Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Kelelawar di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB), Sumatera Utara

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT
KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU
BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA

AJENG MIRANTI PUTRI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis
dan Karakteristik Habitat Kelelawar di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat
(HBTBB), Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Ajeng Miranti Putri
NIM E34080029

ABSTRAK
AJENG MIRANTI PUTRI. Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Habitat
Kelelawar di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB), Sumatera
Utara. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI dan BURHANUDDIN
MASY’UD.
Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB) merupakan habitat bagi
berbagai jenis fauna, salah satunya adalah kelelawar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi keanekaragaman jenis serta karakteristik habitat kelelawar di
HBTBB. Empat tipe habitat dipilih untuk mewakili kondisi hutan di HBTBB, yaitu
Hutan Peralihan Hill-Montana, Hutan Gambut, Hutan Dipterocarpaceae Atas dan
Gua Liang. Alat utama yang digunakan untuk menangkap kelelawar adalah dua buah
harptrap. Kelelawar yang tertangkap selama penelitian adalah sebanyak 331 ekor
dimana 11 diantaranya merupakan penangkapan berulang (recapture). Kelelawar

yang tertangkap terdiri dari 16 jenis yaitu 3 jenis dari sub ordo Megachiroptera dan 13
jenis dari sub ordo Microchiroptera. Jenis kelelawar yang teridentifikasi yaitu
Chironax melanocephalus, Cynopterus brachyotis Forest Lineage, Rousettus
amplexicaudatus, Hipposideros bicolor, Hipposideros cervinus, Hipposideros
larvatus, Rhinolophus affinis, Rhinolophus lepidus, Rhinolophus pusillus,
Rhinolophus stheno, Rhinolophus acuminatus, Kerivoula papillosa, Murina
cyclotis, Phoniscus atrox, Miniopterus magnater, dan Miniopterus schreibersii.

Kata kunci: habitat, Hutan Batang Toru Bagian Barat, kelelawar

ABSTRACT
AJENG MIRANTI PUTRI. The Diversity and Habitat Characteristics of Bats in
The Western Batang Toru Forest, North Sumatera. Supervised by ABDUL
HARIS MUSTARI and BURHANUDDIN MASY’UD.
The Western Batang Toru Forest area is a habitat to many kinds of animals
including bats. The aim of this study is to identify the species and habitat
characteristics of bats in the Western Batang Toru Forest. There are 4 habitat that
was chosen to represent Western Batang Toru Forest, which were Transitory HillMontane Forest, Peat Forest, Upper Dipterocarpaceae Forest and Liang Cave.
Bats were captured using 2 Harptrap. A total of 331 were captured and 11 of them
were identified as recapture. Bats that were captured consisting 16 species, where

3 species were from the suborder Megachiroptera and 13 species were from the
suborder Microchiroptera. Bat species identified in this research were Chironax
melanocephalus,
Cynopterus
brachyotis
Forest
Lineage,
Rousettus
amplexicaudatus, Hipposideros bicolor, Hipposideros cervinus, Hipposideros
larvatus, Rhinolophus affinis, Rhinolophus lepidus, Rhinolophus pusillus,
Rhinolophus stheno, Rhinolophus acuminatus, Kerivoula papillosa, Murina
cyclotis, Phoniscus atrox, Miniopterus magnater, and Miniopterus schreibersii.
Keywords: bats, habitat, Western Batang Toru Forest

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT
KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU
BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA

AJENG MIRANTI PUTRI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Kelelawar di
Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB), Sumatera
Utara
Nama
: Ajeng Miranti Putri
NIM
: E34080029


Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF
Pembimbing I

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada bulan November 2012 ini ialah kelelawar,
dengan judul Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Kelelawar di Hutan
Batang Toru Bagian Barat (HBTBB), Sumatera Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari,
MScF dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS selaku pembimbing, Bapak Dr
Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku ketua sidang, dan Bapak Dr Ir Iwan Hilwan,
MS selaku penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada Ibu
Gabriella Fredriksson dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Ronald Andreas
Paja Siagian, Koko Yustian, Matthew G. Nowak; seluruh staff lapang Stasiun
Penelitian Batang Toru: Dosman, Ulil, Ety, Nardi, Alamsyah; seluruh staff YELPandan: Kak Rita, Kak Jumi, Kak Lina, Eben, dan Bang Saor yang telah banyak
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan adik yang selalu memberi doa dan
semangat untuk menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih kepada Salira Vidyan,
Lastin Darmokusumo, Septiani Dian Arimukti, Tantri Andari, Fitriyana Insani,
Ririn Rihatni, Soraya Nurul Ichwani, Agrini Vera Utari, M. Nizar Zulkarnaen,
seluruh teman-teman IFSA LC-IPB, Edelweis 45, dan Fahutan 45 atas doa,
dukungan dan kebersamaannya serta semua pihak yang telah turut membantu
terselesaikannya penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Ajeng Miranti Putri


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

3


Pengambilan Data

3

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7
7

Keanekaragaman Jenis Kelelawar di HBTBB

11

Morfologi Kelelawar


16

Pengaruh Parameter Lingkungan Terhadap Jumlah Individu dan Jenis
Kelelawar

20

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22


DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

DAFTAR TABEL
1 Lokasi pengamatan keanekaragaman jenis kelelawar di HBTBB
2 Karakteristik lokasi pengambilan data di HBTBB
3 Jenis-jenis kelelawar yang ditemukan pada 4 tipe habitat di HBTBB
dan status perlindungannya
4 Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis kelelawar di
HBTBB
5 Nilai kemerataan jenis kelelawar di HBTBB
6 Nilai indeks kesamaan komunitas kelelawar di HBTBB
7 Deskripsi morfologi jenis-jenis kelelawar di HBTBB
8 Morfometrik jenis-jenis kelelawar di HBTBB

4
8
11
14
15
15
17
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta titik pemasangan harptrap di Stasiun Penelitian HBTBB
Harptrap
Beberapa tipe habitat di kawasan HBTBB
Gua Liang
Jumlah jenis kelelawar pada setiap famili di HBTBB
Jenis-jenis kelelawar yang ditemukan di HBTBB

2
3
7
10
13
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Gua Liang
2 Morfometrik jenis-jenis kelelawar di Stasiun Penelitian Batang Toru
3 Hasil uji korelasi

24
25
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelelawar merupakan anggota mamalia yang mampu terbang secara
sempurna dengan menggunakan sayap (Hill dan Smith 1984). Kelelawar memiliki
kontribusi sampai setengah dari jenis mamalia hutan (Meijaard et al. 2006). Ordo
Chiroptera meliputi 18 famili, 192 marga dan 977 jenis, jumlah ini merupakan
jumlah jenis mamalia terbanyak setelah mamalia pengerat (Rodentia). Ordo
Chiroptera terbagi menjadi dua sub ordo, yaitu sub ordo Megachiroptera dan
Microchiroptera. Perbedaan yang paling terlihat dari kedua sub ordo tersebut adalah
ukuran tubuh dan jenis makanannya. Indonesia memiliki sekitar 205 jenis kelelawar
atau sebanyak 21% dari total jenis kelelawar di dunia. Jumlah tersebut meliputi 72
jenis kelelawar dari sub ordo Megachiroptera dan 133 jenis kelelawar dari sub
ordo Microchiroptera (Suyanto 2001).
Kelelawar berperan penting bagi masyarakat maupun lingkungan, yaitu
sebagai penjaga keseimbangan alam. Peranannya antara lain membantu
penyebaran biji dan penyerbukan bunga pada berbagai jenis tumbuhan,
pengendali hama serangga, penghasil pupuk guano, dan bahan makanan.
Kelelawar juga bermanfaat sebagai obat penyakit asma dan sebagai penyubur
rambut (Nowak 1999). Akan tetapi, saat ini keberadaan kelelawar semakin
terancam seiring terjadinya berbagai gangguan lingkungan. Penambangan batu
kapur dan perburuan secara tak terkendali berakibat pada penurunan populasi
kelelawar di alam. Usaha wisata goa yang kurang memperhatikan keberadaan
kelelawar juga menjadi ancaman bagi kelelawar.
Kawasan Hutan Batang Toru merupakan kawasan hutan yang secara
administratif terletak di 3 Kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan
Tapanuli Selatan di Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari
Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB) dan Hutan Batang Toru Bagian Timur
(HBTBT). Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB) seluas 148 570.3 ha
merupakan habitat bagi berbagai flora dan fauna. Kelelawar merupakan salah satu
fauna yang dapat ditemukan di kawasan HBTBB. Kelelawar memiliki peranan
yang penting bagi kawasan HBTBB maupun lingkungan sekitarnya, yaitu
berperan dalam proses penyerbukan dan pemencaran biji tumbuhan sehingga turut
berperan dalam menjaga kelestarian ekosistem kawasan. Kelelawar merupakan
satwa utama yang membantu dalam penyerbukan durian dan petai yang banyak
dibudidayakan di dalam dan sekitar Kawasan Hutan Batang Toru (Siagian 2011).
Masyarakat sekitar Kawasan Hutan Batang Toru biasa melakukan aktivitas
perburuan kelelawar di dalam dan sekitar kawasan. Terdapat tiga jenis kelelawar
yang paling banyak diburu, yaitu kalong kapauk (Pteropus vampyrus), lalai
kembang (Eonycteris spelaea) dan kusing dayak (Dyacopterus spadiceus). Hasil
penelitian Siagian (2011) menyatakan bahwa perburuan kalong kapauk terjadi di 42
desa/dusun sedangkan perburuan lalai kembang dan kusing dayak hanya terjadi di
salah satu habitat, yaitu Gua Liang dan Gua Anak Liang. Kelelawar ditangkap untuk
dijual dan sebagian kecil dikonsumsi sendiri. Penelitian mengenai keanekaragaman
jenis dan karakteristik habitat kelelawar di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat
perlu dilakukan agar dapat menentukan strategi konservasi yang dapat dilakukan
untuk menjaga keberadaan kelelawar di wilayah tersebut.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai studi keanekaragaman jenis kelelawar di Hutan Batang
Toru Bagian Barat (HBTBB), Sumatera Utara bertujuan untuk:
1.
Mempelajari habitat kelelawar.
2.
Mengukur keanekaragaman jenis kelelawar.
3.
Menduga kekayaan, kemerataan, dan kesamaan jenis kelelawar.
4.
Mengidentifikasi parameter morfologi kelelawar.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
antara lain:
1.
Menyediakan data dan informasi mengenai keanekaragaman jenis kelelawar
yang terdapat di Hutan Batang Toru Bagian Barat.
2.
Memudahkan penyusunan perencanaan konservasi kelelawar di Hutan
Batang Toru Bagian Barat (HBTBB).

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Stasiun Penelitian Batang Toru, Sumatera Utara
(Gambar 1). Hutan Batang Toru secara administratif berada di tiga kabupaten,
yaitu Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Tengah. Pengambilan data
di lapang dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2012 dengan
jumlah malam pemasangan harptrap sebanyak 27 malam. Penelitian ini bekerja
sama dengan Sumatra Orangutan Conservation Programme (SOCP) – Yayasan
Ekosistem Lestari (YEL).

Gambar 1 Peta titik pemasangan harptrap di Stasiun Penelitian HBTBB

3
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harptrap (Gambar 2),
kantong blacu, caliper, timbangan pesola (50 gram dan 100 gram), stocking,
spidol permanen, botol spesimen, kertas label, tambang plastik (40 meter),
meteran (50 meter), pita penanda, kompas, clinometer, range finder, densiometer,
GPS, alat tulis, tally sheet, dan kamera. Identifikasi jenis kelelawar menggunakan
beberapa referensi, yaitu Buku Seri Panduan Lapangan Kelelawar di Indonesia
(Suyanto 2001), Bats of Krau Wildlife Reserve (Kingston et al. 2009) dan
Panduan lapangan mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam
(Payne et al. 2000). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah chloroform
dan alkohol 96%. Obyek yang diamati adalah kelelawar yang terdapat di HBTBB
dan habitatnya.

Gambar 2 Harptrap
Kelelawar ditangkap dengan menggunakan harptrap. Pada tipe habitat
Hutan Peralihan Hill-Montana, Hutan Gambut dan Hutan Dipterocarpaceae Atas
pemasangan harptrap dilakukan pada jalur pengamatan yang sudah ada,
sedangkan pada Gua Liang harptrap dipasang pada beberapa lokasi yang
dianggap strategis. Harptrap yang digunakan terdiri dari empat lapis senar tali
pancing (four-bank harptrap), perangkap ini digunakan terutama untuk
menangkap kelelawar yang mencari makan pada bagian strata bawah
(understorey) hutan. Kaki harptrap dipasang setinggi kurang lebih 1 meter di atas
permukaan tanah dan dikondisikan berada diantara pohon-pohon dan vegetasi
bawah yang dapat memfokuskan kelelawar untuk terbang melalui harptrap.

Pengambilan Data
Pengumpulan data di lokasi penelitian menggunakan teknik purposive
sampling yaitu mereduksi obyek penelitian dari obyek yang lebih luas, agar data
yang diperoleh lebih akurat. Pemakaian teknik ini juga berdasarkan pertimbangan
waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang ada.

4
Pemilihan Lokasi Contoh
Lokasi pengambilan data dilakukan pada beberapa tipe habitat yang berada
di HBTBB. Pengamatan dilakukan pada empat tipe habitat yang memiliki
karakteristik yang berbeda yaitu Hutan Peralihan Hill-Montana, Hutan Gambut,
Hutan Dipterocarpaceae Atas dan Gua Liang (Tabel 1).
Tabel 1 Lokasi pengamatan keanekaragaman jenis kelelawar di HBTBB
Jumlah Titik
Keterangan Ketinggian
Pemasangan
Habitat
(Kode)
(mdpl)
Trap
Hutan Peralihan Hill-Montana
HPHM
856-911
20
Hutan Gambut
HG
868-938
20
Hutan Dipterocarpaceae Atas
HDA
914-1 047
10
Gua Liang
GL
933-937
2
Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer yang diambil pada penelitian ini meliputi:
1.
Keanekaragaman jenis kelelawar pada setiap tipe habitat.
2.
Jumlah individu, morfologi kelelawar, jenis kelamin, kondisi reproduksi,
dan kelas umur kelelawar.
3.
Kondisi habitat di sekitar tempat pemasangan harptrap.
4.
Karakteristik pada setiap tipe habitat.
Data sekunder berupa informasi bio-ekologi kelelawar dan kondisi umum
lokasi penelitian yang meliputi letak dan luas, jenis vegetasi yang berada pada
setiap tipe habitat, topografi dan geologi, iklim, potensi flora maupun fauna,
keadaan masyarakat di sekitar kawasan serta peta lokasi penelitian. Data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka.
Metode Pengumpulan Data
1.
Keanekaragaman jenis kelelawar
Kegiatan penangkapan kelelawar dilakukan untuk mendapatkan data jenis
serta jumlah individu setiap jenis. Harptrap dipasang pada sore hari mulai pukul
16.00 WIB dan pemeriksaan dilakukan pada pukul 19.00 dan 07.00 WIB. Hal ini
disesuaikan dengan waktu kelelawar mulai mencari pakan dan waktu kelelawar
mulai kembali ke sarangnya. Pemasangan harptrap dipengaruhi oleh cuaca dan
kondisi lokasi pemasangan perangkap. Apabila turun hujan deras atau terdapat
gangguan hewan lain (misalnya semut) yang dianggap dapat membahayakan
kelelawar yang terperangkap, maka perangkap akan ditutup. Pemasangan
harptrap pada tipe habitat Hutan Peralihan Hill-Montana, Hutan Gambut dan
Hutan Dipterocarpaceae Atas dilakukan pada area penelitian yang berbentuk jalur
sepanjang 1 km dimana dua perangkap dipasang setiap malamnya dengan jarak
antar perangkap sejauh 100 meter. Pemasangan harptrap di tipe habitat Gua Liang
dilakukan di dua titik yang dianggap strategis untuk penangkapan kelelawar.
2.

Morfologi
Analisis morfometrik dilakukan pada setiap jenis kelelawar yang ditemukan
pada masing-masing lokasi pengambilan data. Karakteristik morfologi kelelawar
diketahui melalui pengukuran panjang bagian tubuh, jenis kelamin, dan bobot

5
tubuh. Kelelawar yang tertangkap ditandai dengan spidol permanen agar dapat
dikenali bila tertangkap kembali. Pengukuran panjang bagian tubuh dan bobot
tubuh dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari setiap jenis kelelawar yang
ditemukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan jenisnya. Bagian tubuh
yang diukur adalah panjang lengan bawah sayap, telinga, betis, dan ekor untuk
jenis-jenis tertentu. Pengukuran bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan
timbangan pesola 50 gram dan 100 gram, sedangkan panjang bagian tubuh
kelelawar diukur menggunakan caliper. Pengambilan sampel kelelawar untuk
dijadikan spesimen basah hanya dilakukan pada jenis-jenis kelelawar yang tidak
teridentifikasi jenisnya.
Kondisi Habitat
Lokasi pengambilan data dilakukan di beberapa tipe habitat kelelawar di
HBTBB, yaitu di Hutan Peralihan Hill-Montana, Hutan Gambut, Hutan
Dipterocarpaceae Atas, dan Gua Liang. Kondisi habitat gua yang diambil yaitu
karakteristik gua dan kondisi habitat di depan gua. Pengambilan data karakteristik
gua dilakukan dengan melakukan pemetaan gua menggunakan metode foreward.
Kondisi habitat di dalam kawasan hutan dan di depan gua dilakukan untuk
mengetahui kondisi bagian under canopy. Data yang diambil adalah tutupan tajuk
dan jenis-jenis vegetasi bawah yang penting bagi kelelawar. Selain itu,
pengukuran suhu, kelembaban, ketinggian lokasi dan curah hujan juga dilakukan.
Data Penunjang
Data penunjang diperoleh dengan melakukan studi literatur. Literatur yang
digunakan meliputi buku, laporan penelitian, skripsi, thesis dan jurnal ilmiah.
Prosedur Analisis Data
Indeks Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis kelelawar dihitung menggunakan indeks
keanekaragaman jenis Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman merupakan
kombinasi dari kekayaan jenis (species richness) dan kemerataan jenis (evenness)
menjadi satu nilai.
H’ = -∑ pi ln pi , dimana pi =
Keterangan :
H’
: Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
ni
: Jumlah individu jenis ke-i
N
: Jumlah total individu
Indeks Kekayaan Jenis
Indeks kekayaan jenis Margalef (R) merupakan perhitungan kekayaan jenis
dalam suatu komunitas. Indeks ini menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas,
dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu
pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran (1988) besaran R5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong tinggi. Kekayaan jenis
diukur dengan menggunakan rumus:

6

Keterangan :
R
: Indeks kekayaan jenis Margalef
S
: Jumlah jenis
N
: Jumlah total individu
Indeks Kemerataan Jenis
Nilai indeks kemerataan jenis menunjukkan penyebaran individu spesies
dalam suatu komunitas. Nilai indeks ini berkisar antara nol hingga satu. Krebs
(1978) menyatakan bahwa nilai indeks kemerataan mendekati satu menunjukkan
bahwa jenis yang terdapat dalam suatu komunitas semakin merata, sedangkan bila
nilai indeks kemerataan mendekati nol maka menunjukkan ketidakmerataan jenis
dalam komunitas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai
Evennes adalah:

Keterangan :
E
: Indeks kemerataan jenis
H’
: Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
S
: Jumlah jenis
Indeks Kesamaan Komunitas
Indeks kesamaan komunitas menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar
komunitas habitat yang diamati. Penghitungan nilai kesamaan berdasarkan pada
keberadaan suatu jenis yang dinotasikan dengan angka 1 dan tidak terdapatnya
suatu jenis dinotasikan dengan angka 0 dalam habitat yang dibandingkan. Metode
yang digunakan dalam perhitungan indeks kesamaan jenis adalah indeks Jaccard
dengan persamaan:
Keterangan :
a
: Jumlah jenis yang ditemukan pada habitat A dan B
b
: Jumlah jenis yang hanya ditemukan di habitat A
c
: Jumlah jenis yang hanya ditemukan di habitat B
Morfologi kelelawar
Hasil pengukuran morfologi kelelawar dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan melihat perbedaan struktur
wajah rambut, adanya tragus atau anti tragus, warna rambut dan adanya cakar
pada jari sayap kedua, sedangkan secara kuantitatif dilihat dari ukuran tubuhnya
yang mencakup panjang forearm, tibia, telinga serta bobot tubuh.
Tutupan tajuk
Pendugaan penutupan tajuk pada titik-titik penempatan perangkap
menggunakan densiometer adalah sebagai berikut:
% bukaan tajuk = (skyimagine/4) x 1,04
% tutupan tajuk = 99,84% - % bukaan tajuk

7

Hubungan keanekaragaman kelelawar dengan parameter lingkungan
Untuk menentukan hubungan antara keanekaragaman kelelawar dengan
parameter lingkungan digunakan uji korelasi. Program yang digunakan untuk
melakukan uji korelasi adalah program SPSS 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan Batang Toru Bagian Barat (HBTBB) adalah kawasan hutan hujan
tropis primer. Hutan hujan tropis primer merupakan hutan dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi, siklus hara yang tertutup, stratifikasi tajuk
yang tinggi, selalu hijau sepanjang tahun, dan bersifat konstan yang secara terus
menerus ada serta tahan terhadap gangguan (Puspaningsih et al. 2010). Areal
penelitian HBTBB terletak pada ketinggian 800 – 1 200 mdpl sehingga dapat
dikategorikan ke dalam tipe hutan peralihan antara ekosistem hutan perbukitan
tengah (medium elevation hills) dan hutan sub-montana berdasarkan zona
altitudinal dari permukaan laut (Laumonier 1997). Berdasarkan zona floristik,
kawasan ini termasuk dalam kategori formasi hutan Dipterocarpaceae Atas dan
hutan Fagaceae-Lauraceae (Whitmore 1975).
Kondisi Beberapa Tipe Habitat di Kawasan HBTBB
Pengambilan data keanekaragaman jenis kelelawar di dalam kawasan
HBTBB dilakukan pada beberapa tipe habitat, yaitu Hutan Peralihan HillMontana, Hutan Gambut, Hutan Dipterocarpaceae Atas (Gambar 3) dan Gua
Liang.

(a)

(b)

(c)

Gambar 3 Beberapa tipe habitat di kawasan HBTBB. Ket: (a) Hutan Peralihan
Hill-Montana, (b) Hutan Gambut dan (c) Hutan Dipterocarpaceae
Atas.
Karakteristik habitat disajikan dalam Tabel 2, meliputi ketinggian, jenisjenis vegetasi yang tumbuh di masing-masing tipe habitat, tutupan kanopi, serta
beberapa unsur lain yang penting bagi kehidupan kelelawar seperti kayu log
dengan diameter besar, liana dan sumber air. Kayu log dengan diameter lebih dari
30 cm dicatat karena merupakan salah satu unsur yang potensial sebagai lokasi
roosting kelelawar. Liana merupakan salah satu tumbuhan yang berfungsi sebagai
tempat bertengger bagi kelelawar.

8
Tabel 2 Karakteristik lokasi pengambilan data di HBTBB
Karakteristik
HPHM
HG
HDA
Ketinggian
856 – 911
868 - 938
914 – 1 047
(mdpl)
Jenis vegetasi Campnosperma Madhuca
Gironniera
auriculatum,
laurifolia,
subaequalis,
Schima
Palaquium
Syzygium
wallichii,
rostratum,
napiformis,
Palaquium
Tristaniopsis
Diplospora
rostratum,
whiteana,
cf.
Labisia pumila, Syzygium sp.,
malaccensis,
dan
Glupta aptera,
Palaquium
Stermonurus
Stemonurus
rostratum,
scorpioides
malaccensis,
Carallia
dan
eugenioidea,
Campnosperma dan Shorea
auriculatum.
platyclados.
Tutupan
96.2% 94.9% 99.32% kanopi
99.84%
99.84%
99.84%

GL
933-937
Bambusa
sp.

99.06% 99.84%

Keterangan: HPHM = Hutan Peralihan Hill-Montana, HG = Hutan Gambut, HDA = Hutan
Dipterocarpaceae Atas, dan GL = Gua Liang.

Tipe Habitat Hutan Peralihan Hill –Montana
Hutan Peralihan Hill-Montana berada di area timur - utara dari Stasiun
Penelitian Batang Toru. Jenis tumbuhan Hutan Peralihan Hill-Montana yang
terdapat di sekitar lokasi pemasangan perangkap antara lain Dacrydium spp.,
Madhuca laurifolia, dan Tristaniopsis whiteana. Nurmansyah (2012) menyatakan
bahwa jenis tumbuhan yang memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi pada tipe
habitat ini adalah Campnosperma auriculatum dari famili Anacardiaceae,
sedangkan nilai frekuensi tertinggi dimiliki oleh jenis Campnosperma
auriculatum, Schima wallichii, Palaquium rostratum, Stermonurus scorpioides,
dan Labisia pumila.
Lokasi pemasangan perangkap berada pada ketinggian 856 – 911 mdpl.
Seluruh titik pemasangan perangkap berada pada lokasi yang memiliki penutup
tanah (serasah daun, pakis pendek, semai, dan rerumputan pendek) dan semak
(semak berlumut, pancang, dan pakis besar). Sebesar 95% titik pemasangan
harptrap tertutup under canopy, 100% canopy dan 25% overstorey. Teramati
sebanyak 35% titik pemasangan perangkap berada di dekat log berdiameter lebih
dari 30 cm. Sebesar 90% lokasi pemasangan perangkap memiliki liana di
sekitarnya. Tutupan tajuk pada lokasi pengambilan data berkisar antara 96.2% 99.84%. Hal ini menunjukkan bahwa penutupan tajuk di lokasi ini tinggi. Jenis
tumbuhan yang banyak ditemui di sekitar tempat pemasangan perangkap yaitu
tumbuhan paku, Nepenthes sp., Dacrydium sp., Mosses sp., anggrek, tumbuhan
dari famili Arecaceae dan Zingiberaceae, liana Freycinetia sp., Maducha
laurifolia, pandan, dan ilalang. Salah satu lokasi pemasangan harptrap juga
berada di dekat sungai besar.

9
Tipe Habitat Hutan Gambut
Hutan gambut adalah hutan pada daerah yang digenangi oleh air tawar
dalam keadaan asam dan di dalamnya terdapat penumpukan bahan-bahan tanaman
yang telah mati (Indriyanto 2005). Namun, formasi hutan gambut di kawasan
HBTBB bukan tipe hutan gambut yang tergenang oleh air rawa, melainkan hutan
gambut kering. Tipe hutan ini berada di area selatan - barat daya lokasi penelitian.
Jenis Maducha laurifolia dari famili Sapotaceae merupakan jenis yang memiliki
nilai kerapatan tertinggi pada habitat hutan gambut, sedangkan jenis yang
memiliki nilai frekuensi tertinggi pada tipe habitat ini, yaitu Madhuca laurifolia,
Palaquium rostratum, Syzygium sp., Stermonurus malaccensis, dan
Campnosperma auriculatum (Nurmansyah 2012). Jenis tumbuhan yang menjadi
ciri khas adalah Madhuca laurifolia dan Palaquium rostratum.
Lokasi pemasangan harptrap pada tipe habitat ini berada pada ketinggian
antara 868 - 938 mdpl. Seluruh titik pemasangan perangkap berada pada lokasi
yang memiliki penutup tanah (serasah daun, pakis pendek, semai, dan rerumputan
pendek) dan semak (semak berlumut, pancang, dan pakis besar). Sebesar 70%
titik pemasangan perangkap tertutup under canopy, 95% canopy dan 45%
overstorey. Pada lokasi penelitian di tipe habitat hutan gambut, teramati sebanyak
60% titik pemasangan perangkap berada di dekat log berdiameter lebih dari 30 cm.
Sebesar 85% lokasi pemasangan perangakap memiliki liana di sekitarnya.
Tutupan tajuk pada lokasi pengambilan data berkisar antara 94.9%-99.84%. Hal
ini menunjukkan bahwa penutupan tajuk di lokasi ini tinggi. Jenis tumbuhan yang
banyak ditemui yaitu tumbuhan paku, Nepenthes sp., Dacrydium sp., Mosses sp.,
anggrek, tumbuhan dari famili Arecaceae dan Zingiberaceae, liana Freycinetia sp.,
Maducha laurifolia, pandan, dan ilalang. Pada lokasi ini terdapat rawa yang cukup
besar, rawa ini potensial sebagai tempat mencari makan bagi kelelawar pemakan
serangga.
Tipe Habitat Hutan Dipterocarpaceae Atas
Tipe habitat Hutan Dipterocarpaceae Atas berada di area barat - barat laut
stasiun penelitian. Tipe hutan ini memiliki kerapatan tumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan dengan Hutan Gambut dan Hutan Peralihan Hill-Montana.
Nurmansyah (2012) menyatakan bahwa jenis tumbuhan yang memiliki nilai
kerapatan tertinggi pada Hutan Dipterocarpaceae Atas adalah Gironniera
subequalis dari famili Ulmaceae dan jenis tumbuhan yang memiliki nilai
frekuensi tertinggi pada tipe habitat ini, yaitu Gironniera subaequalis, Syzygium
napiformis, Diplospora cf. malaccensis, Palaquium rostratum dan Carallia
eugenioidea. Jenis tumbuhan yang menjadi ciri khas dari tipe habitat Hutan
Dipterocarpaceae Atas di HBTBB adalah Shorea platyclados dari famili
Dipterocarpaceae.
Lokasi pemasangan harptrap pada tipe habitat ini berada pada ketinggian
antara 914 – 1 047 mdpl. Seluruh titik pemasangan perangkap berada pada lokasi
yang memiliki penutup tanah (serasah daun, pakis pendek, semai, dan rerumputan
pendek), semak (semak berlumut, pancang, dan pakis besar), serta tertutup under
canopy dan canopy. Sebesar 40% titik pemasangan harptrap berada di bawah
overstorey. Pada lokasi penelitian di tipe habitat Hutan Dipterocarpaceae Atas,
teramati sebanyak 70% titik pemasangan perangkap berada di dekat log
berdiameter lebih dari 30 cm. Seluruh lokasi pemasangan perangkap memiliki

10
liana di sekitarnya. Tutupan tajuk pada lokasi pengambilan data berkisar antara
99,32% - 99,84%. Jenis tumbuhan yang banyak ditemui yaitu tumbuhan paku,
Mosses sp., anggrek, tumbuhan dari famili Arecaceae, Zingiberaceae dan Araceae,
liana Freycinetia sp., Maducha laurifolia, Campnosperma auriculatum,
Palaquium rostratum dan pandan. Terdapat satu lokasi pemasangan trap yang
berada di sebelah aliran sungai.
Tipe Habitat Gua Liang
Gua merupakan ekosistem spesifik bagi kehidupan yang menghuni di
dalamnya karena mereka harus mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada,
antara lain terbatasnya sinar matahari, kadar oksigen, tersedianya pakan bagi
kelompok tertentu, suhu, dan kelembaban yang relatif stabil sepanjang masa. Gua
merupakan salah satu tempat tinggal bagi kelelawar dan diketahui bahwa kurang
lebih 60% dari jumlah kelelawar tinggal di gua (Suhardjono et al. 2012). Setiap
cekungan, celah atau bagian gua dapat menjadi habitat spesifik atau relung
ekologi bagi kelompok tertentu (Suhardjono et al. 2012). Salah satu gua yang
terdapat di HBTBB adalah Gua Liang (Gambar 4).

(a)

(b)

Gambar 4 Gua Liang. Keterangan: (a) Mulut Gua Liang dan (b) Vegetasi bambu
di depan Gua Liang, HBTBB.
Gua Liang menjadi salah satu lokasi perburuan kelelawar jenis lalai
kembang (E. spelaea) dan kusing dayak (D. spadiceus). Posisi koordinat gua
berada di 01° 41' 5.750" LU - 99° 00' 37.092" BT dan berada pada ketinggian 937
m dpl. Secara administratif, Gua Liang termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara. Mulut Gua Liang memiliki lebar 26.42 meter, tinggi sekitar 16
meter dan menghadap ke arah Barat (Siagian 2011). Berdasarkan hasil survey,
Gua Liang memiliki panjang 657.5 meter dan kedalaman 42.6 meter (Lampiran 1).
Di dalam Gua Liang terdapat sungai setinggi dada dan aliran air yang semakin
mengecil pada bagian ujung dalam gua, air tersebut berasal dari rembesan dinding
gua. Di depan Gua Liang terdapat air terjun dan tumbuhan yang didominasi oleh
bambu. Gua Liang dihuni oleh berbagai jenis kelelawar pemakan buah
(Megachiroptera), kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera), burung dan
serangga gua.

11
Keanekaragaman Jenis Kelelawar di HBTBB
Keanekaragaman jenis merupakan ukuran keanekaragaman yang umum
digunakan. Keanekaragaman jenis pada dasarnya dapat disusun oleh dua
komponen, yaitu kekayaan dan kemerataan jenis. Krebs (1989) diacu dalam
Gunawan (2007) menyatakan bahwa terdapat empat jenis informasi yang
diperlukan dalam pengumpulan data keanekaragaman jenis, yaitu jumlah jenis,
jumlah individu setiap jenis, lokasi yang ditempati oleh individu setiap jenis dan
lokasi yang ditempati oleh individu sebagai individu-individu yang terpisah.
Jumlah Jenis, Individu dan Status Perlindungan
Jumlah individu dan jenis kelelawar yang tercatat di 4 lokasi pengambilan
data adalah sebanyak 331 individu dengan 11 individu penangkapan berulang
(recapture) yang termasuk dalam 16 jenis kelelawar (Tabel 3).
Tabel 3 Jenis-jenis kelelawar yang ditemukan pada 4 tipe habitat di HBTBB dan
status perlindungannya
No

Nama jenis

Chironax
melanocephalus
2 Cynopterus brachyotis
3 Rousettus
amplexicaudatus
4 Hipposideros bicolor
5 Hipposideros cervinus
6 Hipposideros larvatus
7 Rhinolophus affinis
8 Rhinolophus lepidus
9 Rhinolophus pusillus
10 Rhinolophus stheno
11 Rhinolophus
acuminatus
12 Kerivoula papillosa
13 Murina cyclotis
14 Phoniscus atrox
15 Miniopterus magnater
16 Miniopterus schreibersii
Jumlah individu
Jumlah jenis
Trapping nights
1

∑ Individu
tertangkap
a
b
c

d

Frugivorous

1

0

0

0

LC

Frugivorous

1

0

0

0

LC

Frugivorous

0

0

0

10

LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC

Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous

11
37
7
13
5
3
103

0
4
4
4
0
0
17

0
9
2
7
0
0
14

0
8
4
18
0
0
10

LC

Insectivorous

0

0

2

0

LC
LC
NT
LC
NT

Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous
Insectivorous

4
1
1
0
0
187
12
10

1
1
0
0
0
31
6
10

1
0
0
0
0
35
6
5

0
0
0
6
11
67
7
2

IUCN
Redlist
Status

Tingkat
Tropik

LC

Keterangan: LC = Least Concern, NT = Near Threatened, a = Hutan Peralihan Hill-Montana
(HPHM), b = Hutan Gambut (HG), c = Hutan Dipterocarpaceae Atas (HDA), dan d = Gua Liang
(GL).

12
Kekayaan jenis menggambarkan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu
komunitas. Nilai kekayaan jenis ditentukan oleh faktor jumlah jenis dan jumlah
individu. Jumlah individu yang tertangkap di Hutan Peralihan Hill-Montana
sebanyak 187 individu dari 12 jenis kelelawar (total 193 individu dengan
penangkapan berulang sebanyak 6 individu), Hutan Gambut sebanyak 31 individu
dari 6 jenis kelelawar (total 34 individu dengan penangkapan berulang sebanyak 3
individu), Hutan Dipterocarpaceae Atas sebanyak 35 individu dari 6 jenis
kelelawar (total 37 individu dengan penangkapan berulang sebanyak 2 individu),
dan Gua Liang sebanyak 67 individu dari 7 jenis kelelawar (total 67 individu
dengan penangkapan berulang sebanyak 0 individu).
Jumlah jenis kelelawar sub ordo Megachiroptera yang tertangkap sebanyak
3 jenis yang berasal dari famili Pteropodidae, yaitu C. melanocephalus, C.
brachyotis Forest Lineage dan R. amplexicaudatus. Sedangkan jenis kelelawar sub
ordo Microchiroptera yang tertangkap sebanyak 13 jenis yang berasal dari famili
Hipposideridae (H. bicolor, H. cervinus, dan H. larvatus), Rhinolophidae (R.
affinis, R. lepidus, R. pusillus, R. stheno, dan R. acuminatus) dan Vespertilionidae
(K. papillosa, M. cyclotis, P. atrox, M. Magnater, dan M. schreibersii).
Individu kelelawar yang tertangkap selama penelitian berlangsung
jumlahnya bervariasi pada setiap jenisnya. Jenis-jenis kelelawar pemakan
serangga lebih banyak tertangkap dibanding kelelawar pemakan buah. Hal ini
diduga karena jenis perangkap yang dipakai, yaitu harptrap lebih efektif untuk
menangkap kelelawar yang terbang pada ketinggian yang rendah. Jenis-jenis
kelelawar pemakan buah lebih banyak terbang pada ketinggian yang relatif tinggi.
Jenis kelelawar yang paling banyak tertangkap selama penelitian
berlangsung adalah R. stheno dengan jumlah individu sebanyak 144 individu.
Kingston et al. (2009) menyatakan bahwa R. stheno merupakan jenis yang umum
ditemukan di perbukitan dan hutan primer, lokasi roosting dari jenis ini diketahui
berada di celah bebatuan dan koloni yang lebih besar dapat ditemukan di gua.
Jenis dengan jumlah tangkapan paling sedikit yaitu sebanyak 1 individu adalah C.
brachyotis Forest Lineage, C. melanocephalus dan P. atrox. Jenis C.
melanocephalus dan C. brachyotis Forest Lineage merupakan kelelawar pemakan
buah. Kedua jenis tersebut mencari makan pada semua ketinggian di bawah
kanopi pohon (Hodgkison 2001), diduga pemakaian harptrap sebagai perangkap
tidak dapat menjangkau seluruh area terbang dari kedua jenis tersebut. P. atrox
merupakan jenis yang hidup dalam kelompok kecil yang tersebar (Kingston et al.
2009), sehingga sulit untuk tertangkap dalam jumlah banyak.
Jumlah jenis kelelawar yang ditemukan pada setiap habitat memiliki
perbedaan (Gambar 5). Fithria (2003) menyatakan bahwa keanekaragaman suatu
tipe habitat akan berpengaruh terhadap jumlah jenis satwa liar. Kelelawar
menempati habitat tertentu untuk melakukan aktivitas yang berbeda. Habitat
kelelawar umumnya ditemukan mulai dari pantai sampai pegunungan (Betaubun
2012). Sumitro (2013) menyatakan bahwa perilaku mencari pakan berkolerasi
dengan kemampuan terbang dan ekolokasi pada kelelawar. Hal tersebut juga akan
berpengaruh pada persebaran kelelawar.

13
4
3
2

3
2

2

2

2

3
2

2

1
0

2
1

0

Pteropodidae

Hipposideridae

Hutan Peralihan Hill-Montana

Hutan Gambut

Rhinolophidae

Vespertilionidae

Hutan Dipterocarpaceae Atas

Gua Liang

Gambar 5 Jumlah jenis kelelawar pada setiap famili di HBTBB
Jenis yang ditemukan pada semua tipe habitat adalah H. cervinus, H.
larvatus, R. affinis, dan R. stheno. Hal ini karena keempat jenis tersebut mencari
makan pada berbagai tipe habitat dan bersarang di dalam gua (Kingston et al.
2009). Jenis kelelawar yang hanya ditemukan pada tipe habitat Hutan Peralihan
Hill-Montana yaitu C. melanocephalus, C. brachyotis Forest Lineage dan H.
bicolor. Tiga jenis tersebut diketahui mencari makan di wilayah yang lebih rendah.
Jenis kelelawar yang hanya ditemukan pada tipe habitat Hutan Dipterocarpaceae
atas adalah R. acuminatus. Di Filipina, jenis ini pernah tertangkap di hutan dataran
rendah Dipterocarpaceae (Kingston et al. 2009). Jenis kelelawar yang hanya
ditemukan di Gua Liang adalah M. magnater, M. schreibersii dan R.
amplexicaudatus. Ketiga jenis kelelawar tersebut hidup secara berkoloni dalam
jumlah besar di dalam gua sehingga kemungkinan tertangkapnya lebih besar di
gua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14 jenis kelelawar dengan
status Least Concern (LC) dan 2 jenis lainnya berstatus Near Threatened (NT)
yaitu P. atrox dan M. schreibersii. Near Threatened (Hampir Terancam)
merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang berada dalam
keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan. Jenis-jenis tersebut perlu
lebih diperhatikan agar keberadaannya tetap terjaga.
Kelas umur kelelawar ditentukan berdasarkan tingkat fusi sendi sayap
(Parnaby 1999), yaitu sendi sayap memiliki ikatan cartilaginous yang besar dan
jelas (kelas umur muda), sendi sayap memiliki garis lurus, ikatan cartilaginous
dan pembuluh sarah sangat berbeda (kelas umur sub-dewasa) dan sendi sayap
menonjol dan kesenjangan cartilaginous tidak terlihat (kelas umur dewasa).
Komposisi kelelawar yang tertangkap berdasarkan kelas umurnya adalah
kelompok dewasa sebanyak 97% dan kelompok umur muda sebanyak 3%.
Kelompok umur dewasa ditemukan pada setiap lokasi pengambilan data,
sedangkan kelompok umur muda hanya ditemukan pada tipe habitat Gua Liang
saja. Hal ini dikarenakan kelelawar muda dibesarkan oleh induknya di dalam gua
(Kunz dan Fenton 2003). Akan tetapi, saat penelitian berlangsung pernah
tertangkap induk yang membawa anaknya terbang yaitu pada jenis C. brachyotis
Forest Lineage.
Kondisi reproduksi kelelawar dapat dibedakan berdasarkan jenis
kelaminnya. Kondisi kelelawar jantan dapat dilihat berdasarkan ukuran testis,
sedangkan kondisi reproduksi betina dapat dilihat berdasarkan kondisi puting susu
yang terletak di bawah ketiak (Parnaby 1999). Kelelawar yang tertangkap

14
didominasi oleh kelelawar betina (55%), sedangkan jantan yang tertangkap adalah
sebanyak 45%. Sebagian besar betina yang tertangkap berada dalam keadaan tidak
reproduktif (non reproductive) yaitu sebesar 73%, selesai menyusui (post
lactating) sebesar 19%, menyusui (lactating) sebesar 6%, sedangkan kondisi
reproduksi yang paling sedikit ditemukan adalah bunting (pregnant) sebesar 1%.
Kondisi reproduksi pada jantan didominasi oleh jantan dengan testis scrotal
sebanyak 71%, sedangkan jantan dengan testis non scrotal sebanyak 29%.
Keanekaragaman dan Kekayaan Jenis Kelelawar
Nilai indeks keanekaragaman jenis kelelawar (Tabel 4) menunjukkan bahwa
Gua Liang memiliki nilai terbesar (1.856) dibandingkan tipe habitat Hutan
Peralihan Hill-Montana (1.481), Hutan Gambut (1.343) dan Hutan
Dipterocarpaceae Atas (1.465). Nilai indeks keanekaragaman jenis HBTBB
adalah sebesar 1.807. Keanekaragaman jenis di suatu kawasan dipengaruhi oleh
keanekaragaman dan kualitas habitat, keberadaan kompetitor dan gangguan dari
aktifitas manusia berupa konversi hutan serta pembakaran hutan.
Nilai indeks kekayaan jenis terbesar adalah pada habitat Hutan Peralihan
Hill-Montana sebesar 2.103. Hal ini sebanding dengan jumlah jenis yang
ditemukan pada habitat ini yaitu 12 jenis kelelawar. Hutan Peralihan Hill-Montana
memiliki jumlah jenis tertinggi diduga karena berada pada jalur yang berhadapan
langsung dengan mulut Gua Liang. Selain itu, jumlah hari pemasangan harptrap
lebih banyak dibandingkan dengan hari pemasangan di Hutan Dipterocarpaceae
atas dan Gua Liang. Hal ini memungkinkan lebih banyak jenis kelelawar yang
tertangkap.
Tabel 4 Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis kelelawar di
HBTBB
Indeks Kekayaan
Indeks Keanekaragaman
No
Tipe Habitat
Jenis
Jenis
1 HPHM
2.103
1.481
2 HG
1.456
1.343
3 HDA
1.406
1.465
4 GL
1.427
1.856
Semua Habitat
2.600
1.807
Keterangan: HPHM = Hutan Peralihan Hill-Montana, HG = Hutan Gambut, HDA = Hutan
Dipterocarpaceae Atas, dan GL = Gua Liang.

Kemerataan Jenis Kelelawar
Indeks kemerataan jenis menunjukkan penyebaran individu jenis dalam
komunitas. Kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui gejala dominansi diantara
setiap jenis dalam suatu lokasi. Nilainya berkisar dari nol sampai satu. Apabila nilai
indeks kemerataan mendekati satu maka jenis yang terdapat dalam suatu
komunitas semakin merata, sementara apabila nilai indeks kemerataan mendekati
nol menunjukkan ketidakmerataan jenis dalam komunitas tersebut. Kemerataan
akan maksimum jika proporsi kelimpahan individu pada setiap jenis yang terdapat
dalam suatu komunitas sama. Bila terdapat jenis yang dominan maka nilai
kemerataan jenis akan menurun. Nilai kemerataan jenis kelelawar pada lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

15
Tabel 5 Nilai kemerataan jenis kelelawar di HBTBB
No
1
2
3
4

Lokasi
Hutan Peralihan Hill-Montana
Hutan Gambut
Hutan Dipterocarpaceae Atas
Gua Liang
Semua habitat

Nilai Kemerataan Jenis
0.596
0.749
0.818
0.954
0.652

Nilai kemerataan jenis terbesar terdapat di Gua Liang (0.954), sedangkan
nilai terkecil terdapat di Hutan Peralihan Hill-Montana (0.596). Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah jenis dominan yang ditemukan pada Hutan HillMontana lebih banyak dibandingkan pada tipe habitat lainnya. Magurran (2004)
menyebutkan bahwa suatu jenis dikatakan dominan apabila kelimpahan relatif
jenis tersebut lebih dari 5%. Nilai kemerataan jenis pada keempat tipe habitat
berkisar antara 59.6% sampai 95.4%. Secara keseluruhan, nilai kemerataan jenis
di Stasiun Penelitian Batang Toru tergolong sedang dengan nilai kemerataan jenis
sebesar 65.2%. Hal tersebut mengindikasikan adanya jenis yang dominan di
Stasiun Penelitian Batang Toru. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan
kelelawar adalah ketersediaan dan keragaman pakan kelelawar.
Kesamaan Komunitas
Pendugaan proporsi jenis yang menempati suatu habitat secara bersamasama dilakukan penghitungan indeks kesamaan Jaccard (JI) yang merupakan
ukuran kesamaan komposisi jenis antar dua komunitas. Komunitas yang sama
terlihat dari terdapatnya jenis yang sama pada dua habitat yang dibandingkan.
Nilai indeks kesamaan yang bervariasi antara satu komunitas dengan komunitas
lainnya pada lokasi penelitian menunjukkan terdapatnya susunan kelelawar untuk
masing-masing komunitas tersebut. Kesamaan komunitas kelelawar di HBTBB
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai indeks kesamaan komunitas kelelawar di HBTBB
Habitat
HPHM
HG
HDA
GL
HPHM
0.500
0.385
0.267
HG
0.714
0.444
HDA
0.444
GL
Keterangan: HPHM = Hutan Peralihan Hill-Montana, HG = Hutan Gambut, HDA = Hutan
Dipterocarpaceae Atas, dan GL = Gua Liang.

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa tidak ada habitat yang memiliki
kesamaan komunitas secara penuh. Tipe habitat Hutan Gambut dan Hutan
Dipterocarpaceae atas apabila dibandingkan memiliki kesamaan komunitas yang
tertinggi (0.714). Hal ini diduga karena jarak antara kedua tipe habitat tersebut
tidak terlalu jauh, sehingga masih dapat dijangkau oleh jenis-jenis kelelawar yang
terdapat disana. Kesamaan komunitas terendah adalah pada perbandingan antara
tipe habitat Hutan Peralihan Hill-Montana dan Gua Liang. Faktor daya jelajah
memiliki peranan yang penting bagi kesamaan komunitas. Daerah jelajah
kelelawar bergantung pada jenis makanan (Betaubun 2012). Santosa (1993)

16
menyatakan bahwa satwaliar tidak menyebar dan mengeksploitasi ruang secara
acak melainkan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal (umur, jenis
kelamin dan morfologi) dan faktor ekologi (ketersediaan makanan, kondisi fisik
biotik dan iklim dari habitatnya).

Morfologi Kelelawar
Kelelawar yang tertangkap selama penelitian memiliki variasi bentuk dan
ukuran tubuh (Gambar 6). Setiap jenis memiliki karakter morfologi masingmasing, bahkan satu jenis kelelawar dapat memiliki variasi yang berbeda.
Morfologi kelelawar dapat ditinjau secara kualitatif maupun kuantitatif.
a.
Kualitatif
Morfologi kelelawar apabila ditinjau secara kualitatif dapat dilihat dari
perbedaan struktur wajah terutama noseleaf, terdapatnya tragus atau anti tragus,
warna rambut dan ada atau tidaknya cakar pada jari sayap kedua.

Keterangan:
a) C. melanocephalus, b) C. brachyotis, c) H. bicolor, d) H. cervinus, e) H.
larvatus, f) K. papillosa, g) M. cyclotis, h) P. atrox, i) R. affinis, j) R. lepidus, k) R.
pusillus, l) R. stheno, m) R. acuminatus, n) M. magnater, o) M. schreibersii, dan
p) R. amplexicaudatus.
Gambar 6 Jenis-jenis kelelawar yang ditemukan di HBTBB

17
Jenis R. stheno yang tertangkap memiliki tiga variasi yang terlihat dari
perbedaan bagian sella dan connecting process. Jenis H. cervinus yang tertangkap
memiliki dua variasi warna tubuh yaitu kecoklatan dan oranye. Selain dari bentuk
tubuh, beberapa jenis kelelawar juga memiliki ciri khas berupa bau tubuh yang
unik seperti pada K. papillosa yang berbau menyengat seperti pisang busuk.
Deskripsi morfologi jenis-jenis kelelawar di Hutan Batang Toru Bagian Barat
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Deskripsi morfologi jenis-jenis kelelawar di HBTBB
No
Spesies
Deskripsi Morfologi
1 C. melanocephalus
Kepala berwarna coklat pekat hingga kehitaman,
kontras dengan warna bagian tubuh lainnya yang
berwarna coklat keabuan. Pada sisi leher terdapat
warna jingga kekuningan. Jari sayap kedua
bercakar. Tidak memiliki ekor.
2 C. brachyotis
Bagian atas badan berwarna coklat keabuan
hingga kuning keabuan. Rambut di sekitar bahu
berwarna lebih terang. Pertulangan sayap dan tepi
telinganya tampak jelas berwarna putih.
Moncongnya pendek dan hidung agak besar
menyerupai tabung. Jari sayap kedua bercakar.
Tidak memiliki ekor.
3 H. bicolor
Bagian atas badan berwarna coklat hingga coklat
keabuan, sedangkan bagian bawah badan
berwarna keputihan. Telinga berbentuk bulat besar
dan melancip pada bagian ujungnya. Noseleaf,
telinga dan membrane sayap berwarna coklat.
Noseleaf berbentuk sederhana dan berukuran
kecil, internarial septum berbentuk lurus.
4 H. cervinus
Bagian atas badan berwarna coklat keabuan
hingga jingga. Bagian bawah tubuh berwarna
lebih pucat. Noseleaf berwarna pink dengan 2
lateral leaflet, dan intermediate noseleaf lebih
sempit daripada posterior noseleaf.
5 H. larvatus
Bagian atas badan berwarna coklat hingga coklat
kehitaman, sedangkan bagian bawah berwarna
lebih pucat. Membran sayap berwarna coklat.
Noseleaf dan tiga lateral leaflet berwarna pink
dengan ujung kecoklatan. bagian anterior noseleaf
berukuran cukup besar. Telinga berbentuk
triangular.
6 K. papillosa
Bagian atas badan berwarna coklat keabuan,
sedangkan bagian bawah badan berwarna lebih
pucat. Memiliki tragus yang berbentuk kecil
memanjang. Jenis ini memiliki aroma tubuh yang
khas menyerupai bau pisang busuk.

18
Tabel 7 Deskripsi morfologi jenis-jenis kelelawar di HBTBB (lanjutan)
No
Spesies
7 M. cyclotis

8

P. atrox

9

R. affinis

10

R. lepidus

11

R. pusillus

12

R. stheno

13

R. acuminatus

14

M. magnater

15

M. schreibersii

16

R. amplexicaudatus

Deskripsi Morfologi
Bagian atas badan berwarna coklat agak terang
dengan dasar keabuan, sedangkan bagian bawah
berwarna lebih pucat. Selaput kulit antarpaha
ditumbuhi bulu berwarna kemerahan. Telinga
membulat dan tragus memiliki bentukan pada
bagian bawahnya.
Bagian atas badan memiliki tiga warna, yaitu coklat
keabuan pada dasar, coklat, kemudian coklat
kehitaman dengan ujung berwarna emas terutama
pada bagian kepala. Sayap dan telinga berwarna
kehitaman kontras dengan tragus yang berwarna
putih.
Bagian atas badan berwarna coklat gelap hingga
coklat kemerahan dengan ujung rambut yang lebih
gelap. Bagian bawah badan berwarna lebih pucat.
Noseleaf tidak memiliki lateral lappet, connecting
process membulat. Sella berbentuk konkaf.
Bagian atas badan berwarna coklat keabuan dan
bagian bawah badan lebih pucat. Telinga dan sayap
berwarna coklat kehitaman. Noseleaf berwana pink
dengan bagian tepi berwarna coklat dan tidak
memiliki lateral lappet. Connecting process
berbentuk melancip dan sella berbentuk konkaf.
Bagian atas badan berwarna coklat keabuan dan
bagian bawah berwarna lebih pucat. Noseleaf
berwarna gelap dan tidak memiliki lateral lappet.
Connecting process berbentuk meruncing.
Bagian atas badan berwarna coklat kehitaman
hingga coklat kemerahan. Noseleaf berbentuk kecil
dengan lancet yang rendah. Connecting process
membulat dan sella hampir berbentuk paralel.
Bagian atas badan berwarna coklat kehitaman dan
bagian bawah berwarna keabuan. Noseleaf, telinga
dan sayap berwarna abu gelap. Connecting process
meruncing dan sella berbentuk paralel.
Bagian atas badan berwarna coklat kehitaman
dengan ujung kemerahan dan bagian bawah
berwarna coklat kehitaman.
Bagian atas badan berwarna coklat kemerahan
gelap dan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Membran sayap berwarna kehitaman. Tragus
melengkung ke arah depan.
Bagian atas badan berwarna coklat, sedangkan
bagian bawah berwarna abu. jari sayap kedua
bercakar. Tidak memiliki ekor.

19
b.

Kuantitatif
Morfologi kelelawar dilihat dari beberapa bagian tubuh, yaitu forearm, tibia,
telinga dan bobot tubuh (Lampiran 2). Morfometrik jenis-jenis kelelawar di Hutan
Batang Toru Bag