2002, adanya orbital dyang belum terisi penuh dalam logam Ni dapat
meningkatkan daya adsorpsi logam terhadap reaktan. Selain itu, penggunaaan katalis Ni memberikan keuntungan yaitu gas-gas hasil reaksi C
5
dan dry gas
tidak teradsorpsi oleh lapisan nikel, sehingga reaksi tidak terhambat Campbell,
1998 dalam Purwono et al., 2006.
Kadar Ni sangat menentukan jumlah situs aktif yang dimiliki oleh katalis.Kadar total logam yang diembankan dalam zeolit dalam proses
perengkahan secara umum adalah 1 Trisunaryanti et al., 2005, karena jika
logam yang diembankan terlalu sedikit atau terlalu banyak maka distribusi logam pada zeolit akan berpengaruh pada struktur katalis. Adanya perubahan struktur ini
tentu saja akan mempengaruhi jumlah situs aktif katalis.Pengembanan logam Ni yangterlalu banyak memungkinkan terjadinya penggumpalan sehingga akan
terbentuk agregat begitu pula sebaliknya jika logam Ni yang diembankan terlalu sedikit maka logam Ni tidak akan mencukupi untuk menempel pada zeolit,
sehingga letak antarlogam Ni menjadi sangat jarang. Terbentuknya agregat dan distribusi logam yang tidak merata tentunya akan mempengaruhi jumlah situs
aktif dari katalis yang terbentuk sehingga akan berpengaruh pada
produkbiogasoline yang akan dihasilkan. Trisunaryanti et al., 2005 melaporkan
bahwa semakin banyak jumlah logam Ni dalam katalis Ni-Mozeolit akan menyebabkan penurunan keasaman, meskipun masih lebih tinggi daripada
keasaman zeolit alam sebelum penambahan Ni. Oleh karena itu, adanya variasi kadar Ni bertujuan untuk mengetahui jumlah Ni pada zeolit yang dapat
memberikan karakter dan aktivitas terbaik.
Jenis gas yang digunakan dalam uji aktivitas katalis juga sangat
berpengaruh terhadap produkbiogasoline yang dihasilkan karena setiap gas
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Handoko2002, 2006 yang melaporkan bahwa proses konversi katalitik metil
ester jelantah dengan katalis Nizeolit menggunakan nitrogen sebagai gas
pembawa ternyata hanya menghasilkan senyawa fraksi gasoline 27,5 dan
senyawa fraksi solar 36,08 . Hasil yang telah dicapai tersebut perlu dievaluasi
mengenai gas pembawa yaitu nitrogen yang bersifat inert.Dalam penelitian ini,
gas hidrogen digunakan sebagai gas pembawa sekaligus berfungsi sebagai
reaktan.Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Liu et al., 2006 bahwa dengan melibatkan gas hidrogen pada pembuatan Fluid Catalytic Cracking
FCC gasoline menggunakan katalis Ni-MoUSY mampu meningkatkan konversi
dari 22,3 olefin menjadi 62,1 olefin.
Pengaruh laju alir gas hidrogen terhadap konversi biogasoline dipelajari
dengan menvariasikan laju alir gas hidrogen, yaitu 10, 20, dan 30 mLmenit dengan rasio umpan dan katalis serta suhu tetap.Pengaruh laju alir gas hidrogen
ini diamati untuk setiap produk yang dihasilkan dalam waktu 60 menit.Penelitian tentang pengaruh laju alir gas hidrogen sebelumnya telah dipelajari oleh
Kadarwati et al., 2010 yang menyatakan bahwa variasi laju alir gas hidrogen
berhubungan terhadap konversi produk yang dihasilkan. Hal ini dijelaskan bahwa untuk terjadi reaksi diperlukan tumbukan dengan energi tertentu agar
reaktan teradsorpsi dengan sempurna. Pada laju alir gas hidrogen lambat interaksi reaktan dengan permukaan katalis relatif lama karena dengan laju alir gas
hidrogen lambat, interaksi reaktan dengan permukaan katalis tidak terganggu oleh kecepatan aliran dari gas tersebut. Interaksi antara reaktan dan permukaan katalis
yang relatif lama menyebabkan molekul reaktan teradsorpsi kuat, sehingga aktivitas katalis menjadi lebih maksimal dalam proses reaksi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang mengarah pada
pembuatan bahan bakarbiogasoline bio-bensin dengan katalis NiZA dengan variasi kadar logam Ni dan laju gas hidrogen saat proses hidrocracking terjadi
menjadi sangat penting. Biogasoline mempunyai sifat murah, biodegradable, renewable
, ramah lingkungan, tidak banyak menghasilkan polutan seperti SOx, NOx, Pb, jelaga, dan lain-lain.
1.2 Permasalahan