PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Financial Distress Prediction Using Earnings And Cash Flow On The
Manufacturing Companies Which Listed In Indonesian Stock Exchange (IDX)

By

Mia Fendila
Universitas Lampung
Email: m14f3n@gmail.com

ABTRACT

Financial distress is a condition unhealthy corporate finance prior to bankruptcy. The
research purposes to examine the effect of earning after tax and cash flow of the
probability of financial distress in manufacturing companies which listed in
Indonesian stock exchange. The research use secondary data obtained from the
company's financial statements in the period of 2007 to 2011 which listed in
Indonesia Stock Exchange.
The research use sample of 44 companies experiencing financial distress and 231 non
financial distress companies. The results of this research indicate that the earning
after tax and cash flow has a significant effect in predicting financial distress. but the
earning after tax has a greater predictive value of the cash flows in predicting

financial distress that occurs in all manufacturing companies.
Keywords: financial distress, earning after tax and cash flow.

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS
KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh

Mia Fendila
Universitas Lampung
Email: m14f3n@gmail.com
ABSTRAK

Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan dalam keadaan tidak sehat
sebelum mengalami kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh laba bersih setelah pajak dan arus kas terhadap probabilitas terjadinya
financial distress pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan perioda tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan sampel yang terdiri dari 44 perusahaan yang
mengalami financial distress dan 231 perusahaan non financial distress. Analisis
uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak
dan arus kas berpengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial
distress, akan tetapi laba bersih setelah pajak memiliki nilai prediksi yang lebih
besar dari pada arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress yang terjadi
pada seluruh perusahaan manufaktur.
Kata kunci: financial distress, laba bersih setelah pajak, dan arus kas.

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang pada 22 April 1986, anak dari pasangan Bapak Ahmad
Yusuf Effendi (Alm) dan Ibu Semiyati.

Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 1 Kebun Jeruk pada tahun 19921998. Pada tahun 1998-2001 penulis meneruskan pendidikan ke SLTP Dirgantara, dan
pada tahun 2001-2004 menempuh pendidikan pada SMK Negeri 4 Bandar lampung.

Tahun 2005 terdaftar sebagai mahasiswa Diploma 3 Akuntansi Universitas Lampung
dan menyelesaikan studi pada tahun 2008. Penulis meneruskan pendidikan ke jenjang

S1 Akuntansi Universitas Lampung pada tahun 2009.

MOTO

 Hiasilah tidurmu dengan tetesan air wudhu, pejamkan matamu dengan
alunan dzikrullah, Selimutilah tidurmu dengan kalimat syahadat,
alaskanlah tidurmu dengan sepotong doa.
 Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh
karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika
niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi).
 Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik kepada hambahambanya.(Abu Bakar Ash ra).

PERSEMBAHAN

 Terimaksih kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dalam
kehidupan ini, dan kupersembahkan skripsi ini kepada orangtuaku, Bpk Ahmad
Yusuf Effendi (alm) dan Ibu Semiyati, emak Sulastri yang telah merawatku sejak ku
kecil dengan penuh cinta dan kasih sayang, dan terimakasih untuk ibu mertuaku atas
doa serta kasih sayangnya.
 Spesial keluarga untuk kecilku suamiku tercinta Hari Purnomo, dan anak-anakku

tersayang Sabqi Adwa Thirafi dan Raziq Akma Safaraz terimakasih atas support,
kasih sayang, perhatian, dan cinta yang begitu besar dan tulus sehingga membuatku
bersemangat menjalani kehidupan ini. Serta untuk keluarga besarku terimakasih
telah memberikan doa dan memberi semangat untukku agar senantiasa menjalani
hidup ini dengan baik dan penuh keikhlasan.

SANWACANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul “ PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) “ ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Strata 1 pada
program studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung beserta staff.
2.


Bapak Dr. Einde Evana, S.E.,M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

3.

Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

4.

Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A. Terima kasih telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan
pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5.

Ibu Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt. Terima kasih atas bimbingan,
waktu, saran, masukan, dan kesempatan yang telah Ibu berikan, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.


6.

Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. Terima kasih atas saran dan kritik yang
membangun agar penulis bisa membuat skripsi ini lebih baik.

7.

Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah menyalurkan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.

8.

Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, khusunya jurusan akuntansi.

9. Almarhum Ayahandaku tercinta yang insyaAllah telah tenang di sisi-Nya,
ibunda serta emak tercinta yang telah dengan tulus mendoakan dan
memberi semangat hidup, perhatian dan kasih sayang yang tak terhitung

sejak ku kecil, dan Terimakasih untuk ibu mertuaku atas kasih sayang dan
perhatiannya.
10. Keluarga kecilku, suami tercinta terima kasih untuk perhatian dan kasih
sayang yang tulus, dorongan serta semangat untukku dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk anak-anakku tersayang terimakasih ya atas
pengertiannya ibu sedikit melupakan kalian ketika ibu menyelesaikan
skripsi ini. Kalian harus jauh lebih baik lagi dari Ayah dan ibu.
11. Kakak-kakakku dan mbaku yang cantik-cantik atas doa dan dorongan
semangat kepadaku, sepupuku Destia Pentiana atas dukungannya serta elsa
dan rika yang sudah setia menemani saat seminar dan ujian kompre.

12. Teman-teman di S1 akuntansi: Rizka Sari, Reviria Mandela, Sri
Handayani, Eka Fitri Handayani, Ade, Syahrial, Anggia, Rosa Rika, Sinta
Xaverina, Nurul, Cicilia, Ria, Yenni, nita Hernawati dan Netti Kumalasari
Seluruh Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Khususnya S1
Akuntansi Non Reguler (konversi) khususnya angkatan 2005 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
13. Sahabat-sahabat terbaikku: Feby, Putri, Merry dan Nita.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,

tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Bandar Lampung,
Penulis,
Mia Fendila

Mei 2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN .....................................................................................

1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................


1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................

7

1.3 Batasan Masalah ..................................................................................

7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................

7

1.4.1 Tujuan Penelitian ........................................................................

7

1.4.2 Manfaat Penelitian ......................................................................


8

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ................................................

9

2.1 Landasan Teori .....................................................................................

9

2.1.1 Financial Distress .......................................................................

9

2.1.2 Laba ............................................................................................

10

2.1.3 Arus Kas .....................................................................................


13

2.1.4 Penelitian Terdahulu ...................................................................

15

2.1.5 Hubungan Antara Laba, Arus Kas dan Financial Distress ........

17

2.2 Bangunan Hipotesis..............................................................................

18

2.2.1 Hubungan Laba dengan Financial Distress ..................................

18

2.2.2 Hubungan Arus Kas dengan Financial Distres .............................

20

III. METODA PENELITIAN ....................................................................

21

3.1 Operasionalisasi Variabel .....................................................................

21

3.1.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ......................................

21

3.1.2 Variabel Bebas (Independent Variabel) .....................................

22

3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................

22

3.3 Jenis dan Sumber Data .........................................................................

24

3.4 Metoda Analisis....................................................................................

25

3.5 Uji Hipotesis .........................................................................................

26

3.5.1 Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit) ....................................

28

3.5.2 Uji Koefisien Parsial ...................................................................

28

3.5.3 Koefisien Determinasi ................................................................

29

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................

30

4.1 Analisis Data ........................................................................................

30

4.1.1 Statistik Deskriptif ......................................................................

33

4.2 Pengujian Hipotesis ..............................................................................

35

4.2.1 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit).....................................

36

4.2.2 Uji Koefisien Parsial ...................................................................

38

4.2.3 Koefisien Determinasi ................................................................

40

4.2.4 Tabel Klasifikasi .........................................................................

40

4.3 Pembahasan ..........................................................................................

42

4.3.1 Pengaruh Laba Setelah Pajak Terhadap Kondisi Financial
Distress ............................................................................................

42

4.3.2 Pengaruh Arus Kas Terhadap Kondisi Financial Distress..............

43

V.

PENUTUP ..................................................................................................

47

5.1 Simpulan....................................................................................................

47

5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................

48

5.3 Saran .........................................................................................................

49

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1

Data Penelitian ............................................................................

31

Tabel 4.2

Data Penelitian Berdasarkan Tahun ............................................

32

Tabel 4.3

Statistik Deskiptif .......................................................................

33

Tabel 4.4

Deskripsi Perbandingan Laba dan Arus Kas Pada Perusahaan ..

34

Tabel 4.5

Hasil Uji Likelihood ....................................................................

36

Tabel 4.6

Nilai Chi-Square .........................................................................

37

Tabel 4.7

Hasil Uji Regresi Logistik ..........................................................

38

Tabel 4.8

Koefisien Determinasi ................................................................

40

Tabel 4.9

Tabel Klasifikasi .........................................................................

41

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
.
Dampak krisis keuangan global terhadap kondisi industri Indonesia dapat terlihat
dari penurunan sektor industri di Bursa Efek Indonesia yang mengalami
penurunan pertumbuhan menjadi 4.14% sampai dengan triwulan ke II tahun 2008
dibandingkan perioda yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5.17%.
Adapun subsektor dari industri yang mengalami penurunan yang besar terutama
subsektor yang rentan dengan pasokan atau permintaan pasar global, seperti
industri tekstil, barang kulit dan alas kaki, industri kertas dan barang cetakan,
industri logam dasar, besi dan baja, serta industri alat angkut, mesin dan peralatan.
Berikut tabel cabang industri dan pertumbuhannya dari tahun 2004-2008:

Tabel 1. Pertumbuhan Sektor Industri 2004-2008

No

Cabang Industri

2004

2005

2006

2007

2008

1.

Makanan, minuman, tembakau

1.39

2.75

7.21

5.05

2.34

2.

Tekstil, barang kulit dan alas kaki

4.06

1.31

1.23

-3.68 -3.64

3.

Barang kayu dan hasil hutan

-2.07 -0.92 -0.66 -1.74 3.45

4.

Kertas dan barang cetakan

7.61

2.39

2.09

5.79

-1.48

5.

Pupuk, kimia dan barang karet

9.01

8.77

4.48

5.69

4.46

6.

Semen, barang galian non logam

9.53

3.81

0.53

3.40

-1.49

7.

Logam dasar besi dan baja

-2.61 -3.70 4.73

1.69

-2.05

8.

Alat angkut, mesin, peralatan

17.67 12.38 7.55

9.73

9.

Barang lainnya

12.77 2.61

3.62

-2.82 -0.96

10.

Industri pengolahan non migas

7.51

5.27

5.15

5.86

9.79

4.05

Sumber : BPS, diolah Depperin

Menurut ketua Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan mantan
direktur BEI, Daniri (2008) krisis yang terjadi merupakan krisis ekonomi global
yang terjadi paling buruk setelah sekitar 80 tahun terakhir juga di alami krisis
yang sama secara global. Krisis ini terjadi karena krisis keuangan di Amerika
Serikat, yang memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian
dunia termasuk Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan banyak perusahaan
mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Menurut Wruck (1990) dalam
Parulian (2007) bahwa kesulitan keuangan (financial distress) terjadi akibat
economic distress, penurunan dalam industri perusahaan, dan manajemen yang
buruk.

Penyebab financial distress/kesulitan keuangan cukup bervariasi (Hanafi, 2004).
Tabel di bawah ini menunjukkan faktor-faktor penyebab kegagalan bisnis:
No

Penyebab

Persentase %

1

Kekurangan pengalaman operasional

15,6

2

Kekurangan pengalaman manajerial

14,1

3

Pengalaman tidak seimbang antara
keuangan, produksi, dan fungsi lainnya

22,3

4

Manajemen yang tidak kompeten

40,7

5

Penyelewengan

0,9

6

Bencana

0,9
2

7

Kealfaan

1,9

8

Alasan yang tidak diketahui

3,6

Total

100

Sumber: Hanafi, 2004

Kegagalan bisnis juga tergantung umur usaha atau lamanya perusahaan beroperasi
(Hanafi, 2004). Selain faktor internal perusahaan, kondisi financial distress juga
dialami karena terjadinya kelesuan operasi industri atau kondisi ekonomi suatu
negara (Whitaker, 1999).

Balwin dan Scott (1983) dalam Parulian (2007) menjelaskan bahwa suatu
perusahaan dikatakan mengalami kondisi financial distress apabila perusahaan
tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Menurut mereka, sinyal
pertama dari kesulitan ini adalah dilanggarnya persyaratan-persyaratan utang
(debt covenants) yang disertai dengan penghapusan atau pengurangan
pembayaran dividen.
Wruck (1990) dalam Parulian (2007) mendefinisi financial distress sebagai suatu
penurunan kinerja (laba), sedangkan Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Parulian
(2007) mengkategorikan perusahaan dengan financial distress apabila selama dua
tahun berturut-turut mengalami laba bersih negatif.

Dalam penelitian ini konsep financial distress yang dipakai adalah konsep
financial distress berdasarkan Classens et al (1999) dan Asquith et al (1994)
penentuan perusahaan yang mengalami financial distress adalah dari interest
coverage ratio yakni rasio antara laba operasi dibandingkan dengan beban bunga,
jika interest coverage ratio kurang dari satu perusahaan termasuk dalam kategori
3

perusahaan yang mengalami financial distress. Interest Coverage Ratio dirancang
untuk menghubungkan biaya keuangan perusahaan dengan kemampuan
perusahaan untuk membayar biaya tersebut. Rasio ini berfungsi sebagai ukuran
kemampuan perusahaan membayar bunga dan menghindari kebangkrutan. Secara
umum, semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat
membayar bunga tanpa kesulitan.

Hal ini juga sesuai dengan Brigham dan Gapenski (1997) mengatakan bahwa
semakin besar pembiayaan dari hutang, dan semakin besar beban bunga tetap,
semakin besar probabilitas bahwa penurunan earning akan mengarah kepada
kesulitan keuangan. Jadi hutang dapat pula menyebabkan kesulitan keuangan.

Laba bersih suatu perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian dividen kepada
investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan
mengalami rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan dividen. Hal ini jika
terjadi berturut-turut akan mengakibatkan para investor menarik investasinya
karena mereka menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan
keuangan atau financial distress. Dengan kondisi demikian maka laba dapat
dijadikan indikator oleh pihak investor untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Atas dasar ini peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai
kemampuan informasi laba dalam memprediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan. Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih setelah
pajak (EAT) sebagai bagian dari informasi akuntansi yang tercermin dalam
laporan keuangan perusahaan.

4

Arus kas juga merupakan perubahan yang terjadi dalam jumlah kas perusahaan
selama satu perioda tertentu. Apabila arus kas suatu perusahaan jumlahnya besar
(positive cash flows), maka pihak kreditor mendapatkan keyakinan pengembalian
atas kredit yang diberikan. Jika arus kas suatu perusahaan bernilai kecil (negative
cash flows), maka kreditor tidak mendapatkan keyakinan atas kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang. Jika hal ini berlangsung secara terus
menerus, kreditor tidak akan mempercayakan kreditnya kembali kepada
perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami permasalahan keuangan atau
financial distress. Dengan kondisi demikian maka arus kas dapat dijadikan
indikator oleh pihak kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.
Atas dasar ini peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai kemampuan
informasi arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan.

Penelitian tentang prediksi tentang financial distress sudah banyak dilakukan di
Indonesia. Akan tetapi penelitian mengenai prediksi kondisi financial distress
suatu perusahaan dengan membandingkan antara kondisi financial distress dari
sudut pandang laba dan arus kas masih terbatas.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2003) yang
meneliti apakah pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial
distress, Penelitian ini berusaha menguji variabel-variabel rasio keuangan untuk
memprediksi kondisi financial distress dengan dua kondisi yaitu laba bersih
negatif dan nilai buku ekuitas. Selanjutnya, Atmini (2005) melakukan penelitian
mengenai manfaat laba dan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress

5

pada perusahaan textile millproduct and apparel and other textile product yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut, ia menggunakan 21
variabel, hasil penelitiannya adalah bahwa model laba merupakan model yang
lebih baik dari pada model arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress
suatu perusahaan.Wahyuningtyas (2010) yang meneliti bahwa laba dan arus kas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi financial distress.
Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki
perbedaan dalam penelitian ini laba yang digunakan adalah laba bersih setelah
pajak (EAT), penggunaan laba bersih setelah pajak karena laba bersih setelah
pajak telah memperhitungkan kewajiban tetap perusahaan yaitu beban bunga dan
pajak (Helfert, 1997). Selain itu, arus kas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah arus kas dari kegiatan operasional karena berdasarkan penelitian
Wahyuningtyas (2010) arus kas dari kegiatan pendanaan dan investasi tidak
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Di samping perbedaan tersebut,
penelitian ini mempunyai tujuan yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu
untuk mengetahui pengaruh laba dan arus kas dalam memprediksi kondisi
financial distress.
Dengan dasar uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul:
“Prediksi Financial Distress Menggunakan Laba dan Arus Kas pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1. Apakah laba bersih dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress?
2. Apakah arus kas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan hasil yang baik, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
a. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan merupakan variabel terikat
yaitu financial distress, dan variabel bebas yaitu laba bersih setelah pajak
dan arus kas.
b. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan interest
coverage ratio (ICR) yaitu rasio laba usaha terhadap biaya bunga jika
lebih dari satu maka perusahaan dalam kondisi non financial distress, jika
kurang dari satu maka perusahaan dalam kondisi financial distress.

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

7

1. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh laba bersih
setelah pajak terhadap prediksi kondisi financial distress pada seluruh
perusahaan manufaktur.
2. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh arus kas
terhadap prediksi kondisi financial distress pada seluruh perusahaan
manufaktur.

1.4.2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan/manfaat antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan untuk
mengetahui tentang pengaruh laba maupun arus kas dalam memprediksi
kondisi financial distress sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan
untuk melakukan tindakan perbaikan ataupun pencegahan.
2.

Bagi Pihak Eksternal
Pemahaman tentang kondisi financial distress suatu perusahaan untuk
membantu pihak eksternal seperti investor dan kreditor dalam mendeteksi
kondisi keuangan perusahaan dan pengambilan keputusan.

3. Bagi Akademisi
Sebagai bahan masukan dan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai kondisi financial distress suatu perusahaan serta
dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

8

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan
tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress terjadi sebelum perusahaan
mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan dapat diartikan sebagai suatu keadaan
atau
situasi di mana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban
debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk
menjalankan atau melanjutkan usahanya lagi. Model financial distress perlu
dikembangkan karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan
sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantispasi
yang mengarah kepada kebangkrutan (Purwanti, 2005). Menurut Platt (2002)
dalam Atmini (2005) financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan
yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
atau likuidasi. Apabila kondisi financial distress ini diketahui sejak awal,
diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga
perusahaan tidak akan masuk ketahap kesulitan yang lebih berat seperti
kebangkrutan atau likuidasi.

Menurut Gitman (2003), kesulitan keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Business Failure (kegagalan bisnis), dapat diartikan sebagai: (1) suatu
keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi biaya
perusahaan. (2) perusahaan diklasifikasikan kepada failure, perusahaan
mengalami kerugian operasional selama beberapa tahun.
2. Insolvency (tidak solvable), dapat diartikan sebagai: (1) technical insolvency
timbul apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
hutangnya pada saat jatuh tempo, (2) accounting insolvency, perusahaan
memiliki negative networth, secara akuntansi memiliki kinerja buruk
(insolvent), hal ini terjadi apabila nilai buku dari kewajiban perusahaan
melebihi nilai buku dari total harta perusahaan tersebut.
3. Bankruptcy, yaitu kesulitan keuangan yang mengakibatkan perusahaan
memiliki negative stockholders equity atau nilai pasiva perusahaan lebih besar
dari nilai wajar harta perusahaan.

2.1.2 Laba

Tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan laba. Menurut Soemarso
(2004:227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net
income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya,
apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah
rugi bersih (net loss).

Committee on Terminology mendefinisi laba sebagai jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau
10

penghasilan operasi. Adapun menurut APB Statement mengartikan laba/rugi
sebagai kelebihan atau defisit penghasilan diatas biaya selama satu perioda
akuntansi (Harahap, 2008).

FASB Statement mendefinisi accounting income atau laba akuntansi sebagai
perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama suatu perioda tertentu
yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari
bukan pemilik. Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain
dari pemilik dan pembayaran kepada pemilik (Harahap, 2008).

PSAK No.1 revisi 2009 menyatakan laba/rugi adalah total pendapatan dikurangi
beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk
penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan
pendapatan
komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. Total laba rugi
komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu perioda yang dihasilkan dari
transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Adapun dalam ED PSAK 1
(2013) tidak memberikan definisi mengenai laba rugi, penyajian laporan laba rugi
dengan memasukkan unsur laba komprehensif, laba dialokasikan untuk pemegang
saham minoritas dan mayoritas, ketentuan minimum item dalam laporan laba rugi,
klasifikasi beban berdasarkan fungsi dan sifat, jika disajikan berdasarkan fungsi
ada pengungkapan berdasarkan sifat, Penyajian “pos luar biasa/extra ordinary

11

item” tidak diperkenankan lagi. Minimum line item: pendapatan, biaya keuangan,
beban pajak, pendapatan komprehensif.
Pendapatan komprehensif perubahan aset atau liabilitas yang tidak mempengaruhi
laba pada perioda rugi yaitu selisih revaluasi aset tetap, perubahan nilai investasi
available for sales, dampak translasi laporan keuangan.
komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba/rugi dan penghasilan komprehensif lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
6. Informasi komparatif

Dalam akuntansi, laba adalah perbedaan antara harga dan biaya untuk transaksi
pasar apapun yang dicatat perusahaan dalam hal biaya komponen barang yang
diserahkan dan atau jasa dan setiap operasi atau biaya lainnya. Belkaoui (2000)
menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisi sebagai perbedaan
antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu perioda
dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metoda historical cost (biaya
historis), laba diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan akhir perioda yang
masing- masing diukur dengan biaya historis sehingga hasilnya akan sama dengan
laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya.

12

Dalam Harahap (2008) penyajian laporan laba rugi dikenal:
1. Current Operating income yaitu komponen yang tercantum dalam laporan
laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal dari kegiatan normal (normal
operating income), sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak
biasa (extra ordinary item) dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan
sehingga laba di bottom line adalah laba normal.
2. All inclusive income yaitu semua income yang berasal dari kegiatan
normal dan kegiatan insidentil tercantum dalam laporan laba rugi dan hasil
akhirnya saja yang dilaporkan ke laporan laba ditahan.

2.1.3 Arus Kas
Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan
tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan
pada suatu perioda tertentu. Laporan ini akan membantu para investor, kreditor,
dan pemakai lainnya untuk:
1. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas di masa yang
akan datang.
2. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstern.
3. Menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
4. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi
keuangan lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu
perioda tertentu (Harahap, 2008).

13

Menurut PSAK (revisi 2013):
Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan kas entitas
untuk menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas menggambarkan perubahan historis dalam kas dan setara kas
yang diklasifikasikan atas aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama satu
perioda.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas, seperti:
1. Penerimaan kas dari kegiatan usaha perusahaan berupa penjualan barang
dan pemberian jasa
2. Penerimaan kas dari luar usaha seperti misalnya pendapatan fee, komisi
dan sebagainya (biasanya dibukukan di laporan laba rugi pada kelompok
Penghasilan Lain-lain)
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
4. Pembayaran kas yang berkaitan dengan karyawan.

Arus kas dari aktivitas investasi misalnya:
1. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud dan aset
lainnya yang bersifat jangka panjang
2. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset
lainnya yang bersifat jangka panjang
3. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama
14

4. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
5. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan
kepada pihak lain.

Adapun untuk arus kas dari aktivitas pendanaan misalnya:
1. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain
2. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi serta pinjaman jangka pendek dan
jangka panjang
3. Pelunasan pinjaman
4. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.

Berkaitan dengan penyajian laporan arus kas dalam laporan keuangan perusahaan,
Metoda yang dapat digunakan:
Metoda langsung  kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto
diungkapkan.
Metoda tidak langsung  laba disesuaikan dengan mengoreksi transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dan unsur penghasilan/beban yang terkait aktivitas
investasi dan pendanaan, (PSAK revisi 2013).

2.1.4

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang terdahulu, Atmini (2005) melakukan penelitian mengenai
manfaat laba dan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress pada
perusahaan textile mill product and apparel and other textile product yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut, ia menggunakan 21
15

variabel yang terdiri dari penjualan bersih, perputaran persediaan, status
perusahaan, ukuran perusahaan, jumlah karyawan, current ratio, acid ratio, days
in account receivables, pendapatan total, beban usaha, beban overhead, beban
gaji, operating profit margin, return on assets, total assets turnover, net fixed
assets turnover, net fixed assets, rata-rata umur aktiva tetap, total debt to total
assets, longterm debt to total assets, dan equity to total asets. Hasil penelitiannya
adalah bahwa model laba merupakan model yang lebih baik daripada model arus
kas dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang
mengalami financial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami financial
distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk menentukan
rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya financial
distress. Temuan dari penelitian ini adalah:
a. Variabel EBITDA/sales, current assets/current liabilities dan cash flow growth
rate memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan
mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
b. Variabel net fixed assets/total assets, long-term debt/equity dan notes
payable/total assets memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan
perusahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka
semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

16

2.1.5

Hubungan Antara Laba, Arus Kas, dan Financial Distress

Laba merupakan selisih lebih antara pendapatan dan beban. Jika pendapatan lebih
besar daripada beban, maka perusahaan akan mendapatkan laba. Demikian pula
sebaliknya jika pendapatan lebih kecil daripada biaya maka perusahaan akan
mengalami kerugian.

Perusahaan mengalami kondisi financial distress jika perusahaan mengalami
kerugian atau dalam penelitian ini mempunyai interest coverage ratio kurang dari
satu. Classens at al (1999) dan Asquith at al (1994) menentukan perusahaan yang
mengalami financial distress adalah dari interest coverage ratio yakni rasio antara
laba operasi dibandingkan dengan beban bunga, jika interest coverage ratio
kurang dari satu perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan yang mengalami
financial distress.

Laporan arus kas dapat membantu para pemakainya untuk melihat bagaimana
saldo kas dan setara kas dalam neraca perusahaan berubah dari awal hingga akhir
perioda akuntansi dan apa artinya perubahan tersebut bagi perusahaan, apakah
menunjukkan prestasi positif atau negatif.

Laporan laba rugi perusahaan menggunakan dasar akrual yang memungkinkan
pelaporan pendapatan dan beban sebelum ada arus kas masuk atau keluar, maka
laporan arus kas dalam hal ini dapat digunakan sebagai laporan pengimbang
laporan laba rugi. Fungsi dari laporan laba rugi adalah untuk mengukur
profitabilitas dari perusahaan pada suatu perioda tertentu dengan cara
menghubungkan seluruh biaya dan pendapatan yang terkait.

17

Oleh karena itu, penilaian yang tepat atas prestasi suatu perusahaan tidak hanya
memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tetapi juga
memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif dari
kegiatan operasinya. Jika perusahaan profitable namun mengalami defisit arus
kas, dapat merupakan indikasi bahwa perusahaan mengalami masalah keuangan
dan dikhawatirkan tidak mampu mengembalikan pinjaman kepada kreditor
maupun membayar dividen kepada investor.
Kondisi financial distress juga dapat terjadi jika perusahaan memiliki arus kas
positif namun laba yang diperoleh negatif. Kondisi tersebut menjadikan investor
tidak mempercayakan investasinya kembali kepada perusahaan karena dari
kondisi laba negatif menjadikan tidak adanya pembagian dividen.

2.2 Bangunan Hipotesis
2.2.1 Hubungan Laba dengan Financial Distress

Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam pembagian dividen kepada para investor. Laba bersih suatu
perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian dividen kepada investornya. Jika
laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami rugi maka
pihak investor tidak akan mendapatkan dividen. Hal ini jika terjadi berturut-turut
akan mengakibatkan para investor menarik investasinya karena mereka
menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau
financial distress. Kondisi ini ditakutkan akan terus menerus terjadi yang nantinya
akan berakhir pada kondisi kebangkrutan.

18

McCue (1991) dalam Atmini (2005) mengungkapkan bahwa kekuatan model laba
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model arus kas dalam memprediksi
kondisi financial distress suatu perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Platt (2002) dalam Luciana dan Kristijadi
(2003) dengan rasio likuiditas yang tinggi, rasio solvabilitas yang rendah, rasio
rentabilitas yang tinggi, dan rasio aktivitas yang efektif perusahaan akan terhindar
dari resiko financial distress. Hal ini menunjukan bahwa suatu perusahaan mampu
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, memiliki jumlah utang jangka
panjang yang rendah, dan memperoleh tingkat laba yang tinggi, serta penggunaan
dana perusahaan sesuai dengan keperluan maka perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Apabila suatu perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, memiliki hutang jangka panjang dalam
jumlah tinggi, dan memperoleh tingkat laba yang rendah, serta tidak mampu
menggunakan dana perusahaan sesuai dengan porsinya maka perusahaan tersebut
dapat diprediksi mengalami Financial Distress.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningtyas (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan laba dapat
memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Dari penjelasan tersebut
maka dibentuklah hipotesis berikut ini:
H1: Laba bersih setelah pajak mempunyai kemampuan dalam memprediksi
kondisi financial distress suatu perusahaan.

19

2.2.2 Hubungan arus kas dengan Financial Distress

Laporan arus kas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan
keuangan lainnya, maka penggunaannya secara bersama-sama akan memberikan
hasil yang lebih tepat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan kas
perusahaan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Dengan demikian dapat
membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi struktur dan
kinerja keuangan suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan Casey dan Bartczak
(1984) dalam Atmini (2005) menunjukkan bahwa arus kas merupakan prediksi
yang buruk terhadap financial distress. Gentry et al (1985) dalam Atmini (2005)
mendukung penelitian bahwa arus kas memasukkan berbagai aliran dana seperti
dividen dan pengeluaran modal, selanjutnya Azis dan Lawson (1989) dalam
Wahyuningtyas (2010) mengatakan bahwa model berbasis arus kas lebih efektif
dalam memprediksi peringatan kebangkrutan lebih awal. Dari penjelasan tersebut
maka dibentuklah hipotesis berikut ini:
H2: Arus kas mempunyai kemampuan dalam memprediksi kondisi financial
distress suatu perusahaan.

20

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.
Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel
bebas (independent variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
financial distress. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah laba bersih setelah
pajak dan arus kas (arus kas dari aktifitas operasional).

3.1.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang terikat dan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap
variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah
(Sekaran, 2006). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah financial distress.
Berdasarkan penelitian Classens et al (1999) dan Wardhani (2006)
menghitung Interest Coverage ratio adalah sebagai berikut :
ICR = Operating Profit/Interest Expense
Keterangan :
ICR

: Interest Coverage Ratio

Operating Profit

: Laba Operasi

Interest expense

: Beban Bunga

untuk

Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Dalam
Ghozali (2007) variabel dummy adalah: Variabel dummy atau kualitatif
menunjukkan keberadaan (presence) atau ketidakberadaan (absence) dari kualitas
atau suatu atribut. Cara mengkuantifikasi variabel kualitatif di atas adalah dengan
membentuk variabel artifisial dengan nilai 1 atau 0, 1 menunjukkan keberadaan
atribut dan 0 menunjukkan ketidak beradaan atribut. Pemberian skor pada variabel
ini adalah nilai 1 (satu) pada perusahaan financial distress dan 0 (nol) pada
perusahaan non financial distress.

3.1.2 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara
positif atau negatif (Sekaran, 2006).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
laba bersih setelah pajak dan arus kas.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian-kejadian
yang menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki (Sekaran, 2006).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2011, tercatat
sebanyak 275 perusahaan.
Alasan pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian karena
manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak di sektor real yang memiliki jumlah
perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain yang terdiri dari
beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri, perusahaan
22

manufaktur memiliki karakteristik yang serupa. Di samping itu kondisi
perekonomian yang tidak menentu telah menyebabkan perusahaan manufaktur
mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya dan memiliki kinerja yang
kurang memuaskan (Miswanto dan Husnan, 1999).

Sampel adalah bagian dari populasi (elemen-elemen populasi) yang dinilai dapat
mewakili karakteristiknya (Indriantoro dan Supomo, 1999). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda purposive
sampling yaitu sampel diambil secara tidak acak dan dipilih berdasarkan pada
pertimbangan atau kriteria tertentu.. Kriteria- kriteria perusahaan yang dijadikan
sampel adalah:
a. Sampel adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdapat di dalam
klasifikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) perioda tahun 2007 sampai dengan 2011.
b. Sampel telah mempublikasikan laporan keuangan auditan.
c. Sample perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang memiliki
interest coverage ratio yaitu rasio laba usaha terhadap biaya bunga kurang
dari satu untuk perusahaan yang mengalami kondisi financial distress, dan
perusahaan yang memiliki interest coverage ratio lebih dari satu untuk
perusahaan yang tidak mengalami financial distress (Classens et al, 1999
dan Asquith et al 1994).
d. Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap
(biaya bunga, laba bersih setelah pajak) dikeluarkan dari sampel.

Berdasarkan kriteria penentuan sampel di atas diperoleh:

23

-

Populasi perusahaan manufaktur

131 perusahaan

-

Data tidak lengkap

76 perusahaan

Sampel penelitian per tahun

55 perusahaan

Kemudian 55 perusahaan tersebut dikategorikan dalam kelompok financial
distress dan non financial distress.

Berikut spesifikasi perusahaan berdasarkan kriteria financial distress:
No

Tahun

FD

Non FD

1

2007

11

44

2

2008

9

46

3

2009

11

44

4

2010

7

48

5

2011

6

49

Total

44

231

Sumber: www.Idx.co.id (data diolah).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain berupa laporan publikasi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) perioda tahun 2007 hingga 2011. Data
24

tersebut diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur. Data
yang digunakan dalam laporan keuangan tersebut yaitu: laba usaha, beban bunga,
nilai aset, total laba/rugi, dan kenaikan (penurunan) bersih kas atau setara kas.

3.4 Metoda Analisis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidak
pengaruh signifikan dari variabel independen (laba bersih setelah pajak dan arus
kas) terhadap variabel dependen (financial distress) dengan menggunakan alat
analisis regresi logistik. peneliti ingin menguji apakah probabilitas terjadinya
variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Pada pengujian ini
dilakukan dengan mengkategorikan variabel terikatnya ke dalam kelompokkelompok tertentu, yaitu financial distress dan non financial distress. Dipilihnya
model regresi logistik dalam penelitian ini karena regresi logistik umumnya
melibatkan berbagai macam variabel prediktor baik numerik ataupun kategorik,
termasuk variabel dummy. Pada regresi linear, variabel prediktor yang digunakan
biasanya numerik, tetapi jika kita melibatkan campuran antara numerik maupun
kategorik kita dapat menggunakan regresi logistik, dua nilai yang biasa digunakan
sebagai variabel dependen yang diprediksi adalah 0 dan 1 yaitu 0=berhasil,
1=gagal (Ghozali, 2007).
Selain itu, alat analisis lain yang digunakan adalah statistik deskriptif. Dalam
penelitian ini digunakan alat bantu berupa software komputer program SPSS.

25

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tentang gambaran variabelvariabel yang ada dalam penelitian. Dengan statistik deskriptif tersebut dapat
diperoleh informasi yaitu: mean atau rata-rata, standar deviasi, maximum atau
nilai tertinggi pada data, dan minimum atau nilai terendah pada data.

3.5 Uji Hipotesis

Untuk menguji seluruh hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan regresi logistik (regression logistic) yang variabel bebasnya
merupakan kombinasi antara variabel kontinyu (data metrik) dan kategorial (data
non metrik). Campuran skala pada variabel bebas tersebut menyebabkan asumsi
multivariate normal distribution tidak dapat terpenuhi, dengan demikian bentuk
fungsinya menjadi logistik. Teknik analisis ini tidak memerlukan uji normalitas
dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2007).
a. Menilai Model Regresi

Logistic regression adalah model regresi yang telah mengalami modifikasi,
sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi sederhana
atau berganda. Oleh karena itu penentuan signifikansinya secara statistik berbeda.
Dalam model regresi berganda, kesesuaian model (Goodness of Fit) dapat dilihat
dari R2 ataupun F-Test. Untuk menilai Model Fit ditunjukkan dengan Log
Likelihood Value (nilai –2LL), yaitu dengan cara membandingkan antara nilai –
2LL pada awal (block number = 0), yang dalam hal ini model hanya memasukkan
konstanta dengan nilai –2LL. Sedangkan, pada saat block number = 1, yang dalam
26

hal ini model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai –2LL
block number = 0 lebih besar dari nilai –2LL block number = 1, maka
menunjukkan model regresi yang baik sehingga penurunan Log Likelihood
menunjukkan model regresi semakin baik.

b. Menguji Koefisien Regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan Wald
Statistik dan nilai probabilitas (Sig) dengan cara nilai Wald Statistik dibandingkan
dengan Chi-Square tabel, sedangkan nilai probabilitas (Sig) dibandingkan dengan
tingkat signifikansi (a). Untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho
didasarkan pada tingkat signifikansi (a) 5%, dengan kriteria:
1. Ho tidak dapat ditolak apabila Wald hitung < Chi-Square Tabel, dan nilai
Asymptotic Significance > tingkat signifikansi (a). Hal ini berarti H alternative
ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas terpengaruh terhadap
variabel terikat ditolak.
2. Ho ditolak apabila Wald hitung > Chi-Square tabel, dan nilai Asymptotic
Significance < tingkat signifikansi (a). Hal ini berarti H alternatif diterima atau
hipotesis yang menyatakan variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel
terikat diterima.

27

c. Estimasi parameter dan Interpretasinya
Estimasi maksimum likehood parameter dari model dapat dilihat pada tampilan
output variable in the equation. Adapun untuk perhitungan logistic regression
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Ket:
Distressed

:Nilai 1 (satu) untuk perusahaan financial distressed dan nilai 0

(nol) untuk perusahaan non financial distressed.
: konstanta
,

: koefisien

EATi

: Laba setelah pajak

CFi

: Arus kas
: Error

3.5.1

Uji Kelayakan Model (Goodness of Fi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

22 132 110

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 7 46

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

2 11 78

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN NON-KUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2013.

1 1 18

PREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN BINARY LOGIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 133

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 2 9

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 1 17

PENGARUH LABA, ARUS KAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 20