F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah deksriptif kualitatif. Dalam Agus Salim 2006: 22, Miles dan Huberman
menyatakan bahwa analisis data kualitatif dikatakan sebagai model alir. Hal ini dikarenakan proses analisis data kualitatif berlangsung selama dan pasca
pengumpulan data. Proses analisis mengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah analisis kualitatif dapat
dijelaskan dalam tiga langkah :
1.
Reduksi Data data reduction, yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar
yang diperoleh di lapangan studi.
2.
Penyajian Data data display, yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitataif yang lazim digunakan adalah dalam bentuk teks naratif.
3.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi conclusion drawing and verification, yaitu dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif
mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin
ada, alur kausalitas dan proposisi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Profil dan Keadaan Umum Pasar Beringharjo 1. Sejarah Singkat Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo telah terdiri sejak tahun 1925. Pasar ini terletak di Jl. Pabringan No. 1 Yogyakarta. Keberadaan pasar Beringharjo tidak dapat di
pisahkan dengan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, sebab pasar ini di dirikan dan merupakan milik Kraton Yogyakarta. Pembanguan fisik pasar
sendiri di mulai pada tahun 1927, juga prakarsa pihak Kraton. Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya
mempunyai makna historis dan filsofis dengan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Pasar Beringharjo merupakan salah satu komponen utama dalam
pola tata kota kerajaan Islam yang biasa di sebut pola ”CATUR TUNGGAL”yaitu Kraton, Alun-alun, Pasar dan Masjid.
Lokasi pasar Beringharjo ini, dahulu merupakan lapangan luas, berlumpur dan becek yang banyak di tumbuhi pohon beringin, sebelah timur
bangunan non permanen adalah bekas makam orang-orang Belanda. Tempat ini secara resmi di pergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat, setelah di
tunjuk oleh Sri Sultan pada tahun 1758, kemudian orang-orang mulai memanfaatkan dengan mendirikan ”payon-payon” sebagai peneduh dari panas
dan hujan, keadaan itu berlangsung hingga tahun 1920.
44