18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Lokasi Industri
Kegunaan teori lokasi industri adalah untuk mendapatkan perusahaan atau lokasi ekonomis yang terbaik dan teori – teori lokasi adalah teori normatif
tentang lokasi yang optimal dan kegiatan – kegiatan manusia, misalnya : pabrik, pertanian, pemukiman, dan lain sebagainya. Lokasi kegiatan industri
ditetapkan berdasarkan bermacam – macam pertimbangan. Salah satu pertimbangan adalah keadaan geografis kota. Dilihat dari
keadaan geografisnya perkembangan kota dapat ditentukan dari bentuk fisik kota itu sendiri, penentuan lokasi, dan hal – hal yang dapat mempengaruhi
fungsi, misalnya : daerah pertukaran barang jasa antar darat dengan laut, lokasinya biasanya terletak di sekitar pantai.
Dari alasan itu di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kota yang berada di atas tanah yang datar memiliki keleluasaan dalam
pengembangan tata ruang kotanya. Wilayah kota dapat berkembang secara merata ke segala arah. Ini sesuai dengan teori dari Walter Christaller. Teori
Walter Christaller yang mendasarkan teorinya pada sejumlah asumsi yang mendekati realitas secara eksplisit dan implisit, yaitu :
1. Adanya suatu dataran yang seragam bentuknya homogen.
2. Adanya persebaran penduduk yang merata di wilayah tersebut.
3. Tempat – tempat pemukiman yang sentral terletak di dataran untuk
memberikan barang, pelayanan, dan administrasi pada daerah belakang.
19
4. Konsumen mengunjungi tempat – tempat sentral yang terdekat yang
menyediakan barang dan jasa. 5.
Pemasok kebutuhan ini bertindak sebagai pengusaha dan menginginkan keuntungan yang optimal dengan menempatkan pasar yang tepat.
6. Beberapa tempat sentral menawarkan berbagai fungsi disebut pusat
pelayanan tinggi. Yang menawarkan lebih sedikit fungsi disebut pelayanan rendah.
7. Pusat pelayanan tinggi mampu menyediakan berbagai fungsi yang tak
dapat dipenuhi oleh pusat pelayanan yang lebih rendah. 8.
Semua konsumen mempunyai sumber penghasilan yang sama, serta kebutuhan yang sama.
Jadi menurut teori di atas bahwa tempat tertentu yang lokasinya sentral lokasi industri merupakan tempat yang memungkinkan untuk partisipasi
manusia yang berjumlah maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas industri maupun yang menjadi konsumen barang – barang dan jasa
yang dihasilkan. Menurut Alfred Weber, arti lokasi optimum yaitu lokasi industri yang
biayanya paling minimal, untuk itu dirumuskan enam prakondisi, yaitu : a.
Wilayahnya seragam secara topografis, klimatologis, dan demografis yang terakhir ini berkaitan dengan ketrampilan manusia dan tingkat
pemerintahannya b.
Sumberdaya atau bahan mentah. Jika menyangkut air dan pasir, itu ada di mana – mana, tetapi tambang besi dan batubara, tempatnya terbatas.
20
c. Upah Buruh. Disamping ada upah baku, ada upah sebagai produk dari
persaingan antar penduduk. d.
Biaya transportasi yang tergantung dari bobot barang yang dipindahkan serta jarak antara asal sumberdaya dan pabrik.
e. Adanya kompetisi antar industri
f. Manusia itu berfikir rasional N.Daldjoeni,1987:168
Dari teori - teori di atas penentuan suatu lokasi industri harus mempertimbangkan beberapa faktor – faktor pendukung, seperti wilayah yang
relatif seragam, dekat sumberdaya atau bahan mentah, upah buruh yang relatif murah, jalur transportasi yang lancar yang mempermudah arus perpindahan
barang dan jasa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pendirian pabrik industri harus minimal memperhatikan faktor – faktor pendukungnya.
Menurut Launhardt seperti teori yang dikemukakan Weber di atas bahwa titik lokasi optimum T dapat dipengaruhi oleh daerah konsentrasi
tenaga murah L. Keadaan ini menyebabkan pengusaha untuk mempertimbangkan sejauh mana akan lebih menguntungkan untuk pindah ke
L. Untuk membantu pengusaha dalam pengambilan keputusan tentang lokasi maka ditentukan dengan cara isodapanyaitu lingkaran yang berpusat pada T
yang menunjukkan biaya angkutan yang sama pada titik tersebut. Sistem isodapan dipergunakan utuk menelaah pengaruh daerah konsentrasi tenaga
murah L terhadap titik lokasi biaya angkutan minimum T. Kalau T bergeser mendekati L maka biaya angkutan akan naik, tapi sebaliknya
pengusaha akaan makin mampu menggunakan tenaga murah dari L, karena
21
biaya tenaga akan turun. Pada suatu saat akan mengalami titik tertentu yang menunjukkan penurunan biaya untuk tenaga sama dengan kenaikan biaya
angkutan yang disebut isodapan kritis Marsudi, 1992 : 81. Teori di atas sangat cocok di gunakan untuk melihat kesesuaian antara
lokasi optimum dengan daerah yang menyediakan tenaga murah untuk menentukan biaya minimal angkutan, sehingga memudahkan pengusaha untuk
mengambil keputusan berkenaan dengan lokasi industrinya. Untuk kawasan industri di Kabupaten Kudus sendiri yang tercantum
pada pasal 29 Perda No.8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW, dijelaskan bahwa:
1. Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana tercantum dalam Pasal 25 ayat 3 huruf c, meliputi :
a. Desa Pladen, Desa Terban, dan Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo,
Desa Kaliwungu, Desa Papringan, dan Desa Sidorekso Kecamatan Kaliwungu untuk industri polutan
b. Desa Gondangmanis dan Desa Bacin Kecamatan Bae, Desa Jati Wetan
dan Desa Jati Kulon Kecamatan Jati, Desa Gondosari, Desa Besito dan Desa Karang Malang Kecamatan Gebog, serta desa Kesambi
Kecamatan Mejobo untuk industri non polutan. 2.
Untuk kegiatan industri yang berada diluar kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud ayat 1, dapat mengadakan pengembangan
perluasan dengan ketentuan sebagai berikut : a.
merupakan Industri non polutan b.
tidak menggunakan tanah pertanian subur dan atau beririgasi teknis 3.
Untuk kegiatan industri kecil dapat dikembangkan di seluruh wilayah, sepanjang tidak mengganggu lingkungan dan fungsi utama kawasan
tersebut Perda No.8 Tahun 2003 tentang RTRW Kab.Kudus, 2003:15. Lokasi suatu industri juga berkaitan erat dengan pengembangan
manajemen pemasaran yang ada. Kegiatan pemasaran ini timbul karena kebutuhan manusia dan usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pertukaran. Ini di jelaskan oleh Losch dalam karyanya The Economic of
22
Location 1954, ia mengatakan bahwa lokasi optimum adalah tempat laba maksimum di mana faktor permintaan memperhitungkan luas optimum dari
pasar Paul Sitohang, 1977:126. Menurut lokasi industri secara umum ada tiga macam lokasi industri
yang ada, yaitu : 1.
Industri yang berhaluan bahan dalam arti bahan mentah harus diperhitungkan secara khusus, berlokasi di tempat bahan mentah,
meliputi : a.
Pengolahan barang yang cepat rusak atau busuk, seperti daging, ikan, bunga dan sebagainya.
b. Pengolahan barang dalam jumlah besar atau barang bagal atau curahan
bulky goods karena angkutan mahal, seperti kulit kina, kayu, beras, batubara, dan sebagainya. Jika dalam pembuatan industri tertentu,
perbandingan kehilangan berat mencapai 90 dalam keadaan semua faktor yang sama, pabrik itu cenderung berlokasi di tempat bahan
mentah. c.
Pengolahan pelikan, kecuali aluminium yang memerlukan listrik yang banyak dan murah.
2. Industri berhaluan pasar market oriented, berlokasi ditempat pemasaran
a. Jika dalam pembuatan industri tertentu, perbandingan kehilangan berat
adalah nol persen, karena biaya angkutan untuk barang industri lebih mahal daripada untuk barang mentah, dalam keadaan semua faktor
23
yang sama, pabrik itu cenderung berlokasi di daerah pemasaran. Misalnya : roti, rokok, karena setelah diolah beratnya tidak banyak
berbeda dengan barang mentahnya the weight loss ratio is low; b.
Pembotolan minuman limun, karena air bersih mudah didapat; c.
Barang yang memerlukan ongkos tinggi, karena besar ukurannya peti, mebel, dan sebagainya
d. Industri pakaian karena mode yang cepat berubah
3. Industri yang berhaluan pekerja
Berlokasi ditempat tenaga kerja, ialah dalam pengerjaan barang industri yang memerlukan keahlian khusus dalam hal ini lain umumnya tenaga
buruh yang tertarik oleh industri, contoh : industri di Kudus mayoritas berhaluan
tenaga kerja,
seperti industri
rokok, jenang,
dsb Jayadinata,1999:137.
Tabel 1 Penggolongan Industri Menurut Tenaga Kerja
No Industri Tenaga
Kerja 1.
2. 3.
4. Besar
Sedang Kecil
Rumah Tangga Tenaga kerja 100 orang lebih
antara 20 – 99 orang antara 5 – 19 orang
antara 1 – 4 orang Sumber : BPS Jateng, 2001
Pertimbangan selanjutnya yaitu lokasi industri berdasarkan teknologi industrinya. Teknologi industri dapat diartikan sebagai kegiatan mengubah
masukan ke dalam luaran atau segala sesuatu yang berhubungan dengan ketrampilan, pengetahuan teknik, dan kemampuan organisatoris.
24
Pengembangan teknologi industri ini timbul disebabkan oleh faktor permintaan dan faktor pemasukan kemampuan teknologi. Dan di Indonesia
sendiri penggunaan teknologi industri ini masih rendah bersifat tradisional dan padat karya Thee Kian Wie, 1997:58.
Ada tiga prioritas utama dalam industrialisasi di Indonesia, yakni meningkatkan produktifitas dan efisiensi sektor industri supaya mencapai
tingkat pertumbuhan yang tinggi baik dalam nilai tambah, ekspor, kesempatan kerja, pendalaman dan penguatan struktur industri yang tangguh berdasarkan
peningkatan kemampuan teknologi dan optimalisasi penggunaan sumber daya manusia SDM dan sumber daya alam SDA, dan meningkatkan daya saing
Mari Pangestu, 1996:37. Sudah ada beberapa survei mengenai perusahaan – perusahaan yang
mudah berpindah – pindah, yang berusaha identifikasi faktor – faktor lokasi pokok dan hasilnya menunjukkan beberapa kategori pokok, yaitu :
1. Tenaga kerja – Kualitas dan Kuantitas.
2. Pengangkutan dan komunikasi.
3. Tempat kedudukan dan bangunan.
4. Bantuan pemerintah.
5. Faktor – faktor lingkungan dalam artian yang seluas – luasnya Paul
Sitohang, 1977:132-133. Keberhasilan suatu daerah atau kota disuatu negara dalam memperoleh
manfaat industrialisasi bergantung pada faktor – faktor seperti lokasi industri, anugerah sumberdayanya, luas pasar internal, tenaga kerja, dan sebagainya.
25
Dan yang paling penting yaitu strategi dan kebijaksanaan untuk pembangunan industri.
B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Industri