dapat dianggap kohesif, karena kohesi bagi beberapa linguis dianggap hubungan diantara kalimat-kalimat daripada didalam kalimat (lihat Halliday dan Hasan 1976: 232) (dalam Baker 1992:191).

Bahasa – bahasa sangat bervariasi dalam tipe konjungsi yang digunakan. Dalam mengisyaratkan hubungan diantara kumpulan informasi. Misalnya, bahasa Jerman dalam mengekspreikan hubungan menggunakan subordinasi dan struktur-struktur kompleks sementara bahasa Cina dan Jepang lebih menyukai struktur yang lebih pendek dan sederhana dan secara eksplisit memarkahi hubungan diantara struktur-struktur ini. Dan bahasa Arab secara relatif cendrung menggunakan sedikit

konjungsi yang memiliki bermacam-macam makna bergantung pada interpretasi mereka pada konteks, jadi untuk menduga adanya hubungan sangat bergantung pada kemampuan pembaca. Konjungsi yang paling sering digunakan dalam bahasa Arab adalah wa dan fa (Al-Jubouri dan Knowles 1988) (dalam Baker 1992:193), yang menurut Holes /wa/ dapat memarkahi urutan waktu, tindakan yang bersamaan, kontras dan kesetaraan semantik dan /fa/ dapat menjadi pemarkah urutan temporal atau yang berkenaan dengan waktu, konsekuensi logis, maksud, hasil atau konsesi.

2.4 Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal merujuk pada peran yang ditunjukkan dengan seleksi kosa kata dalam mengorganisir hubungan di dalam sebuah teks. Unsur atau item leksikal yang ada tidak dapat dikatakan memiliki fungsi kohesif dengan sendirinya (cf referensi, konjungsi) tetapi setiap unsur leksikal dapat masuk dalam relasi kohesif dengan unsur-unsur lainnya di dalam sebuah teks. Sedangkan pembaca dalam menemukan pronomina seperti he dan she dengan sendirinya akan melihat referensinya di lingkungan teks.

Halliday dan Hasan (dalam Baker 1992: 203) membagi kohesi leksikal dalam dua kategori utama yaitu reiterasi dan Kollokasi.

2.4.1 Reiterasi

Reiterasi meliputi repetisi unsur-unsur leksikal. Unsur atau item yang direiterasi mungkin merupakan repetisi dari sebuah item atau unsur yang pertama, sebuah sinonim atau mendekati sinonim, sebuah superordinat, atau sebuah kata biasa. Berikut ini adalah contoh reiterasi:

There’s a boy climbing that tree

a. The boy is going to fall if he doesn’t take care. (repetisi)

b. The lad’s going to fall if he doesn’t take care. (sinonimi)

c. The child’s going to fall if he doesn’t take care.( superordinat)

d. The idiot’s going tofall if he doesn’t take care. ( kata biasa)


(5)

Reiterasi tidak sama dengan repetisi karena reiterasi tidak harus melibatkan entitas yang sama. Jika kalimat di atas diikuti oleh sebuah pernyataan seperti ‘Boys can be so silly’, repetisi dari ‘boy’ boys masih merupakan hal reiterasi meskipun kedua item tidak merujuk pada individu yang sama.

2.4.2 Kollokasi

Dalam model Halliday dan Hasan (dalam Baker 1992:203), kollokasi sebagai sub klas dari kohesi leksikal mencakup hal apa saja yang melibatkan sepasang item leksikal yang saling berhubungan dalam bahasa bagaimanapun juga. Halliday dan Hasan menawarkan tipe-tipe assosiasi berikut sebagai contoh, tetapi mereka mengakui bahwa ada hal-hal dimana assosiasi diantara item-item leksikal tidak dengan mudah diberi nama meskipun keberadaannya dapat dirasakan. Pada akhir analisis, mereka menyarankan tidak masalah apa relasi tersebut sepanjang kita menyadari keberadaannya dan memberi reaksi terhadapnya sebagai alat kohesif.

Berbagai jenis makna yang berlawanan: misalnya, boy/girl; love/hate; order/obey.

Assosiasi diantara pasangan kata-kata dari seri urutan yang sama: misalnya Tuesday/ Thursday; August/ December; dollar/cent.

Assosiasi di antara pasangan kata-kata dari seperangkat leksikal yang tidak berurutan, misalnya:

Relasi-relasi bahagian dengan keseluruhan: car/brake; body/arm; bicycle/wheel;

Relasi-relasi bahagian dengan bahagian: mouth/chin; verse/chorus;

Ko-hiponimi: red/green (warna); chair/table (perabot).

Assosiasi berdasarkan sejarah ‘co- ocurrence’ (peristiwa yang sama): misalnya rain, Pouring, torrential, wet; hair, comb, curl, wave; dan sebagainya.

Kohesi leksikal bukanlah relasi diantara pasangan kata-kata seperti yang mungkin terlintas dalam diskusi diatas. Tetapi sebaliknya, kohesi leksikal khususnya beroperasi melalui rangkaian leksikal yang ditulis melalui teks dan saling berhubungan dalam berbagai cara. Bagaimana pola-pola

kohesi leksikan mungkin ditelusuri dalam teks berikut ini dan untuk memudahkan referensi kalimat-kalimat diberi nomor dalam diskusi.

‘(1) I first met Hugh Fraser in 1977. (2) Charming, rather hesitant, a heavy smoker and Heavy gambler, he had made such headway through his fortune that he had decided to sell his last major asset, the controlling shares in the business which his father had built

Up and named Scottish and Universal Investments. (3) Scottish and Universal had, among its assets, 10% of the British stores group, House of Fraser. (4) Lonrho bought 26% of Scottish and Universal.

(5) It was part of Lonrho’s understanding with Hugh that he would stay on as Chairman of House of Fraser, but it gradually became clear that Sir Hugh was not on terms of mutual respect with most of his Board, and that the loyalty of his colleagues had been to his formidable father rather than him. (6) They did not welcome the sale of Hugh’s shares to Lonrho-and it was only natural, as a change was obviously in the air. (7) Lonrho was an expanding and acquisitive company, and House of Fraser was a quiet and pedestrian one.’

(from A Hero from Zero, p.i)

Contoh kohesi leksikal dalam teks di atas mencakup repetisi item-item seperti Scottish dan Universal (kalimat 2,3, dan 4), Lonrho (4,5,6, dan 7), dan assets (2 dan 3). Ada sebuah superordinat- relasi hiponimi diantara assets/shares, makna yang berlawanan antara sell/bought, reiterasi dengan kata yang umum: Lonrho/company,dan sebuah relasi sinonimi atau mendekati sinonimi diantara expanding/acquisitive. Smoker/gambler adalah ko –hiponim dari sesuatu seperti ‘kelakuan buruk’ dan respect/loyalty adalah ko-hiponim dari ‘kebajikan kelembagaan’ Yang paling penting adalah rangkaian kolokasional yang membantu menentukan dan mempertahankan subjek dari teks: fortune, shares, assets, business, Chairman, Board, sale, expanding, acquisitive, company dan sebagainya, yang mengilustrasikan kepadatan khusus dari jaringan kohesi leksikal dalam setiap bentangan bahasa.


(6)

3. KESIMPULAN

Penggunaan alat kohesi seperti referensi, substitusi, ellipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal untuk membentuk hubungan kohesif dapat berbeda pada setiap bahasa karena mereka memiliki preferensi berbeda. Misalnya, pronominalisasi sering digunakan dalam bahasa Inggris tetapi jarang digunakan dalam bahasa Jepang dan Cina. Repetisi leksikal jauh lebih sering digunakan dalam bahasa Hebrew daripada dalam bahasa Inggris.

Tingkat kohesi secara menyeluruh juga mungkin berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya dan bahkan dalam bahasa yang sama perbedaan itu masih terdapat karena teks-teks berbeda akan bervariasi dalam kepadatan ikatan kohesifnya. Misalnya, bahasa Portugis (Vieira 1984 dalam Baker 1992:212) lebih suka kohesif eksplisit yang lebih tinggi dari pada bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Mona. 1992. In Other Words: a

coursebook on translation. London :

Routledge.

Bassnett-Mc Guire, Susan. 1991. Translation Studies (Chapter 2): History of Translation

Theory. London and NewYork:

Routledge.

Delisle, Jean and Woodsworth, Judith.1995.

Translators Through History.

Amsterdam: John Benjamins BV. Eco, Umberto.1979. A Theory of Semiotics.

Bloomington: Indiana niversity Pres. Edwards , John.1985. Language , Society and

Identity. Oxford: Basil Blackwel. Gentzler,Edwin.1993. Contemporary

Translation Theories. London and New

York: Routledge.

Halliday, M.A.K.1978. Language as Social Semiotic. The Social Interpretation of

Language and Meaning. London: Edward

Arnold.

Machali, Rochayah.1998. Redefining Textual

Equivalence in Translation. Jakarta: The

Translation Center.

Martin, J.R. 1992. English Text System and

Structure. Amsterdam: Benjamins BV.

Saragih, Amrin. 2005. Bahasa Dalam Konteks Sosial. Pendekatan Linguistik Fungsional

Sistemik: Terhadap Tata Bahasa Dan

Wacana. Universitas Sumatera Utara.

Tarigan, Henry Guntur.1987. Pengajaran

Wacana. Bandung : Angkasa.

Tou, Asruddin Barori. 1989. Some Insights from Linguistics into the Processes and

Problems of Translation. TEFLIN Journal,

11,1.

_________________.2004. Memaknai Perjalanan Fenomena Translasional Dalam Perspektif Komunikasi Semiotik

Translasional. Artikel, Jurnal Bahasa dan

Sastra, PPS & Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Edisi Maret 2004.

_________________. 2005. Ihwal

Translation/Translating Versus Interpreting Dalam Kajian Translasi.

Makalah Yang Disajikan Pada Program Doktor Linguistik. Sekolah Pascasarjana. USU. Medan, 26 September 2005.

_________________ 2005. Makna, Relasi dan Alih Makna, dan Translasi Sebagai Objek

Kajian Dalam Ilmu Translasi. Makalah

Disajikan Pada Seminar Penerjemahan, Proyek SP4, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, Medan. Kamis, 29 September 2005.