Pengetahuan, sikap, dan praktek gizi Sekolah Menengah Pertama terhadap Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada makanan jajanan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK GIZI SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN
TAMBAHAN PANGAN (BTP) PADA MAKANAN JAJANAN

ANITA OCTAVIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
ANITA OCTAVIANA. Pengetahuan, Sikap, Praktek Gizi Siswa Sekolah
Menengah Pertama Terhadap Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Pada Makanan Jajanan. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan DADANG
SUKANDAR
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan
praktek gizi siswa sekolah menengah pertama tentang penggunaan BTP pada
makanan jajanan. Sedangkan tujuan khususnya adalah menganalisis
karakteristik siswa, guru, dan pedagang (jenis kelamin, usia, pendapatan/uang
saku, tingkat pendidikan), menganalisis kebiasaan jajan di sekolah, menganalisis

jenis BTP yang digunakan, menganalisis pengetahuan gizi terhadap penggunaan
BTP, menganalisis sikap gizi terhadap penggunaan BTP, menganalisis praktek
gizi terhadap penggunaan BTP, dan menganalisis hubungan antara
pengetahuan, sikap, praktek gizi terhadap penggunaan BTP.
Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan
SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2010. Populasi
dalam penelitian ini ada tiga yaitu siswa kelas VIII, guru, dan pedagang
makanan. Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh dilakukan secara
cluster sampling yaitu 62 siswa, pengambilan contoh guru diambil secara
purposive untuk guru yaitu sebanyak 10 orang. Sedangkan pedagang makanan
sebanyak 10 orang yang diamati semua.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder.
Pengambilan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan
wawancara dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapat
penjelasan dari peneliti. Jenis data primer yang dikumpulkan antara lain
karakteristik (usia, jenis kelamin, pendapatan/uang saku), karakteristik sosial
ekonomi (tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan) pengetahuan gizi, sikap,
praktek tentang penggunaan BTP pada makanan jajanan, kebiasaan jajan
responden (food frequency questionare). Adapun data sekunder diperoleh dari

pihak sekolah meliputi profil sekolah, jumlah siswa dan peraturan yang berlaku di
sekolah. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer
yang digunakan adalah program Microsoft excel dan SPSS 16.0 for windows.
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif, Independent sample T-Test,
kolerasi pearson sesuai dengan jenis skala dari masing-masing variabel.
Persentase terbesar siswa yaitu yang berusia 13 tahun sebanyak 88.2%
siswa laki-laki dan 75.0% siswa perempuan. Persentase guru terbesar yaitu
berusia 40-45 tahun sebanyak 60%. Persentase pedagang terbesar yaitu berusia
32-36 tahun sebesar 40%. Besar uang saku siswa antara Rp 5.000-Rp. 25.000
per hari. Sebagian besar (53.2%) siswa menerima uang saku antara Rp 10.000Rp 15.000. Besar uang saku yang dimiliki siswa untuk keperluan seperti biaya
transportasi, jajan, pulsa, dan menabung. Persentase terbesar yaitu 50%
pendapatan guru per bulannya yaitu >RP. 2.800.000. Persentase terbesar yaitu
60% pendapatan pedangang per bulannya yaitu Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000.
Tingkat pendidikan guru menunjukkan bahwa sebesar 80% guru dengan tingkat
pendidikan Strata S1. Persentase terbesar pedagang yaitu 50% dengan tingkat
pendidikan SLTP.
Pengetahuan gizi siswa dalam kategori baik yakni sebesar 82.1%.
Pengetahuan guru dalam kategori baik yakni sebesar 86.8%. Pengetahuan
pedagang dalam kategori sedang yakni sebesar 66.1%. Hal ini menujukan
bahwa perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila

didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Tidak ada
perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi dengan
jenis kelamin. Hal ini diduga karena siswa mendapat informasi yang sama dari

materi yang diajarkan guru dan berbagai media informasi mengenai penggunaan
BTP.
Sikap gizi siswa dalam kategori baik yakni sebesar 86.5%. Sikap guru
dalam kategori baik yakni sebesar 94%. Sikap pedagang kategori sedang yakni
sebesar 67.0%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan dapat membentuk
sikap seseorang mengenai penggunaan BTP dimana apabila pengetahuan baik
maka sikap akan baik pula. Tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara
sikap gizi dengan jenis kelamin. Hal ini diduga bahwa siswa memiliki sikap yang
homogen tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, selain itu jenis jajanan yang ada
pada umumnya tidak beraneka ragam.
Praktek gizi siswa dalam kategori kurang yakni sebesar 57.1%. Praktek
gizi guru dalam kategori sedang yakni sebesar 68%. Praktek gizi pedagang
dalam kategori kurang yakni sebesar 59.2%. Hal ini dapat dikatakan bahwa
praktek yang kurang ini dipicu juga oleh banyaknya aktifitas contoh disekolah
sehingga memungkinkan bahwa responden sesering mengkonsumsi makanan
jajanan. Pedagang diduga bahwa berupaya untuk memberikan penampilan yang

menarik dan rasa yang disenangi dengan menambahkan BTP tanpa
memperdulikan efek samping apabila penggunaan diberikan secara berlebih.
Ada perbedaan yang signifikan (p