Penerapan Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 tentang Biaya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Ketika pihak KUA Bancar mengumpulkan para P3N, mereka diberikan lembaran fotocopy tentang peraturan biaya nikah terbaru dari Pemerintah yang kemudian ditempelkan di desa –desa para P3N. Sedangkan sosialisasi kepada calon pengantin ketika melakukan pemeriksaan berkas – berkas di Kantor KUA Bancar beberapa hari sebelum melaksanakan pernikahan. Awal dari penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014, banyak dari kalangan masyarakat Bancar baik itu dari kalangan kaya ataupun miskin memilih menikah di KUA Bancar pada jam kerja. Mereka lebih memilih dengan menikah gratis tanpa mengeluarkan biaya. Masyarakat beranggapan jumlah biaya nikah yang mereka keluarkan terlalu besar. 68 Mereka juga takut dengan ancaman gratifikasi. Masyarakat sempat bertanya kepada pihak KUA Bancar mengapa biaya nikah sekarang besar. Setelah mendapat penjelasan dan sosialisasi dari pihak KUA akhirnya masyarakat mengerti. Ketika Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 sudah berjalan lama masyarakat akhirnya memahami dan sudah terbiasa. Pada akhirnya kembali seperti sebelum adanya peraturan baru biaya nikah yang telah ditetapkan. Menurut Bapak Muzaid, sebenarnya biaya nikah tersebut terlalu besar dan masih membebani meskipun masyarakat sudah terbiasa. “Tetapi bagi masyarakat biaya nikah sudah seperti kewajiban apabila ingin melangsungkan pernikahan. Jadi mau tidak mau masyarakat harus membayar biaya nikah tersebut. Biaya nikah sekarang kalau dibilang berat ya jelas memberatkan masyarakat. Kemampuan ekonomi 68 Muzaid, Wawancara, Bancar, 4 Januari 2015 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masyarakat di desa sangat berbeda dengan masyarakat kota. Penghasilan ada yang tidak tetap. Sehingga biaya nikah sekarang yang Rp. 600.000,00 sangat berat” 69 Seperti contoh kasus yang pernah terjadi di Desa Margosuko Kecamatan Bancar. Calon pengantin ingin melangsungkan pernikahan di luar jam kerja, atau masyarakat biasa menyebut nikah bedolan, yang dilangsungkan hari ahad. Akan tetapi karena merasa keberatan dengan besaran biaya nikah maka calon pengantin tersebut lebih memilih melangsungkan acara resepsi dulu untuk kemudian pada hari senin baru menikah di Kantor KUA Bancar. “karena hal itu tidak diperbolehkan menurut agama, karena ditakutkan akan melakukan hubungan suami istri setelah acara resepsi padahal belum menikah, maka dinikahkan secara sirri oleh ulama Desa Margosuko” 70 Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat, mereka memang merasa lebih nyaman melaksanakan pernikahan di luar KUA atau di rumah. Karena ketika melaksanakan pernikahan di rumah, pernikahan mereka disaksikan banyak anggota keluarga dan tidak perlu pergi ke KUA. Karena ada rumah mereka yang jauh dari KUA dan tidak mau membawa rombongan ke kantor KUA. Bagi yang kurang mampu yang ingin melaksanakan pernikahan di rumah dan tanpa biaya memang boleh dan bisa, tapi harus memenuhi beberapa syarat,yaitu membawa surat keterangan tidak mampu SKTM dari Kepala Desa dan Camat. Akan tetapi masyarakat juga tidak mau repot 69 Ibid 70 Mokhammad Idris, Wawancara, Bancar, 6 Januari 2015 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dengan meminta surat keterangan dari Kepala Desa dan Camat. Bagi masyarakat segala persyaratan itu justru membuang waktu mereka untuk segera melaksanakan pernikahan. “masyarakat tidak mau repot dengan berbagai macam persyaratan hanya untuk melangsungkan pernikahan gratis. Lebih baik masyarakat membayar mahal atau menikah di Kantor KUA agar anak- anak mereka segera menikah” 71 Selama ini pihak KUA tidak pernah memungut biaya lain di luar ketentuan Pemerintah. Apabila ada biaya lain di luar Rp. 600.000,00, itu adalah di luar tanggung jawab KUA Bancar. Menurut bapak Muzaid, memang ada biaya lain di luar ketetapan Pemerintah, tapi itu tergantung masyarakat. “kalau masyarakatnya mampu ya memberi rejeki lebih sedikit kepada P3N atau pegawai KUA. Tidak semua memberikan. kalau merasa berat disuruh menikah di Kantor KUA Bancar ” 72 Jarak antara Desa calon pengantin dengan kantor KUA Bancar lebih banyak menjadi penyebab dari pihak calon pengantin memberikan uang pesangon kepada pegawai KUA atau kepada P3N. Tapi tidak semua memberikan uang, ada yang memberikan makanan sebagai oleh-oleh atau tanda terima kasih. Bagi pegawai KUA itu adalah rejeki pemberian orang lain karena dari pihak KUA Bancar tidak pernah meminta atau memaksa, sedangkan bagi pegawai PPN itu adalah penghasilan mereka selama membantu pelayanan nikah. 71 Muzaid, Wawancara, Bancar, 4 Januari 2015 72 Ibid digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari pihak KUA Bancar sendiri tidak bisa mengeluarkan keputusan atau aturan menurut mereka sendiri yang mungkin ingin membantu meringankan masyarakat. KUA hanya sebagai pelaksana dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Jadi mau tidak mau masyarakat yang sebagai objek atau sasaran dari peraturan ini seperti dipaksa untuk membayar biaya nikah yang begitu besar yang memberatkan bagi mereka. Pihak KUA Bancar hanya ingin Peraturan Pemerintah yang ditetapkan bisa meringkan semua kalangan, baik itu untuk KUA, P3N dan masyarakat. “agar semua berjalan bersama tanpa adanya tuduhan gratifikasi ” 73 73 Mokhammad Idris, Wawancara, Bancar, 6 Januari 2015 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 59

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR

48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH PERSPEKTIF AL- MASLAHAH AL-MURSALAH

A. Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014

Tentang Biaya Nikah di KUA Bancar Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk menjadi suami istri dan bertujuan membentuk keluarga yang baik berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam melaksanakan pernikahan kedua calon pengantin diharuskan mencatatkan perkawinannya. Untuk yang beragama Islam melakukan pencatatan perkawinan di Kantor KUA sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 5 dan 6. 74 Ketika melakukan pencatatan pernikahan di Kantor KUA, kedua calon pengantin diharuskan membayar biaya pernikahan. Biaya pernikahan yang dikeluarkan oleh calon pengantin untuk administrasi pelayanan nikah. Biaya nikah yang dibayarkan oleh calon pengantin berbeda-beda jumlahnya. Ada yang dalam batas wajar tapi juga ada yang tidak wajar. Perbedaan itu terjadi karena saat itu masih menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang penerimaan negara bukan 74 Kompilasi Hukum Islam digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pajak. Karena tidak ada kepastian jumlah tersebut para pegawai KUA banyak yang tersandung kasus gratifikasi. Mereka dianggap masih menerima pembayaran di luar ketentuan ketika melakukan akad nikah. Padahal calon pengantin sudah membayar ketika pencatatan nikah. Karena banyaknya kasus yang sama yang menimpa pegawai KUA, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para Menteri dari Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM melakukan rapat menentukan jumlah pasti biaya nikah. Dan akhirnya disepakati menjadi Rp. 600.000,00. Secara garis besar dengan berbagai ketentuan yaitu : 75 1. Bagi masyarakat yang menginginkan pernikahan di luar KUA atau di luar jam kerja maka biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 600.000,00 2. Biaya pernikahan bisa gratis tanpa mengeluarkan biaya apapun jika pernikahan dilangsungkan di Kantor KUA atau di jam kerja 3. Bagi masyarakat yang kurang mampu yang ingin melangsungkan pernikahan di rumah atau di luar Kantor KUA atau di luar jam kerja dengan membawa Surat Keterangan Tidak Mampu SKTM dari Kepala Desa dan Camat Setelah peraturan baru tersebut ditetapkan oleh Pemerintah banyak masyarakat wilayah KUA Bancar merespon dengan beragam. Hal tersebut karena perbedaan tingkat ekonomi masyarakat. 76 Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, mereka beranggapan bahwa biaya Rp. 75 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah 76 Muzaid, Wawancara, Bancar, 4 Januari 2015 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 600.000,00 itu terlalu besar dan membebani bagi masyarakat yang kurang mampu. Memang ada ketentuan sendiri mengenai masyarakat kurang mampu yang ingin melangsungkan pernikahan dengan gratis tanpa ada biaya apapun. Akan tetapi segala persyaratan yang diajukan membuat masyarakat berpikir ulang untuk mengajukan Surat Keterangan Tidak Mampu SKTM. Dengan mengajukan persyaratan itu mereka beranggapan bahwa ingin melangsungkan pernikahan tapi repot, sama saja membuang waktu mereka untuk segera melangsungkan pernikahan. 77 Menurut penulis bahwa aturan biaya nikah terbaru dari Pemerintah terlalu memberatkan bagi masyarakat dan juga tidak menutup kemungkinan juga memberatkan dari P3N ataupun pegawai KUA. Memberatkan bagi masyarakat karena nominal yang harus dikeluarkan oleh masyarakat terlalu besar. Selama penerapannya masyarakat banyak mengeluh dengan jumlah Rp. 600.000,00 tersebut. Meskipun mahal tapi mereka lebih ingin melangsungkan pernikahan di rumah daripada gratis tapi di KUA dan harus membuat berbagai surat jika ingin gratis di luar KUA. Di dalam agama Islam, biaya di dalam pernikahan tidak dijelaskan secara pasti, tapi di dalam hadits Rasulullah saw, beliau bersabda : ُ رْيَخ ُ ُ حاَكّ لا ُ ُ ر سْيَأ ُ “sebaik-baik pernikahan adalah paling ringan” Apabila melihat hadits di atas, maka tidak selayaknya seseorang yang akan melangsungkan pernikahan harus mengeluarkan biaya yang 77 Muzaid, Wawancara, Bancar, 4 Januari 2015 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sangat mahal dan memberatkan bagi mayoritas masyarakat. Kemampuan ekonomi masyarakat wilayah KUA Bancar berbeda-beda, Bahkan ada yang tidak mempunyai penghasilan tetap. Ekonomi masyarakat desa masih di bawah pendapatan masyarakat kota. Bagi masyarakat kota biaya sebesar Rp. 600.000,00 tidak terlalu besar, tidak sedikit dari masyarakat kota yang mengeluarkan biaya lebih dari ketetapan yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila dibandingkan dengan masyarakat desa, khususnya desa di wilayah KUA Bancar maka biaya Rp. 600.000,00 terlalu besar. Terlepas dari pungutan dari pihak lain di luar ketentuan pemerintah, biaya Rp. 600.000,00 sudah memberatkan masyarakat. Bahkan masyarakat ada yang pernah bertanya ke pihak KUA Bancar karena biaya yang sangat besar. Akan tetapi karena mereka ingin segera melangsungkan pernikahan maka biaya yang sebenarnya memberatkan bagi mereka maka harus dibayarkan. Bagi para P3N yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1989 tugas dan fungsi mereka adalah pelayanan nikah dan rujuk serta pembinaan kehidupan beragama islam di desa. Berdasarkan PMA Nomor 2 Tahun 1989 juga disebutkan bahwa penghasilan atau honorarium P3N diperoleh dari peristiwa pernikahan atau rujuk yang dilayani oleh P3N. Setiap selesai membantu melayani pernikahan dan rujuk mereka mendapat apa yang seharusnya menjadi penghasilan mereka. Namun realisasinya para P3N seperti terancam tuduhan gratifikasi. Besaran jumlah yang didapat oleh P 3N tidak dianggap

Dokumen yang terkait

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Pandangan Kritis Eksistensi Pasal 32 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Atas Sertipikat Hak Atas Tanah (Studi Kasus Di Kota Medan)

6 132 159

Implementasi PP NO. 48 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah Sebagai Public Service

3 18 170

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH Implementasi Pengenaan Tarif Akad Nikah (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014).

0 2 13

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH Implementasi Pengenaan Tarif Akad Nikah (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014).

0 3 17

BAB 1 PENDAHULUAN Implementasi Pengenaan Tarif Akad Nikah (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014).

0 4 7

Surat Edaran Nomor 3327 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah

0 0 1

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Standar Biaya Umum Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

0 0 13

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Standar Biaya Umum Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

0 0 46

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA NIKAH DI WILAYAH KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KABAT PADA MASYARAKAT KABAT BANYUWANGI - Digilib IAIN Jember

0 0 8