Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga- Kabupaten Bogor)

5

ABSTRACT
LATIFATUL HAYATI. Economic Contribution, Women’s Multiple Roles, and Well-Being
of Women Factory Laborer Family at Dramaga, Bogor. Under Guidance of HERIEN
PUSPITAWATI and MEGAWATI SIMANJUNTAK.
This research aimed to analyze the contribution of economic, multiple roles and
well-being of women factory laborer family. This research involved 60 families that were
selected purposively. The samples were chosen from families which the wife worked as
factory laborer and still had husband. Data was collected through interview by using
questionnaire. Economic contribution was measured by proportion of wife income toward
family income. Multiple roles consist of total number of roles and frequency of each role.
Objective well-being was measured by utilizing BPS Bogor District standard 2010, while
subjective well-being was measured by satisfaction of sample. Data was analyzed
descriptively and inferentially using Pearson correlation and multiple regression. The
results showed that average women’s economic contribution were 51,0 percent and
multiple roles were categorized as moderate. The families categorized as prosperous
with subjective well-being generally grouped as moderate. Wife’s education and
economic contribution were positively correlated with objective well-being. Wife’s
education and balancing work-family strategy were positively correlated with subjective
well-being. Objevtive well-being was influenced by wife’s contribution of economic, while

subjective well-being was influenced by wife’s education and balancing work-family
strategy.
Keywords: Economic Contribution, Multiple Roles, Family Well-Being
ABSTRAK
LATIFATUL HAYATI. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan
Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor). Dibimbing
oleh HERIEN PUSPITAWATI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi ekonomi, peran ganda perempuan
dan kesejahteraan keluarga buruh pabrik yang melibatkan 60 keluarga secara purposive
dengan kriteria buruh pabrik dan memiliki suami. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan bantuan kuisioner. Kontribusi ekonomi diukur berdasarkan proporsi
pendapatan perempuan dan keluarga. Peran ganda terdiri dari jumlah peran dan
frekuensi peran. Indikator kesejahteraan objektif menggunakan BPS Kabupaten Bogor
2010. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan contoh. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif, Korelasi Pearson dan regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap
pendapatan keluarga adalah sebesar 51,0 persen dan peran ganda berada pada ketegori
sedang. Keluarga contoh termasuk sejahtera dengan kesejahteraan subjektif yang
sedang. Lama pendidikan contoh dan kontribusi ekonomi berhubungan positif signifikan
dengan kesejahteraan objektif. Lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan

antara pekerjaan dan keluarga berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan
subjektif. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif adalah kontribusi
ekonomi perempuan. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah
lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan.
Kata kunci: Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda, Kesejahteraan Keluarga

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berdasarkan data BPS (2010), krisis ekonomi dan moneter yang terjadi
sejak pertengahan tahun 1997 hingga saat ini menyebabkan terjadinya
kemiskinan pada keluarga. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada
Maret 2010 mencapai 31 juta (13,3%), turun 1,5 juta dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,5 juta (14,2%). Jumlah
penduduk di Kabupaten Bogor Tahun 2009 tercatat sebesar 4.453.927 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2.258.789 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebesar 2.195.138 jiwa (BPS 2010). Artinya proporsi jumlah

penduduk perempuan hampir sama dengan laki-laki, tidak ada perbedaan yang
signifikan. Namun, karena terjadinya kemiskinan maka menyebabkan perbedaan
yang signifikan pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara
perempuan dan laki-laki. peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kenaikan tersebut terutama terjadi pada
bidang industri manufaktur yaitu sebesar 0,5 persen (BPS 2010). Hal ini sejalan
dengan Herawati (2000) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah
perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi
keluarga. Berdasarkan Women Research Institute, hasil riset Forum Pendamping
Buruh Nasional (FPBN) tahun 2005-2006 menunjukkan bahwa dari 92
perusahaan yang berada di wilayah Tangerang dan Bekasi 62,0 persen
diantaranya menggunakan tenaga buruh kontrak dan lebih dari 50,0 persen
adalah kaum perempuan.
Jika perempuan bekerja di luar rumah, maka otomatis akan berkontribusi
secara ekonomi bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan khususnya buruh perempuan pabrik
memiliki peran sumbangsih baik bagi (APBD) maupun bagi keluarga. Menurut
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, upah
buruh perempuan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 adalah sebesar Rp
728.500,00 dan pada tahun 2007 menalami kenaikan sebesar Rp 61.200,00

yaitu menjadi Rp 789.700,00 (BPS 2010). Artinya, kenaikan angka upah buruh
perempuan cukup signifikan dan peluang kontribusi bagi APBD akan lebih besar.
Berdasarkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

2

(RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, kelompok sektor sekunder
(industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan) memberikan kontribusi
terbesar bagi APBD, yaitu rata-rata sebesar 70,0 persen. Industri manufaktur
merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terbesar, artinya
buruh perempuan yang bekerja di industri manufaktur juga memilki kontribusi
bagi APBD. Bagi keluarga, kontribusi ekonomi perempuan sangat signifikan
berperan menentukan kesejahteraan keluarga. Hal ini didukung oleh Mosse
(2002) yang menyatakan bahwa semakin miskin suatu keluarga, keluarga itu
bergantung kepada produktivitas ekonomi seorang perempuan.
Perempuan yang bekerja otomatis memiliki peran dan beban ganda, peran
ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja
karena pada dasarnya perempuan memiliki peran domestik dan publik. Peran
domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola
rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai

tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Herzog et al.
(1998) menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti
aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteran subjektifnya. Permasalahan
peran ganda perempuan bukan pada peran itu sendiri, malainkan dampak yang
ditimbulkannya pada keluarga. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara lakilaki dan perempuan dapat menimbulkan beban kerja pada pihak yang
terdominasi. Agar tidak terjadi beban ganda yang berlebih maka diperlukan
strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Milkie (1999)
menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil akan
mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Peran ganda dan
efek kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda
lebih

menguntungkan

untuk

kesejahteraan

psikologi


laki-laki

daripada

perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008).
Pentingnya kontribusi ekonomi perempuan terhadap ekonomi keluarga.
Pentingnya strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan sebagai
konsekuensi perempuan yang memiliki peran ganda/bekerja menyebabkan topik
ini menarik untuk diteliti. Penelitian Mc Lellan (2009) mengungkapkan bahwa
kesuksesan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dipengaruhi oleh
kualitas waktu dengan keluarga, struktur dan perencanaan, dukungan sosial, dan
ketahanan diri. Bila terjadi ketimpangan diantara keduanya maka akan
mengakibatkan konflik. Jika perempuan yang bekerja lebih memprioritaskan

3

keluarga maka akan memicu konflik dengan atasan yang akan mengakibatkan
kecenderungan permasalahan pada kesejahteraan objektif keluarga. Namun, jika
perempuan yang bekerja lebih memprioritaskan pekerjaan maka akan memicu
konflik dengan suami yang akan mengakibatkan kecenderungan permasalahan

pada kesejahteraan subjektif perempuan.

Perumusan Masalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,5 persen namun
TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki (BPS 2010). Meskipun
demikian, jika dilihat berdasarkan jumlah angkatan kerja selama periode 20062008 peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2008
meningkat sebanyak 4,2 juta orang, namun pada tahun yang sama angkatan
kerja laki-laki hanya meningkat 1,4 juta orang. Fadah et al. (2004) menyatakan
bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap
pendapatan keluarga yang dilihat dari proporsi rata-rata upah buruh perempuan
terhadap rata-rata pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen.
Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran perempuan
terhadap ekonomi keluarga, namun di lain pihak keberadaan buruh perempuan di
dalam pekerjaannya masih seringkali terjebak pada kondisi marginalisasi
(peminggiran), subordinasi (penomorduaan) dan streotipe (pelabelan). Hasil
temuan dari penelitian Women Research Institute (2008) juga menyebutkan
bahwa sering terjadinya berbagai permasalahan yang dialami buruh perempuan
dalam berbagai hal, yaitu pada lingkungan kerja, hak buruh dalam berorganisasi,
upah kerja dan kerja lembur, kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual.

Berdasarkan penelitian Winaryati (2010), sebanyak 88 buruh perempuan
pabrik di Kota Semarang, 100,0 persen buruh perempuannya makan dengan
menu nasi, sayur, dan satu potong lauk nabati (kurang lebih Rp 2.000,00).
Contoh akan mengonsumsi lauk hewani hanya pada saat tertentu, karena harga
lauk hewani lebih mahal. Padahal, pekerjaan buruh membutuhkan energi yang
banyak dan berkualitas. Kadar hemoglobin buruh perempuan lebih dari
separuhnya terkena penyakit anemia (56,0%). Alasan dari contoh makan kurang
dari tiga kali, karena kesibukan di pabrik yang menggunakan sistem target,
penghematan anggaran, dan waktu istirahat yang terbatas. Perilaku ini akan
berdampak pada jumlah asupan makanan dan zat gizi buruh.

4

Berdasarkan Women Research Institute (2008), pada permasalahan
lingkungan kerja, sering terjadi fasilitas kamar mandi tidak memenuhi standar
kesehatan, dan fasilitas umum yang diskriminatif. Pada permasalahan hak buruh
berorganisasi, sering terjadinya dominasi laki-laki dalam Perwakilan Unit Kerja
dan Serikat Pekerja, dan representasi buruh perempuan dalam organisasi serikat
rendah. Pada permasalahan upah kerja dan kerja lembur, seringkali terjadi
penghitungan upah lembur yang tidak transparan, upah kerja dan kerja lembur

tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, dan jam kerja yang melewati batas
waktu. Pada permasalahan kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual,
seringkali

terjadi

cuti

hamil

yang

sering

dipermasalahkan,

perusahaan

menganggap pelecehan seksual sebagai hal yang wajar, tidak tersedia fasilitas
memadai untuk buruh yang hamil.

Permasalahan-permasalahan di atas seringkali dialami oleh buruh
perempuan pabrik. Padahal baik buruh laki-laki maupun perempuan memiliki hak
yang sama. Hal ini relevan dengan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan, "Tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat". Kata "setiap orang" dalam pasal tersebut dapat berupa laki-laki
atau perempuan.
Berdasarkan

latar

belakang

tersebut,

maka

dirumuskan


beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh dan
keluarga contoh?
2. Bagaimana rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan
keluarga?
3. Bagaimana peran ganda serta strategi menyeimbangkan antara pekerjaan
dan keluarga contoh?
4. Bagaimana kesejahteraan (objektif dan subjektif) contoh dan keluarga
contoh?
5. Bagaimana hubungan antar variabel penelitian?
6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi,
peran ganda, strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh
terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif?

5

Tujuan Penelitian
Tujuan Umun
Mengetahui

kontribusi

ekonomi,

peran

ganda

perempuan

dan

kesejahteraan keluarga buruh pabrik di Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh
dan keluarga contoh
2. Menghitung rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan
keluarga
3. Mengidentifikasi peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan
dan keluarga contoh
4. Mengidentifikasi kesejahteraan (objektif dan subjektif) contoh dan keluarga
5. Menganalisis hubungan antar variabel penelitian
6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi,
peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga
contoh terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif

Kegunaan Penelitian
Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait dan lebih
memaparkan serta meyakinkan akan urgensi kontribusi ekonomi perempuan bagi
keluarga. Bagi para buruh perempuan, peran dalam ranah publik sebagai pekerja
tidak akan dipandang sebelah mata serta terhindar dari marginalisasi,
subordinasi dan stereotipe. Bagi pemerintah, penelitian ini berguna untuk
evaluasi kebijakan, sosialisasi dan perencanaan ulang serta penyempurnaan halhal yang telah dilakukan berkaitan dengan program perlindungan bagi buruh
perempuan. Selanjutnya diharapkan kebijakan tersebut dapat melindungi buruh
perempuan yang otomatis memiliki peran dan beban ganda terkait pekerjaan
domestik dan publiknya.

6

7

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998). Keluarga adalah
sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari
satu orang kepala rumahtangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya
dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki
dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan menciptakan serta
mempertahankan

kebudayaannya

(Duvall

dan

Miller

1985).

Sedangkan

pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri, dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu
kelompok atau orang-orang yang disatukan oleh perkawinan, darah, dan adopsi
yang berkomunikasi satu sama lain dan menimbulkan peranan-peranan sosial
bagi suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama.
Keluarga khususnya orangtua bertanggung jawab dalam menjaga,
menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya. Ibu pada masa kini
di samping mengurus rumahtangga juga bekerja untuk menambah pendapatan
keluarga. Menurut Megawangi (1999) keluarga adalah sebagai sebuah sistem
sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas
tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas dan solidaritas, serta
pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.
Ada delapan fungsi keluarga utama menurut Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 1994 dalam BKKBN tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga
sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi cinta
kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan,
fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Rice dan Tucker (1986)
membagi fungsi keluarga menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi instrumental
dan fungsi ekspresif. Contoh dari fungsi instrumental adalah memberikan nafkah,
memenuhi kebutuhan biologis dan fisik pada anggota keluarga. Memenuhi
kebutuhan psikologis, sosial, dan emosi, kasih sayang, kehangatan, aktualisasi
dan pengembangan diri anak adalah contoh dari fungsi ekspresif. Keseimbangan

8

dalam menjalankan peran/fungsi instrumental dan ekspresif sangat diperlukan
agar dapat mengintegrasikan suasana keluarga yang harmonis.

Teori Struktural-Fungsional
Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa masyarakat merupakan
sebuah sistem yang memiliki beberapa bagian (biasa disebut subsistem) dan
subsistem tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Teori ini menerima
adanya

keanekaragaman

dalam

kehidupan

sosial

dan

sistem

tersebut

dilandaskan pada nilai-nilai agar terjadi keseimbangan, serta stabil.
Dimensi penting dalam struktur fungsional ini adalah adanya kejelasan
mengenai peran dan fungsi. Fungsi tersebut terstruktur pada hirarki yang
harmonis dan terselenggara secara konsisten. Peran adalah beberapa kegiatan
terkait fungsi yang diharapkan dapat dilakukan dengan baik oleh setiap anggota
dalam keluarga untuk mencapai tujuan sistem secara optimal. Fungsi adalah
sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan sifat dan tujuan. Adapun persyaratan
struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga menurut Levy (Megawangi
1999) sebagai sistem dapat berfungsi adalah :
1. Diferensiasi peran: Serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan
dalam keluarga sehingga mengharuskan adanya alokasi peran untuk setiap
anggota di dalam keluarga. Diferensiasi peran dapat mengacu pada umur,
gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik.
2. Alokasi solidaritas: Distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta,
kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan mengambarkan
hubungan antar anggota. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar
anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi: Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Differensiasi tugas juga ada dalam hal ini, terutama dalam
hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.
4. Alokasi politik: Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa bertanggung
jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi
maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan.
5. Alokasi integrasi dan ekspresi: Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi,
internalisasi dan pelestarian nilai-nilai serta perilaku untuk memenuhi tuntunan
norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.

9

Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk
kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem
masyarakat (Megawangi 1999).

Teori Sosial-Konflik
Asumsi teori sosial konflik berlawanan dengan teori struktur fungsional.
Asusmsi Karl Marx menyatakan bahwa walaupun relasi sosial menggambarkan
karakteristik

yang

sistematik,

pola

relasi

sebenarnya

menggambarkan

kepentingan pribadi, konflik yang tidak dapat dihindari dari sistem sosial, konflik
akan terjadi pada keterbatasan pendistribusian sumberdaya terutama kekuasaan
dan konflik adalah sumber utama dari perubahan.
Situasi konflik dalam lingkungan sosial adalah sesuatu yang normal terjadi.
Hubungan yang penuh konflik ini juga terjadi pada keluarga, sumber dari konflik
tersebut adalah struktur dan fungsi dari keluarga itu sendiri. Seorang suami
sebagai kepala keluarga dapat menjadi sumber konflik dengan istri sebagai ibu
rumahtangga karena dalam struktur, mutlak terjadi penindasan oleh orang yang
memiliki kekuasaan lebih tinggi kepada orang yang berada di bawahnya.
Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan yang normatif (harmonis dan
seimbang), melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem penuh konflik yang
menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai untuk melegitimasi relasi
sosial yang operatif. Keragaman biologis yang menciptakan peran gender
dianggap konstruksi budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarki. Menurut para
feminis Marxis dan sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan
peran gender adalah keluarga dan agama, sehingga usaha untuk menciptakan
perfect equality (kesetaraan gender 50/50) adalah dengan menghilangkan peran
biologis gender, yaitu dengan usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan
struktur keluarga yang menciptakannya (Megawangi 1999).
Menurut perspektif sosial konflik, perempuan sebagai istri harus dapat
dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat menjadi individu yang mandiri,
bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan dapat mengaktualisasikan diri.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penghapusan atau perubahan
dari suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri hanya sebagai ibu
rumahtangga. Hasil perubahan tersebut adalah terjadi perubahan peran yang

10

lebih fleksibel dan istri dapat lebih mengaktualisasikan diri, misalnya dengan
bekerja.

Teori Gender
Peran ganda
Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan
konsep dualisme cultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik.
Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola
rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai
tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Pada peran
publik perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis
(mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan
pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia.
Peran ganda perempuan berimplikasi pada: (1) Peran kerja sebagai ibu
rumahtangga, meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif
bekerja membantu kaum laki-laki untuk mencari penghasilan, dan (2) Berperan
sebagai pencari nafkah (tambahan ataupun utama). Peran ganda perempuan
adalah peran perempuan di suatu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri,
ibu rumahtangga, mengasuh anak-anak dan sebagai istri serta dipihak lain
sebagai anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara seimbang. Perempuan dianggap melakukan peran ganda
apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas domestik yang berhubungan
dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami
dan merawat anak-anak, serta ketika perempuan bertanggung jawab atas tugas
publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik yakni bekerja di luar rumah
dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari nafkah utama.
Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan
hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face
dengan orang lain selama satu tahun) (Chen 2010). Peran ganda dan efek
kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda
lebih

menguntungkan

untuk

kesejahteraan

psikologi

laki-laki

daripada

perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Hasil penelitian Chen (2010)
menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda istri terdiri dari 12 aspek: sebagai
anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung, teman, bagian dari keluarga
besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis keagamaan, dan sukarelawan.

11

Herzog et al. (1998) yang menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam
peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteran subjektifnya.
Strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga
Persepsi kesuksesan keseimbangan antara bekerja dan keluarga adalah
hasil proses kompleks psikologi ketika individu mengevaluasi antara permintaan
bekerja dan sumberdaya keluarga dengan permintaan keluarga dan sumberdaya
kerja (Voydanof 2005). Terdapat dua adaptasi strategis yaitu menambah
sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja. Voydanof (2005)
melaporkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara adaptasi strategis
dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Clarke et al. (2004)
mengungkapkan

bahwa

hubungan

antara

adaptasi

strategis

dengan

keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga bervariasi tergantung pada
karakteristik personalnya. Karakteristik personal juga berkontribusi untuk
kesuksesan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga seiring dengan peran
ganda.
Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga
berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis dan Milkie
(1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang
adil akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Keene
(2004) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif signifikan dengan
keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dan anak terkecil berhubungan
negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga dan
pekerjaan (Milkie 1999). Strickland (2006) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan
dan keluarga kemudian Lee (2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga,
pendidikan, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas
berhubungan positif dengan kesejahteraan. Hasil penelitian Beham (2010)
mengungkapkan

bahwa

keseimbangan

antara

pekerjaan

dan

keluarga

berpengaruh terhadap kepuasan. Milkie (2010) menyatakan bahwa jam kerja
berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga,
alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga. Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik
antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.

12

Kontribusi Ekonomi Perempuan
Penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare (2005) menyebutkan
bahwa meningkatnya partisipasi perempuan yang sudah menikah sebagai
pekerja dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal tersebut dapat
menyimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap total pendapatan
keluarga tidak dapat diabaikan urgensinya. Urgensi tersebut diperkuat dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh
buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar
52,3 persen (Fadah et al. 2004). Kontribusi perempuan terhadap pertanian
keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003).
Herawati (2000) mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan
yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga,
meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan
teknologi yang semakin maju. Hal ini dapat dikatakan bahwa alasan perempuan
mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan pengembangan
diri. Hasil laporan penelitian di Wellington menyebutkan bahwa 86 persen
perempuan Pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya, kontribusi
tersebut digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari (Koloto 2005).
Hasil penelitian Yamato (2003) menjelaskan bahwa istri dengan kontribusi
pendapatan

yang

tinggi

dan

rendah

akan

meningkatkan

kepuasan

pernikahannya jika suami ikut andil dalam pengasuhan anaknya.
Buruh perempuan
Buruh merupakan pekerja di sektor informal yaitu industri kecil dan
rumahtangga. Ketika kita melihat Indonesia, kelas buruh ternyata didominasi oleh
kalangan perempuan. Jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah sebesar
35.479.000 orang dan 87 persen dari angkatan kerja tersebut merupakan
perempuan (Sakernas; Survei Angkatan Kerja Nasional 2003).
Pada satu sisi, masuknya perempuan ke dalam sektor industri adalah
sebagai proses upaya pemberian kontribusi perempuan sebagai istri pada
ekonomi keluarga. Pada sisi lain kondisi buruh ini masih sangat memprihatinkan
(masih terjadi marginalisasi, subordinasi dan stereotipe), seperti kondisi upah
yang

masih

sangat

rendah,

persoalan-persoalan

kesehatan

reproduksi,

diskriminasi, pelecehan seksual, dan lain-lain (Daulay 2006). Padahal, keputusan
perempuan untuk bekerja sebagai buruh merupakan suatu upaya koping strategi
keluarga dalam hal ekonomi demi terwujudnya kesejahteraan keluarga.

13

Kesejahteraan Keluarga
Pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan
objektif dan subjektif. Pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan objektif
didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun
pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan
individual (Raharto dan Romdiati) (2000). Kesejahteraan subjektif ini biasa
disebut Quality of life (QOL), Subjective Quality of life (SQOL) atau Subjective
Well- Being (SWB).
Menurut UU No. 52 tahun 2009 ketahanan dan kesejahteraan keluarga
adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik-materil guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
kebahagiaan lahir dan batin (www.hsph.harvard.edu). BKKBN membagi keluarga
dalam lima tahapan, yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I
(KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga
Sejahtera III Plus (KS III Plus). Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga
Sejahtera I (KS I) termasuk dalam kategori miskin. Ada lima indikator yang harus
dipenuhi agar suatu keluarga dikategorikan sebagai Keluarga Sejahtera I, yaitu:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masingmasing; 2) Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau
lebih; 3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda di rumah,
sekolah, bekerja dan bepergian; 4) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah;
dan 5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin mengikuti KB pergi
ke sarana/petugas kesehatan serta diberi cara KB modern. Adapun suatu
keluarga termasuk Keluarga Pra-Sejahtera jika tidak memenuhi salah satu dari
lima indikator tersebut (BPS 2008). Sunarti (2001) melakukan penelitian
ketahanan keluarga dengan menggunakan pendekatan sistem (input-prosesoutput). Hasilnya ditemukan faktor laten ketahanan keluarga, yaitu ketahanan
fisik, sosial, dan psikologis. Ketahanan fisik mencakup kesejahteraan fisik,
ketahanan sosial mencakup kesejahteraan sosial, dan ketahanan psikologis
mencakup kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan fisik menggambarkan kondisi
tingkat pemenuhan kebutuhan fisik seperti pangan, sandang, papan, kesehatan
dan pendidikan. Adapun kesejahteraan sosial dicerminkan dari persepsi dan
harapan terhadap lingkungan yang merupakan hasil dari suatu rangkaian proses
interaksi sosial. Sedangkan, kesejahteraan psikologi terukur dari frekuensi emosi

14

tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan
kepedulian suami terhadap isteri.
Quality of life (QOL) adalah kesejahteraan yang menyeluruh berdasarkan
standar personal yang bernama kesejahteraan subjektif (Kamitsuru 2004).
Definisi dari kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas
standar personal (Chen 2010).
Subjective Well-Being (SWB) adalah kategori besar dari fenomena yang
terdiri dari respon emosional, domain kepuasan dan pendapat global dari
kepuasan hidup (Hoorn 2007). Spesifikasi dari SWB terdiri dari 2 komponen
berbeda: bagian afektif yang dapat menimbulkan efek positif dan negatif. Bagian
afektif adalah evaluasi hedonik yang diarahkan oleh emosi dan perasaan, bagian
kognitif adalah informasi dengan dasar harapan hidup yang ideal. Dimensi dari
SWB adalah: 1) Faktor personality, 2) Faktor kontekstual dan situasional, 3)
Faktor demografi, 4) Institusional, 5) Lingkungan, dan 6) Ekonomi.
Beberapa

studi

menyebutkan

bahwa

faktor

yang

mempengaruhi

kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial
(Zhang 2007), status perkawinan dan kesehatan fisik (Chen 2000). Hasil
penelitian Chen (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran.
Semakin banyak frekuensi peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup
maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan.
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kontribusi ekonomi perempuan, peran ganda dan
kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Kontribusi ekonomi istri terhadap
ekonomi keluarga memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Irzalinda (2010) yang menyatakan bahwa rata-rata
kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga
adalah sebesar 16,4 dan 46,2 persen pada desa dan kota Bogor. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian Ukoha (2003) yang menyebutkan bahwa
kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6
persen, merupakan angka yang cukup signifikan. Fadah et al. (2004) juga
mengungkapkan

bahwa

kontribusi

ekonomi

pendapatan keluarga sebesar 52,3 persen.

buruh

perempuan

terhadap

15

Herawati (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan
yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga,
meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan
teknologi yang semakin maju. Chen (2010) mengungkapkan bahwa semakin
banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan
tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan
subjektif perempuan. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa faktor
determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga,
umur kepala rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan.
Perempuan yang memiliki peran ganda akan berusaha untuk melakukan
penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga untuk mencapai keluarga yang
sejahtera. Beberapa penelitian mengenai penyeimbangan antara pekerjaan dan
keluarga, yaitu Lai (1995), Milkie (1999), Keene (2004), Milkie (1999), Strickland
(2006), Lee (2006), Beham (2010), Milkie (2010), dan Sidin (2010). Judul dan
hasil penelitian pendahulu terkait topik penelitian secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian
No.
1.

Tahun
1995

Penulis
Lai

2.

1999

Milkie et. al

3.

2000

Herawati

Judul
Work and Family
Roles and
Pscychologycal WellBeing in Urban China
Playing All The
Roles: Gender and
The Work-Family
Balancing Act

Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Persepsi Remaja
SMU tentang Peran
Gender Tradisional

Hasil
Konflik antara pekerjaan dan
keluarga berhubungan
negatif signifikan dengan
kesejahteraan psikologis
Jam kerja dan pembagian
pekerjaan domestik yang
adil mempengaruhi
keseimbangan antara
keluarga dan pekerjaan
Anak terkecil berhubungan
negatif dengan kesuksesan
dalam menyeimbangkan
antara keluarga dan
pekerjaan
Semakin tinggi jumlah
perempuan yang bekerja di
luar rumah dapat
disebabkan oleh tuntutan
ekonomi keluarga,
meningkatnya pendidikan,
terbukanya kesempatan
kerja bagi perempuan dan
teknologi yang semakin maju

16
Lanjutan Tabel 1
No.
4.

Tahun
2003

Penulis
Ukoha

5.

2004

Rambe

6.

2004

Fadah et al.

7.

2004

Keene et. Al

8.

2006

Strickland

9.

2006

Lee et. Al

10.

2010

Beham et. Al

11.

2010

Chen

12.

2010

Firdauasi

Judul
Contibution of
Women to Farm
Family Income in
Ikuwano Local
Government Area of
Abia State, Nigeria
Alokasi Pengeluaran
Rumah Tangga dan
Tingkat
Kesejahteraan

Karakteristik
Demografi dan Sosial
Ekonomi Buruh
Perempuan serta
Kontribusinya
terhadap Pendapatan
Keluarga
Predictors Of
Perceived WorkFamily Balance
The Relationship
Between Work Role
Centrality, Social
Support System,
Work-Family
Dynamics, and Job
Satisfaction in
Women
Work Roles,
Management and
Perceived Well-Being
for Married Women
Within Family
Businesses
Satisfaction With
Work-Family Balance
Among German
Office Workers
Factor Related to
Well-Being Among
The Elderly In Urban
China Focusing on
Multiple Roles

Analisis Pengaruh
Kontribusi Ekonomi
Perempuan dan
Manajemen
Keuangan Keluarga
terhadap
Kesejahteraan

Hasil
Kontribusi perempuan
terhadap pertanian
keluarganya adalah sebesar
66,6 persen

Faktor determinan
kesejahteraan subjektif
adalah pendidikan kepala
rumah tangga, umur kepala
rumah tangga dan
pendapatan
Kontribusi ekonomi buruh
perempuan terhadap
pendapatan keluarga
sebesar 52,3 persen

Jam kerja berhubungan
negatif signifikan dengan
keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga
Terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan
sosial dan keseimbangan
pekerjaan dan keluarga

Tujuan keluarga, pendidikan,
keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga,
manajemen aktifitas
berhubungan positif dengan
kesejahteraan
Keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga
berpengaruh terhadap
kepuasan
Semakin banyak jumlah
peran yang dimiliki
perempuan, semakin sering
kontak dengan tetangga dan
banyak aktivitas grup lainnya
maka semakin tinggi
kesejahteraan subjektif
perempuan
Kontribusi ekonomi TKW
tidak berpengaruh pada
kesejahteraan keluarga
Kesejahteraan subjektif
dipengaruhi nyata positif
oleh jumlah anak

17
Lanjutan Tabel 1
No.
13.

Tahun
2010

Penulis
Milkie

14.

2010

Sidin et. Al

15.

2010

Vivi Irzalinda

Judul
Time With Children,
Children's WellBeing, and WorkFamily Balance
Among Employed
Parents

Relationship between
work-family
conflict and quality of
life
Kontribusi Ekonomi,
Peran Perempuan
dan Kesejahteraan
Keluarga di Kota dan
Kabupaten bogor

Hasil
Jam kerja berhubungan
negatif dengan
penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga
Alokasi waktu dengan anak
berhubungan negatif dengan
penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga
Konflik antara pekerjaan dan
keluarga berhubungan
dengan kesejahteraan
subjektif
Rata-rata kontribusi nilai
ekonomi pekerjaan istri
terhadap pendapatan total
keluarga adalah 16,4 dan
46,2 persen pada masingmasing dua dearah lokasi
penelitian
Faktor yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan
keluarga subjektif adalah
permasalahan keluarga.

Firdausi (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kesejahteraan
subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak dan menurut hasil penelitian
Irzalinda (2010) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga
subjektif (Subjective Quality of Life) adalah permasalahan keluarga. Meskipun
menurut hasil penelitian Firdausi (2010) kontribusi ekonomi TKW tidak
berpengaruh pada kesejahteraan keluarga namun tidak menutup kemungkinan
akan berpengaruh sebaliknya pada hasil penelitian ini. Berdasarkan dari hasilhasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan
terhadap pendapatan keluarga cukup tinggi yaitu 66,6 persen (Ukoha 2003), 16,4
dan 46,2 persen di desa dan kota Bogor (Irzalinda 2010), 52,3 persen (Fadah et
al. 2004). Hal-hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan adalah pendidikan
dan umur kepala rumah tangga, persepsi kerja dan pendapatan (Rambe 2004),
jumlah anak (Firdausi 2010), permasalahan keluarga (Irzalinda 2010), peran
ganda (Chen 2010) terdapat hubungan anatara karakteristik keluarga, tekanan
ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga
(Firdaus 2008). Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan
keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis. Lee
(2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara

18

pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan
kesejahteraan.

Hasil

penelitian

Beham

(2010)

mengungkapkan

bahwa

keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan.
Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan dan
keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif. Hasil-hasil tersebut
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

19

KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau
adopsi, terdiri dari satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi
satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan
ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan
menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Duvall dan Miller 1985).
Berdasarkan teori struktur fungsional, di dalam keluarga terdapat peran dan
fungsi yang jelas bagi anggota keluarga untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Tujuan keluarga adalah mewujudkan kesejahteraan baik secara objektif maupun
subjektif.
Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang senantiasa
berinteraksi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar
(Bryant 1990). Artinya keadaan ekonomi keluarga akan bergantung pada
bagaimana keadaan ekonomi negara saat ini. Keadaan ekonomi negara yang
sulit menyebabkan keadaan ekonomi keluarga juga sulit. Untuk tetap berusaha
mewujudkan kesejahteraan keluarga, perempuan sebagai istri turut berkontribusi
secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga yang kemudian menyebabkan
peran ganda. Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan
dengan konsep dualisme cultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik dan
publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan
pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan
sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Meski
berlawanan dengan peran gender secara tradisional bahwa laki-laki berperan
sebagai kepala keluarga dengan tugas mencari nafkah sedangkan istri berperan
sebagai ibu rumahtangga dengan tugas memelihara rumah dan mengasuh anak,
namun demi ekonomi keluarga yang lebih baik maka perempuan bekerja di luar
rumah. Agar fungsi perempuan sebagai istri dan pekerja tetap berjalan baik,
maka dibutuhkan suatu strategi untuk menyeimbangkan antara keluarga dan
pekerjaan. Terdapat dua adaptasi strategis untuk menyeimbangkan antara
keluarga dan pekerjaan yaitu menambah sumberdaya keluarga dan mengurangi
permintaan jam kerja (Voydanof 2005).
Penelitian ini difokuskan pada kontribusi ekonomi, peran ganda, dan
strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan, serta kesejahteraan.
Pada penelitian ini diduga terdapat hubungan antara kontribusi ekonomi dengan

20

kesejahteraan keluarga, terdapat hubungan antara peran ganda dengan
kesejahteraan, dan diduga pula terdapat pengaruh karakteristik contoh dan
keluarga, kontribusi ekonomi dan peran ganda terhadap kesejahteraan.
Kerangka berfikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Karakteristik Contoh:
1. Riwayat sebagai
pekerja (lama
bekerja, pekerjaan
sebelumnya, lama
bekerja setiap hari,
kendaraan yang
digunakan, posisi,
bagian jam kerja,
waktu libur, tempat
bekerja)
2. Umur
3. Lama pendidikan
4. Pendapatan/upah

Karakteristik Keluarga:
1. Umur suami
2. Lama pendidikan
suami
3. Pekerjaan suami
4. Besar Keluarga
5. Pendapatan dan
pengeluaran
keluarga/bulan
6. Pendapatan dan
pengeluaran
keluarga per
kapita per bulan
7. Rata-rata
pengeluaran
keluarga pangan
dan non pangan
per bulan
8. Kepemilikan aset

Kontribusi
ekonomi
perempuan

Kesejahteraan
objektif dan
subjektif keluarga

1.Peran ganda
perempuan
dalam keluarga
2.Penyeimbangan
antara keluarga
dan pekerjaan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda
Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga

21

METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu
penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik
dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciherang dan Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang dilakukan secara purposive
sampling. Alasan yang menjadi pertimbangan adalah Kecamatan Dramaga
merupakan salah satu kecamatan yang merupakan kawasan industri di
Kabupaten Bogor dan memiliki banyak penduduk khususnya perempuan yang
bekerja sebagai buruh pabrik. Waktu penelitian, dimulai dari persiapan,
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan
dimulai dari bulan Februari sampai Agustus 2011.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi dari penelitian ini adalah buruh perempuan pabrik yang tinggal di
Kecamatan Dramaga. Responden dan contoh penelitian merupakan ibu/istri yang
bekerja sebagai buruh pabrik dan bertempat tinggal di Desa Ciherang dan
Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Teknik penarikan contoh
dilakukan secara purposive dengan kriteria bekerja sebagai buruh pabrik dan
berasal dari keluarga lengkap (memiliki suami). Jumlah contoh adalah 60 orang,
dengan alasan memenuhi batas minimal statistika. Alasan penggunaan teknik
purposive adalah data yang ada di Kecamatan hanya berupa angka agregat
jumlah buruh, tidak ada data secara personal yang rinci by name by address
sehingga tidak dapat dilakukan pengacakan contoh.
Data terkait buruh pabrik perempuan diperoleh dari kantor Kecamatan
Dramaga dan terpilih dua desa yaitu Desa Ciherang dan Desa Babakan dengan
alasan perkiraan jumlah responden yang dapat ditemui dalam jumlah banyak.
Berdasarkan informasi yang di dapat dari RT/RW setempat, terpilih PT. PMG
sebagai salah satu pabrik yang memiliki mayoritas jumlah buruh pekerja di kedua
desa tersebut. Data yang didapat dari PT. PMG terpilihlah 60 orang buruh yang
bertempat tinggal di Desa Ciherang dan Desa Babakan. Namun hanya beberapa
buruh saja yang dapat dijadikan responden karena tidak sesuai dengan kriteria
penelitian. Metode pemilihan contoh yang digunakan adalah menggunakan
teknik non probability sampling berupa purposive sampling, selanjutnya dengan
menanyakan kesediaan contoh untuk mengisi kuisioner, diperoleh contoh yang

22

bersedia mengisi dan wawancara secara langsung. Teknik penarikan contoh
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
Purposive berdasarkan
kriteria: bekerja sebagai
buruh pabrik dan
memiliki suami

Buruh Perempuan Pabrik yang tinggal di
Kecamatan Dramaga

Desa Ciherang
n=47

Purposive berdasarkan
perkiraan jumlah responden
yang dapat ditemui dalam
jumlah banyak

Desa Babakan
n=16

Purposive berdasarkan
kelengkapan data yang
terisi dan kesesuaian
contoh dengan kriteria

n keseluruhan = 60 contoh

Gambar 2. Teknik Penarikan Contoh

Variabel, Jenis Data, Pengukuran, dan Penilaian
Kontribusi ekonomi perempuan merupakan rasio antara upah istri dan
pendapatan keluarga.
Kontribusi ekonomi =

Upah istri (Rp/bulan) x 100%
Total Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

Peran ganda diukur menggunakan instrumen Chen (2010). Kesejahteraan
objektif diukur berdasarkan standar GK (Garis Kemiskinan) BPS Kabupaten
Bogor 2010, sedangkan kesejahteraan subjektif diukur menggunakan kombinasi
instrumen dari Mc Cubbin (1987) dan (Conger 1994). Cut of point untuk peran
ganda,

strategi

penyeimbangan

antara

pekerjaan

dan

keluarga,

dan

kesejahteraan subjektif adalah rendah (0-33,3%), sedang (33,4-66,6%), dan
tinggi (66,7-100%).
Peran ganda dihitung sesuai dengan jumlah peran yang dijalani contoh
saat

ini

dan

frekuensi

yang

dijalankan

dari

peran

tersebut.

Strategi

menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan terdiri dari dua jenis, yaitu
persepsi dan tindakan. Kedua jenis pernyataan tersebut terbagi menjadi tiga
kategori yaitu prioritas pada keluarga, prioritas pada pekerjaan dan seimbang
antara keluarga dan pekerjaan. Pengukuran kesejahteraan objektif dilakukan
dengan membandingkan antara total pendapatan dan pengeluaran keluarga per
kapita per bulan dengan Garis Kemiskinan (GK) berdasarkan BPS Kabupaten

23

Bogor 2010, sedangkan pengukuran kesejahteraan subjektif dilakukan dengan
skoring berdasarkan pengkategorian interval kelas. Pengukuran variabel-variabel
penelitian secara lengkap ada pada Lampiran 1. Secara rinci variabel, data yang
diteliti, skala, jumlah item pertanyaan, dan cronbach alpha disajikan pada Tabel
2.
Tabel 2 Variabel, data yang diteliti, skala, jumlah item pertanyaan dan cronbach
alpha
No.

Variabel

1.

Riwayat contoh
sebagai pekerja
buruh

Data yang diteliti









2.

3.

Karakteristik
contoh




Karakteristik
keluarga











Lama bekerja
Pekerjaan
sebelumnya
Lama bekerja
setiap hari
Kendaraan
yang
digunakan
Posisi
pekerjaan
Bagian jam
kerja
Waktu libur
Tempat
bekerja
Umur
Lama
pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Umur suami
Lama
pendidikan
suami
Pekerjaan
suami
Pendapatan
suami
Besar
keluarga
Pengeluaran
keluarga
Kepemilikan
asset

Skala
Rasio (tahun)
Nominal

Jumlah Item
Pertanyaan
1
1

Rasio (jam)

1

Nominal

1

Nominal

1

Nominal

1

Rasio (hari)
Nominal

1
1

Rasio (tahun)
Rasio (tahun)

1
1

Nominal
Rasio (Rp/bln)
Rasio (tahun)
Rasio (tahun)

2
2
1
1

Nominal

2

Rasio (Rp/bln)

2

Rasio (orang)

1

Rasio (Rp/bln)

20
21

Nominal (1-5):
1=suami,
2=istri,
3=orangtua,
4=bersama,
5=lainnya

Cronbach
α
-

-

-

24
Lanjutan Tabel 2
No.
4.

5.

Variabel
Rata-rata
kontribusi
ekonomi
Peran ganda

Data yang diteliti

Jumlah Item
Pertanyaan
4

Cronbach
α
-

0,707

Pendapatan
keluarga/bulan

Rasio (Rp/bln)



Peran yang
dijalani

13



Frekuensi dari
peran tersebut

Ordinal (0-1)
0=tidak
1=ya
Ordinal (1-3)
1=tidak pernah
2=jarang
3=sering
(Chen 2010)
Ordinal (1-3)
1=tidak setuju
2=setuju
3=sangat
setuju
Ordinal (1-3)
1=tidak pernah
2=jarang
3=sering
(Puspitawati
2009)
Rasio (Rp/bln)
Ordinal (1-3)
1=tidak puas
2=cukup puas
3=sangat puas
(Mc Cubin dan
Thompson
1985)

37

6.

Strategi
penyeimbangan
pekerjaan dan
keluarga

• Persepsi
terhadap
strategi
perempuan
bekerja
• Tindakan
terhadap
strategi
perempuan
bekerja

7.

Kesejahteraan
objektif
Kesejahteraan
subjektif

Total pendapatan
keluarga/bulan
Kepuasan contoh
terhadap
keluarga

8.

Skala

12

29

0,606

1
0,889

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat
bantu kuisioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini
dilakukan pula indepth interview dengan 10 orang contoh. Data primer yang
diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi :
1. Riwayat contoh sebagai pekerja buruh (lama bekerja,

Dokumen yang terkait

Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan Keluarga pada Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor

0 2 203

Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur)

0 12 192

Kontribusi Ekonomi dan Peranan Ganda Perempuan serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Subjektif

0 3 8

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

12 51 106

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 7

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

2 6 26

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 5