Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pengembangan

Menurut Adang Suherman 2000:17-19 ada dua sudut pandang mengenai pendidikan jasmani yaitu: 1 Pandangan tradisional. Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja. 2 Pandangan modern, atau sering disebut pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah- pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian terpadu. Oleh karena itu pendidikan jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang menggunakan aktivitas jasmani dan didalamnya terdapat komponen pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.1.1 Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tidak semata-mata pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, dan sosial. Secara umum tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1 Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dan berbagai organ tubuh seseorang. 2 Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna. 3 Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterprestasikan dengan keseluruhan pengetahuan penjas ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4 Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat Adang Suherman, 2000:22-23.

2.1.2 Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran. Dalam pembelajaran yang menempatkan peranan guru sebagai pusat dari proses, antara lain guru berperan sebagai sumber informasi, pengelola kelas, dan menjadi figur yang harus diteladani. Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berdampak pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. 2.1.2.1 Model-model Pembelajaran 2.1.2.1.1 Model Interaksi Sosial Model ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seseorang yang akan dan harus berinteraksi sosial dengan lingkungan lainnya. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu mengembangkan dirinya dan pikirannya untuk disumbangkan kepada lingkungan sosialnya.

2.1.2.1.2 Model Informasi

Model ini bertujuan untuk mengembangkan intelektual siswa dalam hal menerima, menyimpan, mengolah, dan menggunakan informasi. Dengan cara seperti ini, diharapkan siswa mampu mengakomodasi berbagai macam inovasi, melahirkan ide-ide yang berorientasi masa depan, dan mampu memecahkan persoalan yang dihadapi baik oleh dirinya maupun orang lain.

2.1.2.1.3 Model Personal

Model ini bertujuan untuk kepribadian siswa. Fokus utamanya adalah pada proses yang memberikan peluang pada setiap siswa untuk mengelola dan mengembangkan jati dirinya.

2.1.2.1.4 Model Perilaku

Model ini bertujuan untuk mengubah tingkah laku siswa yang terukur. Fokus utamanya mengenai perubahan tingkah laku ini didasarkan pada prinsip rangsangan dan jawaban Amung Ma‟mun dan Yudha M. Saputra, 2000:35-39. Dari penjelasan dan macam-macam model diatas, disimpulkan bahwa sebagai seorang guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

2.1.3 Pengembangan

Pengembangan dalam pengertian yang sangat umum, berarti pertumbuhan, perubahan secara perlahan evolusi dan perubahan secara bertahap. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam berbagai bidang kajian dan praktik yang berbeda. Misalnya dalam pengembangan organisasi, Bennis dalam Richey, Klein, dan Nelson, 1996, menyatakan bahwa pengembangan organisasi adalah suatu strategi untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga organisasi tersebut dapat beradaptasi ke arah yang lebih baik untuk menghadapi tantangan-tantangan baru. Dalam bidang teknologi pembelajaran instructional technology, pengembangan memiliki arti yang agak khusus. Menurut Seels Richey 1994, pengembangan berarti sebagai proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fisik. Atau, dengan ungkapan lain, pengembangan berarti proses menghasilkan bahan –bahan pembelajaran. Menurut Tessmer dan Richey 1997, pengembangan mungkin memusatkan perhatiannya tidak hanya analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisis kontekstual Punaji Setyosari, 2010:197-199. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk suatu hal yang dapat mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh waktu maupun keadaan ataupun kebutuhan dengan tidak mengurangi karakteristik yang dimiliki.

2.1.4 Modifikasi

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI MODEL RING TARGET BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014 2015

3 26 91

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN VOLTEN DALAM PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 2 PECANGAAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

0 13 103

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 HINAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 25

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 HINAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 3 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SECANGGANG T.P. 2013 - 2014.

0 3 23

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 22

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA SASARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KUALUH HULU TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 3 21

PEMBELAJARAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MINI MELALUI MODIFIKASI BOLA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 CIWIRU KECAMATAN PASAWAHAN KABUPATEN KUNINGAN.

0 0 61

MODEL PENGEMBANGAN TEKNIK DASAR PASSING BAWAH MELALUI PERMAINAN BOLA VOLI MINI DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGAMPEL KECAMATAN KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU -

0 0 46

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN LOLIP-UP DALAM PEMBELAJARAN PASSING ATAS BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 AMPELGADING KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2015 -

0 0 65