FUNGSI MODALITAS KÖNNEN

5 2. Apa makna modalitas können ‘dapat’dalam kalimat bahasa Jerman? Secara garis besar tulisan ini bertujuan untuk mengamati modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman. Berdasarkan ancangan di atas, tulisan ini diharapkan dapat mengungkap hal-hal sebagai berikut: 1 ciri sintaksis modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman, dan 2 makna modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman.

B. FUNGSI MODALITAS KÖNNEN

Pendapat para ahli yang satu dengan ahli yang lain mengenai modalitas sampai saat ini masih sering berbeda-beda. Akan tetapi, mereka umumnya sepakat bahwa modalitas merupakan gambaran sikap pembicara dan statusnya sebagai pewatas verba. Bentuk yang menggambarkan sikap pembicara itu, ada yang berapa unsur gramatikal dan ada pula yang berupa unsur leksikal. Dalam bahasa Indonesia, pengungkapan sikap pembicara itu lazim diwujudkan dengan unsur leksikal. Meskipun tidak menutup kemungkinan muncul pula dalam unsur gramatikal, seperti pemakaian di dalam kalimat bahasa Indonesia diminum esnya Dimakan kuenya Unsur leksikal yang biasa digunakan untuk mengungkapkan modalitas, antara lain dapat, boleh, bisa, mau, mampu, akan, harus, dan sudah. Hal inilah yang dikategorikan sebagai kelonggaran unsur leksikal modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa Jerman bersifat tidak longgar karena fungsi modalitas können ‘dapat’ hanya memiliki dua makna, yaitu sebagai subjektiv dan objektiv. Makna subjektiv modalitas können ‘dapat’ yaitu kemungkinan, kemampuan, dan izin. Makna objektiv yaitu ‘dapat’ dan 6 bukan berarti bersifat longgar menjadi bentuk leksikal mendapat atau dalam bahasa Jerman disebut ‘bekommen’. Modalitas können ’dapat’ menurut Engel 1991: 477 dan Buscha 1992: 32 tidak berdiri sebagai verba inti, melainkan sebagai verba bantu yang menjelaskan verba intinya dalam kalimat bahasa Jerman. Secara jelas, Kridalaksana 1984: 125 memberi batasan modalitas sebagai cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antar pribadi atau makna kemungkinan, keharusan, kenyataan dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia keluwesan modalitas können ‘ dapat’ dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali, harus, akan, dan sebagainya atau dengan adverbia kalimat seperti pada hakekatnya, menurut hemat saya, dan sebagainya. Senada dengan hal itu, Alwi 1992: 5 setuju bahwa modalitas lebih banyak berhubungan dengan sikap pembicara terhadap apa yang dikemukakan dalam tuturannya. Meskipun demikian, sikap pembicara itu masih memerlukan penelasan lebih lanjut. Dalam penjelasannya Alwi Ibid, 36-252 membedakan modalitas menjadi 4 empat macam, yaitu modalitas intensional keingingan, harapan, ajakan, permintaan, modalitas epistemik kemungkinan, keteramalan, keharusan, kepastian, modalitas deontik izin, perintah dan modalitas dinamik kemampuan. Dengan menggunakan istilah pendesak yang dirumuskan sebagai pewatas verba yang mengisi fungsi predikat, Sudaryanto 1983: 177 mengungkapkan bahwa apa yang disebut modalitas itu identik dengan pendesak, yang berupa pendesak interogatif apa, apakah, -kah, dsb, pendesak potensial dapat, bisa, mampu, 7 pendesak desideratif mau, hendak, perlu, harus, pendesak habitual suka, senang, biasa, takut, mudah, sulit, dan pendesak dubitatif mungkin, barangkali. Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, terlihat bahwa satuan modalitas können ‘ dapat’ sejajar dengan satuan bisa, mampu dan boleh sebagai pendesak potensial. Pendesak potensial merupakan pendesak sekunder, dalam arti bahwa identitasnya sebagai pendesak ditentukan oleh ada tidaknya kesamaan watak dengan negatif dan interogatif dalam hal ketentuan letaknya Sudaryanto, 1983: 73. Pendesak di sini mempunyai status sebagai pembatas verba dan dalam bahasa Indonesia cenderung dihipotesiskan terdapat mengawali verba dalam struktur P O. Sedangkan dalam bahasa Jerman sering disebut adanya unsur inti yang bersifat objektiv dan bersifat subjektiv ditinjau dari sikap pembicara.

C. MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN