Studi Tumbuhan Anggrek Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

(1)

UTARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DEWI KURNIA ARIANDA

100805010

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UTARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DEWI KURNIA ARIANDA

100805010

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

i

STUDI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN HUTAN

BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DEWI KURNIA ARIANDA

100805010

Disetujui Oleh:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. T. Alief Aththorick, M.Si

NIP. 196909191999031002 NIP. 196301231990032001 Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan judul “Studi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku pembimbing I dan Ketua Departemen Biologi FMIPA USU serta Bapak Dr. T. Alief Aththorick, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan agar pelaksanaan penelitian dan penyusunan hasil penelitian ini berjalan dengan baik, Selanjutnya kepada Ibu Dr. Erni Jumilawaty, M.Si selaku penguji II serta Alm. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku dosen penasehat akademik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Gabriella Fredriksson dan Dr. Matthew G. Nowak (YEL-SOCP) yang telah memberikan fasilitas, bantuan, dan meluangkan waktunya dalam memberikan masukan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian serta penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan juga kepada tim lapangan, Abangda Ronald Andreas Paja, S.Hut, dan Abangda Herman, S.Si selaku koordinator stasiun riset YEL-SOCP serta para asisten lapangan Abangda, Nardi, Kalam, Dosman, Ulil dan Etty yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini, juga kepada dua sahabat seperjuangan Eka Siswiyati dan Dewi Kurnia Arianda.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan hasil penelitian ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini nantinya. Untuk segala partisipasi dan dukungannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2015


(5)

iii

STUDI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN HUTAN

BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian tentang Studi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Hutan BatangToru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara.Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan padabulan Agustus sampai Desember 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis Anggrek dan persebarannya.Lokasi penelitian ditentukan dengan metode survey.Didapatkan 82 jenis anggrek yang termasuk dalam 35 marga (59 jenis epifit, 20 jenis, teresterial dan 3 jenis saprofit). Anggrek dominan terdistribusi pada ketinggian 700 m dpl-1000 (ditemukan 76 jenis) dan 6 jenis dengan ketinggian >1000 m dpl. Anggrek tumbuh baik pada curah hujan 3500-4000 mm/tahun, pada jenis tanah Acrisol dan menempati variasi habitat seperti hutan sekunder tua dan pingiran sungai.


(6)

iv

STUDY OF ORCHID IN BATANG TORU WEST BLOCKK

FOREST KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA

ABSTRACT

Study of Orchids in Batang Toru West Block Forest KabupatenTapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara had been done from August until December 2014. The study was aimed to observe species of orchids and their distribution. Location of the study was determined by survey method. 82 species of orchid were found, which were included in 35 genera (59 epiphytes, 20 terrestrials, and 3 saprophytes). Orchids were dominantly distributed in height of 700-1000 masl (76 species were found) and 6 species were found in height of >1000 dpl. Orchid growth well on rainfall 3500-4000 mm/years, on the type of soil Acrisol,. Orchid occupied various


(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK Iii

ABSTRACT Iv

DAFTAR ISI V

DAFTAR TABEL Vi

DAFTAR GAMBAR Vii

DAFTAR LAMPIRAN Ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan Penelitian 3

1.4.Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Anggrek 4

2.2 Morfologi Tumbuhan Anggrek 4

2.2.1 Akar 4

2.2.2 Batang 5

2.2.3 Daun 6

2.2.4 Bunga 6

2.2.5 Buah 7

2.3 Distribusi Anggrek 7

2.4 Manfaat Anggrek 8

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 9

3.2. Deskripsi Area 9

3.2.1. Letak dan Luas 9

3.2.2. Iklim 9

3.2.3. Topografi 9

3.2.4. Vegetasi 10

3.3. Metode Penelitian 10

3.3.1. Di Lapangan 10

3.3.1.1. Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi 10

3.3.1.2. Identifikasi Tumbuhan 11

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-Jenis Anggrek 12

4.2. Ekologi Angggrek 19

4.3. Deskripsi jenis 33

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 115

5.2. saran 115

DAFTAR PUSTAKA 116


(8)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

4.1 Jenis-Jenis Anggrek di Stasiun Penelitian SOCP-YEL 12 4.2 Distribusi Anggrek di Stasiun Penelitian SOCP-YEL

Berdasarkan Ketinggian dan Habit


(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Pola Pertumbuhan Batang Anggrek 5

2.2 Morfologi Bunga Anggrek 6

4.2 Persebaran Anggrek Epifit Berdasarkan Curah Hujan 24

4.3 Persebaran Anggrek Teresterial Berdasarkan Curah Hujan 25

4.4 Persebaran Anggrek Epifit Berdasarkan Jenis Tanah 28

4.5 Persebaran Anggrek Teresterial Berdasarkan Jenis Tanah 29

4.6 Persebaran Anggrek Epifit Berdasarkan Tutupan Kanopi 31

4.7 Persebaran Anggrek Teresterial Berdasarkan Tutupan Kanopi 32

4.3.1 Acanthephippium flavum 33

4.3.2 Acriopsis lilifolia 34

4.3.3 Agrosstophyllum cyathiforme 35

4.3.4 Agrosstophyllum longifolium 36

4.3.5 Agrosstophyllum stipulatum 37

4.3.6 Appendicula alba 38

4.3.7 Appendicula anceps 39

4.3.8 Appendicula cristata 40

4.3.9 Arundina graminifolia 41

4.3.10 Ascidieria longifolia 42

4.3.11 Bulbophyllum anguistifolium 43

4.3.12 Bulbophylllumelongatum 44

4.3.13 Bulbophyllum flavescens 45

4.3.14 Bulbophyllum flavidiforum 46

4.3.15 Bulbophyllumhirtulum 47

4.3.16 Bulbophyllum lumbriciforme 48

4.3.17 Bulbophyllum obtusipetalum 59

4.3.18 Bulbophyllum odoratum 50

4.3.19 Bulbophyllum ovalifolium 51

4.3.20 Bulbophyllum phaeoneuron 52

4.3.21 Bulbophyllum sp. 1 53

4.3.22 Bulbophyllum sp. 2 54

4.3.23 Bulbophyllum sp. 3 55

4.3.24 Bulbophyllum uniflorum 56

4.3.25 Bulbophyllum virescens 57

4.3.26 Bromheadia brevifolia 58

4.3.27 Bromheadia rupestris 59

4.3.28 Bromheadia sp. 60

4.3.29 Calanthe clavicalcar 61

4.3.30 Calanthe pulchra 62

4.3.31 Calanthe rigida 63

4.3.32 Chelonistele sulphurea 64

4.3.33 Coelogyne cuprea 65

4.3.34 Coelogyne incrassta 66

4.3.35 Coelogyne sp. 67

4.3.36 Coelogyne xyreker 68

4.3.37 Corybas holtumii 69

4.3.38 Cryptostylis javanica 70


(10)

viii

4.3.40 Cystorchis variegata 72

4.3.41 Dendrobium compressicaule 73

4.3.42 Dendrobium excavatum 74

4.3.43 Dendrobium hosei 75

4.3.44 Dendrobium indivisum 76

4.3.45 Dendrobium minutigibbum 77

4.3.46 Dendrobium rosellum 78

4.3.47 Dendrobium singaporense 79

4.3.48 Dendrobium sp. 80

4.3.49 Didymoplexiella sp. 81

4.3.50 Dipodium pictum 82

4.3.51 Epigeneium cymbidioides 83

4.3.52 Eria bicristata 84

4.3.53 Eria compressoclavata 85

4.3.54 Eria cymbidifolia 86

4.3.55 Eria densa 87

4.3.56 Eria genuflexa 88

4.3.57 Eria merapiensis 89

4.3.58 Eria neglecta 90

4.3.59 Eria sp. 91

4.3.60 Eria taluensis 92

4.3.61 Geesinkorchis breviunguculata 93

4.3.62 Hetaeria oblongifolia 94

4.3.63 Hylophila lanceolata 95

4.3.64 Hylophila sp. 96

4.3.65 Liparis latifolia 97

4.3.66 Liparis sp. 98

4.3.67 Liparis tricallosa 99

4.3.68 Macodes petola 100

4.3.69 Odonthocilus macranthus 101

4.3.70 Paphilopedium superbiens 102

4.3.71 Peristylus sp 103

4.3.72 Phaius collasus 104

4.3.73 Platanthera angustata 105

4.3.74 Podochilus lucescens 106

4.3.75 Podochilus microphyllum 107

4.3.76 Podochilus sp. 108

4.3.77 Podochilus tenuis 109

4.3.78 Tainia maingayi 110

4.3.79 Thrixspermum centipede 111

4.3.80 Trichotosia pauciflora 112

4.3.81 Oberonia lotsyana 113


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian 118

2. Peta Jalur Anggrek 119

3. Tabel Data Faktor Fisik Kimia Lingkungan 120

4. Titik Kordinat 124


(12)

iii

STUDI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN HUTAN

BATANG TORU BLOK BARAT KABUPATEN TAPANULI

UTARA SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian tentang Studi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Hutan BatangToru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara.Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan padabulan Agustus sampai Desember 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis Anggrek dan persebarannya.Lokasi penelitian ditentukan dengan metode survey.Didapatkan 82 jenis anggrek yang termasuk dalam 35 marga (59 jenis epifit, 20 jenis, teresterial dan 3 jenis saprofit). Anggrek dominan terdistribusi pada ketinggian 700 m dpl-1000 (ditemukan 76 jenis) dan 6 jenis dengan ketinggian >1000 m dpl. Anggrek tumbuh baik pada curah hujan 3500-4000 mm/tahun, pada jenis tanah Acrisol dan menempati variasi habitat seperti hutan sekunder tua dan pingiran sungai.


(13)

iv

STUDY OF ORCHID IN BATANG TORU WEST BLOCKK

FOREST KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA

ABSTRACT

Study of Orchids in Batang Toru West Block Forest KabupatenTapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara had been done from August until December 2014. The study was aimed to observe species of orchids and their distribution. Location of the study was determined by survey method. 82 species of orchid were found, which were included in 35 genera (59 epiphytes, 20 terrestrials, and 3 saprophytes). Orchids were dominantly distributed in height of 700-1000 masl (76 species were found) and 6 species were found in height of >1000 dpl. Orchid growth well on rainfall 3500-4000 mm/years, on the type of soil Acrisol,. Orchid occupied various


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kawasan hutan Indonesia merupakan salah satu hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis termasuk hutan pengunungan dengan keanekaragaman flora yang tinggi yang termasuk di dalamnya adalah jenis-jenis anggrek (Puspitaningtyas, 2006).

Anggrek merupakan tanaman yang memiliki bentuk dan warna bunga yang khas dan unik, hal tersebut membuat anggrek menjadi salah satu tumbuhan bunga populer yang banyak berasal dari Indonesia (Paramitha, 2011). Menurut Puspitaningtyas (2004), sebagai tumbuhan yang unik anggrek mendapatkan banyak perhatian dibandingkan tumbuhan lainnya terutama setelah kelompok tumbuhan anggrek ini diakui mempunyai nilai ekonomi yang cukup baik.

Anggrek merupakan suatu famili yang sangat besar dalam Angiospermae diperkirakan terdapat 800 genus dengan 30.000 jenis anggrek (Gunawan, 2007). Menurut Sabran (2003), anggrek yang terdapat di dunia berkisar antara 17.000-35.000 dan menurut Pandey (2003), di Indonesia diperkirakan 3.000 jenis anggrek liar. Jenis-jenis ini tersebar di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan, Papua dan Sulawesi. Menurut Comber (2001), di kawasan Sumatera ditemukan 1118 jenis anggrek. Dari jumlah ini, 458 jenis diantaranya merupakan anggrek endemik.

Kawasan hutan alam Batang Toru terbagi menjadi dua blok utama, yaitu blok barat dan blok timur. Hutan Batang Toru Blok Barat memiliki tipe-tipe hutan habitat hutan Dipterocarpaceae pada elevasi menengah dan tinggi serta hutan pengunungan pada elevasi rendah, sedangkan Hutan Batang Toru Blok Timur memilki tipe habitat hutan tegakan murni Pinus mercusii (Perbatakusuma et al., 2006).

Kawasan Hutan Batang Toru merupakan hutan hujan tropis primer yang sebagian merupakan arel konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Teluk Naulu, namun sampai saat ini belum dilakukan eksploitasi terhadap vegetasi yang terdapat dalam areal tersebut. Hal ini dikarenakan topografi yang tidak memungkinkan untuk kegiatan Hak Pengusahaan Hutan. Areal penelitian


(15)

Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat terletak pada ketinggian 800-1200 m dpl sehingga dikatagorikan kedlam tipe hutan peralihan antara ekosistem hutan perbukitan tengah (medium elevatioin hills) dan hutan sub montana berdasarkan zona altitudinal dari permukaan laut (Laumonier, 1997).

Kawasan Hutan Batang Toru merupakan hulu dari 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mencakup tiga Kabupaten, yaitu Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara. Oleh karena itu Hutan Batang Toru memiliki fungsi hidrolgi yang sangat penting bagi masyarakat yang hidup di ketiga Kabupaten tersebut. Selain itu hutan batang toru memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan yang cukup mendominasi yaitu terdiri dari jenis Cemara Gunung (Casuarina sp.), Sampinur tali (Dacrydium spp.) dan jenis Mayang (Palaquium spp.) dan jenis-jenis dari dari epifit salah satunya adalah beberapa jenis anggrek (YEL, 2007).

Luas keseluruhuan Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat sekitar 76.007 Ha. Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat terdapat stasiun penelitian yang termasuk dalam kawasan hutan lindung dengan luas areal sekitar 2.400 Ha. Stasiun penelitian tersebut memilki potensi yang besar untuk berbagai kegiatan penelitian ilmiah demi pengembangan ilmu pengetahuan (YEL, 2012).

Saat ini diperkirakan keberadaan dan kekayaan jenis anggrek di alam sudah mengalami perubahan dengan adanya pengambilan anggrek alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Salah satu cara untuk mengetahui kekayaan atau keberadaan jenis-jenis anggrek di suatu kawasan yaitu dengan cara mendata dan menginventarisasi jenis di habitat alamnya. Data tersebut dapat dipakai sebagai acuan atau dokumentasi kekayaan anggrek di suatu kawasan.

1.2Permasalahan

Anggrek merupakan jenis tumbuhan yang bermanfaat secara ekonomi sebagai bahan dasar bagi industri bunga. Anggrek dijadikan koleksi karena keindahan bentuk maupun warna bunganya. Akibat dari pengkoleksian anggrek yang ekstensif, banyak jenis anggrek liar terancam punah. Sejauh ini belum pernah dilaporkan jenis-jenis apa sajakah yang terdapat di Kawasan Hutan Batang Toru (Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan


(16)

permasalahan tersebut maka perlu dilakukan inventarisasi jenis-jenis anggrek di kawasan ini.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis anggrek teresterial, epifit dan saprofit dan persebarannya yang terdapat di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dasar tentang jenis-jenis anggrek pada Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara untuk peneliti selanjutnya dan instansi-instansi terkait dalam rangka dan pengelolaan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Anggrek

Anggrek merupakan tumbuhan herba perennial dengan perawakan yang beranekaragam, hidup sebagai epifit, saprofit, dan ada pula yang teresterial. Anggrek memiliki rimpang, akar yang seperti umbi, tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu pseudobulb yang mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi (Tjitrosoepomo, 2004).

Anggrek dapat tumbuh di berbagai tempat yang memungkinkan untuk tumbuh seperti tanah yang berhumus, tanah-tanah rawa, batu cadas, pasir pohon dan akar tumbuhan lain (Gunadi, 1985). Menurut Ginting (1990), berdasarkan habitatnya tumbuhan anggrek dapat dibagi atas:

a. Anggrek epifit yaitu anggrek yang dalam keadaan alami tumbuh menempel pada pohon-pohon. Misalnya pada genera Vanda, Dendrobium, Oncidium dan Phalaenopsis.

b. Anggrek litofit yaitu angggek yang tumbuh di batuan.Contohnya Goodyera sp.

c. Anggrek saprofit yaitu anggrek yang tumbuh pada bahan organik yang telah lapuk. Contohnya: Didymoplexis dan Epipogium.

d. Anggrek teresterial atau anggrek tanah yaitu anggrek yang tumbuh atau hidup ditanah. Contohnya: Arachnis flo-aeris, Spathoglottis pliacata, dan Arundina graminifolia.

2.2 Morfologi Tumbuhan Anggrek

Secara morfologi, tumbuhan anggrek terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:

2.2.1 Akar

Akar anggrek umumnya lunak dan mudah patah, ujungnya meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) dan dibawahnya terdapat lapisan yang mengandung krolofil. Lapisan


(18)

velamen ini berfungsi menyerap air dan melindungi bagian dalam akar. Akar-akar yang sudah tua akan menjadi cokelat dan kering kemudian fungsinya digantikan dengan akar-akar baru. Pada anggrek monopodial, akar keluar dari ruas-ruas batang dan akar ini disebut akar aerial. Akar aerial yang masih aktif ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan, atau kuning kocokelatan, licin dan mengkilat. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari dasar peudobulb atau sepanjang rhizoma (Gunawan, 2007).

2.2.2 Batang

Menurut Sudarnadi (1995), berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan gambar 1 yaitu tipe simpodial dan monopodial.

a. Tipe simpodial

Anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Petumbuhan batang selalu terjadi di ujung batang sehingga batangnya terus memanjang. Contoh dari jenis anggrek tipe simpodial ini antara lain Dendrobium sp., Vanda sp., Oncidium sp., dan Cymbidium sp.

b. Tipe monopodial

Anggrek yang dicirikan oleh pertumbuhan batang baru selalu dimulai dari pangkal batang tua sampai panjang tertentu lalu berhenti, kemudian diikuti dengan pertumbuhan batang baru. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh dari jenis anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.

Simpodial Monopodial

Gambar 2. 1. Pola Pertumbuhan Batang Anggrek . (a) Akar. (b) Akar Udara . (c) Rimpang. (d) Batang. (e) Pseudobulb. (Mahyar, 2003).


(19)

2.2.3 Daun

Bentuk daun anggrek bervariasi, dari yang sempit memanjang sampai bulat panjang. Daun anggrek tidak mempunyai tulang daun yang berbentuk jala menyebar, tetapi tulang daunnya sejajar dengan helaian daun. Tebal daun juga bervariasi dari tipis sampai tebal berdaging (sukulen). Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai pada setiap buku dan berhadapan dengan daun pada buku baerikutnya atau berpasangan, yaitu pada setiap buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (Gunawan, 2007).

Daun anggrek berseling dengan tepi rata, biasanya tersusun dalam dua baris. Bunga berkelamin 2, zigomorph, memiliki bentuk dan warna yang indah tetapi kadang-kadang bunganya kecil, tidak berwarna atau berwarna kehijau-hijauan. Daun tenda bunga memilki warna yang sama dengan daun mahkota, tetapi selalu mudah dibedakan antara daun kelopak dan daun mahkota (Steenis, 2004).

2.2.4 Bunga

Struktur morfologi anggrek sangat beranekaragam baik bentuk maupun warnanya. Setiap bunga anggrek mempunyai struktur morfologi yang sama dan khas. Bunga anggrek mempunyai tiga lembaran yang hampir mirip satu sama lain yang disebut sepal (daun kelopak). Diantara ketiga sepal ini terdapat lagi lembaran yang disebut dengan petal (daun mahkota). Satu dari tiga petal mempunyai bentuk yang berbeda dan lebih lebih sering disebut bibir atau labellum (Gunadi, 1985).

Labellum adalah bagian petal paling atas yang keras. Labellum bermacam-macam bentuk dan berwarna lebih cerah pada beberapa jenis anggrek (Sharma, 2002). Bunga pada anggrek ada yang hanya mempunyai satu benang sari (monandrae), tetapi ada juga mempunyai dua benang sari (diandrae). Benang sari dan tangkai kepala putik menjadi satu membentuk struktur yang disebut column. Colum anggrek tidak mempunyai tepung sari seperti bubuk, melainkan berupa gumpalan serbuk sari yang disebut polinia. Polinia melekat pada ujung column melalui struktur yang disebut plasenta dan tertutup oleh sebuah cap. jumlah polinia ada yang 22, 4, 6, atau 8, tergantung pada spesiesnya (Gunawan, 2007).


(20)

Gambar 2.2. Morfologi Bunga Anggrek (a). Bunga (b). Sepal dorsal (c). Sepal lateral (d). Petal (e). Lip (f). Daun pelindung bunga (g). Colum (Comber, 2001).

2.2.5 Buah

Buah anggrek merupakan buah kapsula yang terbelah enam. Bijinya terdapat didalam buah dan sangat banyak. Biji anggrek ini tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan) seperti biji tanaman lainnya. Oleh karena itu, untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal biji anggrek dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya (Gunawan, 2007).

2.3 Distribusi Anggrek

Anggrek adalah satu famili terbesar dalam tumbuhan berbunga. Kira-kira ada 1000 genus dan 20.000 spesies yang tersebar di seluruh dunia, baik didaerah tropis. Beberapa genus anggrek yang tumbuh di benua Asia adalah Dendrobium, Vanda,Cymbidium, Oncidium dan Arundina (Sharma, 1993).

Menurut Loveles (1989), anggrek tersebar luas diderah hutan hujan tropis basah seperti Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko, India, Indonesia, Thailand dan Malaysia. Walaupun begitu, anggrek yang paling banyak dijumpai adalah anggrek epifit, serta membentuk vegetasi hutan yang mudah dilihat.

Beberapa genera anggrek yang tumbuh di benua Asia adalah Dendrobium, Spathoglottis, Vanda, Cymbidium, Paphiopedilum, Arundina dan Aerides. Di benua Amerika beberapa jenis anggrek yang tumbuh adalah Cypripedium,


(21)

Accalis, Acineta, Maxilaria, Masdevalia, Zygopetalum sedangkan genera yang terdapat di Benua Afrika yaitu Aeranthes, Aerangis, Angraecopsis, Angsellia dan Cyrtorchis. Benua Eropa genera yang tumbuh adalah Spiranthes Anacamptis, Liparis, Aceras, Orchis dan Pseudoorchis sedangkan di benua Australia dan Selandia Baru genera yang tumbh adalah Glossodia, Pterostylis, Earina dan Corybas (Gunadi, 1986).

2.4 Manfaat Anggrek

Tanaman anggrek telah dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis anggrek yang bermanafaat untuk kesehatan adalah anggrek tanah. Manfaat anggrek tanah bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit asbes paru-paru, radang saluran napas, pendarahan usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus berbau tak sedap. Sedangkan anggrek yang dapat digunakan untuk pengobatan adalah terdiri dari beberapa genus yaitu Cymbidium, Dactylorhiza dan Eulophia. Manfaat utama anggrek adalah sebagai tanaman hias karena memilki keindahan bentuk dan warnya (Sharma, 1993).


(22)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2014 di Stasiun Penelitian SOCP-YEL Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara (Lampiran 1) dan dilanjutkan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan dan Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas

Hutan Batang Toru (HBT) memiliki luasan 136.000 ha dan terbagi dalam dua blok, yaitu blok Timur dan blok Barat. Secara administratif HBT terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Secara geografis berada antara 98°53’ – 99° 26’ BT dan 02° 03’ – 01° 27’ LU. Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat seluas 76.000 ha berada antara 98°046’48” – 99°017’24” BT dan10°27’00” – 10°59’24” LU. Lokasi penelitian merupakan kawasan stasiun pemantauan flora dan fauna seluas 12.000 ha yang berada antara 49°93’31’’ BT dan 18°63’20’’ LU (SOCP-YEL, 2007).

3.2.2 Iklim

Iklim di Hutan Batang Toru termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi berkisar 4.500 sampai 5.000 mm per tahun. Karena hutan ini berada di pegunungan, suhu pada malam hari bisa turun sampai 14˚ C, suhu tertinggi pada siang hari 310C, dan memiliki kelembaban berkisar 33%-95% (SOCP-YEL, 2013).

3.2.3 Topografi

KHBT Blok Barat merupakan kawasan pegunungan dataran rendah dan tinggi yang memiliki ketinggian 50-1.875 mdpl dimana titik terendah berada di Sungai Sipan Sihaporas (dekat Kota Sibolga) dan titik tertinggi berada di Dolok


(23)

Lubuk Raya. Kelerengan antara 16-60 %, dengan bentang lahan memilki topografi berbukit dan bergelombang (YEL, 2007).

3.2.4 Vegetasi

Hutan Batang Toru memiliki tipe vegetasi yang beragam dan khas hutan gambut pada ketinggian 900-1.000 m dpl, hutan batu kapur dan terdapat beberapa rawa yang terletak pada ketinggian 800 m dpl. Dominasi vegetasi di Hutan Batang Toru terdiri dari jenis Cemara gunung (Casuarina sp.), Sampinur tali (Dacrydium spp.) dan jenis Mayang (Palaquiumspp.). Pada umumnya kawasan hutan ini memiliki vegetasi yang tinggi, namun dengan diameter pohon yang relatif kecil. Jenis tumbuhan lain yang dapat ditemui adalah dari jenis-jenis epifit, lumut serta beberapa jenis anggrek dan kantong semar (Nephentes spp) (SOCP-YEL, 2007).

3.3 Metode Penelitian 3. 3. 1 Di Lapangan

3. 3. 1. 1 Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey yaitu dengan cara menentukan daerah dan jalur jelajah (Lampiran 2). Melakukan inventarisasi anggrek teresterial, epifit dan saprofit di sepanjang jalur dengan jarak 5 meter ke kanan dan 5 meter ke kiri di sepanjang jalur-jalur yang ada di stasiun penelitian. Anggrek yang di temukan di foto dengan menggunakan camera digital seluruhnya seperti bagian akar, batang, daun, bunga dan buah. Dilakukan pencatatan keterangan lapangan yang penting seperti sifat morfologi (akar, batang, daun, bunga dan buah) dan untuk jenis anggrek epifit yang tinggi dilakukan karakterisasri morfologi dengan menggunakan teropong. Dalam penelitian ini tidak ada pengkoleksian anggrek, karena tumbuhan anggrek di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara sebagian besar adalah jenis-jenis yang dilindungi. Untuk persebaran anggrek, dilakukan dengan pencatatan titik koordinat untuk masing-masing jenis kemudian di olah dengan menggunakan ArcView Gis 3.3.

Sebagai data pendukung, diamati dan dicatat gambaran habitat dan vegetasi secara umum, ditentukan titik koordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning System), serta dilakukan pengukuran faktor fisik pengukuran


(24)

suhu tanah dengan soil thermometer, Pengukuran suhu udara dengan thermometer, pengukuran kelembaban udara dengan hygrometer, pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter, pengukuran pH tanah dengan soil tester dan pengukuran curah hujan dengan manual raingauge.

3. 3. 1. 2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan anggrek dilakukan pengamatan langsung di lapangan dan dengan cara mengidentifikasi semua foto-foto tumbuhan anggrek yang sudah ada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan buku acuan sebagai berikut:

1). Orchid of Sumatera (Comber, 2001). 2). Jenis-jenis Anggrek (Sastrapradja, 1979).

3). Jenis-jenis Anggrek Taman Nasional Gunung Halimun (Mahyar, 2003).

4). Orchid of Java (Comber, 1990). 5). Orchid of Kalimantan (Siregar, 2005).


(25)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-Jenis Anggrek

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Stasiun Penelitian SOCP-YEL di dalam Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara, diperoleh 35 marga dengan 82 jenis yang ditemukan. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jenis-Jenis Anggrek di Stasiun Penelitian SOCP-YEL

No. Marga Jenis

1. Acanthephippium Acanthephippium flavum

2. Acriopsis Acriopsis lilifolia

3. Agrosstophyllum Agrosstophyllum cyathiforme

4. A. longifolium

5. A. stipulatum

6. Appendicula Appendicula alba

7. A. anceps

8. Appendicula cristata

9. Arundina Arundina graminifolia

10. Ascidieria Ascidieria longifolia

11. Bulbophyllum Bulbophyllum anguistifolium

12. B. elongatum

13. B. flavescens

14. B. flavidiforum

15. B. hirtulum

16. B. lumbriciforme

17. B. obtusipetalum

18. B. odoratum

19. B. ovalifolium

20. B. phaeoneuron

21. Bulbophylllum sp. 1

22. Bulbophylllum sp. 2

23. Bulbophylllum sp. 3

24. B. uniflorum

25. B. virescens

26. Bromheadia Bromheadia brevifolia

27. B. rupestris

28. Bromheadia sp.

29. Calanthe Calanthe clavicalcar

30. C. pulchra

31. C. rigida

32. Chelonistele Chelonistele sulphurea

33. Coelogyne Coelogyne cuprea

34. C. incrassta

35. C. speciosa

36. Coelogynesp.

37. Corybas Corybas holtumii

38. Cryptostylis Cryptostylis javanica

39. Cystorchis Cystorchis stenoglossa

40. C.variegata


(26)

Lanjutan Tabel 4.1

No. Marga Jenis

42. D. excavatum

43. D. hosei

44. D. indivisum

45. D. minutigibbum

46. D. rosellum

47. D. singaporense

48. Dendrobium sp.

49. Didymoplexiella Didymoplexiella sp.

50 Dipodium Dipodium pictum

51. Epigeneium Epigeneium cymbidioides

52. Eria Eria bicristata

53. E. compressoclavata

54. E. cymbidifolia

55. E. densa

56. E. genuflexa

57. E. merapiensis

58. E. neglecta

59. Eria sp.

60. E. taluensis

61. Geesinkorchis Geesinkorchis breviunguculata

62. Hetaeria Hetaeria oblongifolia

63. Hylophila Hylophila lanceolata

64. Hylophila sp.

65. Liparis Liparis latifolia

66. Liparis sp.

67. Liparis tricallosa

68. Macodes Macodes petola

69. Odontochilus Odontochilus macranthus

70.. Paphilopedium Paphilopedium superbiens

71. Peristylus Peristylus goodyeroides

72. Phaius Phaius collasus

73. Platanthera Platanthera angustata

74. Podochilus Podochilus lucescens

75. P. microphyllum

76. Podochilus sp.

77. P. tenuis

78. Tainia Tainia maingayi

79. Thrixspermum Thrixspermum centipeda

80. Trichotosia Trichotosia pauciflora

81. Oberonia Oberonia lotsyana

82. Zeuxine Zeuxine violascens

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa Marga Bulbophyllum memiliki jenis yang terbanyak yaitu 15 jenis, diikuti oleh Eria dengan 9 jenis, Dendrobium dengan 8 jenis, Coelogyne dan Podochilus masing-masing 4 jenis, Agrosstophyllum, Appendicula, Bromheadia, Calanthe dan Liparis sebanyak 3 jenis, Cystorchis, Hylophila dan Zeuxine sebanyak 2 jenis, marga Acanthephippium, Acriopsis, Arundina, Ascidieria, Chelonistele, Corybas, Cryptostylis, Didymoplexiella, Dipodium, Epigeneium, Geesinkorchis, Hetaeria, Macodes, Odontochilus,


(27)

Paphilopedium, Peristylus, Phaius, Platanthera, Tainia, Thrixspermum, Trichotosia, Oberonia .

Marga Bulbophyllum merupakan anggrek yang paling dominan di lokasi penelitian dengan habitnya epifit dan umumnya menyukai tempat terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang cukup. Menurut Comber (2001), jenis-jenis dari marga Bulbophyllum merupakan tumbuhan dengan penyebaran yang luas yaitu hampir meliputi seluruh dunia, baik di daerah tropis subtropis dan artik dan merupakan marga yang mempunyai jumlah jenis terbanyak, kurang lebih terdapat 1000-1200 jenis. Jenis dari marga Bulbophyllum yang paling banyak ditemukan dikawasan ini adalah Bulbophyllum anguistifolium, Bulbophyllum hirtulum dan Bulbophyllum uniflorum tumbuh epifit di batang pohon yang mengandung humus.

Banyaknya jumlah jenis yang ditemukan pada marga Bulbophyllum ini kemungkinan disebabkan oleh faktor fisik lingkungan yang sesuai dan mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangannya, dimana suhu udara lokasi penelitian berkisar antara 16-25 ºC (Lampiran 3). Suhu tersebut masih cukup baik untuk pertumbuhan marga Bulbophyllum. Menurut Gunadi (1985), kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan marga Bulbophyllum yaitu antara 15-26 ºC. Selain itu marga Bulbophyllum kemungkinan juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk berkembang biak tidak hanya melalui biji, tetapi juga dapat melalui akar rimpangnya. Menurut Rifai (1993), jumlah jenis yang anggrek yang hidup sebagai epifit pada pepohonan belantara pengunungan sangatlah besar, terutama dari jenis-jenis marga Bulbolphyllum yang memiliki kemampuan berkembang biak yang cukup tinggi.

Salah satu jenis yang cukup menarik di dalam kawasan hutan ini adalah B. virescens. B. virescens memilki bentuk bunga yang sangat mirip dengan B. uniflorum. B. virescens menempel pada batang pohon yang cukup tinggi dan mengandung humus sedikit tebal. Salah satu keunikan dari anggrek ini bunga menjuntai kebawah, dalam 1 tandan bunga memilki 7 kuntum bunga danmemiliki aroma bunga yang cukup bau (menyerupai bau bangkai). Menurut Van Steenis (2006) tumbuhan epifit akan menempel dan tumbuh baik pada batang pohon yang


(28)

memiliki banyak tanah sebagai unsur hara, cahaya dan air untuk fotosintesis. Jenis ini dijumpai pada ketinggian 870 m-dpl.

Eria yang ditemukan terdiri dari 9 jenis. Eria biasanya ditemukan di hutan tropis dan terdistribusi di sebagian hutan daerah yang terbuka dengan habitnya epifit pada percabangan pohon yang tidak terlalu tinggi. Jenis dari marga Eria yang banyak ditemukan adalah Eria taluensis dan Eria cymbidifolia. Menurut Puspitaningtyas (2009), Eria cymbidifolia merupakan anggrek epifit yang memiliki umbi semu kecil tertutup oleh pelepah daun, morfologi vegetatifnya mirip dengan marga Cymbidium. Menurut Comber (2001), jenis ini penyebarannya meliputi kawasan Sumatera dan Borneo, di Sumatera umumnya tumbuh pada ketinggian 700-1950 m dpl.

Dendrobium yang ditemukan ada 8 jenis. Dendrobium merupakan anggrek epifit, dan biasanya ditemukan di hutan daerah yang sedikit terbuka dengan memiliki intensitas cahaya matahari yang cukup. Daerah persebarannya cukup luas yaitu Asia Tenggara dan Kepulauan Archipelago (Comber, 2001). Jenis dari marga Dendrobium yang paling banyak ditemukan di kawasan ini Dendrobium excavatum dan D. minutigibbum. Kedua jenis anggrek ini sulit sekali dibedakan apabila dijumpai dalam keadaan tidak berbunga, hal ini dikarenakan jenis ini, berumpun banyak, memiliki bentuk daun dan ukuran daun yang hampir sama persis. Kedua jenis tersebut mudah dibedakan dari warna bunganya, dimana D. excavatum memiliki warna bunga kuning pucat dan D. minutigibbum memilki warna bunga merah tua.

Dari Tabel 4.1 juga dapat dilihat bahwa marga Coelogyne dan Podochilus yang ditemukan masing-masing ada 4 jenis. Coelogyne merupakan anggrek epifit yang umumnya tumbuh pada tempat terbuka dan menempel pada batang pohon yang tidak terlalu tinggi. Jenis yang sering ditemukan C. cuprea, C. xyrekes dan Coelogyne sp. Ketiga jenis ini sangat mudah sekali dibedakan apabila dijumpai dalam keadaan tidak berbunga. Dikarenakan ketiga jenis ini memiliki bentuk umbi yang berbeda untuk masing-masing jenis. Coelogyne cuprea memiliki bentuk umbi bulat memanjang (menebal dibagian dasar), C. xyrekes memiliki bentuk umbi bulat telur memanjang (bersegmen empat), dan Coelogyne sp. memiliki bentuk umbi bulat memanjang (menyerupai bentuk pensil).


(29)

C. cuprea merupakan anggrek yang memiliki bunga berukuran besar, tangkai bunga sering menjuntai kebawah kebawah, setiap perhiasan bunga memiliki warna bunga yang sama dan sedikit mencolok dibagian bibir bunga. Menurut Comber (2001), C. cuprea yang termasuk anggota seksi Longifoliae,

tersebar di kawasan Sumatera dan Borneo pada ketinggian 1000-1700 m dpl.

C. xyrekes merupakan anggrek epifit yang berukuran besar, memiliki

bentuk umbi semu yang bulat telur memanjang melebar dibagian dasar, meruncing di bagian ujung umbi, berbunga tunggal dan memiliki warna bibir sedikit lebih mencolok dibandingkan dengan jenis Coelogyne lainnya. C. xyrekes

tumbuh pada hutan primer yang terbuka dan paling banyak menempel pada percabangan batang pohon yang tidak terlalu tinggi dan besar. Menurut (Gravendeel, 2000), jenis ini memiliki ciri khusus dibagian bibirnya yaitu bergerigi, berumbai dan hanya ditemukan di Daerah Sumatera.

Jenis lain dari marga Coelogyne dengan ciri susunan bunga menggantung yang ditemukan di kawasan ini adalah Coelogyne sp. Jenis ini memiliki bentuk perhiasan bunga yang sama, dan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan jenis

Coelogyne lainnya. Ciri utama dari Coelogyne sp. ini adalah bunga harum seperti

minyak rambut, dan dapat dilihat untuk populasinya, jenis sedikit melimpah di stasiun penelitian bahkan tumbuh menyebar di lantai hutan.

Podochilus yang ditemukan terdiri dari 4 jenis. Podochilus merupakan

anggrek epifit, simpodial, berukuran kecil, tidak memiliki umbi semu. Jenis yang banyak ditemukan dari marga ini adalah P. microphyllum dan P. tenuis. Kedua jenis sangat mudah sekali di bedakan apabila dijumpai dalam keadaan tidak

berbunga. Ciri utama yang dapat dilihat perbedaannya adalah warna daun. P.

microphyllum memiliki warna daun hijau kemerahan sedangkan P. tenuis

memiliki warna daun hijau muda.

Hal yang sama juga dapat dilihat pada marga Agrosstophyllum,

Appendicula, Bromheadia, Calanthe dan Liparis. Agrosstophyllum merupakan

anggrek epifit yang paling sering dijumpai, salah satu jenisnya adalah

Agrosstophyllum stipulatum. Jenis ini hampir dijumpai di setiap jalur stasiun, dan

bahkan tersebar pada ketinggian 850-1200 m dpl. Dapat dilihat juga bahwa A.


(30)

jenis-jenis yang lain, dan dapat juga tumbuh pada batang pohon yang

mengandung humus yang tebal. Menurut Djuita (2004), A. stipulatum

mempunyai bentuk daun yang mirip tumbuhan paku. Adanya kemiripan bentuk daun anggrek kadang-kadang menyulitkan identifikasi bagi peneliti pemula.

Appendicula merupakan anggrek epifit yang tumbuhnya berumpun banyak, menempel pada percabangan pohon dan menyukai habitat yang sedikit ternaungi cahaya matahari dan lembab. Salah satu jenis yang paling banyak di jumpai adalah Appendicula alba. Apendiculla alba merupakan jenis anggrek yang cukup melimpah dibandingkan marga Appendicula lainnya. Ada 1 jenis marga Appendicula yang hanya ditemukan sekali di dalam kawasan ini adalah Appendicula cristata. Jenis ini ditemukan menempel dan tumbuh berumpun di batang pohon yang ditumpanginya dan juga memiliki ukuran bunga yang sangat kecil, sehingga sedikit sulit untuk diidentifikasi.

Bromheadia merupakan anggrek epifit yang tumbuh pada hutan primer yang terbuka. Dimana jenis anggrek ini tidak menyukai sinar matahari langsung. Biasanya anggrek jenis ini bunganya mekar tidak berlangsung lama dan hanya mekar beberapa jam saja. Di stasiun penelitian, marga Bromheadia hanya ditemukan sedikit. Jenis yang ditemukan adalah B. brevifolia, B. repustris dan Bromheadia sp. Menurut Comber (2001), Bromheadia brevifolia memiliki bentuk daun yang mirip dengan bentuk daun Dendrobium pada Section Aporrum, ukuran daun yang lebih kecil, memilki bunga tunggal, berukuran cukup besar, mulai tersebar di Kawasan Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan Boneo dengan ketinggian 930 m dpl.

Calanthe merupakan anggrek yang cukup dominan di jalur Stasiun Penelitian dengan habitnya teresterial bahkan ada yang epifit menempel pada batang pohon dan di stasiun penelitian Calanthe tersebar pada ketinggian 850-1100 m dpl. Menurut Comber (2001), jenis Calanthe penyebarannya meliputi kawasan Sumatera dan Borneo, di Sumatera umumnya tumbuh pada ketinggian 600-2000 m dpl. Salah satu jenis yang paling sering dijumpai adalah Calanthe pulchra dan C. clavicalcar. C. pulchra umumnya juga menyukai pada daerah hutan yang lembab dan teduh, tumbuh dihutan primer yang kaya akan humus dan dapat juga ditemukan disekitar pingiran aliran sungai. C. pulchra dan C.


(31)

clavicalcar memiliki bentuk bunga yang sangat mirip. Bahkan bagian perhiasan bunga memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama. Perbedaannya terletak pada ukuran daun dan warna bunga. C. pulchra memiliki daun yang sedikit melebar dibagian tengah, dengan C. clavicalcar memiliki bentuk daun lonjong memanjang dan menyempit dibagian tengah.

Liparis merupakan anggrek epifit dan teresterial yang tumbuh pada hutan primer yang sedikit teduh dan lembab dan tumbuh pada ketinggian 900-1017 mdpl. Jenis marga Liparis yang dijumpai di didalam lokasi penelitan ini hanya ada 3 jenis yaitu Liparis latifolia, Liparis sp., dan lipasris tricallosa. Ketiga jenis liparis ini memiliki persebaran cukup luas dan salah contoh jenisnya adalah Liparis latifolia. Menurut Comber (2001), L. latifolia tersebar mulai dari Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan New Guinea dengan ketinggian 250-1700 m dpl.

Terdapat 2 jenis anggrek dari marga Cystorchis yaitu C. variegata dan C. stenoglossa. Kedua jenis tersebut mudah dibedakan dari warna daunnya. C. abberans daunnya berwarna hijau pucat bercak kekuningan dan C. stenoglossa daunnya coklat tua bercak merah hati. Kedua jenis anggrek ini Menurut Comber (2001) umumnya jenis anggrek yang tumbuh pada tanah yang berhumus tebal dengan daerah yang lembab dan sedikit teduh.

Hal sama juga dapat dilihat pada marga Hylophila. Ada 2 jenis anggrek Hylophila yang di jumpai yaitu H. lanceolata dan Hylophila sp. Kedua jenis tersebut mudah dibedakan warna bunganya, H. lanceolata memiliki warna bunga yang sangat mencolok yaitu orange terang dan Hylophila sp. memiliki warna bunga hijau pucat serta ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna putih. Menurut Comber (2001), penyebaran tumbuh Hylophila lanceolata meliputi Semenanjung Malaysia, Sumatea, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.


(32)

4.2. Ekologi Anggrek

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa anggrek banyak ditemukan mulai dari ketinggian 700 m dpl sampai di atas 1000 m dpl. Umumnya tumbuh secara epifit, baik teresterial dan saprofit seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Anggrek di Stasiun Penelitian SOCP-YEL berdasarkan ketinggian dan habit

No. Jenis Ketinggian (m dpl) Habit

700-1000 > 1000 Ep Te Sap

1. Acanthephippium flavum + - - + -

2. Acriopsis lilifolia + - + - -

3. Agrosstophyllum cyathiforme + - + - -

4. A. longifolium + - + - -

5. A. stipulatum + + + - -

6. Appendicula alba + + + - -

7. A. anceps + - + - -

8. A. cristata + - + - -

9. Arundina graminifolia + - - + -

10. Ascidieria longifolia + - + - -

11. Bulbophyllum anguistifolium + - + - -

12. B. elongatum + - + - -

13. B. flavescens + - + - -

14. B. flavidiforum + - + - -

15. B. hirtulum + - + - -

16. B. lumbriciforme + - + - -

17. B. obtusipetalum + - + - -

18. B. odoratum + - + - -

19. B. ovalifolium + - + - -

20. B. phaeoneuron + - + - -

21. Bulbophylllum sp. 1 + - + - -

22. Bulbophylllum sp. 2 + - + - -

23. Bulbophylllum sp. 3 + - + - -

24. B. uniflorum + - + - -

25. B.virescens + - + - -

26. Bromheadia brevifolia + - + - -

27. B. rupestris + - + - -

28. Bromheadia sp. + - + - -

29. Calanthe clavicalca + - - + -

30. C. pulchra + + - + -

31. Calantherigida + - - + -

32. Chelonistele sulphurea + - + - -

33. Coelogyne cuprea + - + - -

34. C. incrassta + - + - -

35. C. speciosa + - + - -

36. Coelogynesp. + - + - -

37. Corybas holtumii + - - + -

38. Cryptostylis javanica + - - + -

39. Cystorchis stenoglossa + + - - +

40. C. variegata + + - - +

41. Dendrobium compressicaule + - + - -

42. D. excavatum + - + - -

44. D. hosei + - + - -


(33)

Lanjtutan Tabel 4.2

No. Jenis Ketinggian (m dpl) Habit

700-1000 >1000 Ep Te Sap

46. D. minutigibbum + - + - -

47. D. rosellum + - + - -

48. D. singaporense + _ + - -

49. Dendrobium sp. + - + - -

49. Didymoplexiella sp. + - - - +

50. Dipodium pictum + - + - -

51. Epigeneium cymbidioides + - + - -

52. Eria bicristata + - + - -

53. E. compressoclavata + - + - -

53. E. cymbidifolia + - + - -

55. E. densa + - + - -

56. E. genuflexa + - + - -

57. E. merapiensis + - + - -

58. E. neglecta + - + - -

59. Eria sp. + - + - -

60. E. taluensis + - + - -

61. Geesinkorchis breviunguculata + - + - -

62. Hetaeria oblongifolia + - - + -

63. Hylophila lanceolata + - - + -

64. Hylophila sp. + - - + -

65. Liparis latifolia + - + - -

66. Liparis sp. + + - + -

67. Liparis tricallosa + - - + -

68. Macodes petola + - - + -

69. Odonthocilus macranthus + - - + -

70. Paphilopedium superbiens + - - + -

71. Peristylus sp. + - - + -

72. Phaius collasus + - - + -

73. Platanthera angustata + - - + -

74. Podochilus lucescens + - + - -

75. P. microphyllum + - + - -

76. Podochilus sp. + - + - -

77. P. tenuis + - + - -

78. Tainia maingayi + - - + -

79. Thrixspermum centipeda + - + - -

80. Trichotosia pauciflora + - + - -

81. Oberonia lotsyana + - + - -

82. Zeuxine violascens + - - + -

Keterangan:

Ep = Epifit Sap = Saprofit - = tidak ditemukan Te = Teresterial + = ditemukan

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa anggrek dapat tumbuh di berbagai ketinggian. Pada ketinggian 700-1000 m dpl diperoleh 76 jenis anggrek, 6 jenis ditemukan baik di ketingian 700-1000 m dpl maupun di ketinggian > 1000 m dpl. Pada lokasi penelitan dengan ketinggian 700-1000 m dpl lebih banyak ditemukan tumbuhan anggrek dibandingkan dengan ketinggian >1000 m dpl. Tingginya jenis anggrek yang ditemukan pada ketinggian 700-1000 m dpl mungkin dikarenakan pada ketinggian dan faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk hidup bagi


(34)

tumbuhan anggrek cukup memadai. Anggrek membutuhkan sinar matahari dalam jumlah yang berbeda-beda menurut jenis dan tipe habitatnya. Angin dan curah hujan juga berpengaruh terhadap kelembaban lingkungan tumbuhan anggrek, dimana pada lokasi tersebut memiliki kelembaban udara rata-rata 33-77% (lampiran 3). Menurut Tahier (2012), menyatakan bahwa tumbuhan anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara 60-80%.

Rendahnya jenis anggrek yang tumbuh pada ketinggian >1000, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor fisik yang kurang sesuai seperti jumlah pohon yang melimpah, cahaya yang cukup, kelembaban yang stabil, suhu yang mendukung. Dari faktor cahaya pada ketinggian ini vegetasi yang mendominasi adalah pohon dengan tajuk atau kanopinya yang sangat rapat sehingga cahaya sulit masuk. Menurut Fitter & Hay (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan perbungaan.

Anggrek yang ditemukan menempati berbagai variasi habitat yaitu epifit (anggrek yang tumbuh menempel pada pohon), teresterial (anggrek yang tumbuh ditanah) dan saprofit (anggrek yang tumbuh pada bahan organik yang telah lapuk). Dari 82 jenis anggrek yang ditemukan banyak jenis-jenis anggrek epift yaitu 59 jenis, 20 jenis anggrek teresterial, dan 3 jenis anggrek saprofit. Tingginya jenis-jenis anggrek yang tumbuh di kawasan hutan ini diduga karena kondisi lingkungan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan anggrek. Menurut Widhiastuti et al., (2008), tingginya jenis anggrek suatu kawasan karena tumbuhan anggrek menghasilkan biji yang banyak sehingga memudahkan dalam perkembangbiakan dan penyebarannya. Menurut Tahier (2012), anggrek tumbuh di hutan primer akan sangat rentan akan perubahan lingkungan karena ketergantungan anggrek akan lingkungan sangat tinggi, maka keberadaan dialam pun sangat tergantung dengan keutuhan komponen penyusun hutan tersebut. Jika komponen-komponen hutan mengalami kerusakan maka akan mempengaruhi kelestarian anggrek didalammnya.


(35)

Hasil penelitian ini menunjukan kekayaan jenis anggrek di Stasiun Penelitian, cukup tinggi jika di bandingkan dengan penelitian sejenis yang pernah di lakukan oleh Marliya (2008), di Hutan Gunung Sinabung Sumatera Utara, dimana ditemukan 56 jenis anggrek yang termasuk 24 genus. Yahman (2010), di Hutan Wisata Taman Eden ditemukan 52 jenis anggrek yang termasuk di dalam 24 genus.

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa keanekaragaman jenis anggrek epifit lebih tinggi dari pada anggrek teresterial dan anggrek saprofit. Hal tersebut diduga karena faktor lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan jenis anggrek epifit seperti jumlah pohon yang sangat melimpah, cahaya matahari, dan tekstur kulit pohon yang kasar atau licin. Menurut Ewusie (1990), penyebaran epifit kemungkinan dapat dipengaruhi oleh tipe kulit batang dan umur pohon yang akan menjadi tempat tumbuhnya jenis angggrek. Puspitaningtyas (2000), mengatakan bahwa salah perbedaan cara hidup teresterial dan epifit adalah dalam kebutuhan cahayanya. Sehingga jenis-jenis anggrek yang menyukai cahaya terang akan tumbuh sebagai tanaman epifit, sedangkan untuk anggrek teresterial menyukai naungan akan tumbuh dilantai hutan.

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat juga bahwa anggrek saprofit ditemukan hanya 2 marga dengan 3 jenis. Sedikitnya marga ataupun jenis anggrek saprofit yang ditemukan diduga karena adanya faktor lingkungan yang kurang sesuai. Anggrek saprofit kebanyakan banyak tumbuh pada hutan yang kondisi yang gelap tanpa adanya membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhannya. Anggrek saprofit merupakan saprofit yang telah kehilangan kemampuannya dalam mengambil gas CO2 dan zat-zat anorganik dari Tanah. Menurut Djuita et al., (2004), karena tidak dapat berfotosintesis maka angggrek ini hidup sebagai saprofit.

Curah hujan di lokasi penelitian sekitar 3500-4000 mm/tahun (Lampiran 3). Berdasarkan inventarisasi yang sudah pernah dilakukan (Lampiran 3) ada beberapa jenis-jenis anggrek epifit yang paling banyak ditemukan dilokasi ini yaitu Agrosstophyllum stipulatum, Appendicula alba, Ascidieria longifolia, Bulbophyllum anguistifolium, B. uniflorum, B. hirtulum, Chelonistele sulphurea, Coelogyne cuprea, C. xyrekes, Coelogyne sp., Dipodium pictum, Podochilus microphyllum, dan Trichotosia pauciflora. Jenis ini juga tumbuh dengan


(36)

ketinggian yang berbeda-beda dan tumbuh hampir merata disepanjang jalur, sedangkan untuk jenis anggrek teresterial yang paling sering ditemukan dilokasi ini adalah Calanthe Clavicalcar, Calanthe pulchra, Hylophila lanceolata, Cystorchis stenoglossa, Cystorchis variegata dan Paphilopedium superbiens. Musa (2013) menyatakan, sebagian besar jenis anggrek yang dijumpai di daerah hutan tropis adalah jenis epifit yang biasanya dijumpai pada cabang-cabang pohon kemudian pada daerah yang kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Banyaknya jenis-jenis anggrek yang tersebar lokasi ini diduga salah satunya karena lokasi memiliki curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan jenis anggrek ini. Peta persebaran anggrek epifit dan teresterial berdasarkan curah hujan dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3.


(37)

(38)

(39)

Anggrek dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Anggrek juga dapat tumbuh pada bebatuan dan menempel pada pohon inang yang sering ditumpanginya. Jenis tanah pada lokasi penelitian merupakan jenis tanah Acriosol (Podsolik) dengan pH berkisar 4-6,5 (Lampiran 4). Menurut Food and Agricultur Organization (2014), Acriosol merupakan jenis tanah tercuci yang berwarna abu-abu sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa rendah serta reaksi tanah yang masam. Pada horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Tanah memiliki bahan induk batu endapan bersilika, napal, batu pasir dan batu. Untuk melihat peta persebaran anggrek epifit dan teresterial berdasarkan jenis tanah dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5 berikut.


(40)

(41)

(42)

Anggrek yang ditemukan menempati tipe habitat seperti hutan sekunder tua dan pinggiran sungai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan jenis-jenis epifit dan teresterial dapat hidup dan tumbuh pada berbagai tipe habitatnya. Menurut Gunadi (1985), habitat anggrek meliputi seluruh dunia kecuali daerah yang sangat beku dan padang pasir yang sangat panas dan kering. Hal ini menunjukkan bahwa

jenis-jenis tersebut memiliki tingkat persebaran yang berbeda-beda untuk

masing-masing jenisnya. Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat untuk jenis epifit yang persebarannya jenisnya paling banyak melimpah di hutan sekunder tua adalah Bulbophyllum uniflorum, Bulbophyllum hirtulum, bulbophyllum anguistifolium, Coelogyne cuprea, Chelonistele shulphurea, Coelogyne xyrekes dan Eria taluensis. Untuk persebaran jenis teresterial yang cukup banyak melimpah dihutan sekunder tua yaitu Calanthe pulchra, calanthe rigida, Paphilopedium superbiens, sedangkan untuk jenis yang habitatnya tumbuh dipinggiran sungai yang hanya ditemukan masing 1 jenis yaitu Achanthephippium flavum, Macodes petola, dan Peristylus goodyeroides. Berikut peta persebaran anggrek epifit dan teresterial berdasarkan tutupan lahan pada Gambar 4.6 dan 4.7.


(43)

(44)


(45)

4. 3. Deskripsi Jenis

4. 3. 1. Acanthephippium flavum Schuit.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 6-17 cm, arah tumbuh tegak lurus, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 20-63 cm, lebar 4,6-14,5 cm, bentuk jorong, ujung meruncing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua; Tangkai daun: panjang 13 cm, bentuk bulat, permukaan berusuk, warna hijau muda; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 7,5 cm, bentuk bersegi, permukaan licin, warna ungu kehitaman; Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna putih kuning pucat, bibir berwarna putih keunguan di bagian ujung, kuning tua dibagian tengah, tugu berwarna putih; Kelopak atas: panjang 3,8 cm, lebar 1 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; Kelopak bawah: panjang 4,5 cm, lebar 1,5 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; Mahkota: panjang 3 cm, lebar 0,9 cm, bentuk bulat telur, ujung tumpul; Bibir: bercuping tiga; cuping samping tegak, bentuk bulat, ujung tumpul; cuping tengah panjang 2,2 cm, lebar 0,8 cm, bulat-memanjang, ujung membulat, tepi bergerigi, permukaan rata; Tugu: panjang 1,5 cm.

Habitat & Ekologi : Teresterial, tumbuh di sepanjang aliran sungai. Tumbuh pada ketinggian 983 m dpl.

Distribusi : Sumatera.

Gambar 4. 3. 1. Acanthephippium flavum Schuit,: Tumbuhan Acanthephippium flavum pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).

b a


(46)

4. 3. 2. Acriopsis lilifolia(Koen.) Ormerod.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 1,3-2,5 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 5,5-9,5 cm, lebar 0,6 cm, bentuk lanset, ujung tumpul, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau muda; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: aksilar, majemuk, malai; Ibu tangkai: panjang 2,5-60 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau tua; Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak, mahkota berwarna ungu dibagian ujung, kuning keunguan dibagian tengah, putih dibagian tepi, bibir berwarna putih keunguan, tugu kuning putih kecoklatan; Kelopak atas: panjang 5 cm, lebar 1,6 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; Kelopak bawah; panjang 5 cm, lebar 2,3 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; Mahkota: panjang 5 cm, lebar 1,9 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; Bibir: bercuping tiga; cuping samping melebar, bentuk lanset, ujung rompang; cuping tengah panjang 6 cm, lebar 2 cm, terbuka lebar, bentuk lanset, ujung rompang, tepi rata, permukaan rata; Tugu: panjang 0,4 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, sering di jumpai menempel pada percabangan pohon dan dapat tumbuh disekitar aliran sungai. Tumbuh pada ketinggian 923 m dpl.

Distribusi : Asia Tenggara, New Guinea, Australia dan Pulau Salomon.

Gambar 4. 3. 2.Acriopsis lilifolia(Koen.) Ormerod,: TumbuhanAcriopsis lilifolia pada habitatnya (a), Morfologi bunga (b).


(47)

4. 3. 3. Agrosstophyllum cyathiformeJ. J. Sm.

Habit: herba. Batang: panjang 30-70 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 15-25 cm, lebar 1-1,5 cm, bentuk lanset-memanjang, ujung terbelah, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, majemuk, bongkol; Ibu tangkai tidak ada; Brakteola tidak ada; Bunga: kuning pucat; Kelopak atas: panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung meruncing; Kelopak bawah; panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk telur, ujung meruncing; Mahkota: panjang 0,3 cm, lebar 0,1 cm, bentuk lanset, ujung runcing; Bibir: bercuping tiga; cuping samping tegak, berukuran kecil, bentuk segitiga, ujung runcing; cuping tengah panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung rompang, tepi rata, permukaan rata; Tugu: berukuran kecil.

Habitat & Ekologi : Epifit, menempel pada batang pohon yang tidak terlalu tinggi dengan kondisi hutan yang terbuka. Tumbuh pada ketinggian 899- 938 m dpl.

Distribusi : Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 3. Agrosstophyllum cyathiforme J.J Sm: Tumbuhan Agrosstophyllum cyathiforme pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(48)

4. 3. 4. Agrosstophyllum longifolium(Bl.) Rchbf.

Habit: herba. Batang: panjang 50 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk pipih, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 10-18 cm, lebar 2-2,3 cm, bentuk memanjang, ujung terbelah, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, majemuk, bongkol; Ibu tangkai tidak ada: Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna putih, bibir dan tuga berwarna kuning; Kelopak atas: panjang 0,3 cm, lebar 0,1 cm, bentuk jorong, ujung meruncing; Kelopak bawah; panjang 0,3 cm, lebar 0,2 cm, bentuk jorong, ujung meruncing; Mahkota: panjang 0,3 cm, lebar 0,1 cm, bentuk lanset, ujung runcing; Bibir: bercuping tiga; cuping samping berukuran kecil, bentuk segitiga, ujung runcing; cuping tengah panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan rata; Tugu: panjang 0,4 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, menempel pada batang pohon yang tidak terlalu tinggi dengan kondisi hutan yang gelap dan teduh. Tumbuh pada ketinggian 942 m dpl.

Distribusi : Thailand, Semenanjung Malaysia, Jawa, Borneo dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 4. Agrosstophyllum longifolium (Bl.) Rchbf.: Agrosstophyllum longifolium pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(49)

4. 3. 5. Agrosstophyllum stipulatum (Griff.) Schltr.

Habit: herba. Batang: panjang 50 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun, warna hijau-kecoklatan; Daun: panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung terbelah, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, tunggal; Ibu tangkai tidak ada: Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna kuning, bibir berwarna putih keunguan, tugu putih pucat; Kelopak atas: panjang 0,6 cm, lebar 0,3 cm, bentuk jorong, ujung runcing; Kelopak bawah; panjang 0,5 cm, lebar 0,3 cm, bentuk segitiga, ujung membulat; Mahkota: panjang 0,5 cm, lebar 0,1 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; Bibir: bercuping tiga; cuping samping ukuran kecil, bentuk jorong, ujung membulat; cuping tengah panjang 0,7 cm, lebar 0,2 cm, bentuk segitiga, ujung runcing, tepi rata, permukaan rata; Tugu: panjang 0,3 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, banyak menempel pada percabangan batang pohon dan tumbuh dengan ketinggian 800-1013 m dpl. Distribusi : Asia Tenggara, New Guinea, Australia dan Pulau Salomon.

Gambar 4. 3. 5.Agrosstophyllum stipulatum (Griff.) Schltr,: Tumbuhan Agrosstophyllum stipulatum pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(50)

4. 3. 6. Appendicula alba Blume.

Habit: herba. Batang: panjang 20-29 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun, warna hijau; Daun: panjang 1,5-4,5 cm, lebar 0,8-1,1 cm, bentuk lanset, ujung runcing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau muda-hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: aksilar dan terminal, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 1,4 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau kekuningan; Brakteola: bentuk lanset, ujung runcing; Bunga: kelopak, mahkota dan bibir berwarna putih, tugu berwarna putih bintik kuning; Kelopak atas: panjang 0,5 cm, lebar 0,4 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; Kelopak bawah; panjang 0,6 cm, lebar 0,2 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; Mahkota: panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; bibir: tidak bercuping, panjang 0,3 cm, bentuk membulat, bertekuk ke bawah; Tugu: panjang 0,1 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, ditemukan di hutan yang ternaungi meyukai kondisi hutan lembab dan teduh. Tumbuh pada ketinggian 900-1007 m dpl.

Distribusi : Semenanjung Malaysia, Lombok, Filipina dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 6. Appendicula alba Blume,; Tumbuhan Appendicula alba pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).

4. 3. 7. Appendicula anceps Blume.


(51)

Habit: herba. Batang: panjang 25-30 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau muda; Daun: panjang 4,5 cm, lebar 1,4 cm, bentuk lanset, ujung terbelah, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau muda-hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 1,4 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau muda; Brakteola: bentuk lanset, ujung runcing; bunga: kelopak dan mahkota berwarna hijau, bibir dan tugu berwarna hijau variasi merah tua di bagian ujung; kelopak atas: panjang 0,4 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing; kelopak bawah; panjang 0,5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing; mahkota: panjang 0,3 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; bibir: tidak bercuping, panjang 0,2 cm, bentuk segitiga, ujung tumpul, bertekuk ke bawah, tepi rata, permukaan rata; tugu: panjang 0,1 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, tumbuh dihutan yang ternaungi dan teduh. Tumbuh pada ketinggian 833-916 m dpl. Distribusi : Filipina, Kalimantan, Jawa dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 7.Appendicula anceps Blume,; Tumbuhan Appendicula anceps pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(52)

4. 3. 8. Appendicula cristata Blume.

Habit: herba. Batang: panjang 20-33 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau muda; Daun: panjang 1 cm, lebar 0,6 cm, bentuk jorong, ujung terbelah, permukaan licin, tepi rata, daging perkamen, warna hijau muda; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 10 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau kecoklatan; Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna kuning keunguan, bibir dan tugu berwarna hijau variasi merah tua di bagian ujung; Kelopak atas: panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing; Kelopak bawah; panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing; Mahkota: panjang 0,3 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; bibir: tidak bercuping; berukuran kecil; tugu: berukuran kecil.

Habitat & Ekologi : Epifit, menempel pada batang pohon yang megandung sedikit humus. Tumbuh pada ketinggian 923 m dpl. Distribusi : Borneo, Jawa, Sulawesi, Sumatera.


(53)

4. 3. 9. Arundina graminifolia D. Don.

Habit: herba. Batang: panjang 33-76 cm, arah tumbuh tegak lurus, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau muda; Daun: panjang 10-20 cm, lebar 0,7 cm, bentuk memanjang, ujung runcing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, tunggal; Ibu tangkai: berukuran kecil, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau tua; Brakteola: panjang 0,8 cm, bentuk segitigia, ujung runcing; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna merah muda, bibir berwarna merah muda variasi kuning tua di bagian tengah, tugu berwarna putih keunguan; Kelopak atas: panjang 2,5 cm, lebar 0,6 cm, bentuk lanset, ujung runcing; Kelopak bawah; panjang 2,5 cm, lebar 0,6 cm, bentuk lanset, ujung runcing; Mahkota: panjang 2,5 cm, lebar 0,6 cm, bentuk lanset, ujung runcing; Bibir: bercuping tiga; cuping samping ukuran kecil, bentuk bulat memanjang, ujung membulat; cuping tengah panjang 2,5 cm, lebar 2 cm, bentuk terompet, ujung meruncing, bertekuk ke bawah, tepi bergelombang, permukaan berombak; tugu: panjang 1 cm.

Habitat & Ekologi : Teresterial, umumnya tumbuh di dekat pinggiran sungai, Tumbuh dengan ketinggian 904 m dpl. Distribusi : India, Srilanka, China Selatan, Seluruh kawasan Asia Tenggara Kecuali Filipna.

Gambar 4. 3. 9. Arundina graminifolia D. Don,; Tumbuhan Arundina graminifolia pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(54)

4. 3. 10. Ascidieria longifoliaHook. f.

Habit: herba. Batang: panjang 12-14 cm, arah tumbuh tegak lurus, bentuk bulat, permukaan memperlihatkan banyak lentisel, warna hijau; Daun: panjang 17 cm, lebar 1 cm, bentuk garis, ujung runcing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: terminal, majemuk, bulir; Ibu tangkai: panjang 16,5 cm, bentuk bulat, permukaan berbulu halus berwarna putih, warna hijau tua; Brakteola: berukuran kecil; Bunga: kelopak, mahkota dan bibir berwarna putih, tugu berwarna ungu; Kelopak atas: panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk bulat telur, ujung tumpul; Kelopak bawah; panjang 0,1 cm, lebar 0,1 cm, bentuk bulat telur, ujung tumpul; Mahkota: panjang 0,1 cm, lebar 0,1 cm, bentuk jorong, ujung runcing; Bibir: tidak bercuping, panjang 0,1 cm, lebar 0,1 cm; Tugu: ukurannya sangat kecil.

Habitat & Ekologi : Epifit, tumbuh di hutan yang terbuka. Tumbuh pada ketinggian 984 m dpl.

Distribusi : Thailand, Semenanjung Malaysia, Borneo, Jambi, Sumatera.

Gambar 4. 3. 10. Ascidieria longifoliaHook. f,: Tumbuhan Ascidieria longifolia pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(55)

4. 3. 11. Bulbophyllum anguistifoliumBlume.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 0,8-2 cm, arah tumbuh menjalar, bentuk bulat telur, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 20-63 cm, lebar 4,6-14,5 cm, bentuk jorong, ujung meruncing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau; Tangkai daun tidak ada; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 1 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau muda; Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak, mahkota dan bibir berwarna merah-jingga dibagian ujung, putih dibagian pangkal, bibir dan tugu berwarna oranye; Kelopak atas: panjang 0,5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung meruncing; Kelopak bawah; panjang 0,7 cm, lebar 0,2 cm, bentuk jorong, ujung meruncing; Mahkota: panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk jorong, ujung tumpul; Bibir: tidak bercuping, panjang 1,6 cm, lebar 0,1 cm, bentuk segitiga, ujung terbelah, tepi rata, permukaan rata; Tugu: panjang 0,2 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit, umumnya tumbuh batang pohon yang besar dan hidup pada hutan yang terbuka.Tumbuh pada ketinggian 883-960 m dpl.

Distribusi : Jawa, Semenanjung Malaysia dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 11. Bulbophyllum anguistifolium Blume,; Tumbuhan Bulbophyllum anguistifolium pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(56)

4. 3. 12. Bulbophylllumelongatum Blume.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 1 cm, arah tumbuh menggantung, jarak antar umbi semu 11 cm, bentuk bulat telur, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun, warna hijau tua; Daun: panjang 42-65 cm, lebar 11-14,5 cm, bentuk lonjong memanjang, ujung meruncing, permukaan licin, tepi rata, daging perkamen, warna hijau; Tangkai daun: panjang 7 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau;; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 41 cm, bentuk pipih, permukaan ditutupi oleh banyak brakteola, warna merah muda; Brakteola; bentuk bulat telur, ujung runcing; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna kuning pucat-bercak kemerahan, bibir berwarna kuning tua, tugu berwarna kuning; Kelopak atas: panjang 0,8 cm, lebar 0,2 cm, jorong, ujung runcing; Kelopak bawah: panjang 0,8 cm, lebar 0,2 cm, bentuk jorong, ujung runcing; Mahkota: panjang 0,8 cm, lebar 0,2 cm, bentuk jorong, ujung runcing; Bibir: bercuping tiga; cuping samping tegak keatas, bentuk bulat, ujung membulat; cuping tengah panjang 0.5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul, bertekuk ke bawah, tepi rata, permukaan rata; Tugu: ukurannya sangat kecil.

Habitat & Ekologi: Epifit, menempel pada batang pohon yang cukup besar. Tumbuh pada ketinggian 921 m dpl.

Distribusi : Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaysia dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 12. Bulbophylllum elongatum Blume,; Tumbuhan Bulbophylllum elongatum pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(57)

4. 3. 13. Bulbophyllum flavescens(Bl.) Lindl.

Habit: herba. Umbi semu: berukuran kecil, tertutupi oleh rimpang, panjang 1 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat, warna hijau; Daun: panjang 20-22 cm, lebar 5 cm, bentuk memanjang, ujung meruncing, permukaan licin, tepi rata, daging perkamen, warna hijau; Tangkai daun: panjang 3-6 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 5-21 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau kekuningan; Brakteola; bentuk lanset, ujung runcing; Bunga: kelopak, mahkota, bibir dan tugu berwarna kuning tua; Kelopak atas: panjang 0,9 cm, lebar 0,5 cm, memanjang, ujung runcing; Kelopak bawah tidak ada; Mahkota: panjang 0,7 cm, lebar 0,3 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul; bibir: tidak bercuping, berukuran sangat kecil, ujung bertekuk ke bawah, tepi rata, permukaan berbulu halus berwarna putih; tugu: ukurannya sangat kecil.

Habitat : Epifit, tumbuh di hutan terbuka dan teduh. Tumbuh pada ketinggian 914 m dpl.

Distribusi : Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 13. Tumbuhan Bulbophyllum flavescens Blume pada habitatnya dan morfologi bunga.


(58)

4. 3. 14. Bulbophyllum flavidiforumCarr.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 2 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat memanjang, permukaan licin, warna hijau tua; Daun: panjang 6-8 cm, lebar 1,2-1,5 cm, bentuk lanset, ujung runcing, permukaan licin, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau muda; Tangkai daun: panjang 0,2 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 1 cm, bentuk bulat, permukaan licin, putih kekuningan; Brakteola; tidak ada; Bunga: kelopak, mahkota dan bibir berwarna kuning pucat; Kelopak atas: panjang 1,5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang-jorong, ujung meruncing; Kelopak bawah; panjang 0,5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk bulat telur, ujung meruncing; Mahkota: panjang 1 cm, lebar 0,1 cm, bentuk jorong, ujung tumpul; Bibir: tidak bercuping, panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk bulat telur, ujung runcing, bertekuk ke kebawah, tepi rata, permukaan rata ; Tugu: panjang 0,2 cm.

Habitat & Ekologi : Epifit,ditemukan di hutan yang sedikit teduh, menempel pada percabangan pohon dan sering menjuntai kebawah. Tumbuh pada ketinggian 921 m dpl. . Distribusi : Pulau Jawa dan Sumatera.

Gambar 4. 3. 14. Bulbophyllum flavidiflorum Carr,; Tumbuhan Bulbophyllum flavidiflorum pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(59)

4. 3. 15. Bulbophyllumhirtulum Ridl.

Habit: herba. Umbi semu: panjang 2 cm, arah tumbuh menggantung, bentuk bulat telur, permukaan licin, warna hijau; Daun: panjang 8-14 cm, lebar 3-5 cm, bentuk jorong-memanjang, ujung runcing, permukaan licin, tepi rata, daging perkamen, warna hijau tua; Tangkai daun: panjang 10,6 cm, bentuk bulat, permukaan licin, warna hijau; Perbungaan: aksilar, majemuk, tandan; Ibu tangkai: panjang 7 cm, bentuk bulat, permukaan licin, hijau-kekuningan; Brakteola tidak ada; Bunga: kelopak dan mahkota berwarna kuning bergaris merah hati, bibir berwarna merah tua dan tugu berwarna kuning; Kelopak atas: panjang 0,5 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung meruncing, permukaan berambut, warna putih hingga merah tua; Kelopak bawah; panjang 0,5 cm, lebar 0,3 cm, bentuk segitiga, ujung runcing, permukaan berambut halus, warna putih hingga merah tua; Mahkota: panjang 0,2 cm, lebar 0,1 cm, bentuk lanset, ujung tumpul; Bibir: tidak bercuping, panjang 0,3 cm, lebar 0,2 cm, bentuk memanjang, ujung tumpul, bergaris tengah, tepi beringit, permukaan bergelombang; Tugu: berukuran kecil.

Habitat & Ekologi : Epifit, ditemukan di hutan yang terbuka dan teduh. Tumbuh pada ketinggian 910-947 m dpl.

Distribusi : Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Borneo.

Gambar 4. 3. 15.Bulbophyllum hirtulum Ridl,; Tumbuhan Bulbophyllum hirtulum pada habitatnya (a), morfologi bunga (b).


(1)

No Date No. Coll North East Elev

378 29102014 DK 027 500262 187537 912 379 29102014 DK 001 500238 187302 916 380 29102014 DK 001 500056 187266 930 381 29102014 DK 055 500234 187315 916 382 29102014 DK 027 500243 187321 17 383 29102014 DK 014 499977 187228 931 384 29102014 DK 059 500163 187530 918 385 29102014 DK 014 500178 187554 916 386 29102014 DK 013 499951 187388 924 387 29102014 DK 020 500188 187569 916 388 31102014 DK 003 499192 186298 917 389 31102014 DK 003 499002 186300 924 390 31102014 DK 003 499167 186302 921 391 31102014 DK 003 499062 186289 909 392 31102014 DK 003 498971 186298 923 393 31102014 DK 003 498873 186313 918 394 31102014 DK 002 499220 186296 920 395 31102014 DK 002 499062 186289 909 396 31102014 DK 036 498971 186298 923 397 31102014 DK 036 498993 186300 925 398 31102014 DK 036 498553 186333 926 399 31102014 DK 036 498970 186299 925 400 31102014 DK 036 498594 186327 925 401 31102014 DK 036 498627 186319 923 402 31102014 DK 013 499091 186291 921 403 31102014 DK 013 499063 186288 910 404 31102014 DK 061 498971 186298 923 405 18112014 DK 002 498917 186933 856 406 18112014 DK 003 499016 186703 867 407 18112014 DK 003 499016 186659 867 408 18112014 DK 010 499012 186629 864 409 18112014 DK 010 499010 186580 858 410 18112014 DK 010 499012 186725 867 411 18112014 DK 014 498967 187052 857 412 18112014 DK 050 498987 186301 921 413 18112014 DK 040 498847 186200 916 414 21102014 DK 018 500023 185805 923 415 21102014 DK 018 500017 185646 918 416 21102014 DK 018 500001 185596 920 417 21102014 DK 018 500037 185398 931 418 5122014 DK 056 498639 185988 931 419 21102014 DK 003 500017 185645 913


(2)

No Date No. Coll North East Elev

420 21102014 DK 002 500033 185411 932 421 21102014 DK 013 500023 185952 919 422 21102014 DK 014 500001 185770 924 423 21102014 DK 054 500020 185976 926 424 21102014 DK 055 500022 185908 927 425 21102014 DK 014 499693 185920 906 426 21102014 DK 054 499673 185760 926 427 21102014 DK 013 499698 185415 937 428 21102014 DK 021 499725 185396 937 429 21102014 DK 001 499962 185241 940 430 21102014 DK 001 499995 185252 939 431 21102014 DK 018 499925 185263 935 432 13092014 DK 051 498852 186124 924 433 13092014 DK 052 498977 186686 914 434 13092014 DK 062 499208 186222 928 435 13092014 DK 013 498867 186128 925 436 13092014 DK 013 498844 186130 920 437 13092014 DK 013 498876 186123 922 438 13092014 DK 024 498185 186150 889 439 13092014 DK 035 499247 186289 885 440 22102014 DK 020 499766 186513 889 441 22102014 DK 009 499824 186542 894 442 22102014 DK 009 500036 186608 897 443 22102014 DK 024 500140 186770 897 444 22102014 DK 014 500109 186729 899 445 22102014 DK 055 500164 186818 911 446 22102014 DK 012 500178 186813 915 447 22102014 DK 060 500185 186803 910 448 23112014 DK 074 500188 186840 900 449 23112014 DK 023 500384 186955 905 450 10092014 DK 048 500102 186475 798 451 10092014 DK 044 500102 186475 798 452 10092014 DK 044 500314 186978 921 453 22102014 DK 057 499541 185415 876 454 10092014 DK 072 500314 186978 921 455 10092014 DK 049 500950 186758 851 456 12092014 DK 024 498313 187034 926 457 25112014 DK 075 499258 186514 909 458 25112014 DK 003 498702 186513 910 459 25112014 DK 009 498696 186491 919 460 25112014 DK 009 498730 186710 908 461 25112014 DK 036 498715 186610 915


(3)

No Date No. Coll North East Elev

462 27082014 DK 073 499335 186338 900 463 29112014 DK 001 498913 186887 949 464 29112014 DK 001 498886 186526 888 465 29112014 DK 001 498864 186509 888 466 29112014 DK 009 498899 186866 953 467 29112014 DK 009 498909 187316 900 468 29112014 DK 003 498892 187338 897 469 29112014 DK 036 498885 186756 882 470 29112014 DK 036 498888 186674 888 471 29112014 DK 002 498864 186509 808 472 29112014 DK 013 498873 186690 883 473 29112014 DK 030 498901 186989 906 474 29112014 DK 030 498943 187247 904 475 29112014 DK 029 498920 187108 910 476 29112014 DK 029 498943 187247 904 477 29112014 DK 029 498942 187211 905 478 29112014 DK 031 498903 186790 890 479 29112014 DK 023 498894 187397 855 480 29112014 DK 077 498894 187397 855 481 27112014 DK 076 499005 186685 887 482 27112014 DK 003 499005 186685 887 483 27112014 DK 057 499005 186685 887 484 28112014 DK 023 499157 185665 929 485 28112014 DK 023 499159 185469 935 486 28112014 DK 001 499156 185856 905 487 28112014 DK 001 499155 185570 934 488 28112014 DK 001 499162 185700 907 489 28112014 DK 010 499147 185561 937 490 28112014 DK 010 499159 185469 935 491 28112014 DK 040 499155 185570 934 492 28112014 DK 035 499157 185842 902 493 28112014 DK 035 499154 185680 908 494 28112014 DK 036 499166 185706 907 495 28112014 DK 001 499394 185467 919 496 28112014 DK 001 499461 185462 923 497 28112014 DK 001 499235 185448 928 498 28112014 DK 010 499378 185471 921 499 28112014 DK 010 499388 185466 920 500 28112014 DK 010 499230 185435 930 501 28112014 DK 010 499344 185485 922 502 28112014 DK 013 499272 185454 917 503 28112014 DK 002 499273 185452 919


(4)

No Date No. Coll North East Elev

504 28112014 DK 002 499263 185443 920 505 28112014 DK 001 499473 185530 923 506 28112014 DK 003 499479 185862 913 507 28112014 DK 031 499464 185617 911 508 28112014 DK 031 499458 185641 913 509 30112014 DK 001 499176 185250 932 510 30112014 DK 001 499171 185359 937 511 30112014 DK 001 499170 185418 935 512 30112014 DK 010 499158 185333 937 513 30112014 DK 010 499172 185358 934 514 30112014 DK 010 499161 185450 933 515 30112014 DK 013 499188 185374 929 516 30112014 DK 003 499163 185360 938 517 30112014 DK 003 499186 185397 932 518 30112014 DK 002 499165 185244 934 519 30112014 DK 002 499177 185185 926 520 30112014 DK 002 499190 185394 934 521 30112014 DK 009 499190 185394 934 522 30112014 DK 009 499150 185287 934 523 30112014 DK 019 499361 185474 919 524 30112014 DK 001 499360 185442 921 525 30112014 DK 001 499353 185333 929 526 30112014 DK 013 499354 185507 921 527 30112014 DK 013 499369 185438 917 528 30112014 DK 003 499362 185396 926 529 30112014 DK 003 499363 185397 928 530 30112014 DK 020 499364 185838 927 531 30112014 DK 020 499325 185223 946 532 30112014 DK 002 499369 185438 917 533 30112014 DK 002 499369 185432 921 534 30112014 DK 002 499372 185467 917 535 1122014 DK 078 500234 187019 910 536 1122014 DK 079 500093 186901 912 537 4122014 DK 029 497084 187414 1038 538 4122014 DK 029 496989 187364 1013 539 4122014 DK 030 496950 187351 1005 540 4122014 DK 030 496989 187364 1013 541 4122014 DK 073 497004 187267 1017 542 4122014 DK 080 497789 187267 947 543 4122014 DK 067 498127 187127 916 544 4122014 DK 030 497056 187338 1023 545 4122014 DK 030 497053 187342 1019


(5)

No Date No. Coll North East Elev

546 4122014 DK 030 497090 187306 1020 547 4122014 DK 029 497059 187339 1025 548 4122014 DK 081 497412 187081 980 549 5122014 DK 010 499279 186764 915 550 5122014 DK 010 499294 186791 919 551 5122014 DK 010 499263 186581 920 552 5122014 DK 002 499263 186581 920 553 5122014 DK 002 499252 186559 919 554 5122014 DK 013 499277 186646 929 555 5122014 DK 042 499283 186758 917 556 5122014 DK 014 499311 186911 928 557 5122014 DK 010 499598 186768 940 558 5122014 DK 001 499547 186772 932 559 5122014 DK 027 499547 186772 932 560 5122014 DK 014 499594 186785 938 561 7122014 DK 010 499726 186360 935 562 7122014 DK 013 500028 186397 926 563 7122014 DK 003 499981 186403 928 564 7122014 DK 001 499628 186102 947 565 7122014 DK 001 499612 186100 947 566 7122014 DK 037 499641 186103 949 567 9122014 DK 082 499479 185748 888 568 9122014 DK 001 499494 185798 885 569 9122014 DK 001 499500 185809 883 570 9122014 DK 001 499450 185770 886 571 9122014 DK 002 499494 185798 885 572 9122014 DK 002 499455 185798 886 573 9122014 DK 003 499500 185809 883 574 9122014 DK 010 499469 185788 886 575 9122014 DK 010 499474 185797 886 576 9122014 DK 010 499467 185767 888 577 9122014 DK 013 499450 185770 886 578 9122014 DK 077 499511 185733 893 579 9122014 DK 024 499571 186134 937


(6)

Jalur Pengamatan Anggrek