Jarak dan Medan yang Sulit Diakses

Berdasarkan penjelasan 2 narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa saluran air yang dimiliki warga adalahberupa selang air plastik sederhana yang digunakan untuk menyalurkan air dari warung air ke rumah-rumah warga.Untuk membeli selang tersebut setiap warga diminta untuk iuran sebanyak kurang lebih Rp. 10.000,00 yang nantinya digunakan untuk menyalurkan air dari warung air hingga ke rumah warga. Selang itu juga dalam penggunaannya secara bergantian antara satu warga dengan warga yang lain. Apabila warga ingin memasang saluran penyaluran air yang lebih baik seperti pipa pralon, dibutuhkan biaya yang tidak murah.Terkadang biaya ini sulit dijangkau oleh warga karena biaya pemasangan saluran air tersebut bahkan lebih besar daripada penghasilan dari warga itu sendiri.Hal ini juga terjadi pada penyediaan wadah yang layak dan bersih untuk menampung air bagi warga.Wadah yang digunakan oleh warga umumnya hanya wadah penampungan yang sangat sederhana dan terkadang merupakan barang bekas yang tidak terpakai lagi sehingga dimanfaatkan sebagai wadah menampung air.

b. Jarak dan Medan yang Sulit Diakses

Masalah jarak yaitu tentang seberapa jauh jarak antara sumber mata air dengan rumah warga. Walaupun terkadang jaraknya tidak terlalu jauh namun dengan keadaan tanah yang menanjak dan sempit mempersulit warga untuk mengakses air tersebut. Apalagi bagi warga yang letak rumahnya berjauhan dengan sumber mata air dan letak rumah yang agak pelosok tentunya membutuhkan usaha yang keras untuk meletakkan saluran air agar dapat menyalurkan air dari sumber mata air ke rumah warga.Banyak juga warga yang memilih menyalurkan air dengan cara membawa menggunakan ember dari sumber mata air ke rumah atau biasa disebut dengan ngangsu. Apabila pada akhirnya sudah dipasang saluran air berupa selang plastik pun harus membutuhkan panjang yang lebih karena kondisi medan yang memang tidak rata dan juga berkelok-kelok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak Suprapto 54 yang mengatakan bahwa: “Kondisi tanahnya di sini menanjak Mas terus juga sempit tanahnya.Kalo mau menyalurkan air harus menggunakan selang, ya selang plastik itu Mas. Selangnya juga harus panjang Mas biar nanti bisa sampe ke rumah sini sama yang warga yang lain juga Mas”Bapak Suprapto, 54, Penjaga Warung Air, 28 April 2013 pukul 13.30 WIB. Kondisi medan yang menanjak dan sempit sangatlah sulit apabila ingin menyalurkan air dari sumber air ke rumah warga tanpa menggunakan alat. Pada kenyataannya jarak menjadi faktor penghambat bagi warga untuk dapat mengakses air bersih untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Warga tentunya diharapkan mampu menemukan pemecahan masalah yang sesuai dan tepat guna demi tujuan memenuhi kebutuhan air bersih. Keadaan yang sudah terjadi tersebut diperparah dengan keadaan dimana luas tanah yang dimiliki hampir sebagian besar masyarakat cukup sempit sehingga membuat mereka kesulitan apabila ingin membuat sumber mata air sendiri seperti sumur artesis ataupun sumur rumahan.Hampir sebagian besar warga tidak memiliki sumber mata air sendiri, sehingga ini membuat warga sangat bergantung dengan pasokan air dari sumber mata air yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Itupun kemudian sumber mata air tersebut diakses oleh banyak warga sehingga terkadang apabila terjadi masalah ketersediaan air bersih pada sumber air tersebut akan berdampak pada sebagian besar warga yang mengandalkannya. Apabila ada warga yang berhasil membuat sumur rumahan sendiri itupun membutuhkan biaya yang tidak murah dan juga tentunya memiliki luas tanah yang agak luas untuk membuat sumur tersebut. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh Ibu Suparsih 49 seperti berikut: “Kalo kebanyakan di sini mboten gadhah sumur Mas. Soalnya tanahnya kan sempit terus juga sulit galinya. Dulu pernah ada yang gali tapi sampe kedalaman berapa tetep ga bisa Mas keluar aire”Ibu Suparsih, 49, Penjaga Warung Air, 28 April 2013 pukul 13.30 WIB. Dan juga senada dengan yang diutarakan oleh Ibu Tukiyati 33 yaitu: “Saya ndak ada sumber air sendiri Mas.Di sini sumur tu ya cuma 1 thok.Di sini ga bisa digali soalnya terlalu dalam, sampe kedaleman 33 meter tetep ga bisa.Di sini tu soalnya tanahnya tu tanah cadas, jadi ga keluar air. Dulu ada orang gali tapi sekarang ditutup buat septictank malah Mas”Ibu Tukiyati, 33, Ibu Rumah Tangga, 5 Mei 2013 pukul 13.00 WIB. Berdasarkan penuturan di atas dapat diketahui bahwa kondisi medan dan juga lahan yang ada wilayah tersebut tidak memungkinkan untuk digali sebuah sumur. Kalaupun ada warga yang mempunyai sumber mata air berupa sumur itu merupakan warga yang memiliki uang dan lahan lebih sehingga dapat membayar biaya yang diperlukan serta menyediakan lahan yang cukup untuk menggali sebuah sumur.Terkadang warga harus gigit jari karena setelah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menggali sumur tetapi tetap saja tidak mengeluarkan air.Apabila sudah seperti ini kemudian warga memanfaatkan lubang hasil galian sumur yang tidak mengeluarkan air untuk digunakan sebagai septictank.Hal tersebut dilakukan warga agar nantinya lubang tersebut tidak sia-sia dan tetap bermanfaat dalam kebutuhan rumah tangga. Gambar 4. Kondisi Medan di Kampung Jomblang Perbalan Dokumen Pribadi Galih tahun 2013 Gambar di atas menunjukkan kondisi medan yang menanjak di Kampung Jomblang Perbalan. Hal tersebut membuat warga tidak dapat menggunakan kendaraan bermotor untuk mengaksesnya sehingga diperlukan tenaga yang ekstra untuk mengakses rumah-rumah warga yang ada di sana. Kondisi ini jelas menghambat upaya untuk menyalurkan air ke rumah warga karena kondisi yang menanjak sehingga kesulitan untuk memasang saluran penyaluran air memadai di wilayah tersebut.

c. Kondisi Air yang Bergantung Musim

Dokumen yang terkait

Strategi Adptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

6 91 127

Parmalim (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Adaptasi Penganut Agama Malim Di Kota Medan)

12 102 142

JENIS PEKERJAAN DAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI KELURAHAN JOMBLANG KECAMATAN CANDISARI SEMARANG TAHUN 2013.

1 8 14

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INDIVIDU DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA PEMBUAT TAHU DI PABRIK TAHU KELURAHAN JOMBLANG, KECAMATAN CANDISARI SEMARANG TAHUN 2013.

0 4 14

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM TRADISI BERSIH DESA (STUDI KASUS DI KAMPUNG BIBIS KULON, KELURAHAN GILINGAN, KECAMATAN BANJARSARI, SURAKARTA)

1 7 132

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Banjir di Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan (Studi Kasus Daerah Bantaran Sungai Ciliwung)

1 4 7

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Penanggulangan Penyakit Akibat Banjir Rob (Kasus di Kelurahan Tanjung Mas,Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang).

0 0 2

EVALUASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH TAKAKURA DI KELURAHAN JOMBLANG KOTA SEMARANG TAHUN 2015

0 0 62

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BANJIR DI KECAMATAN TEBET, KOTA JAKARTA SELATAN (Studi Kasus Daerah Bantaran Sungai Ciliwung) Zelina Triuri zelina3urigmail.com Djaka Marwasta Marwasta_dgeo.ac.id Abstract - STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM

0 0 8

DAFTAR ISI - ADAPTASI BERMUKIM MASYARAKAT DI PERMUKIMAN PERBUKITAN (STUDI KASUS : PERMUKIMAN di RW III KELURAHAN KARANGANYAR GUNUNG KECAMATAN CANDISARI, SEMARANG) - Unissula Repository

0 0 11