ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS

ABSTRAK
ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU
PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL
MARKETING INVESTASI EMAS

Oleh

Dewa Gede Sumantri

Modus kejahatan akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat.
Perkembangan di bidang ekonomi dan teknologi misalnya sangat berdampak
besar terhadap kejahatan dalam masyarakat. Salah satu modus yang berkembang
adalah upaya menghimpun dana guna mendapatkan keuntungan dengan melalui
investasi atau penanaman modal yang diimingi dengan keutungan yang sangat
menggiurkan atau dengan bunga di luar batas kewajaran. Namun dalam
realitanya, usaha tersebut tidak lain hanyalah memutarkan dana yang sudah
dihimpun dari masyarakat atau investor untuk membayarkan keuntungan dan
cicilan uang yang sudah diterima. Penipuan dengan modus operandi multi level
marketing investasi emas dikategorikan oleh KUHP sebagai sebuah kejahatan
yang termuat dalam buku kedua. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa masalah
yakni bagaimana penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan

modus operandi multi level marketing investasi emas? dan faktor-faktor apakah
yang menjadi penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan
dengan modus operandi multi level marketing investasi emas?
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden penelitian terdiri dari
anggota Kepolisian Daerah Lampung, Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar
Lampung, Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang dan Akademisi
Fakultas Hukum Universitas Lampung bagian Pidana. Prosedur penumpulan data
dilakukan dengan studi pustaka (library research) dan studi lapangan (field
research). Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa (1)
penegakan hukum terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level
marketing investasi emas dikenakan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dengan
ancaman pidana penjara paling lama empat tahun karena dalam kasus ini unsur
penipuan sangat jelas. (2) Faktor penghambat yang dihadapi dalam penegakan

Dewa Gede Sumantri
hukumnya adalah (a) faktor hukumnya sendiri yang dalam hal ini undang-undang
yang sanksinya terlalu ringan dan tidak menimbulkan efek jera yang tidak

seimbang dengan jumlah korban dan kerugian yang ditimbulkan, (b) penegak
hukum yang kurang pengetahuan, serta sarana dan prasarana penunjang yang
belum maksimal sehingga masih banyak kasus yang belum dapat ditangani (c)
faktor masyarakat, yaitu keengganan korban untuk melaporkan ke pihak yang
berwajib juga menjadi faktor utama penghambat dalam penegakan hukumnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran penulis adalah
hendaknya aparat penegak hukum khususnya kepolisian untuk dapat mengadakan
sosialisasi atau himbauan kepada masyarat secara rutin agar jumlah penipuan
terhadap masyarakat dengan modus operandi investasi dapat diminimalisir
semaksimal mungkin, selain itu hakim hendaknya memberikan hukuman secara
maksimal kepada pelaku penipuan, agar efek jera benar-benar dapat diwujudkan
kepada para pelaku, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri
secara internal dapat diwujudkan secara nyata, terutama dalam mengungkapkan
tindak pidana penipuan dengan modus operandi MLM investasi emas.
Kata kunci: Penegakan Hukum, Pelaku Penipuan, Multi Level Marketing
Investasi Emas.

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP
PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI
MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS


Oleh

Dewa Gede Sumantri

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP
PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI
MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS


(Skripsi)

Oleh

Dewa Gede Sumantri

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagelaran, Pringsewu pada tanggal 25
Juni 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, yang
merupakan buah cinta dari pasangan Bapak Dewa Gede
Susantre dan Ibu Yuni Susantre.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Sekampung Udik diselesaikan

tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Diselesaikan di SD Negeri 1 Sidorejo, Lampung
Timur pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1
Sribhawono pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMK
Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN, dan guna memperdalam dan mematangkan
ilmu hukum yang telah diperoleh, penulis mengkonsentrasikan diri pada bagian
Hukum Pidana dengan minat Praktisi Hukum. Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah menjadi Ketua UKM Pencak Silat PPS BETAKO Merpati Putih dan
menjadi Ketua Dewan Saka Bhayangkara Polsek Kedaton Pada tahun 2012.
Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Bengkulu Rejo,
Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dengan hasil yang sangat memuaskan.

PERSEMBAHAN

Om Avignam Astu Nama Sidham

Puji syukur kupanjatkan kepada Ida Sang hyang Widhi
Yang menjadi segalanya bagiku


Dengan segala kerendahan hati dan sejuta kasih kupersembahkan karya
kecilku yang teramat sederhana ini kepada :

Ayah dan Ibuku tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, juga membentuk
karakterku, dan menempaku untuk kuat dan tegar dalam menjalani
kehidupan, serta selalu berdoa disetiap waktu demi kesuksesanku,
Anakmu tersayang.

Istri dan Anakku tercinta, Ni Dewa Ayu Komang Juliartini dan Dewa
Gede Yoga Wardhana yang menjadi motivasi terbesarku untuk
menjalankan hidup ini, dan berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian,
Aji sayang kalian.

Adik-adikku terkasih, Dewa Ayu Rini dan Dewa Gede Teguh Adiatma
yang selalu membuat tawa dan canda yang senantiasa memberi warna
kehidupan ini, Terimakasih atas dukungannya.

MOTO

Hidup adalah pilihan, oleh karena itu
Lakukan hal yang terbaik untuk orang-orang kita cintai
(Pengalaman Hidup Penulis)

Lakukan apa yang kamu bisa dan belajar apa yang belum kamu ketahui
(Tim Rajawali Lampung)

Jadilah diri sendiri
Jangan pedulikan orang-orang negatif disekitar kita
Buktikan bahwa kita bukan orang yang biasa
(Louis Tendean)

Tetap konsisten atas apa yang telah kita mulai
Hingga Selesai
(Orang Tua penulis)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
Asung Kertha Wara Nugraha-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul ”ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA
TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI
MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
dan Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Penulis;
4. Bapak Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H., selaku pembimbing I yang telah
banyak memberi pengarahan dan bimbingan yang membantu penulis
hingga skripsi ini selesai;

5. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang juga telah
banyak memberi masukan, saran dan bimbingan yang membantu penulis
hngga dapat menyesaikan skripsi ini;

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku pembahas I dan Bapak Budi Rizki Husin,
S.H., M.H., selaku pembahas II dalam skripsi ini yang telah banyak
memberikan saran, masukan serta kritik yang membangun untuk
memperbaiki demi kesempurnaan skripsi ini;
7. Bapak Sudirman Mechsan, S.H.,M.Hum Alm, serta seluruh Dosen
Fakultas hukum Universitas Lampung;
8. Seluruh Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung;
9. Ayah dan ibu di Sidorejo Lampung Timur, anakmu selalu mengingat apa
yang menjadi nasehat ayah dan ibu dan tidak lupa anakmu menghaturkan
jutaan terimakasih, karena apa yang ayah dan ibu lakukan demi kemajuan
dan kesuksesan anakmu. Tidak akan pernah terbalas sepanjang hidup
anakmu serta doakan selalu anakmu dalam setiap perjalanan hidupku;
10. Istri dan anakku, Biang Mang Cantik dan Ode Yoga terimakasih atas apa
yang telah kalian berikan selama ini, Aji selalu sayang dengan kalian
sampai kapanpun;
11. Adik-adikku Dayu dan Teguh jangan pernah letih dan bosan dalam
menuntut ilmu pengetahuan dan semoga kelak kalian menjadi orang yang
sukses dalam hidup, svaha;
12. Untuk Kakek dan nenek dari pihak ibu yang telah tiada, pakde wardi yang
telah berpulang kerahmat tuhan. Pakde, Bude dan Aji-aji serta Biang Ayu,

terimakasih atas materi dan pembelajaran hidup yang langsung maupun

tidak langsung, dan juga tidak lupa untuk kakak dan adik-adik sepupuku
yang tercinta serta keluarga besar;
13. Sahabat-sahabatku: FH 09 ( Gede agus, Bina, Maliki, Timotius, Junaidi,
Liberty, Dono, Riki riau dll);
14. Tim Rajawali Lampung ( Riwanto, Supriyadi, Caca, Bayu, Neri, Hendrix,
nanik dll);
15. Seluruh anggota PPS BETAKO Merpati Putih UNILA;
16. Almamaterku tercinta;
17. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan
dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Svaha.

Bandar Lampung,

Desember 2014


Penulis

Dewa Gede sumantri

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................

1

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup .............................................

6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .............................................................

6

D. Keranka Teori dan Konseptual .............................................................

8

E. Sistematika Penulisan ...........................................................................

13

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penegakan Hukum .............................................................

15

B. Pelaku Tindak Pidana ...........................................................................

20

C. Pengertian Tindak Pidana Penipuan .....................................................

22

D. Pengertian Multi Level Marketing .......................................................

32

E. Pengertian Investasi dan Emas ..............................................................

34

III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah .............................................................................

36

B. Sumber dan Jenis Data .........................................................................

37

C. Penentuan Populasi dan Sampel ...........................................................

38

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................

39

E. Analisis Data ........................................................................................

40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ......................................................................

41

B. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penipuan dengan Modus
Operandi Multi Level Marketing Investasi Emas ................................

43

C. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku
Penipuan dengan Modus Operandi Multi Level Marketing Investasi
Emas .....................................................................................................

52

V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................

55

B. Saran .....................................................................................................

57

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

58

LAMPIRAN ....................................................................................................

60

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai macam kebutuhan. Menurut
sifatnya kebutuhan manusia digolongkan kedalam tiga bagian, yaitu kebutuhan
primer sebagai kebutuhan dasar, kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan
penunjang dari kebutuhan primer, dan kebutuhan tersier sebagai kebutuhan
pelengkap dari kebutuhan primer dan sekunder. Untuk memenuhi berbagai
kebutuhan tersebut memerlukan biaya yang relatif besar, sehingga seseorang
harus bekerja untuk memperoleh penghasilan.

Pesatnya kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
menimbulkan persaingan yang sangat ketat di masyarakat dalam memperoleh
pekerjaan. Kemajuan IPTEK mendorong adanya persaingan dalam mencari
pekerjaan seperti hukum rimba dimana “yang kuatlah yang akan bertahan”,
sehingga terjadi ketidak seimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan
jumlah pencari kerja yang sangat banyak sehingga masih banyak orang yang
belum mandapatkan pekerjaan.

Jumlah lapangan pekerjaan yang kurang pada saat ini membuat pemerintah
berupaya untuk memberikan lapangan pekerjaan semaksimal mungkin, termasuk
masyarakat dewasa ini juga berupaya menciptakan pekerjaan yang bisa menjadi

2

solusi dari kurangnya lapangan pekerjaan tersebut. Salah satu sumbangsih
masyarakat dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia ini
adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan seperti Usaha Kecil Menengah
(UKM).1 Pertumbuhan UKM dewasa ini menandai bangkitnya kesadaran
masyarakat untuk mampu mandiri dalam berbisnis.

Aktivitas bisnis sebagai kegiatan manusia atau masyarakat mempunyai tujuan
utama untuk memperoleh keuntungan (profit). Perbuatan ini tergolong dalam
aktivitas di bidang keperdataan karena termasuk dalam kepentingan individu.
Namun, kadangkala dalam upaya untuk mencapai keuntungan tersebut seringkali
dilakukan dengan modus atau cara yang tidak jujur dan menimbulkan kerugian
bagi banyak pihak lainnya. Seringkali memang perbuatan tersebut dibungkus
dalam bentuk hubungan hukum keperdataan, sehingga kalau terjadi kerugian bagi
pihan lain, penyelesaiannya dianggap harus melalui proses keperdataan juga dan
tidak termasuk kedalam hukum pidana. Di samping karena perbuatan itu memang
secara formal dilakukan dalam hubungan hukum keperdataan, perbuatan terebut
juga belum diatur atau secara tegas dalam hukum pidana.2
Penyelesaian melalui keperdataan itu sendiri bersifat voluntary3 atau tergantung
dari pada pihak yang dirugikan, juga membutuhkan waktu dan proses yang lebih
lama, menimbulkan ketidakpuasan pada sebagian pihak. Semetara itu pihak yang
dirugikan juga sering merasa bahwa upaya hukum yang dilakukan juga nantinya

1

UKM diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 25/2007 tentang Pananaman Modal.
https://donarsrikustyowati.blogspot.com/2013/02/phi-hukum-acara-perdata_5.html?m=
3
Voluntary artinya penyelsaian sebuah kasus keperdataan yang pelaporannya dilakukan
secara sukarela atau tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
2

3

tidak akan memuaskan hasilnya dan akan dapat merugikan diri sendiri seperti
malu.4

Salah satu bentuk perkembangan di bidang bisnis yang berkembang dalam tahuntahun belakangan adalah pemasaran secara langsung oleh pihak-pihak yang
menjadi anggota (member) dalam jalur pemasaran tersebut. Pemasaran melalui
cara ini sering disebut dengan Multi Level Marketing (MLM).5 Mekanisme bisnis
atau pemasaran seperti ini sebenarnya adalah proses yang wajar dan sudah
berkembang di banyak negara di dunia sepanjang bisnis ini memasarkan sebuah
produk, khususnya barang yang jelas, sehingga hubungan hukum yang terjadi
jelas dalam bentuk perjanjian jual beli.

Dari waktu ke waktu, praktek multi level marketing tidak hanya dalam bentuk
penawaran suatu produk barang, melainkan meluas ke dalam bentuk produk jasa
bahkan investasi. Dengan demikian hubungan hukum tidak lagi hanya dalam
bentuk transaksi jual beli melainkan dapat termasuk ke dalam bidang hukum lain
seperti investasi, atau mungkin bidang perbankan.

Perkembangan industri bisnis investasi terutama dalam investasi emas di
Indonesia memberi dampak positif bagi kemajuan perekonomian nasional dan
tidak sedikit orang yang sudah mendapatkan keuntungan yang besar dari
berinvestasi emas ini.6 Hal ini juga yang menjadi ladang penghasilan oleh orang4

Lihat pula http://f-j-f-j.blogspot.com/2011/10/resume-hukum-acara-perdata.html
Multi LevelMarketing (direct selling) atau penjualan langsung. merupakan sistem penjualan
dari sebuah perusahaan yang dilakukan tanpa banyak perantara. Misal, sebuah produk yang
dihasilkan dari Perusahaan A langsung dikirim ke distributor langsung, kemudian langsung ke
tangan konsumen. Lihat http://aipunyasendiri.blogspot.com/2012/02/sejarah-asal-mula-bisnisjaringan-mlm.html
6
Baca juga http://www.bisnisemas.net/
5

4

orang yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan penipuan dengan modus operandi bisnis multi level marketing
investasi emas. Salah satu contoh kasus penipuan dengan modus operandi multi
level marketing investasi emas terjadi pada 22 November 2012 di Lampung,
dimana ratusan nasabah Eastcape Mining Corporation (ECMC) mengalami
kerugian hingga miliaran rupiah. Jumlah investornya sendiri mencapai empat ribu
orang dan yang melaporkan ke polisi hanya puluhan orang saja. Sebagian investor
yang menjadi korban enggan melaporkan ke polisi karena selain malu telah
tertipu, juga masih berharap mendapatkan bagian keuntungan ujar Majid Yasin
salah satu korban. Dan hingga kini kasusnya pun hilang begitu saja dari
pemberitaan.7 Para korban maupun masyarakat yang hanya mengetahui beritaberita terungkapnya kasus penipuan dengan modus operandi MLM investasi emas
umunya tidak mengetahui perbedaan antara bisnis investasi murni dengan bisnis
berkedok investasi, sehingga cenderung menyamarkan keduanya.8

Bisnis dengan modus operandi MLM investasi emas di Indonesia hingga saat ini
belum secara tegas dilarang dalam suatu undang-undang yang khusus sehingga
penanggulangannya tidak berjalan dengan efektif. Penanggulangannya hanya
sebatas memidanakan para pelaku apabila korban mengadukannya kepihak yang
berwenang, sama sekali belum menyentuh sisi preventifnya. Penipuan itu sendiri
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada Pasal 3789 yang hanya
7

http://www.postkotanews.com/2012/11/22/mlm-investasi-emas-di-lampung-rugikannasabah-miliaran-rupiah/?wpmp_switcher=desktop diakses pada 25 September 2014
8
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/20011/07/21/46236/money_game_pukul_bisni
s_mlm_murni/#TzUom71Ea 1 diakses tanggal 14 Agustus 2014
9
Pasal 378 “ Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,

5

menerangkan tentang penipuan secara umum, belum tersentuh pada tindak pidana
berkedok investasi. Disamping itu sosialisasi pemerintah dalam mengedukasi
masyarakat tentang seluk-beluk dan bahaya bisnis dengan modus multi level
marketing investasi emas juga sangat minim. Kedua hal inilah yang menjadi
pemicu maraknya praktek bisnis dengan modus operandi MLM investasi emas di
Indonesia.10

Perkembangan kehidupan masyarakat khususnya di bidang ekonomi dan bisnis
melahirkan berbagai bentuk perilaku yang dapat merugikan masyarakat itu
sendiri. Perkembangan perilaku tersebut juga melahirkan berbagai bentuk atau
modus kejahatan seperti penipuan dengan modus operandi multi level marketing
investasi emas. Sebagian perbuatan tersebut sudah diatur dalam hukum pidana dan
sebagian masih berada dalam wilayah abu-abu atau grey area, artinya dalam
kasus ini dianggap sebagai perbuatan hukum perdata semata

walaupun

sebenarnya perbutan tersebut telah menimbulkan kerugian bagi sebagian
masyarakat. Dalam kajian kriminologi, keadaan ini telah melahirkan proses yang
disebut dengan kriminalisasi, sedangkan dalam ilmu hukum pidana keadaan ini
telah menimbulkan hukum pidana khusus.11

atau supaya member hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
10
Edy Zaques (editor), :mengapa orang ‘mau jadi korban’ Money Game atau Skema
Piramid?”INFO APLI edisi XXXIV (Okt-Des, 2006) hlm. 11.
11
Hukum pidana khusus (bijzondere strafrecht) memuat aturan-aturan hukum pidana yang
menyimpang dari hukum pidana umum yang menyangkut golongan atau orang tertentu, dan
berkaitan dengan jenis-jenis perbuatan tertentu.

6

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1. Perumusan masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan
modus operandi multi level marketing investasi emas ?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana
terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing
investasi emas ?

2. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini dalam bidang
hukum pidana membahas mengenai hukum pidana materiil dan pidana formil
dalam bidang hukum acara pidana. Ruang lingkup substansi dibatasi pada
penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi
level marketing investasi emas, dan hal-hal penghambat penegakan

hukum

pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing
investasi emas, yang dilakukan di Bandar Lampung pada bulan Oktober 2014.

C. Tujuan dan Manfaat penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum

pidana terhadap pelaku

penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas.

7
b. Faktor – faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku
penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas.

2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan gambaran mengenai penegakan hukum pidana terhadap
pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi
emas.
2) Memberikan gambaran mengenai faktor-faktor penghambat penegakan
hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi
level marketing investasi emas.
3) Menambah wawasan dan khasanah bacaan bagi setiap orang yang
berkenan membaca tulisan ini.

b. Manfaat Praktis
1) Sebagai bahan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum,
khususnya dibidang hukum materiil.
2) Sebagai bahan pertimbangan maupun referensi bagi aparat penegak
hukum, khususnys diwilayah hukum Bandar Lampung dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya.
3) Sebagai tugas akir dari penulis dalam memperoleh gelar kesarjanaan.

8

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstraksi dari hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang ada, yang pada dasarnya untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi yang dianggap tidak relevan oleh penulis.

Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan
kejahatan (Politik Kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat
untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang
merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan hukum
pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan
dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana.

Penegakan hukum pidana dibagi menjadi dua yaitu penegakan hukum dalam arti
luas dan penegakan hukum dalam arti sempit. Penegakan hukum dalam arti luas
adalah penegakan seluruh norma tatanan hidup dalam bermasyarakat, sedangkan
dalam arti sempit penegakan hukum diartikan sebagai proses peradilan. Secara
konsepsional, inti dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantab dan
rangkaian tindak penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara
dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup.

9

Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana dalam bentuk yang
bersifat:
1. Penegakan hukum preventif, usaha pencegahan kejahatan agar pelaku
kejahatan tidak melakukan kejahatan.
2. Penegakan hukum represif, suatu tindakan yang dilakukan aparat penegak
hukum dalam menangani suatu kejahatan.
3. Penegakan hukum kuratif, suatu penanggulangan kejahatan yang lebih
menitikberatkan pada pencegahan tindakan terhadap orang yang
melakukan kejahatan.12

Penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas termasuk
perbuatan melawan hukum, dan melawan hukum di Indonesia sendiri ada dalam
hukum pidana dan hukum perdata. Dalam konteks hukum pidana, “melawan
hukum” (Wederrechtejilk) dibedakan menjadi:
1. Wederrechtejilk Formil, yaitu apabila suatu perbuatan dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh undang-undang.
2. Wederrechtejilk Materiil, yaitu sesuatu perbuatan walaupun tidak dengan tegas
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang, melainkan juga
asas-asas umum yang terdapat didalam lapangan hukum (algemen beginsel).13

Perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) dalam konteks perdata diatur
dalam Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek (BW), dalam buku III BW, pada bagian

12

Saputra, Sandi. Analisis Penegakan Hukum Pidana Terhadap tindak pidana penganiayaan
oleh anak (studi perkara No. 286/PID/B/2011/PN.TK).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
2012 Hlm. 7-8
13
http://denpasar.bpk.go.id/?p=3209 diakses pada 30 September 2014 pkl. 19.00 wib

10
“Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang”, yang
berbunyi:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Meskipun terdapat kesamaan pengertian perbuatan melawan hukum dari segi
hukum perdata dan hukum pidana, namun penentuannorma dalam hukum pidana
harus lebih teliti daripada hukum perdata. Pembatasan melawan hukum dalam
hukum pidana terkait pula dengan asas legalitas yang termuat dalam Pasal 1 ayat 1
KUHPidana, bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penegakan hukum menurut Soerjono
Soekanto adalah:
a. Faktor hukum itu sendiri, adanya ketentuan hukum yang akomodatif, yaitu
ketentuan hukum yang ada harus mampu memecahkan masalah yang
terjadi;
b. Faktor penegak hukum, adanya penegak hukum yang tangguh, terampil
dan bermoral dalam hal penegakan hukum;
c. Faktor sarana dan prasarana yang menunjang proses penegakan hukum;
d. Faktor masyarakat yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut
diterapkan;

11

e. Faktor kebudayaan sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.14

2. Konseptual
Kerangka

Konseptual

merupakan

kerangka

yang

menghubungkan

atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan dengan istilah-istilah, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang arti
kata yang dimaksud. Hal ini juga bertujuan untuk membatasi pengertian dan ruang
lingkup kata-kata itu.15

Konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang berhubungan erat dengan
penulisan skripsi ini. Uraian ini ditujukan untuk memberikan kesatuan
pemahaman, yaitu:

a. Penegakan hukum dalam arti luas yaitu penegakan seluruh norma tatanan
kehidupan bermasyarakat sedangkan dalam arti sempit penegakan
penegakan hukum diartikan sebagai praktek peradilan. Penegakan hukum
dapat ditempuh dengan cara penerapan hukum pidana (criminal law
aplication), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment),
mempengaruhi

pandangan

masyarakat

mengenai

kejahatan

dan

pemidanaan lewat investasi emas.

b. Pelaku tindak pidana menurut undang-undang (KUHP) pelaku menurut
KUHP dirumuskan dalam Pasal 55 ayat 1 yaitu: dipidana sebagai tindak

14

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2011. hlm. 8
15
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 221.

12

pidana: mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut
serta melakukan, dan mereka yangsenga menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.16

c. Tindak pidana penipuan merupakan salah satu kegiatan kejahatan terhadap
benda. Didalam KUHP tindak pidana ini diatur dalam Bab XXV dan
terbentang antara Pasal 378 sampai dengan Pasal 395 KUHP.17

d. Multi level marketing atau MLM adalah sistem penjualan yang
memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung. Harga
barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi
ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena secara tidak
langsung telah membantu kelancaran distribusi.18

e. Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau
pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang.19 Sedangkan emas adalah logam
mulia yang memiliki nilai jual yang tinggi, berwarna kuning yang dapat
ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin, dan kalung
gelang dll. 20

16

http://www.scribd.com/doc/52566553/pengertian-pelaku-menurut-undang diakses pada
tanggal 7 september 2014
17
http://cucusulaeha.blogspot.com/2013/10/makalah-tindak-pidana-penipuan.html?m=1
18
http://www.besthomebiznetwork.com/apakah-multi-level-marketing-itu.html
19
Didik J. Rachbini, 2008, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia (Analisis Ekonomi Politik)
PT Indeks, Jakarta. Hlm. 11
20
https://support.antamgold.com/index.php?/Knowledgebase/Article/View/29/0/pengertianemas diakses tanggal 14 Agustus 2014

13

Berdasarkan pengertian beberapa istilah diatas penegakan hukum pidana terhadap
pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas
adalah suatu proses penyelesaian kasus hukum yang dalam hal ini adalah kasus
penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka
disajikanlah sistematika penulisan sebagai berikut :

I.

Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang
permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka
teori serta konseptual dan sistematika penelitian.

II. Tinjauan pustaka
Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum
tentang analisis, penegakan hukum, multi level marketing, investasi, emas
kemudian dasar penuntutan bagi pelaku yang melakukan penipuan berkedok mlm
investasi emas.

III. Metode Penelitian
Pada bagian ini berisi tentang penjelasan metode penelitian atau cara-cara yang
dipergunakan dalam pengumpulan informasi sebelum dirangkum untuk penulisan
skripsi yang meliputi pendekatan masalah, sumber data, jenis data, populasi,
sampel, cara pengumpulan data dan pengolahan data.

14

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil analisis tentang bagaimanakah proses penegakan hukum
terhadap pelaku tindak pidana penipuan berkedok multi level marketing investasi
emas, serta mengetahui kebijakan dari pihak kepolisisan dalam mengatur bentuk
pertanggung jawaban pidana bagi pelaku yang melakukan penipuan berkedok
multi level marketing investasi emas.

V. Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah hasil akhir dari
pembahasan dan saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang merupakan
tindak lanjut dalam pembenahan dan juga perbaikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan hal yang sangat esensial, ada suatu negara hukum
yang mengutamakan berlakunya hukum negara berdasarkan undang-undang (state
law) guna dapat terwujud tujuan hukum, yaitu keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Ini berarti seluruh kegiatan berkenaan dengan
upaya melaksanakan, memelihara, dan mempertahankan hukum positif sehingga
hukum tidak kehilangan makna dan fungsinya sebagai pedoman dalam mematuhi
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu
perlidungan kepentingan manusia, baik secara perorangan maupun seluruh warga
masyarakat. Penegakan hukum sangat dibutuhkan mengingat masih terjadinya
peningkatan pelanggaran hukum dikalangan masyarakat.1

Satjipto Rahardjo memberikan definisi penegakan hukum sebagai suatu proses
untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginankeinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undangundang yang dirumuskan dalam perturan-peraturan hukum itu.2

1

Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana (Horizon Baru Pasca Reformasi) Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2012. hlm 197
2
Satjipto Rahardjo, masalah penegakan hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Bandung: Sinar
Baru, BPHN Depkeh RI, 1983). hlm. 24.

16
Soerjono Soekamto menyatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantab
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup.
Penegakan hukum merupakan sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai
dari kaidah serta perilaku manusia, kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi
pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau
seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu persetujuan untuk menciptakan,
memelihara, dan juga untuk mempertahankan perdamaian yang telah terbentuk.3

Kualitas penegakan hukum yang dituntut masyarakat saat ini bukan sekedar
kualitas material/substansial. Oleh karena itu, strategi sasaran pembangunan dan
penegakan hukum harus ditunjukkan pada kualitas substantif seperti terungkap
dalam beberapa isu sentral yang muncul di dalam masyarakat saat ini, yaitu antara
lain :
1) Adanya perlindungan hukum;
2) Tegaknya nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan kepercayaan sesame;
3) Tidak adanya penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan;
4) Terwujudnya kekuasaan kehakiman atau penegakan hukum yang merdeka,
dan tegaknya kode etik atau kode profesi;
5) Bersih dari praktek “favoritisme” (pilih-piih), korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), dan mafia peradilan;
6) Adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

3

Arief, Barda Nawawi, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Masalah hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan.(Citra Aditya Bakti, Bandung). hlm.21

17

Kualitas substantif yang terungkap dalam berbagai isu sentral diatas, jelas lebih
menekankan kepada aspek immaterial/nonfisik dari pembangunan masyarakat
atau nasional.

Upaya penegakan hukum seperti halnya pada penipuan berkedok MLM investasi
emas dapat ditempuh dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal) maupun
dengan menggunakan sarana pendekatan preventif (non penal). Pencegahan dan
Penanggulangan Kejahatan (PPK) harus dilakukan dengan “pendekatan integral”.
1. Penal / Represif
Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan (PPK) dengan sarana “penal”
merupakan

“Penal

Policy”

atau

“penal-law”

yang

fungsionalisasi/

operasionalisasinya melalui beberapa tahap :
1) Formulasi (kebijakan legislatif)
2) Aplikasi (kebijakan yudikatif / yudicial)
3) Eksekusi (kebijakan eksekutif / administratif)
Dengan adanya tahap “formulasi”, maka upaya pencegahan dan penanggulangan
kejahatan bukan hanya tugas milik aparat penegak hukum, tetapi juga tugas aparat
pembuat hukum (aparat legislatif). Bahkan kebijakan legislatif merupakan tahap
paling strategis dari upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan melalui
“penal policy”. Oleh karena itu, kesalahan/kelemahan kebijakan legislatif
merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya pencegahan
dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi politik kriminal
yang dilakukan baik dengan menggunakan kebijakan hukum pidana (penal policy)

18
maupun non-penal, haruslah memperhatikan dan mengarah pada tercapainya
tujuan dari kebijakan sosial itu dengan menunjang tujuan (goal) “social welfre”
dan “ social defence”.4
Inti dari upaya represif yaitu kebijakan dalam menanggulangi tindak pidana
dengan menggunakan hukum pidana atau undang-undang, yang menitikberatkan
pada penumpasan tindak pidana sesudah tindak pidana itu terjadi. Yang dimaksud
dengan upaya represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum sesudah terjadinya tindak pidana seperti penyidikan, penyidikan lanjutan,
penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakan putusan pidananya.

2. Non-Penal / Preventif
Dilihat dari sudut pandang politik kriminal, kebijakan paling strategis adalah
melalui sarana “non-penal”, karena lebih bersifat preventif dan karena kebijakan
“penal” mempunyai keterbatasan/kelemahan (yaitu bersifat fragmentaris/ simplis/
tidak struktural-fungsional; simptomatik/ tidak kausatif/ tidak eliminstif;
individualistic. Lebih bersifat represif/ tidak preventif; harus didukung oleh
infrastruktur dengan biaya tinggi).

Kebijakan kriminal dalam menggunakan upaya represif terdapat dua masalah
sentral masalah penuntutan yang meliputi:
1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana
2. Perbuatan apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si
pelanggar.

4

Arief, Barda Nawawi, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Masalah hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm 71

19

Sedangkan untuk menghadapi masalah sentral yang pertama yang sering disebut
masalah kriminalisasi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan
nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, merata
antara material dan spiritual berdasarkan Pancasila.
b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan
hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu
perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakat.
c. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan prinsip biaya dan
hasil (cost and benefit principle).
d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau
kemampuan kerja dalam badan-badan penegak hukum.5

Pada dasarnya penegakan preventif adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga
kemungkinan akan terjadinya tindak pidana, merupakan upaya pencegahan,
penangkalan, dan pengadilan sebelum tindak pidana itu terjadi, maka sasaran
utamanya adalah mengenai faktor kondustif antara lain berpusat pada masalahmasalah atau kondisi-kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat
menimbulkan tindak pidana. Tujuan utama dari upaya preventif adalah
memperbaiki kondisi sosial tertentu.

Upaya penanggulangan yang dilakukan dengan upaya preventif yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya tindak pidana yang timbul. Upaya ini meliputi

5

Arief, Barda Nawawi, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Masalah hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm 11-12

20
peningkatan kondisi tata ekonomi, sosial, politik dan budaya yang semakin
meningkat. Secara umum pencegahan tindak pidana dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu:
1. Moralistik, yaitu upaya pencegahan tindak pidana dengan cara
menyebarluaskan

dikalangan

masyarakat

sarana-sarana

untuk

memperteguh moral dan mental seseorang agar terhindar dari nafsu ingin
berbuat jahat.
2. Abolisionistik, yaitu usaha mencegah timbulnya tindak pidana dengan
meniadakan tindak pidana yang meliputi faktor-faktor yang terkenal
sebagai penyebab timbulnya tindak pidana.

B. Pelaku Tindak Pidana

Pengertian pelaku menurut undang-undang (KUHP) dirumuskan dalam Pasal 55
ayat (1) yaitu, dipidana sebagai tindak pidana: mereka yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, dan mereka yang sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Terhadap kalimat: dipidana sebagai pelaku itu timbulah perbedaan pendapat
dikalangan para penulis hukum pidana, yaitu apakah yang disebut Pasal 55 ayat
(1) KUHP itu adalah pelaku (dader) atau hanya disamakan sebagai pelaku ( alls
dader) dalam hal ini ada 2 (dua) pendapat, yaitu:

1. Pendapat yang luas (ekstentif) pendapat ini memandang sebagai pelaku
(dader) adalah setiap setiap orang yang menimbulkan akibat yang
memenuhi rumusan tindak pidana, artinya mereka yang melakukan yang

21
memenuhi syarat bagi yang terwujudnya akibat yang berupa tindak pidana
jadi menurut pendapat ini, meraka semua yang disebut dalam Pasal 55 ayat
(1) KUHP itu adalah pelaku(dader). penganutnya adalah :M.v. T, Pompe,
Hazewinkel suringa, Van Hanttum, dan Moeljatno.

2. Pendapat yang sempit (resktriktif) pendapat ini memandang (dader) adalah
hanyalah orang yang melakukan sendiri rumusan tindak pidana. jadi
menurut pendapat ini, si pelaku (dader) itu hanyalah yang disebut pertama
(mereka yang melakukan perbuatan) Pasal 55 ayat (1) KUHP, yaitu yang
personal (persoonlijk) dan materiil melakukan tindak pidana, dan mereka
yang disebut Pasal 55 ayat (1) KUHP bukan pelaku (deder), melainkan
hanya disamakan saja (ask dader) penganutnya adalah : H.R. Simons, van
hamel, dan jonkersmereka.6

Beberapa pendapat yang melakukan tindak pidana (zij die het feit plgeen)
terhadap perkataan ini terdapat beberapa pendapat :

1. Simons, mengartikan bahwa yang dimaksudkan dengan (zij die het feit
plgeen) ialah apabila seseorang melakukan sendiri suatu tindak pidana,
artinya tidak ada temannya (alleendaderschaft).
2. Noyon, mengartikan bahwa yang dimaksud dengan (zij die het feit plgeen)
ialah apabila beberapa orang (lebih dari seorang) bersama-sama
melakukan suatu tindak pidana.7

6

http://www.scribd.com/doc/52566553/pengertian-pelaku-menurut-undang, diakses pada 7
september 2014 pkl 13.30 wib
7
http://www.scribd.com/doc/52566553/pengertian-pelaku-menurut-undang, diakses pada 7
september 2014 pkl 13.30 wib

22

C. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

1. Pengertian Tindak Pidana
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau penegakan hukum secara politik
kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang luas, sebagaimana teori G. Peter
Hoefngels yang dituliskan dan digambarkan kembali oleh Barda Nawawi Arief
mengenai criminal policy.8

a. Menurut Pompe pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu :
1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang
dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan diancam dengan pidana untuk
mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.
2. Devinisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian / feit yang oleh
peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat
dihukum.9

b. Menurut Moeljanto perbuatan pidana (tindak pidana) adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.10

Berdasarkan pengertian tindak pidana yang dikemukakan oleh para pakar diatas,
dapat diketahui bahwa pada tataran teoristis tidak adanya kesatuan pendapat
8

Arief, Barda Nawawi, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Masalah hukum dan
Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti, Bandung. hlm. 16
9
Andrisman, Tri.Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia) Penerbit Universitas Lampung. Bandar lampung. 2011 : 70
10
Andrisman, Tri.Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia) Penerbit Universitas Lampung. Bandar lampung. 2011 : 70

23
diantara para pakar hukum dalam memberikan definisi tentang tindak pidana.
Dalam memberikan definisi mengenai pengertian tindak pidana terlihat terbagi
dalam 2 (dua) pandangan/aliran, baik aliran Monistis maupun aliran Dualistis
yang saling bertolak belakang.

Isi tindak pidana tidak hanya berbicara tentang pengertian dan istilah tindak
pidana tersebut, melainkan unsur-unsur dari tindak pidana tidak dapat dipisahkan
dari tindak pidana terebut. Adapun unsur-unsur tindak pidana yang dikemukakan
oleh para pakar itu pun terdapat perbedaan pandangan, baik dari pandangan/aliran
Monistis dan pandangan Dualistis.

Menurut aliran Monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka
sudah dapat di pidana. Sedangkan aliran Dualistis dalam memberikan pengertian
tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban
pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana.

Menurut pakar hukum Simon, seorang penganut aliran Monistis dalam
merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :
1. Perbuatan hukum (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan);
2. Diancam dengan pidana;
3. Melawan hukum;
4. Dilakukan dengan kesalahan;
5. Orang yang mampu bertanggungjawab.11

11

Andrisman, Tri.Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia) Penerbit Universitas Lampung. Bandar lampung. 2011 : 72

24
Menurut Moeljatno, seorang penganut aliran Dualistis merumuskan unsur-unsur
perbuatan pidana / tindak pidana sebagai berikut :
a. Perbuatan (manusia)
b. Memeuhi rumusan dalam undang-undang (syarat forrnil)
c. Bersifat melawan hukum (syarat materil)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis berpendapat bahwa apapun
tindakan yang dianggap melanggar aturan hukum yang berlaku di dalam
kehidupan masyarakat, maka setelah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
Undang-undang, maka secara sah pelaku tindak pidana dapat diancam dengan
pidana tertentu. Penjelasan dalam rumusan pasal-pasal, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) jelas tercantum tindak pidana adalah semua bentuk
perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan KUHP.

2. Pengertian Penipuan
Penipuan adalah kejahatan yang termasuk dalam golongan yang ditujukan
terhadap hak milik dan lain-lain hak yang timbul dari hak milik atau dalam bahasa
belanda disebut "misdrijven tegen de eigendom en de daaruit voortloeiende
zakelijk rechten". Kejahatan ini diatur Pasal 378 sampai dengan Pasal 394 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Sebagaimana dirumuskan Pasal 378 KUHP, penipuan berarti perbuatan dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
dengan memakai nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat atau kebohongan yang

25
dapat menyebabkan orang lain dengan mudah menyerahkan barang, uang atau
kekayaannya.

Penipuan memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu :
1. Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang yang dirumuskan
dalam bab XXV KUHP.
2. Penipuan dalam arti sempit, yaitu bentuk penipuan yang dirumuskan
dalam Pasal 378 (bentuk pokok) dan Pasal 379 (bentuk khusus), atau biasa
dengan sebutan oplichting.

Ketentuan Pasal 378 ini merumuskan tentang pengertian penipuan (oplichting) itu
sendiri. Rumusan ini adalah bentuk pokoknya, dan ada penipuan dalam arti sempit
dalam bentuk khusus yang meringankan. Karena adanya unsur khusus yang
bersifat meringankan sehingga diancam pidana sebagai penipuan ringan yakni
dalam Pasal 379.12 Sedangkan penipuan dalam arti sempit tidak ada dalam bentuk
diperberat. Rumusan penipuan tersebut terdiri dari unsur-unsur objektif yang
meliputi perbuatan (menggerakkan), yang digerakkan (orang), perbuatan itu
ditujukan pada orang lain (menyerahkan benda, memberi hutang, dan
menghapuskan piutang), dan cara melakukan perbuatan menggerakkan dengan
memakai nama palsu, memakai tipu muslihat, memakai martabat palsu, dan
memakai rangkaian kebohongan. Selanjutnya adalah unsur-unsur subjektif yang

12

Pasal 379 KUHP: Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 378, jika barang yang
diserahkan itu bukan ternak dan harga dari pada barang, hutang atau piutang itu tidak lebih dari
dua puluh lima rupiahdiancam sebagai penipuan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah. (Dalam hal ini sanksi pidana
denda dapat disesuaikan dengan kondisi nilai mata uang saat ini).

26
meliputi maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan maksud
melawan hukum.

a. Unsur Subjektif Penipuan
Rumusan penipuan terdiri dari unsur-unsur objektif yang meliputi perbuatan
(menggerakkan), yang digerakkan (orang), perbuatan itu ditujukan pada orang lain
(menyerahkan benda, memberi hutang, dan menghapuskan piutang), dan cara
melakukan perbuatan menggerakkan dengan memakai nama palsu, memakai tipu
muslihat, memakai martabat palsu, dan memakai rangkaian kebohongan. Dan
selain dari pada unsur-unsur objektif, maka dalam sebuah penipuan juga terdapat
unsur-unsur subjektif dalam sebuah kejahatan penipuan meliputi maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan maksud melawan hukum. Berikut
merupakan penjelasan singkat terkait unsur subjektif dalam sebuah penipuan,
yakni sebagai berikut :

1. Maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dalam hal ini
maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan menggerakkan harus
ditujukan pada menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yakni berupa
unsur kesalahan dalam penipuan. Terhadap sebuah kesengajaan harus
ditujukan pada menguntungkan diri, juga ditujukan pada unsur lain di
belakangnya, seperti unsur melawan hukum, menggerakkan, menggunakan
nama palsu dan lain sebagainya. Kesengajaan dalam maksud ini harus
sudah ada dalam diri si pelaku, sebelum atau setidak-tidaknya pada saat
memulai perbuatan menggerakkan. Menguntungkan artinya menambah

27
kekayaan dari yang sudah ada. Menambah kekayaan ini baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain.

2. Dengan melawan hukum, dalam hal ini unsur maksud sebagaimana yang
diterangkan di atas, juga ditujukan pada unsur melawan hukum. Maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan
menggerakkan haruslah berupa maksud yang melawan hukum. Unsur
maksud dalam rumusan penipuan ditempatkan sebelum unsur melawan
hukum, yang artinya unsur maksud itu juga harus ditujukan pada unsur
melawan hukum. Oleh karena itu, melawan hukum di sini adalah berupa
unsur subjektif. Da