Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

(1)

LAMPIRAN I

Daftar Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampel

NO Perusahaan Manufaktur NO Perusahaan Manufaktur 1 Inducement tunggal prakarsa Tbk 24 Kertas Basuki Rachmat Tbk

2 Holcim Indonesia Tbk 25 Indomobil Sukses International Tbk 3 Semen Gresik Tbk 26 Multi Prima Sejahtera Tbk

4 Asahimas Flat Glass Tbk 27 Multistrada Arah Sarana Tbk 5 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 28 Polychem Indonesia Tbk 6 Mulia industrindo Tbk 29 Argo Pantes Tbk

7 Alaska industrindo Tbk 30 Centex Tbk

8 Alumnindo light metal Tbk 31 Ever Shine Textile Industry Tbk 9 Gunawan Dianjaya Stell Tbk 32 Pan Asia Indosyntec Tbk

10 Jaya Pari Stell Tbk 33 Indo Rama Synthetic Tbk 11 Krakatau Stell Tbk 34 Karwell Indonesia Tbk 12 Hanson International Tbk 35 Apac Citra Centertex Tbk 13 Pelat Timah Nusantara Tbk 36 Asia Pasific Fibers Tbk

14 Barito Pasific Tbk 37 Sunson Textile Manufacturer Tbk 15 Eterindo Wahanatama Tbk 38 Primaindo Asia Infrastructure Tbk 16 Chandra Asri Petrocemical Tbk 39 Sat Nusa Persada Tbk

17 Alam Karya Unggul Tbk 40 Prasida Aneka Niaga Tbk

18 Titan Kimia Nusantara Tbk 41 Bentoel Internatioal investama Tbk 19 Siwani Makmur Tbk 42 Tempo Scan Pasific Tbk

20 Trias Sentosa Tbk 43 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk 21 Yana Prima Hasta Persada Tbk 44 Martina Bento Tbk

22 Sumalindo Lestari Jaya Tbk 45 Langgeng Makmur Industry Tbk 23 Fajar Surya Wisesa Tbk


(2)

LAMPIRAN II HASIL SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba 135 .6073 .9322 .784356 .1097045

Arus Kas 135 .0140 .7434 .336707 .1659182

Valid N (listwise) 135

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba 135 .6073 .9322 .784356 .1097045

Arus Kas 135 .0140 .7434 .336707 .1659182

Financial Distress 135 0 1 .22 .417

Valid N (listwise) 135

Financial Distress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Mengalami Financial

Distress

105 77.8 77.8 77.8

Mengalami Financial Distress 30 22.2 22.2 100.0


(3)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 143.501 -1.111

2 143.021 -1.248

3 143.021 -1.253

4 143.021 -1.253

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 143.021

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant X1 X2

Step 1 1 118.813 3.339 -4.548 -2.621

2 112.309 5.029 -6.402 -4.527

3 111.772 5.592 -6.964 -5.362

4 111.766 5.653 -7.020 -5.471

5 111.766 5.654 -7.021 -5.473

6 111.766 5.654 -7.021 -5.473

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 143.021

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 31.255 2 .000

Block 31.255 2 .000


(4)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 111.766a .207 .316

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 10.481 8 .233

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 -7.021 2.245 9.781 1 .002 .001

X2 -5.473 1.851 8.738 1 .003 .004

Constant 5.654 1.649 11.756 1 .001 285.403

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2.

Correlation Matrix

Constant X1 X2 Step 1 Constant 1.000 -.947 -.116

X1 -.947 1.000 -.177 X2 -.116 -.177 1.000

Classification Tablea

Observed Predicted Financial Distress Percentage Correct Tidak Mengalami Financial Distress Mengalami Financial Distress Step 1 Financial Distress Tidak Mengalami Financial

Distress

98 7 93.3

Mengalami Financial Distress 21 9 30.0

Overall Percentage 79.3


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Asquith, Paul, Robert Gertner, and David Scharfstein. 1994. Anatomy of Financial Distress: An Examination of Junk-Bond Issuers. The Quarterly Journal of

Economics, Vol. 109, No. 3 (Aug., 1994), pp. 625-658.

Atmini, Sari. 2005. “Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Textile Mill Products dan Apparel andOther Textile Products yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” SimposiumNasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005.

Azis A.dan G. H. Lawson. 1989. Cash Flow Reporting and Financial Distress Models: Testing and Hypotheses. Financial Management 19, No. 1, Spring: 55-63.

Bayu.2009 . “Makalah Artikel Ekonomi Indonesia: Artikel Tentang Laba.” http://cafeekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html.

Diakses Tanggal 12 Januari 2010.

Belkaoui, Ahmed. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Claessens, S., S. Djankov, J. P. Han, dan Larry H. P. 2000. “ Expropriation of Minority Shareholders: Evidence from East Asia.” Policy Research. Working Paper 2088 The World Bank.

Ediningsih, Sri Isworo. 2004. “Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumbuhan Laba: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ.” Wahana-jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 7, No. 1.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap , Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan . Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE. Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah I. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hidayat, Khomarul. 2005. “Masih Mampukah Bank Nasional Bersaing ?”


(6)

Diakses tanggal 11 Agustus 2010.

Hill N. T., S. E.Perry dan S.Andes.1996. Evaluating Firms in Financial Distress: An Event History Analysis.Journal of Applied Business Research 12(3): 60-71. Kose John,Larry H.P.Lang, dan Jeffry Netter. 1992. The Voluntary Restructuring of Large Firms in Response to Performance Decline. The Journal of Finance, Vol XLVII, No.3.

Laba.2008. http://kelompoklaba.wordpress.com/2008/08/27/laba/.Diakses tanggal 3 Maret 2010.

Lau A. H. 1987. A Five State Financial Distress Prediction Model. Journal of Accounting Research 25: 127-138.McCue, M.J. 1991. The Use of Cash Flow to Analyze Financial Distress in California Hospitals.Hospital and Health Service Administration, 36: 223-241.Muqodim, 2005.Teori

Akuntansi, Edisi 1. Ekonisia. Yogyakarta: Ekonisia.Pakpahan, Hombar. 2009. “ Pengertian Kas.

Parulian, Safrida Rumondang. 2007. “Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik.” Integrity-Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No. 3, h.263-274.

Purwanti, Yulia. 2005. “ Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi Dipublikasikan. Fakultas

Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/20080612031421013

123 84.pdf.Diakses tanggal 11 Januari 2010.

Rahmat.2009 . “Laba Akuntansi”. http://blog.re.or.id/laba-akuntansi.htm. Diakses tanggal 3 Maret 2010.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Tirapat, Sunti dan A. Nittayagasetwat. 1999. An Investigation of Thai Listed Firms’ Financial Distress Using Macro and Micro Variables. Multinational FinanceJournal, Vol 3: 103-125.


(7)

Wardhani, Ratna. 2006 .“Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms).”Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, h. 1-26. Whitaker R. B. 1999.The Early Stages of Financial Distress.Journal of


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini . Jenis penelitian ini adalah asosiatif kausal .penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel (Erlina, 2011 : 20).

Metode ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini tergolong kuntitatif karena analisis datanya bersifat kuantitatif atau statistik.Metode penelitian kuantitatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011:14) adalah :

Metode penelitian sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme; metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu; teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan perhitungan teknik sampel tertentu yang sesuai; pengumpulan data kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai perusahaan dan profitabilitas terhadap earning response coefficient dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating pada


(9)

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2014.

3.2Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa batasan agar tujuan peneliti yang telah dapat tercapai. Untuk itu peneliti menetapkan batasan operasional dalam penelitian ini :

1. Data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.

2. Data harga saham dan informasi jumlah saham yang beredar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 serta data indeks harga saham gabungan (IHSG).

3. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel independen meliputi Laba dan Arus Kas.

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Financial distress 3.3 Definisi Operasional dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Erlina (2011 : 48) Konsep secara operasional adalah menjelaskan karakterisik dari objek kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian.

Tujuan dari definisi operasional adalah agar dalam penelitian ini dijabarkan secara jelas definisi dari variabel independen dalam penelitian ini dan menguji pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.


(10)

3.3.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variable terikat yaitu financial distress,sedangkan variable bebas yang di gunakan yaitu laba dan arus kas.

3.3.2 Defenisi Operasional Variabel

3.3.2.1 Laba

Laba adalah selisih lebih antara pendapatan dengan beban.Laba yang digunkan dalam penelitian adalah laba sebelum pajak / earning before tax (EBT) pada keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam perhitungannya mengunakan rasio laba terhadap total asset yaitu laba sebelum pajak dibagi dengan total asset. Tahun yang digunakan yaitu tahun 2012 -2014 untuk di lihat prediksi financial distress pada tahun selanjutnya.

3.3.2.2 Arus Kas

Arus kas adalah laporan penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu tertentu.Arus kas diambil dari angka arus kas yang disajikan dalam laporan keuangan pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam perhitungannya menggunakan rasio arus kas terhadap total asset yaitu arus kas dibagi dengan total asset. Tahun yang di gunakan dalam penelitian yaitu thaun 2012 – 2014 untuk dilihat prediksi financial distress pada tahun selanjutnya.


(11)

3.3.2.3 Financial distress

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan.Pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Asquith, Gertner dan Scharfstein, (1994), dimana mendefinisikan perusahaan yang mengalami financial distress menggunakan interest

coverage ratio.Interest coverage ratio merupakan suatu rasio yang menunjukkan

seberapa kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran bunga hutang yang dimilikinya. Suatu perusahaan akan dianggap sedang mengalami financial distress jika mempunyai interest coverage ratio yang kurang dari 1, sedangkan perusahaan secara idealnya harus mempunyai interest coverage ratio lebih dari 1,5 agar dapat dikatakan bahwa perusahaan sedang dalam keadaan baik. Untuk menghitung interest

coverage ratio adalah sebagai berikut :

ICR = ����

���������������

Keterangan :

ICR :Interest Coverage Ratio

EBIT :Earning Before Interest and Tax Interest Expense : Beban Bunga

Variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy, sehingga dalam pengukurannya yaitu perusahaan yang mengalami financial distress diberi skor 1, sedangkan perusahaan yang tidak mengalami financial distress diberi skor 0.


(12)

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012 – 2014. Data pada tahun 2012,2013 dan 2014 digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress pada 1 tahun setelahnya yaitu tahun 2012,2013, dan 2014.

3.4.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) .teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sample yang dipilih berdaarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Tercatat sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dan secara terus menerus melaporkan laporan keuangannya

2. Sampel telah mempublikasikan laporan keuangan auditan antara tahun 2012-2014.

3. Perusahaan mempunyai laba bersih negative (net income) selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut. Kriteria ini menunjukkan kondisi financial distress karena dengan adanya laba bersih (net income) negative selama dua tahun berturut-turut atau lebih berarti perusahaan mengalami penururan kondisi keuangan atau kerugian.


(13)

4. Perusahaan yang tidak mempunyai data laporan keuangan lengkap di keluarkan dari sampel.

Tabel 3.1

No Kode Perusahaan

Kriteria

Sampel

1 2 3 4

1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk     1

2 SMCB Holcim Indonesia Tbk     2

3 SMGR Semen Gresik Tbk     3

4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk     4

5 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk  - - 

6 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk  - - 

7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk     5

8 MLIA Mulia Industrindo Tbk     6

9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk   - 

10 ALKA Alaska Industrindo Tbk     7

11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk     8

12 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk  -  

13 CTBN Citra Turbindo Tbk   - 

14 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk     9

15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk   - 

16 ITMA Itamaraya Tbk  - - 


(14)

18 JPRS Jaya Pari Steel Tbk     10

19 KRAS Krakatau Steel Tbk     11

20 LION Lion Metal Works Tbk   - 

21 LMSH Lionmesh Prima Tbk   - 

22 MYRX Hanson International Tbk     12

23 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk     13

24 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk   - 

25 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk  -  

26 BRPT Barito Pasific Tbk     14

27 BUDI Budi Acid Jaya Tbk  - - 

28 DPNS Duta Pertiwi Nusantara   - 

29 EKAD Ekadharma International Tbk  - - 

30 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk     15

31 INCI Intan Wijaya International Tbk   - 

32 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo  - - 

33 SRSN Indo Acitama Tbk   - 

34 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk     16

35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk   -

-36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk     17

37 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk   -


(15)

39 BRNA Berlina Tbk   -

-40 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk     18

41 IGAR Champion Pasific Indonesi Tbk   - 

42 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk   - 

43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk   -

-44 SIMA Siwani Makmur Tbk     19

45 TRST Trias Sentosa Tbk     20

46 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk     21

47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk   -

-48 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk   - 

49 MAIN Malindo Feedmill Tbk  -  

50 MBAI Multibreeder Adirama Indonesia Tbk   - 

51 SIPD Sierad Produce Tbk   -

-52 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk     22

53 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk   -  27

54 ALDO Alkindo Naratama Tbk   - 

55 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk     23

56 INKP Indah Kiat Pulp&paper Tbk   - 

57 INRU Toba Pulp Lestari Tbk   - 

58 KBRI

Kertas Basuki Rachmat Indonesia

Tbk     24


(16)

Pulp&Kertas Tbk

60 SPMA Suparma Tbk   - 

61 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk   - 

62 ASII Astra International Tbk   - 

63 AUTO Astra Auto Part Tbk   - 

64 BRAM Indo Kordsa Tbk   - 

65 GDYR Goodyear Indonesia Tbk   - 

66 GJTL Gajah Tunggal Tbk  - -

-67 IMAS Indomobil Sukses International Tbk     25

68 INDS Indospring Tbk   - 

69 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk     26

70 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk     27

71 NIPS Nippres Tbk   - 

72 PRAS Prima alloy steel Universal Tbk   - 

73 SMSM Selamat Sempurna Tbk   - 

74 ADMG Polychem Indonesia Tbk     28

75 ARGO Argo Pantes Tbk     29

76 CNTX Centex Tbk     30

77 ERTX Eratex Djaya Tbk   - 

78 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk     31

79 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk     32


(17)

81 KARW Karwell Indonesia Tbk     34

82 MYTX Apac Citra Centertex Tbk     35

83 PAFI Pan Asia Filament Inti Tbk -  -

-84 PBRX Pan Brothers Tbk   - 

85 POLY Asia Pasific Fibers Tbk     36

86 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk  - -

-87 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk     37

88 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk  

-89 TRIS Trisula International Tbk -  - 

90 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk   - 

91 UNTX Unitex Tbk   - 

92 BATA Sepatu Bata Tbk   - 

93 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk     38

94 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk -  - 

95 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk   - 

96 JECC Jembo Cable Company Tbk   - 

97 KBLI KMI Wire and Cable Tbk   - 

98 KBLM Kabelindo Murni Tbk   - 

99 VOKS Voksel Electric Tbk   - 

100 PTSN Sat Nusa Persada Tbk     39

101 ADES Akasha Wira International Tbk   - 


(18)

-103 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk -   

104 CEKA Cahaya Kalbar Tbk   - 

105 DAVO Davomas Abadi Tbk  

-106 DLTA Delta Jakarta Tbk   - 

107 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk   - 

108 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk   - 

109 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk   - 

110 MYOR Mayora Indah Tbk   - 

111 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk     40

112 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk   - 

113 SKBM Sekar Bumi Tbk   - 

114 SKLT Sekar Laut Tbk   - 

115 STTP Siantar Top Tbk   - 

116 GGRM Gudang Garam Tbk   - 

117 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk   - 

118 RMBA Bentoel International Investama Tbk     41

119 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk  -  

120 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk  - - 

121 INAF Indofarma Tbk   - 

122 KAEF Kimia Farma Tbk   - 

123 KLBF Kalbe Farma Tbk   - 


(19)

125 PYFA Pyridam Farma Tbk   - 

126 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk     42

127 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk  

-128 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk     43

129 MBTO Martina Bento Tbk     44

130 MRAT Mustika Ratu Tbk   - 

131 TCID Mandom Indoenesia Tbk   - 

132 UNVR Unilever Indonesia Tbk   - 

133 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk   - 

134 KICI Kedaung Indag Can Tbk   - 

135 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk     45

Berdasarkan kriteria tersebut, penulis menetapkan sebanyak 45 sampel perusahaan yang masuk ke dalam data sampel penelitian.

3.5 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Yaitu data yang di peroleh dari pihaklain berupa laporan publikasi.data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2012 – 2014 yang telah di dokumentasikan dalam Indonesia captal market directory (ICMD). Data tersebut diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang didapatkan


(20)

melalui internet, ya keuangan tersebut yaitu: laba udaha, beban bunga,nilai asset,total laba dan rugi, dan kenaikan (penurunan) bersih kas atau setara kas.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan tahapan penelitian pendahuluan. Yaitu meakukan studi ke perpustakaan dengan mempelajari buku – buku , bacaan lain atau literature yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap ini juga dilakukan pangkajian fdata yang dibutuhkan yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data dan gambaran pengelolahan data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan bahan – bahan tertulis atau data yang dibuat oleh pihak lain. Data tersebut antara lain:

a. Daftar nama seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2012 – 2014 yang terdapat dalam Indonesian capital market directory (ICMD).

b. Data laporan keuangan auditan masing-masing perusahaan periode tahun 2012 -2014 yang diperoleh melalui


(21)

3.7 Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistic (logistic regression)Yaitu peneliti ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variable terikat dapat diprediksi dengan variable bebasnya.Pada pengujian ini dilakukan dengan mengkategorikan variable terikatnya ke dalam kelompok – kelompok tertentu, yaitu financial distress dan non financial distress.selain itu, alat analitis lain yang digunakan adalah statistij deskriptif. Dalam penelitian ini digunakan alat bantu berupa software computer program SPPS.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan metode-metode statistik yang berfungsi untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Suatu data dapat dideskripsikan melalui mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, skewness, dan kurtosis (Ghozali, 2011). Mean menunjukkan nilai rata-rata dari sampel. Maksimum dan minimum menunjukan nilai terbesar dan terkecil dari sampel tersebut.Selanjutnya adalah Range, yang mana menunjukkan selisih antara nilai maksimum dan minimum.Adapun skewness berfungsi untuk mengukur kemiringan distribusi data, sedangkan kurtosis digunakan untuk mengukur puncak distribusi data.Keduanya merupakan ukuran untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal ataukah tidak.


(22)

3.7.2 Uji Hipotesis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif dan uji hipotesis dengan menggunakan regresi logistik.Penggunaan analisis regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (tepat dan tidak tepat).Teknik analisis dalam mengolah data ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2011:225).Dalam melakukan analisis regresi logistik, dilakukan pengujian Kelayakan Model Regresi, Menilai Keseluruhan Model, Koefisien Determinasi, dan Pengujian Simultan. Model atau rumus regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut (Ghozali, 2011:228):

Dalam melakukan analisis regresi logistik, dilakukan pengujian sebagai berikut : 1.Menguji kelayakan model regresi logistik Pengujian kelayakan model regresi logistik dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Goodness yang diukur dengan nilai Chi-square. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Goodness menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika


(23)

nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Test tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

2 . Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number = 1). Adanya pengurangan nilai antara 2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai --2LL pada langkah berikutnya (--2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3.Koefiens determinasi (R2)

Pegujian koefisien determinasi pada regresi logistik dengan menggunakan Nagelkerke’s R square.Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kombinasi variabel independen yaitu kompetensi aparatur dan kepemimpinan mampu menjelaskan variasi variabel dependen yaitu ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan.


(24)

4. Pengujian Simultan (Omnibus Test of Model Coefficient) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen yang terdiri dari kompetensi aparatur dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai

probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α). Untuk menentukan penerimaan atau penolakan H0 didasarkan pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan kriteria :

1. H0 tidak akan ditolak apabila statistik Wald hitung < Chi- square tabel,

dan nilai probabilitas (sig) > tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H

alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan veriabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak.

2. H0 ditolak apabila statistik Wald hitung > Chi-square tabel, dan nilai

probabilitas (sig) < tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif

diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat diterima

3.7.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)

Uji T bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Lubis, 2007 : 51)


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel laba dan x4. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba 135 .6073 .9322 .784356 .1097045

Arus Kas 135 .0140 .7434 .336707 .1659182

Financial Distress 135 0 1 .22 .417

Valid N (listwise) 135

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui laba minimum adalah 0,6073 sedangkan nilai labamaksimum adalah 0,9322. Diketahui nilai rata-rata (mean) laba adalah 0,784356, dan standar deviasinya adalah 0,1097045. Diketahui arus kas minimum adalah 0,0140, sedangkan maksimum adalah 0,7434. Diketahui nilai rata-rata (mean) arus kas adalah 0,336707, dan standar deviasinya adalah 0,1659182. Diketahui financial distress minimum adalah 0 (tidak mengalami financial distress), sedangkan maksimum adalah 1 (mengalami financial distress). Diketahui nilai rata-rata (mean) financial distress adalah 0,22, dan standar deviasinya adalah 0,417.


(26)

4.2 Uji Asumsi Multikolinearitas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya.Multikolinearitas merupakan situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya.Dalam penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi.Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi Correlation Matrix

Constant X1 X2 Step 1 Constant 1.000 -.947 -.116

X1 -.947 1.000 -.177 X2 -.116 -.177 1.000

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa korelasi antara X1 (laba) dan X2 (arus kas) sebesar -0,177. Dari hasil pengujian pada Tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0,90 (Ghozali, 2013). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa lolos dari uji gejala multikolinieritas.


(27)

4.3 Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai --2 log likelihood pada akhir (block number = 1). Nilai -2log likelihood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 143.501 -1.111

2 143.021 -1.248

3 143.021 -1.253

4 143.021 -1.253

Tabel 4.4 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant X1 X2

Step 1 1 118.813 3.339 -4.548 -2.621

2 112.309 5.029 -6.402 -4.527

3 111.772 5.592 -6.964 -5.362

4 111.766 5.653 -7.020 -5.471

5 111.766 5.654 -7.021 -5.473

6 111.766 5.654 -7.021 -5.473

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 0 iterasi 4, memperoleh nilai sebesar 143,021. Kemudian pada Tabel 4.4 dapat dilihat nilai 2 LL akhir, nilai -2log likelihood pada step 1 iterasi 6 adalah 111,766.


(28)

Tabel 4.5 Menguji Model Fit Nilai -2Loglikelihood

Keterangan Awal Akhir

71,393 53,445

Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu laba dan arus kas ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.

Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu laba dan arus kas ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.

4.4 Menguji Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan goodness of fitness test yang diukur berdasarkan nilai Chi-Square pada Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.481 8 .233


(29)

Gambar 4.1 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel

Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai Chi-Square tabel bernilai 15,507. Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, maka dapat diketahui dengan membandingkan nilai statistik Chi-square terhadap Chi-Square Tabel.

����������� −����� ℎ��2 ≤ �������2 ,���� ����������.

���������� �−����� ℎ��2 > �������2 ,���� ����������������.

Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square (10,481) lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.

Tabel 4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Chi-Square

Chi Square Hitung

Chi Square

Tabel Keterangan

9,077 15,507

Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square (9,077) lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.


(30)

Tabel 4.8 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Sig.

Sig.

Tingkat

Signifikansi Keterangan

0,233 0,05

Perhatikan bahwa karena Sig. (0,233) lebih besar dibandingkan 0,05, maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.

4.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s 2untuk mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan atau menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s 2dapat diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan atau menerangkan variabel tak bebas. Tabel 4.9 menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s 2.

Tabel 4.9 Nagelkerke R Square Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 111.766a .207 .316

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Berdasarkan Tabel 4.9, nilai statistik Nagelkerke R Square 0,316. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai kemampuan laba, dan arus kas dalam mempengaruhi financial distress sebesar 31,6%, sisanya 60,4% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain.


(31)

4.6 Uji Signifikansi Model secara Simultan

Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 4.10) berfungsi untuk melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik, yakni melihat pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama (simultaneously) terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.10, diperoleh nilai probabilitas (Sig.) 0,000. Karena nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap financial distress.

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Model secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 31.255 2 .000

Block 31.255 2 .000

Model 31.255 2 .000

4.7 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji Wald)

Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji � digunakan untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistik, uji signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald.Dalam uji Wald, statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic).Nilai statistik dari uji Wald berdistribusi chi-kuadrat.


(32)

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 -7.021 2.245 9.781 1 .002 .001

X2 -5.473 1.851 8.738 1 .003 .004

Constant 5.654 1.649 11.756 1 .001 285.403

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2.

Berdasarkan Tabel 4.11, nilai probabilitas (Sig.) dari laba (X1) adalah 0,002, yakni lebih kecil dari 0,05, maka laba berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%. Begitu juga pada variabel arus kas (X2), nilai probabilitas (Sig.) dari arus kas adalah 0,003, yakni lebih kecil dari 0,05, maka arus berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%.

4.8 Pembahasan

4.8.1 Pengujian Pengaruh Labaterhadap Financial Distress

Berdasarkan Tabel 4.11, diketahui nilai koefisien regresi (kolom B) untuk variabel laba (X1) adalah -0,7021. Nilai koefisien regresi tersebut bernilai negatif, yang dapat diartikan variabel laba berpengaruh negatif terhadap financial distress. Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari laba (X1) adalah 0,002, yakni lebih kecil dari 0,05, maka laba berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%.


(33)

4.8.2 Pengujian Pengaruh Arus Kasterhadap Financial Distress

Berdasarkan Tabel 4.11, diketahui nilai koefisien regresi (kolom B) untuk variabel arus kas (X2) adalah -5,473. Nilai koefisien regresi tersebut bernilai negatif, yang dapat diartikan variabel arus kas berpengaruh negatif terhadap financial distress. Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari arus kas (X2) adalah 0,003, yakni lebih kecil dari 0,05, maka arus kas berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kemampuan seluruh variabel bebas, yakni laba dan arus kas secara bersama-sama dalam mempengaruhi financial distress sebesar 31,6%, sisanya 60,4% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh simultan dengan uji Omnibus Tests of Model Coefficients, diketahui pengaruh simultan seluruh variabel, yakni laba dan arus kas terhadap financial distress signifikan, dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,000, yakni lebih kecil dari 0,05. Sementara pada pengujian pengaruh parsial, nilai probabilitas (Sig.) dari laba (X1) adalah 0,002, yakni lebih kecil dari 0,05, maka laba berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%. Begitu juga pada variabel arus kas (X2), nilai probabilitas (Sig.) dari arus kas adalah 0,003, yakni lebih kecil dari 0,05, maka arus berpengaruh signifikan terhadap financial distress, pada tingkat signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap penerimaan financial distress, serta memperluas ruang lingkup penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas. Dikarenakan variabel laba dan arus kas berpengaruh signifikan terhadap financial distress, maka perusahaan harus lebih memprioritaskan dalam memperhatikan aspek tersebut, dikarenakan pengaruh kedua variabel tersebut yang signifikan


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan sedang

menghadapi masalah kesulitan keuangan.Menurut Platt dan Platt (2002) financial

distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi

sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi financial distress tergambar dari ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya suatu dana untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Berdasarkan pernyataan dari Whitaker (1999), yang menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan berada dalam kondisi financial distress atau kesulitan keuangan apabila perusahaan tersebut mempunyai laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun. Menurut Fachrudin (2008), ada beberapa definisi kesulitan keuangan menurut tipenya, antara lain sebagai berikut :

1. Economic failure

Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan

perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya, termasuk cost of capital.Bisnis ini masih dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur bersedia menerima tingkat pengembalian (rate of return) yang di bawah pasar.

2. Business Failure

Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan alasan mengalami kerugian.


(36)

3. Technical insolvency

Adapun sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan technical insolvency apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya ketika jatuh tempo.Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kekurangan likuiditas yang bersifat sementara, dimana jika diberikan beberapa waktu, maka kemungkinan perusahaan bisa membayar hutang dan bunganya tersebut. Di sisi lain, apabila technical insolvency merupakan gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah tanda perhentian pertama menuju bankruptcy

4. Insolvency in Bankruptcy

Insolvency in bankruptcy bisa terjadi di suatu perusahaan apabila nilai buku

hutang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar asset saat ini.Kondisi tersebut bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical insolvency, karena pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan ekonomi, bahkan mengarah pada likuidasi bisnis.Perusahaan yang sedang mengalami keadaan seperti ini tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

5. Legal Banckruptcy

Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara hukum apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Brigham dan Gapenski, 1997).

Emrinaldi (2007) menyatakan kondisi yang paling mudah dilihat dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah pelanggaran komitmen pembayaran hutang yang diiringi dengan penghilangan pembayaran dividen terhadap investor. Tidak ada pengertian yang baku mengenai apa itu financial distress,


(37)

begitupun juga pada peneliti-peneliti terdahulu yang berbeda-beda dalam mengartikan

financial distress, namun sebenarnya inti dari pengertian financial distress adalah

sama, yaitu menyangkut kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Meskipun ada perbedaan, perbedaan ini tergantung pada cara pengukurannya (Wardhani, 2006).

Elloumi dan Gueyie (2001), mengkategorikan suatu perusahaan sedang mengalami financial distress jika perusahaan tersebut selama dua tahun berturut-turut mempunyai laba bersih negatif. Classens, et al (1999) dalam Wardhani (2006), mendefinisikan sebuah perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan adalah perusahaan yang memiliki interest coverage ratio kurang dari satu. Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net

operation income) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan

pembayaran dividen.Baldwin dan Scott (1983), menyatakan bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya dengan dilanggarnya persyaratan hutang (debt covenants) disertai penghapusan atau pengurangan pembiayaan dividen. Penelitian lain dilakukan oleh Wruck (1990), yang menyatakan bahwa perusahaan mengalami

financial distress sebagai akibat dari permasalahan ekonomi, penurunan kinerja, dan

manajemen yang buruk.

Menurut Lau (1987) dan financial distress dilihat dengan adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran dividen. Asquith, Gertner, dan Scharfstein (1994), melakukan pengukuran financial distress dengan menggunakan interest coverage ratio. Hofer (1980) dan Whitaker (1999),


(38)

mendefinisikan financial distress jika di tahun tersebut perusahaan memiliki laba operasi besih negatif.Suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai financial distress adalah jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, dimana ditunjukkan dengan semakin turunnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya kepada kreditur (Hanifah, 2013).

Menurut atmini (2005), financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana suatu perusahan menghadapi maslah kesulitan kauangan. McCue (1991) mendefenisikan financial distress sebagai suatuarus kas negative, sedangkan Tirapat dan Nittayagasetwat (1999) mengatakan bahwa perusahaan mengalami financial distress jika perusahaan menghentikan operasinya dan perusahaan merencanakan untuk melakukan restrukturisasi.

Prediksi kondisi financial distress suatu perusahaan menjadi perhatian banyak pihak. Pihak – pihak yang menggunakan model tersebut meliputi (Purwati, 2005) :

1. Pemberi pinjaman

Penelitian berkaitn dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.


(39)

2. Investor

Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan

Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini ,menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah

Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrush regulation.

5. Auditor

Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6. Manajemen

Apabila perusahaan mengalami kabangkrutan maka perusahab akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian aksa akibat ketetapan pengadilan) sehingga dengan adanya model prediksi financial distress, diharapkan perusahaan dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.


(40)

Financial distress terjadi ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial difficult) yang dapat diakibatkan oleh bermacam-macam akibat. Salah satu

penyebab kesulitan keuangan menurut Brigham dan Daves (2003) adalah adanya serangkaian kesalahan yang terjadi di dalam perusahaan, pengambilan keputusan yang kurang tepat oleh manajer, dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen perusahaan, serta penyebab yang lain adalah kurangnya upaya pengawasan terhadap kondisi keuangan sehingga penggunaan dana perusahaan kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa tidak ada jaminan perusahaan besar dapat terhindar dari masalah ini, alasannya adalah karena financial distress berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan dimana setiap perusahaan pasti akan berurusan dengan keuangan untuk mencapai target laba dan kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.2 Laba

Commite on terminology mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB statement mengartikan laba rugi sebagai kelebihan atau deficit penghasilan diatas biaya selama periode akuntansi (Harahap, 2002).

FASB statement mendefenisikan accounting income atau laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity (net income) dari suatu entity selama suatu period tertentu yang diakbatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal


(41)

dari bukan pemilik.dalam income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain dari pemilik dan pembayaran kepada pemilik (Harahap, 2002).

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba.Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya.Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Makna laba sacara umum adalah kanaikan kemakmuran suatu periode yang dapat dinikmati asalakn kemakmuran awal masih tetap di pertahankan. Laba aatau keuntungan dapat didefenisikandengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefenisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya – biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara


(42)

itu, lana dalam akuntansi didefenisikan sebagai selisih antaraharga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefenisian biaya (Rahmat,2009).

Menurut Ediningsih (2004), laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba. Dalam akuntansi, perbandingan tersebut memiliki dua tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengakuan pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengakuan biaya. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada gambaran meningkatnya atau menurunnya modal bersih.Sedangkan menurut Harnanto (2003), laba adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu.Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi.

Dalam akuntansi, laba adalah perbedaan antara harga dan biaya untuk transaksi pasar apapun yang dicatat perusahaan dalam hal biaya komponen barang yang diserahkan dan/atau jasa dan setiap operasi atau biaya lainnya.Belkaoui (2000) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis), laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya.


(43)

Menurutnya, SFAC No. 1 mengasumsikan bahwa laba perusahaan merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas di masa depan.

Laba perusahaan dengan berbagai interpretasi diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai berikut (Suwardjono 2005):

2. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital).

3. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen. 4. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.

5. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.

6. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik. 7. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

8. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

9. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. 10.Dasar pembagian dividen.

Bila dikaji secara mendalam, laba perusahaan bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba, melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005) adalah:


(44)

1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba perusahan bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laba perusahaan telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi nyata yg didukung oleh bukti.

3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba perusahaan memenuhi dasar konservatisme.

4. Laba perusahaan bermanfaat untuk tujuan pengendalian, terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Laba perusahaan diharapkan dapat digunakan sebagai: pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, sarana alokasi sumber ekonomik, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak utang-piutang, basis kompensasi, motivator, dan dasar pembagian dividen. Dalam penyajian laba, pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statement laba-rugi, sedangkan pos-pos yang merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statement laba ditahan atau statement perubahan ekuitas.


(45)

2.1.3 Arus Kas

Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan tersebut. Kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang, dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Kas menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan.Kas juga menjadi sangat penting karena baik perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi likuiditas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.

Kas terdiri dari saldo kas yang ditangan perusahaan dan termasuk rekening giro.Setoran kas adalah aset yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi dan dengan cepat dapat dijadikan menjadi kas.Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca.Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian, kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha.

Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu (Pakpahan, 2009):


(46)

2. Kas merupakan harta yang siap dan mudah untuk digunakan dalam transaksi serta ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.

3. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak dan tidak kurang.

Pengolahan kas dapat dikriteriakan sebagai berikut

1. Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah. 2. Dapat digunakan setiap saat bila dikehendaki.

3. Diterima sesuai nilai nominalnya pada saat diuangkan tersebut.

Variabel arus kas dalam penelitian ini dilihat pada laporan arus kas suatu perusahaan dalam laporan keuangan tahunannya. Laporan arus kas tersebut banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

Dalam penyajian laporan arus kas ini memisahkan antara transaksi arus kas dalam tiga kategori yaitu (Harahap, 2002):

1. Kas yang berasal dari atau digunakan untuk kegiatan operasional. 2. Kas yang berasal dari atau digunakan untuk kegiatan invetasi. 3. Kas yang berasal dari atau digunakan untuk kegiatan pendanaan.


(47)

Untuk menentukan arus kas apa saja yang masuk dalam golongan operasional, investasi, dan pendanaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kegiatan Operasional

Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya.

Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dikelompokkan dalam golongan ini. Demikian juga arus kas masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operasional, misalnya:

1. Penerimaan dari langganan. 2. Penerimaan deviden.

3. Penerimaan dari piutang bunga. 4. Penerimaan refund dari supplier.

Arus kas keluar misalnya berasal dari :

1. Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa yang akan dijual. 2. Bunga yang dibayar atas utang perusahaan.

3. Pembayaran pajak penghasilan. 4. Pembayaran gaji.


(48)

2. Kegiatan Investasi

Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan. Transaksi ini berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi atau non kas lainnya yang digunakan oleh perusahaan.Arus kas masuk terjadi jika kas diterima dari hasil atau pengembalian investasi yang dilakukan sebelumnya, misalnya dari hasil penjualan.

Arus kas yang diterima misalnya berasal dari:

1. Penjualan aktiva tetap.

2. Penjualan surat berharga yang berupa investasi. 3. Penagihan pinjaman jangka panjang.

4. Penjualan aktiva lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi.

Arus kas keluar dari kegiatan ini misalnya berasal dari:

1. Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap. 2. Pembelian investasi jangka panjang.

3. Pemberian pinjaman kepada pihak lain.

4. Pembayaran untuk aktiva yang digunakan dalam kegiatan produktif, seperti hak paten.


(49)

4. Kegiatan Pendanaan

Kegiatan pendanaan adalah kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang kepada mereka.Arus kas dalam kelompok ini terkait dengan bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dalam kategori ini, arus kas masuk merupakan perolehan dari kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Sedangkan arus kas keluar adalah pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditor atas dana yang diberikan sebelumnya.

Dalam PSAK No. 2, perusahaan diwajibkan untuk melaporkan arus kas dari aktifitas operasi dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:

1. Metode Langsung

Metode langsung mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto.Dalam metode ini setiap perkiraan yang berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan pendapatan dan pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan dan pembayaran aktual dari kas.Jadi, metode langsung memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrual, oleh karena itu dianggap lebih informatif dan terperinci. Dijelaskan oleh IAI dalam PSAK No. 2, dengan metode langsung ini, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:

1. Dari catatan akuntansi perusahaan

2. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk perubahan persediaan, piutang usaha dan


(50)

hutang usaha dalam periode berjalan, pos bukan kas lainnya, dan pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

2. Metode Tidak Langsung

Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Jadi, pada dasarnya metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan.Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca.Dalam PSAK No. 2 juga diatur mengenai penentuan arus kas bersih dalam aktifitas operasi dalam metode tidak langsung. Dalam metode ini, arus kas bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:

1. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan.

2. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian, valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi.


(51)

Perbedaan antara kedua metode ini terletak pada penyajian arus kas yang berasal dari kegiatan operasi.Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar.Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi.

IAI dalam PSAK No. 2 menganjurkan perusahaan memilih menggunakan metode langsung karena metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Namun, penyusunan laporan arus kas dengan metode ini lebih sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama. Jadi, kedua metode diatas dapat ditetapkan dan akan memberikan hasil yang sama. Pemilihan antara keduanya tergantung kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan.Bentuk laporan dengan metode tidak langsung lebih sering digunakan karena dalam penyusunannya lebih mudah dan sederhana dibanding dengan metode langsung.

Laporan arus kas berfungsi untuk melaporkan arus kas masuk maupun arus kas keluar perusahaan selama periode tertentu.Laporan ini memberikan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi kewajiban, dan membayar deviden. Laporan ini digunakan oleh pihak manajemen untuk


(52)

mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang.

Menurut Hery (2009), laporan arus kas diperlukan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

2. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.

3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa mendatang.


(53)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel yang diteliti Hasil Penelitian

1 Atmini (2005)

Manfaat laba dan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan textile mill product and apparel and other textile product yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Variabel independen: Laba dan Arus kas

Variable dependen : Financial distress

bahwa model laba merupakan model yang lebih baik dari pada model arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

2 Hanifah (2010) pengaruh corporate dan financial indicators terhadap financial distress (Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di beursa efek Indonesia periode 2009-2010 Variable Independen: corporate governance dan financial indicators variable dependen: financial distress bahwa ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, dan operating capacity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi financial distress. Sedangkan ukuran dewan komisaris, komisaris independen, ukuran komite audit, likuiditas, dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. 3 Fanni Djingkang

dan Maria Rio Rita (2011)

Menguji dan menganalisi efek laba dan arus kas untuk memprediksi financial distress (Studi kasus pada perusahaan di sector

Variable Independen: Laba dan Arus kas

Variable dependen: Financial distress

1. bahwa modal laba cukup kuat untuk digunakan sebagai model prediksi


(54)

tekstil dan garmen di bursa efek Indonesia 2009-2011) kondisi financial distress suatu perusahaan dibandingkan model arus kas karena model laba memberikan angka ketepatan klasifikasi yang lebih tinggi.

4 Fitria

Wahyuningtyas (2010)

Penggunaan laba dan arus kas dalam memprediksi

kondisi financial distress (Study kasus pada perusahaan bukan bank yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2005-2008)

Variable Independent: Laba dan Arus kas

Variable dependen: Financial distress Menunjukkan bahwa laba memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress yang terjadi pada seluruh perusahaan

bukan bank. Penelitian ini gagal untuk membuktikan pengaruh laba dalam memprediksi kondisi financial distress yang terjadi pada seluruh perusahaan bukan bank.


(55)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pengaruh laba dan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress (Study kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek

Indonesia periode tahun 2012-2014) laba

Arus Kas

Financial distress


(56)

2.4 Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu menguji Apakah Laba dan Arus Kas berpengaruh dalam memprediksi Financial Distress perusahaan Manufaktur yang terdaftrar di Bursa Efek Indonesia ( BEI) pada periode tahun 2012 – 2014.

1 . Hubungan Laba dengan Financial Distress

Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembagian deviden kepada para investor.Laba bersih suatu perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian deviden kepada investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan deviden. Hal ini jika terjadi berturut-turut akan mengakibatkan para investor menarik investasinya karena mereka menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau financial distress. Kondisi ini ditakutkan akan terus menerus terjadi yang nantinya akan berakhir pada kondisi kebangkrutan.

Dalam penelitian terdahulu McCue (1991) mengungkapkan bahwa kekuatan prediksi laba lebih baik dibandingkan dengan kekuatan prediksi menggunakan arus kas.Selanjutnya, penelitian Atmini (2005) mengungkapkan bahwa model laba merupakan model yang lebih baik daripada model arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Dari penjelasan tersebut maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H1: Laba mempunyai Pengaruh dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan


(57)

2. Hubungan arus kas dengan Financial Distress

Karena laporan arus kas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan keuangan lainnya, maka penggunaannya secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih tepat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaaan kas perusahaan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Dengan demikian dapat membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengevaluasi struktur dan kinerja keuangan suatu perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Casey dan Bartczak (1984) dalam Atmini (2005) menunjukkan bahwa arus kas merupakan prediksi yang buruk terhadap financial distress. Gentry et al (1985) dalam Atmini (2005) mendukung penelitian bahwa arus kas memasukkan berbagai aliran dana seperti dividen dan pengeluaran modal sedangkan Azis dan Lawson (1989) mengatakan bahwa model berbasis arus kas lebih efektif dalam memprediksi peringatan kebangkrutan lebih awal. Dari penjelasan tersebut maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H2: Arus kas mempunyai Pengaruh dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan


(58)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.Kemajuan yang sangat pesat ini disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di seluruh dunia. Bisnis yang kuat dan berpengalaman akan semakin mendapat keuntungan akan meluasnya pengaruh globalisasi. Akan tetapi di sisi lain, sebagai bisnis yang baru tumbuh ataupun bisnis yang berskala nasional akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan asing, sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

Dalam perkembangan globalisasi, ada beberapa dampak buruk yang bisa dirasakan, salah satunya adalah global financial crisis pada tahun 2008 yang berakibat pada melemahnya aktivitas bisnis secara umum.Sebagian besar negara di seluruh dunia mengalami kemunduran dan bencana keuangan karena pecahnya krisis keuangan tersebut.Krisis keuangan tersebut telah menyebabkan kebangkrutan beberapa perusahaan publik di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan negara-negara lainnya.Di samping itu, di lingkungan dalam negeri, ada beberapa dampak atas terjadinya krisis keuangan tersebut, salah satunya adalah terdapat beberapa perusahaan yang menjadi de-listing akibat dari krisis tersebut.Perusahaan bisa dide-listing dari Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress atau sedang


(59)

mengalami kesulitan keuangan (Pranowo, 2010).Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami financial distress dimana jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, dimana ditunjukkan dengan semakin turunnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur (Hanifah, 2013).

Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan.Menurut Platt dan Platt (2002), menyatakan bahwa financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan terjadi atas serangkaian kesalahan, pengambilan LLkeputusan yang kurang tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta kurangnya upaya pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Menurut Wruck (1990) financial distress merupakan suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang ataupun biaya bunga.Financial distress itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan financial distress yang paling berat (Brahmana, 2007).Adapun kesulitan keuangan


(60)

jangka pendek yang biasanya bersifat sementara dan mungkin tidak begitu parah, jika tidak ditangani secepat mungkin akibatnya dapat berkembang menjadi kesulitan keuangan yang besar dan jika terjadi berlarut-larut, perusahaan bisa dilikuidasi ataupun direorganisasi. Dalam suatu kasus,likuidasi lebih baik untuk dilakukan apabila nilai likuidasi aset perusahaan adalah lebih besar jika dibandingkan dengan nilai perusahaan apabila diteruskan (Wardhani, 2006).

Salah satu alasan perusahan menutup usahanya karena pendapatan yang di peroleh perusahaan lebih kecil dari biaya yang di keluarkan oleh perusahaan selaman jangka waktu tertentu. Disamping itu perusahaan juga tidak mampu untuk membayar kewajiban – kewajiban kepada pihak lain karena perusahaan tidak mendapatkan laba periode operasinya .

Menurut Platt (2002) dalam Atmini (2005), financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebnagkrutan atau likuidasi. Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya penundaan pengiriman , kualitas produk yang menurun dan penundan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi ini di ketahui sejak awal di harapkan perusahaan dapat memperbaiki situasi tersebut agar tidak larut dalam tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan dan likuidasi.Tujuan utama suatu perusaahn adalah untuk mendapatkan laba.Laporan laba rugi di susun dengan maksud untuk mengambarkan hasil operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Dengan kata lain , laporan laba rugi menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami keberhasilan atau malah mengalami kegagalan dalam menjalankan operasi perusahaannya. Hasil operasi di ukur dngan membandingkan


(61)

antara pendapatan perusahaan dengan biaya. Apabila pendapatan yang didapat perusahaan lebih besar maka perusahaan akan memperoleh laba dan apabila perusahaan memperoleh laba sedikit atau dengan kata lain mengeluarkan biaya lebih besar dari dapa memperoleh laba maka perusahaan megalami rugi .

Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen kepada para investor. Laba bersih suatu perusahhan digunakan sebagai dasar untuk membagikan dividen kepada investor .jika laba bersih yang di peroleh suatu perusahaan sedikit atau bahkan mengalami rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan dividen. Dan jika hal ini terjadi berturut – turut maka para investor akan menarik dana investasinya karena mereka menganggap perusahaan mengalami permasalahan keuangan atau financial distress. Kondisi ini takutnya pabila di biarkan berlama- lama maka akan berakhir pada kebangkrutan. Dengan kata lain maka laba dapat di jadikan indicator oleh pihak investor untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan. Atas dasar ini peneliti akan membuktikan secara empiris mengenai kemampuan laba dalam memprediksi ondisi financial distress suatau perusahaan.

Disamping itu, arus kas juga merupakan laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu tertentu. Setiap perusahaan akan mengalami yang namanya arus kas masuk (cash inflows) dan arus kas keluar (cash outflows) dalam menjalankan operasi perusahaannya. Dan apabila arus kas yang masuk lebih besar daripada arus kas yang keluar maka hal ini menunjukan positive cash flows, namun apabila arus


(62)

yang masuk sangan kecil dari pada arus kas yang keluar maka akan terjadi yang namanya negative cash flows.

Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran hutangnya.Apabialan arus kas perusahaan jumlahnya besar maka pihak kreditor mempunyai keyakinan untuk member pinjaman kepada perusahaan dan keyakinan pengembalian atas kredit yang diberikan. Namun apabila arus kas suatu perusahaan bernilai kecil , maka pihak kreditor akan ragu dan tidak yakin atas kemampuan perusahaan dalam mebayar hutang. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus , maka kreditor tidak akan lagi mempercayakan kreditnya kepda perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami masalah keuangan atau financial distress. Dengan kondisi demikian arus kas dapat indicator untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan oleh pihak kreditor.Atas dasara inilah peneliti sangat ingin membuktikan seacara empiris menegnai kemampuan arus kas dalam memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan.

Sudah banyak di lakukan penelitian tentang prediksi kebangkrutan atas perusahaan.Namun penelitian mengenai prediksi kondisi financial distress suatu perusahaan dengan membandingkan antara kondisi financial distress dari sudut pandang laba dan arus kas masih minim.Dan karena itu peneliti tertarik untuk membahas masalah ini yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai laba atau arus kas dapat di gunakan untuk memprediksi kondisi financial distress serta mencari model prediksi untuk memprediksi kondisi financial distress seluruh perusahaan asuransi yang terdaftar di bursa efek Indonesia.


(63)

Penelitian yang di lakukan oleh Setyaningrum (2002) dalam atmini (2005) memprediksi kekuatan dan arti penting arus kas dalam meprediksi kebangkrutan. Sedangkan casey dan barczak (1989) dalam atmini (2005)menunjukan bahwa arus kas merupakan prediksi yang buruk terhadap financial distress. Gentry et al (1985)dalam atmini (2005) mendukung penelitian bahwa arus kas memasukkan berbagai aliran dana seperti dividend an pengeluaran modal sedangkan Azis dan Lwson (1989) mengatakan bahwa model berbasis arus kas lebih efektif dalam memprediksi peringatan kebangkturan lebih awal .

Dengan dasar uraian di atas, peneliti ingin membuktikan mengenai kemampuan informasi laba dan arus kas dalam memprediksi kondisi financial suatau perusahaan.Di samping itu manakah yang lenih baik dalam memprediksi kondisi financial distress apakah laba atau arus kas.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi investor dan kreditor serta pihak internal perusahaan dalam mendeteksi kondisi financial distress. Selain itu perusahann dapat mengetahui kondisi keuangannya sehingga dapat melakukan antisipasi jika perusahaan kan mengalami kondisi financial distress.

Peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Laba dan Arus Kas dalam memprediksi kondisi financial distress ( Study kasus pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode yahun 2012 – 2014 ).


(64)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah tersebut , maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah laba dan arus kas berpengaruh dalam memprediksi kondisi financial distress pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2012 – 2014 ?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1. Untuk menguji pengaruh laba dan arus kas terhadap prediksi financial distress pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2012 – 2014.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberi kegunaan/mamfaat antara lain : 1. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak manajemen untuk mengetahui tentang pegaruh laba dan arus kas dalam meprediksi kondisi financial distress sehingga perushaan dapat mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kondisi financial distress.


(1)

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. Sebagai dosen penguji dan bapak Drs. M. Utama Nasution, M.Si. sebagai dosen pembanding yang telah meluangkan waktu memberikan bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

6. Kakak dan Adik tersayang Andrean Asprila Winardi, Mohammad Erics Triatmojo Winardi,dan adik kecil kesayangan Hanadia Syahbilla Balqis Winardi yang selalu mendoakan, menghibur dan menyemangati penulis selama penelitian ini dilakukan.

7. T.S dan G.G yang selalu menjadi penyemangat saya dalam proses penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi terselesaikan.

8. Teman-teman dari BOLANG (Abdel Renzy Lubis, Abdurrahman Efendi Tanjung, Amy Mauliddya, Ayu Enne Dahlia, Fitri Handayani,Gita Chantika Mentari, Jauhar An-nahya, Mardatilla Rahayu, M. Aldy Nazam, Ricky Suryahadi , Sartika Maha, Sri Karina Br. Kaban, dan Tri Raza Aulawie) yang selalu meluangkan waktu menghibur dan membantu mengerjakan skripsi ini.

9. Asliza Br Purba , Laila Nurli dan Siti Maisarah Lubis teman dan kakak yang selalu memberi saya semangat dan motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

10. Erna Hernawati dan Thara Marsela teman main yang jauh tapi selalu memberi semangat dan motivasi saya saat mengerjakan skripsi ini .


(2)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Penulis


(3)

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL 2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Financial distress ... 10

2.1.2 Laba ... 15

2.1.3 Arus Kas ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Batasan Operasional ... 34

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 34

3.4 Populasi dan Sampel... 37

3.5 Jenis Data... 44

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

3.7.1 Statistik Deskripti ... 46

3.7.2 Uji Hipotesis ... 47

3.7.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji T) ... 49

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.2 Uji Asumsi Multikolinearitas ... 51

4.3 Menguji Model Fit ( Overall Model Fit Test) ... 52

4.4 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 53

4.4 Koefisien Determinasi ( Nagelkerke R Square ) ... 55

4.6 Uji Signifikan Model Secara Simultan ... 56


(4)

4.8 Pembahasan ... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 59 5.2 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 60


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Data Sampel ... 38

4.1 Statistik Deskriptif ... 50

4.2 Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi ... 51

4.3 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) ... 52

4.4 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) ... 52

4.5 Menguji Model Fit ... 53

4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 53

4.7 Kelayakan Model Regregi dengan pendekatan Nilai Chi - Square ... 54

4.8 Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Sig .... 55

4.9 Nagelkerke R Square ... 55

4.10 Uji Signifikansi Model Secara Simultan ... 56


(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 30 4.1 Perhitungan Chi-Square ... 54


Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

22 132 110

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

12 49 50

PENGARUH LABA DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2010 - 2012.

0 4 20

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 2 9

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 23

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 2 3

Pengaruh Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Period Tahun 2012-2014

0 0 4

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 1 17