Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga
Pengertian Keluarga
Narwoko dan Suyanto, (2004:23) : Keluarga adalah lembaga sosial dasar
dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat
mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan
menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu”.Sedangkan
pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri, dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu
kelompok atau orang-orang yang disatukan oleh perkawinan, darah, dan adopsi
yang berkomunikasi satu sama lain dan menimbulkan peranan-peranan sosial bagi
suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan
perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama.
Keluarga khususnya orangtua bertanggung jawab dalam menjaga,
menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya.Ibu pada masa kini di
samping mengurus rumahtangga juga bekerja untuk menambah pendapatan
keluarga.Menurut Megawangi (1999:23), keluarga adalah sebagai sebuah sistem
sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut

berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas dan solidaritas, serta pola
kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Ada delapan fungsi keluarga utama
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN tentang
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi

8
Universitas Sumatera Utara

sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi,
fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan
lingkungan.
Mengenai fungsi keluarga, khususnya tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya Singgih P Gunarsa (1991:54) mengemukakan sebagai berikut:
“Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak baik
dari sudut Organis-Psikologis, antara lain makanan, maupun kebutuhankebutuhan psikis seperti kebutuhan-kebutuhan akan perkembangan, kebutuhan
intelektual melalui pendidikan, kebutuhan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman
melalui perawatan asuhan ucapan-ucapan dan perlakuan”. Keseimbangan dalam
menjalankan peran/fungsi instrumental dan ekspresif sangat diperlukan agar dapat
mengintegrasikan suasana keluarga yang harmonis.
2.2. Teori Sosial-Konflik

Asumsi teori sosial konflik berlawanan dengan teori struktur fungsional.
Asusmsi Karl Marx menyatakan bahwa walaupun relasi sosial menggambarkan
karakteristik yang sistematik, pola relasi sebenarnya menggambarkan kepentingan
pribadi, konflik yang tidak dapat dihindari dari sistem sosial, konflik akan terjadi
pada keterbatasan pendistribusian sumberdaya terutama kekuasaan dan konflik
adalah sumber utama dari perubahan. Situasi konflik dalam lingkungan sosial
adalah sesuatu yang normal terjadi.Hubungan yang penuh konflik ini juga terjadi
pada keluarga, sumber dari konflik tersebut adalah struktur dan fungsi dari
keluarga itu sendiri.Seorang suami sebagai kepala keluarga dapat menjadi sumber
konflik dengan istri sebagai ibu rumahtangga karena dalam struktur, mutlak
terjadi penindasan oleh orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi kepada orang

9
Universitas Sumatera Utara

yang berada di bawahnya.Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan
yang normatif (harmonis dan seimbang), melainkan lebih dilihat sebagai sebuah
sistem penuh konflik yang menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai
untuk melegitimasi relasi sosial yang operatif.
Keragaman biologis yang menciptakan peran gender dianggap konstruksi

budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarki. Menurut para feminis Marxis dan
sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan peran gender adalah
keluargadanagama,sehinggausahauntukmenciptakan perfect equality (kesetaraan
gender 50/50) adalah dengan menghilangkan peran biologis gender, yaitu dengan
usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang
menciptakannya (Megawangi, 1999;34). Menurut perspektif sosial konflik,
perempuan sebagai istri harus dapat dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat
menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan
dapat mengaktualisasikan diri.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
penghapusan atau perubahan dari suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri
hanya sebagai ibu rumahtangga.Hasil perubahan tersebut adalah terjadi perubahan
peran yang lebih fleksibel dan istri dapat lebih mengaktualisasikan diri, misalnya
dengan bekerja.
2.3. Pengertian Feminisme
Seiring dengan pergerakannya untuk memperjuangkan emansipasi wanita,
dan menghapuskan gender, feminisme bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi
yang berusaha melakukan pembongkaran sistem patriarki, mencari akar atau
penyebab ketertindasan perempuan serta mencari pembebasannya. Dengan kata

10

Universitas Sumatera Utara

lain feminisme adalah teori untuk pembebasan perempuan. Seperti pernyataan
berikut ini;
”Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman, berarti
perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum
perempuan (jamak), sebagai kelas sosial.Dalam hubungan ini perlu dibedakan
antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat
alamiah, masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis cultural).
Dengan kalimat lain, male-female mengacu pada seks, sedangkan
masculine-feminine mengacu pada jenis kelamin atau gender, sebagai he dan she
(shelden,

1986),

jadi

tujuan

feminis


adalah

keseimbangan,

interelasi

gender.Dalam pengertian yang luas, feminis adalah gerakan kaum perempuan
untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan
direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik dan ekonomi maupun
kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 184).”
Ungkapkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan
feminisme dilakukan untuk mencari keseimbangan gender. Gerakan feminisme
adalah gerakan pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme,
penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.Keseimbangan gender adalah untuk
mensejajarkan posisi maskulin dan feminin dalam konteks satu budaya tertentu.
Hal ini dikarenakan, dalam satu budaya tertentu feminine sering dianggap inferior,
tidak mandiri dan hanya menjadi subjek.Feminisme bisa juga dikatakan sebagai
gerakan untuk memperjuangkan kaum perempuan menjadi mandiri.
Karena gerakan feminisme ini merupakan sebuah ideologi yang bertujuan

untuk menciptakan dunia bagi kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan

11
Universitas Sumatera Utara

sosial, feminisme berkembang menjadi beberapa bagian seperti feminisme liberal,
feminisme

radikal,

feminisme

anarkis,

feminisme

sosialis,

feminisme


postkolonial, feminisme postmodern, feminisme sosialis. Pembahasan mengenai
Feminisme Liberal akan dibahas pada penelitian ini, dengan tujuan adanya
pembahasan Feminisme Liberal yang lebih terfokus mengingat aliran Feminisme
ini adalah konsep yang akan dianalisis yang tersirat pada karakter Isabelle dan
Ella Turner.
2.4. Teori Gender
2.4.1. Peran Ganda
Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan
konsep dualisme kultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan
publik.Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan
pengelola rumahtangga.Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan
sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat.Pada peran
publik perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis
(mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan
yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia.Peran ganda perempuan
berimplikasi pada: (1) Peran kerja sebagai ibu rumahtangga, meski tidak langsung
menghasilkan pendapatan, secara produktif bekerja membantu kaum laki-laki
untuk mencari penghasilan, dan (2) Berperan sebagai pencari nafkah (tambahan
ataupun utama).
Peran ganda perempuan adalah peran perempuan di suatu pihak keluarga

sebagai pribadi yang mandiri, ibu rumahtangga, mengasuh anak-anak dan sebagai
istri serta dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai

12
Universitas Sumatera Utara

warga negara yang dilaksanakan secara seimbang. Perempuan dianggap
melakukan peran ganda apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas
domestik yang berhubungan dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah,
memasak, melayani suami dan merawat anak-anak, serta ketika perempuan
bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik
yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari
nafkah utama.Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan
hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face
dengan orang lain selama satu tahun) (Chen, 2010). Peran ganda dan efek
kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda lebih
menguntungkan untuk kesejahteraan psikologi laki-laki daripada perempuan di
Jepang dan Barat (Sugihara, 2008;45).
Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda
istri terdiri dari 12 aspek: sebagai anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung,

teman, bagian dari keluarga besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis
keagamaan, dan sukarelawan. Herzog et al. (1998) yang menyatakan bahwa
perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan
meningkatkan kesejahteran subjektifnya.
2.5. Streotip Terhadap Perempuan
Streotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang selalu berakibat
merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu streotip yang
dikenal dalam bahasan ini adalah streotip yang bersumber pada pandangan
gender.Karena itu banyak ketidakadilan terhadap jenis kelamin yang kebanyakan
adalah

perempuan

yang bersumber pada

streotip

yang melekat

pada


13
Universitas Sumatera Utara

perempuan.Sebagai contoh, adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek
atau memakai rok mini akan memancing perhatian lawan jenis sehingga sering
terjadi tindakan pelecehan seksual, pemerkosaan sehingga perempuanlah yang
selalu disalahkan.
Streotip terhadap perempuanterjadi juga dalam peraturan pemerintah,
aturan keagamaan, kultur dan kebiasaan masyarakat. Streotip semacam itu juga
terjadi pada pekerjaan perempuan sepertinya adanya anggapan bahwa perempuan
bukan pencari nafkah utama keluarga, maka perempuan yang bekerja acakpkali
dianggap sebagai “sambilan” atau “membantu suami”. Bahkan banyak jenis
pekerjaan perempuan yang dianggap tidak bermoral, misalnya sebagai pelayan di
tempat-tempat minum tukang pijat, atau pekerjaan lainnya yang terkait dengan
industri perhotelan dan turisme, serta pekerjaan yang dilakukan pada malam hari.
Perempuandikonstruksikan sebagai makhluk yang perlu dilindungi, kurang
mandiri, tidak rasional, hanya mengandalkan perasaan, digariskan untuk menjadi
istri dan ibu bagi anak-anaknya. Konsekuensinya, muncul batasan-batasan yang
menempatkan perempuan pada ruang penuh dengan aturan bakuyang perlu

dijalankan sehingga konsep pembakuan peran gender yang mengkotak-kotakan
peran pria dan peran perempuan. Dimana suami bereperan sebagai kepala
keluarga yang mencari nafkah untuk keluarga, sedangkan isteri hanya
memungkinakan berperan diwilayah domestik yakni sebagai pengurus rumah
tangga (Esti, 2009:3).Di Indonesia sendiri, masyarakat Indonesia sendiri masih
dibayangi dengan sistem Patriakal dan lembaga utama dari sistem ini adalah
keluaga.

14
Universitas Sumatera Utara

Sistem patriakal adalah struktur yang mengabsahkan bentuk struktur
kekuasaan dimana lelaki mendominasi perempuan. Dominasi ini terjadi karena
posisi ekonomis perempuan lebih lemah dari laki-laki (Arief Budiman, 1985:60)
dalam (Lina Sudarwati, 2003:1)sehingga perempuan dalam pemenuhan kebutuhan
material tergantung pada lelaki. Kondisi ini merupakan implikasi dari sistem
patriakal yang memisahkan peran utama antara lelaki dan perempuan dalam
keluarga, lelaki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor
publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi lelaki untuk memperoleh
uang dari pekerjaannya, sedangkan perempuan sebagai “Ratu rumah tangga”,
terutama bertugas di sektor domestik sebagai pendidik anak-anak dan pengatur
rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan
materialnya, perempuan tergantung kepada lelaki sebagai pencari nafkah.
Anggapan masyarakat menimbulkan nilai-nilai tradisional yang ada dalam
masyarakat dapat menjadi tekanan sosial perempuan ketika ia memutuskan untuk
bekerja di luar rumah tangga (sektor publik), misalnya perempuan yangberasal
dari kalangan bangsawan atau kalangan rakyat biasa harus tetapmengingat
tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi berbagai kebutuhan rumah
tangganya seperti; memasak, mengurus suami dan anak-anak yang merupakan
tugas utama seorang perempuan. Dan juga bila seorang perempuan berkerja di
luar rumah (sektor pubik), perempuan dianggap harus tunduk pada penilaian
suami ataupun orangtuanya tentang apa yang patut dan apa yang tidak patut
dikerjakan (Chrysanti-Sedyono, 1991:44) dalam (Rochie, 2009:21).

15
Universitas Sumatera Utara

2.6. Teori Peran
Peranmenurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.Perbedaan antara kedudukan
dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.Keduanya tidak
dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Peran-peran itu tidak hanya selalu dikaitkan dengan individu.Suatu
institusi atau organisasi sekalipun juga mempunyai peran masing-masing dalam
perkembangannya.Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan
pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berprilaku dalam kehidupan
sehari-hari.Menurut teori ini, seseorang mempunyai peran tertentu diharapkan
agar seseorang tadi berprilaku sesuai dengan perannya tersebut.
Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting
dari peran, yaitu:
1) Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan
harapannya, bukan individunya.
2) Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku
yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3) Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity)
4) Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku utama.
5) Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah samaseseorang yang melakukan
satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

16
Universitas Sumatera Utara

2.7. Peran Perempuan
Pada umumnya perempuan berada pada posisi subordinat dan marginal,
dimana hal ini tidak berbeda jauh dengan kontruksi budaya yang terdapat
dimasyarakat, peran perempuan dalam masyarakat jawa perempuan sebagai konco
wingking, yaitu kegiatan istri adalah seputar dapur (memasak), sumur (mencuci),
dan kasur (melayani kebutuhan biologis suami). Perempuan hanya dianggap
sebagai subyek yang pekerjaanya sebagai konsumen penghabis gaji atau
pendapatan yang diperoleh suami.Anggapan seperti itu tidak dapat dibenarkan,
karena disadari perempuan juga berkemampuan untuk mencari nafkah atau gaji,
untuk mendapatkan alternatif pendapatan dan berprestasi.
Menurut Hubies (dalam Harijani 2001:20), bahwa analisis alternatif
pemecahan atau pembagian peran perempuan dapat dilihat dari perspektif dalam
kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipan
pembangunan dan pekerja pencari nafkah. Jika dilihat dari peran perempuan
dalam rumah tangga, maka dapat digolongkan:
1. Peran Tradisional
Peran ini merupakan perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan
rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta
segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga.Pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga dalam mengatur rumah serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat
diukur dengan nilai uang.Ibu merupakan figur yang paling menentukan dalam
membentuk pribadi anak.Hal ini disebabkan karena anak sangat terikat terhadap
ibunya sejak anak masih dalm kandungan.

17
Universitas Sumatera Utara

2. Peran Transisi
Peran perempuan yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk mencari
nafkah. Partisipasi tenaga kerja perempuan atau ibu disebabkan karena beberapa
faktor, misalnya bidang pertanian, perempuan dibutuhkan hanya untuk menambah
tenaga yang ada, sedangkan di bidang industri peluang bagi perempuan untuk
bekerja sebagai buruh industri, khususnya industri kecil yang cocok bagi
perempuan yang berpendidikan rendah. Faktor lain adalah masalah ekonomi yang
mendorong lebih banyak perempuan untuk mencari nafkah.
3. Peran Kontemporer
Peran dimana seorang perempuan hanya memiliki peran di luar rumah
tangga atau sebagai wanita karier.
2.8. Beban Ganda (Double Burden)
Adanya anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan bersifat
memelihara, rajin, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, maka akibatnya
semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan.Oleh karena
itu, beban kerja perempuan yang berat dan alokasi waktu yang lama untuk
menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga; mulai dari memasak, mencuci
pakain, merawat anak, membersihkan rumah, dan sebagainya.Dikalangan
keluarga miskin, beban berat harus dikerjakan sendiri, apalagi selain harus
mengerjakan tugas-tugas domestik, mereka masih juga dituntut harus bekerja,
sehingga perempuan miskin memikul beban kerja ganda.Sedangkan bagi keluarga
kaya, beban kerja ini kemudian dilimpahkan kepada pembantu rumah
tangga.Pembantu rumah tangga inilah yang menjadi korban dari bias gender di

18
Universitas Sumatera Utara

masyarakat.Mereka bekerja berat dan lebih lama, tanpa perlindungan dan tanpa
adanya kebijakan Negara.
Sebagai akibat bias gender, beban kerja diperkuat lagi dengan pandangan
masyarakat bahwa semua pekerjaan yang dilakukan perempuan dalam rumah
tangga (domestik) dianggap sebagai ”pekerjaan perempuan” karena dianggapnya
rendah dibanding jenis pekerjaan yang dianggap “pekerjaan lelaki” dan dianggap
tidak produktif, sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi Negara,
dan sebagai konsekuensinya upah perempuan lebih rendah dibanding laki-laki,
bahkan pada jenis pekerjaan yang sama (Dwi dan Bagong, 2007:344). Dalam
kaitannya dengan beban ganda tersebut, Mosser, (1999) menyebutkan bahwa
perempuan tidak saja berperan ganda, akan tetapi perempuan memiliki triple role
(triple burden):
a. Peran Produktif
Peran produktif pada dasarnya hampir sama dengan peran transisi, yaitu
peran dari seorang perempuan yang memiliki peran tambahan sebagai pencari
nafkah tambahan bagi keluarganya. Peran produktif adalah peran yang di hargai
dengan uang atau barang yang menghasilkan uang atau jasa yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi.Peran ini di identikan sebagai peran perempuan di
sektor publik, contoh petani, penjahit, buruh, guru, pengusaha.
b. Peran Reproduktif
Pada dasarnya hampir sama dengan peran tradisional, hanya saja peran ini
lebih menitikberatkan pada kodrat perempuan secara biologis tidak dapat dihargai
dengan nilai uang/barang. Peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia,
contoh peran ibu pada saat mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah

19
Universitas Sumatera Utara

kodrat dari seorang ibu.Peran ini pada akhiranya di ikuti dengan mengerjakan
kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah.
c. Peran Sosial
Peran sosial pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dari para ibu
rumahtangga untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat. Peran ini lebih
mengarah pada proses sosialisasi dari pada ibu rumahtangga. Tingkat peranan itu
berbeda-beda di sebabkan oleh budaya dan kondisi alam setempat kaum wanita
harus

mengadakan

pilihan

yang

mantap

dengan

mengetahui

kemampuannya.Kenyataanya, menunjukan makin banyak tugas rangkap yaitu
sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai wanita karir.
2.9. Strategi Menyeimbangkan Antara Pekerjaan dan Keluarga
Persepsi kesuksesan keseimbangan antara bekerja dan keluarga adalah
hasil proses kompleks psikologi ketika individu mengevaluasi antara permintaan
bekerja dan sumberdaya keluarga dengan permintaan keluarga dan sumberdaya
kerja (Voydanof, 2005:34). Terdapat dua adaptasi strategis yaitu menambah
sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja. Voydanof (2005:56)
melaporkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara adaptasi strategis
dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga.Clarke et al. (2004)
mengungkapkan bahwa hubungan antara adaptasi strategis dengan keseimbangan
antara pekerjaan dan keluarga bervariasi tergantung pada karakteristik
personalnya.Karakteristik

personal

juga

berkontribusi

untuk

kesuksesan

keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga seiring dengan peran ganda.
Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga
berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis dan Milkie

20
Universitas Sumatera Utara

(1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil
akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan.
Keene (2004) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif
signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dan anak terkecil
berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga
dan pekerjaan (Milkie 1999).
Strickland (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga kemudian Lee
(2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara
pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan
kesejahteraan.
Hasil penelitian Beham (2010) mengungkapkan bahwa keseimbangan
antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Milkie (2010)
menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga, alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan
penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga.
Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan
dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.
2.10. Kontribusi Ekonomi Perempuan
Penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare (2005) menyebutkan
bahwa meningkatnya partisipasi perempuan yang sudah menikah sebagai pekerja
dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal tersebut dapat menyimpulkan
bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap total pendapatan keluarga tidak
dapat diabaikan urgensinya. Urgensi tersebut diperkuat dengan hasil penelitian

21
Universitas Sumatera Utara

yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh
perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3%
(Fadah et al. 2004). Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah
sebesar 66,6 persen (Ukoha, 2003).
Herawati

(2000)

mengungkapkan

bahwa

semakin

tinggi

jumlah

perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi
keluarga,

meningkatnya

pendidikan,

terbukanya

kesempatan

kerja

bagi

perempuan dan teknologi yang semakin maju.Hal ini dapat dikatakan bahwa
alasan perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan
pengembangan diri. Hasil laporan penelitian di Wellington menyebutkan bahwa
86 persen perempuan Pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya,
kontribusi tersebut digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari (Koloto,
2005). Hasil penelitian Yamato (2003) menjelaskan bahwa istri dengan kontribusi
pendapatan yang tinggi dan rendah akan meningkatkan kepuasan pernikahannya
jika suami ikut andil dalam pengasuhan anaknya.
2.11. Kesejahteraan Keluarga
Pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan
objektif dan subjektif.Pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan objektif
didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada
pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual
(Raharto dan Romdiati, 2000).
Kesejahteraan subjektif ini biasa disebut Quality of Life (QOL), Subjective
Quality of Life (SQOL) atau Subjective Well- Being (SWB). Menurut UU No. 52
tahun 2009 ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang

22
Universitas Sumatera Utara

memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil
guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonisdalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin
(www.hsph.harvard.edu).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan tidak
hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga yang tidak dapat
dilihat (spiritual).
1) Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator yang
digunakan adalah pendapatan (GNP, GDP, pendapatan per kapita per bulan,
nilai asset).
2) Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang digunakan
diantaranya tingkat pendidikan (SD/ MI-SMP/ MTs-SMA/ MA-PT;
pendidikan non-formal Paket A, B, C; melek aksara atau buta aksara) dan
status dan jenis pekerjaan (white collar = elit/ profesional, blue collar =
proletar/ buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau pengangguran).
3) Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan
adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas.
4) Psychological/spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator yang
digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat
perceraian,

tingkat

aborsi,

tingkat

kriminal

(perkosaan,

pencurian/

23
Universitas Sumatera Utara

perampokan,

penyiksaan/pembunuhan,

penggunaan

narkoba/

NAPZA,

perusakan), tingkat kebebasan seks.
Beberapa studi

menyebutkan

bahwa

faktor

yang mempengaruhi

kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial
(Zhang, 2007), status perkawinan dan kesehatan fisik. Hasil penelitian Chen
(2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di
China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi
peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata
kesejahteraan perempuan.
2.12. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyani et. al(2001) yang mengatakan
bahwa fakor-faktor yang menyebabkan perempuan ikut terjun ke sektor publik
adalah:
(a) Jika pendapatan suami masih belum mampu mencukupi kebutuhan
keluarga, maka istri akan bekerja lebih banyak untuk membantu
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Artinya, ketika jumlah penghasilan
keluarga terutama suami relatif

kecil, maka keputusan perempuan

berstatus menikah untuk bekerja relatif besar,
(b) Jika pendapatan suami sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga,
maka istri tidak akan bekerja di sektor publik dan hanya fokus pada urusan
rumah tangga. Artinya, ketika jumlah penghasilan suami relatif besar,
maka keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja relatif kecil,
(c) Pengaruh jumlah tanggungan pada keluarga terhadap keputusan seorang
perempuan yang berstatus menikah untuk bekerja. Semakin banyak jumlah

24
Universitas Sumatera Utara

tanggungan dalam keluarga membuat semakin besar keikutsertaan
perempuan untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari
kebutuhan sekolah anak-anak, biaya dapur, kebutuhan pokok dan biaya tak
terduga lainnya.
Kenyataannya

di

dalam

keluarga

miskin,

sebagian

besar

yang

memungkinkan keluarga mereka tetap bertahan hidup dikarenakan perempuan
yang berperan dalam menafkahi keluarga, semakin miskin suatu keluarga maka
keluarga itu semakin bergantung kepada produktivitas ekonomi seorang
perempuan.
1.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hugen (2011) terhadap buruh
perkebunan

kelapa

sawit,

menemukan

bahwa

faktor-faktor

yang

mempengaruhi besarnya alokasi kerja perempuan untuk terjun ke sektor
publik adalah:
(a) Usia dan pendidikan, usia istri diduga sangat berpengaruh terhadap
aktivitas mereka dalam bekerja sehari-hari. Dilihat dari aspek umur istri
berusia rata-rata 34,5 tahun, masuk dalam kategori usia produktif yang
berarti mempunyai potensi sebagai sumber tenaga kerja baik di dalam
maupun di luar daerah tempat tinggal. Sementara itu tingkat pendidikan
istri sebagian besar (76,33%) tamat SD selebihnya hanya tamat SLTP
(23,76%). Istri yang bekerja di luar rumah lebih besar dipekerjakan pada
jenis pekerjaan yang dominan membutuhkan tenaga fisik,
(b) Tanggungan keluarga, tanggungan keluarga

dalam penelitian ini

mengacu pada pendapat Sajogyo, P. (1994) yang mengatakan,

25
Universitas Sumatera Utara

tanggungan keluarga dihitung dengan memilah berapa jumlah jiwa yang
masih menjadi tanggungan dan masih dalam satu priuk nasi,
(c) Kepala keluarga bekerja diluar daerah, pada umumnya kepala keluarga
akan mencari pekerajan keluar daerah tempat tinggal jika lapangan kerja
di dalam daerah merea tinggal kurang menjanjikan atau pendapatan dari
usaha tani kurang mencukupi kebutuhan keluarga,
(d) Alokasi waktu kerja bagi yang mempunyai anak balita, karena waktunya
lebih banyak digunakan untuk mengurus anak balita. Sisanya digunakan
untuk kegiatan reproduktif dan sosial.
2.

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2010) ikutnya perempuan terjun ke
sektor publik untuk bekerja menopang perekonomian keluarga menyebabkan:
(a) Para perempuan yang bekerja pada sektor publik mendapat keuntungan
karena dapat memperluas hubungan sosial dengan masyarakat luas dan
tidak hanya berinterkasi dengan anak dan suami,
(b) Kehidupan ekonomi para perempuan tidak mengalami perubahan karena
pendapatan yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi kebutuha
primer, skunder dan tersier,
(c) Pola pengambilan keputusan dalam perempuan ada hal-hal tertentu yang
didominasi oleh istri atau perempuan terutama dalam hal yang berkaitan
dengan urusan domestik,
(d) Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pengasuhan anak-anak,
pendidikan anak-anak, dan kesehatan relati dilakukan secara bersama
antara suami dan istri.

26
Universitas Sumatera Utara

Selain faktor-faktor penyebab ikut terjunnya istri untuk membantu suami
(ayah) dalam menopang perekonomian keluarga, dibawah ini terdapat hasil
penelitian terdahulu mengenai persepsi suami terhadap aktifitas peran ganda
perempuan di sektor domestik dan di sektor publik sebagai berikut:
1.

Penelitian yang dilakukan oleh Iriani (2003) persepsi suami terhadap aktifitas
peran ganda perempuan sunda di rumah tangga dan di luar rumah tangga
adalah:
(a) Istri diharapkan tidak meninggalkan kodratnya walaupun melakukan
pekerjaan nafkah untuk menunjang keuangan keluarga,
(b) Istri dan suami secara bersama-sama memberikan perhatian terhadapa
pendidikan dan kesehatan anak yang merupakan tanggung jawab
orangtua,
(c) Istri dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, kerena
suami-istri sebagai mitraperan dalam keluarga. Persepsi positif dari
suami tersebut, menunjukan bahwa keluarga sebagai jaringan hubungan
sistem sosial berlangsung dengan stabil, karena masing-masing
anggotanya dapat melaksanakan fungsi dan perannya yang sesuai dengan
status masing-masing. Dengan adanya pergeseran peran pelaksaan peran
istri, maka suami sebagai mitraperannya dapat melakukan perubahan
peran

kontekstual

secara

adaptif,

sehingga

upaya

mewujudkan

keberfungsian keluarga dapat terwujud.
2.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ieke Iriani (2003) mengenai persepsi
suami terhadap aktifitas istri di sektor publik adalah sebagai berikut:

27
Universitas Sumatera Utara

(a) Suami menghargai hak dan kewajiban istri dalam melakukan aktifitas di
luarrumah,

karena

dapat

meningkatkan

pengetahuan

dan

mengembangkan wawasannya,
(b) Memberi dukungan dan motivasi terhadap perkembangan usaha atau
karier istirnya,
(c) Memberikan dukungan dengan meninggalkan nilai yang sudah tidak
relevan dengan dinamika masyarakat.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa telah terjadi transformasi kesetaraan
gender dengan bentuk kemitrasejajaran perempuan-laki-laki, dalam hal ini akibat
adanya persepsi positif dari perempuan Sunda terhadap aktifitas peran-gandanya.
Menjaga stabilitas struktur dan fungsi keluarga, maka perempuan Sunda
mengembangkan harapan anticipatory dalam pelaksanaan perannya dan secara
konsisten menerima peran kodrati (mengandung, melahirkan dan menyusui), lakilaki dalam hal ini suami mengembangkan konsensus dengan meninggalkan nilai
yang membatasi ruang gerak perempuan Sunda dan mengembangkan nilai budaya
yang mendukung perempuan Sunda untuk eksis di sektor publik.
Lingkungan masyarakat Sunda mengembangkan nilai budaya yang
mendukung

aktifitas

peran

ganda,

sebagai

upaya

pemberdayaan

perempuan.Dalam hal ini peran kodrit perempuan tetap menjadi tuntutan budaya
dan agama.Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa walaupun budaya Sunda
masih menempatkan perempuan di sektor domestik, namun kekuatan budaya
tradisional yang membatasi ruang gerak perempuan, telah dianggap negatif dan
sudah tidak relevan lagi dengan dinamika masyarakatnya.Sehingga perempuan
memiliki ‘pengakuan’ dan legalitas dari masyarakat untuk tampil sebagai pekerja

28
Universitas Sumatera Utara

atau

pencari

nafkah

serta

dapat

berpartisipasi

dalam

kegiatan

kemasyarakatan.Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa
alternatif model peran-ganda yang dipilih oleh perempuan Sunda adalah ‘model
ideal’ atau model keseimbangan, karena perhatian terhadap keluarga dan aktifitas
di sektor publik memiliki proporsi yang seimbang.
2.13. Kerangka Pemikiran
Dewasa ini studi mengenai perempuan dan peranannya selalu saja
dihubungkan dengan kehidupan keluarga, kedudukan dan peranannya dalam
sistem kekerabatan serta sistem kemasyarakatan yang lebih luas.Kalau kita
melihat perempuan secara idealnya maka yang kita lihat adalah perempuan
sebagai isteri, mengabdi kepada suami, mengurus rumah tangga dan pengasuh
bagi anak-anaknya.Hal semacam ini adalah tuntutan logis dari seorang perempuan
sesuai dengan kodratnya sebagai isteri bagi suaminya dan sebagai ibu bagi anakanaknya.Keluarga adalah kesatuan dari sejumlah orang yang saling berinteraksi
dan berkomunikasi yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak.
Suami sebagai pencari nafkah kini mulai tergeser fungsinya sebagai
pencari nafkah oleh kehadiran isteri/perempuan dimana isteri/perempuan sekarang
telah memiliki peran ganda yaitu peran sebagai pencari nafkah dan peran sebagai
ibu rumah tangga yang harus meluangkan waktunya untuk keluarga khususnya
anak sehingga tercipta ketahanan keluarga.Pendapatan perempuan dipengaruhi
oleh karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman
bekerja, jumlah tanggungan dan curahan tenaga kerja.Karena perempuan semakin
dituntut peranannya bukan hanya sebagai ibu rumah tangga melainkan juga
sebagai orang yang berperan dalam menyumbangkan pendapatan pada keluarga.

29
Universitas Sumatera Utara

Pada keluarga ekonomi rendah hal ini merupakan strategi bertahan hidup,
sehingga mau tidak mau istri harus bekerja di sektor publik.Menjadi buruh tani
adalah satu pilihan pekerjaan yang bisa dilakukan perempuan di Desa Tanjung
Gusta, Kecamatan Sunggal dikarenakan di Desa Tanjung Gusta terdapat banyak
lahan pertanian.Peran ganda yang dilakukan seorang istri otomatis akan
memberikan beban ganda. Hal ini mengharuskan perempuan untuk mampu
menjaga keseimbangan antara tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
buruh tani.Penelitian ini difokuskan pada kontribusi ekonomi, peran ganda, dan
strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan, serta kesejahteraan. Pada
penelitian ini diduga terdapat hubungan antara kontribusi ekonomi dengan
kesejahteraan keluarga dan terdapat hubungan antara peran ganda dengan
kesejahteraan.

30
Universitas Sumatera Utara

Bagan Alur Pikir

Perempuan

1. Peran Ganda
2. Penyeimbangan antara keluarga
dan pekerjaan
3. Pola pembagian kerja

Kesejahteraan
Keluarga

Kontribusi ekonomi perempuan

31
Universitas Sumatera Utara

2.14. Definisi Konsep
Konsep adalah bagian penting dari metodologi penelitian, karena apabila
konsep penelitian dibangun secara asal-asalan maka akan mengacaukan bagian
penting lainnya. Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli
dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji.
Konsep adalah proses dan upaya penegasan dan pembatas makna konsep dalam
suatu penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna
konsep-konsep yang diteliti (Siagian,2011:136-138).
Diantara konsep yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peran adalah suatu tindakan yan dilakukan oleh perempuan yang sudah
berumahtangga, mempunyai anak-anak yang harus menjalankan tugastugasnya sebagai ibu rumah tangga (peran Domestik), dan juga bekerja
sebagai petani perempuan dilahan pertanian masyarakat di Desa Tanjung
Gusta (peran publik).
2. a. Peran domestik adalah peran yang menyangkut urusan rumah tangga
sepeti memasak, mencucu, belanja peralatan dapur, membersihkan rumah
dll.
b.Peran publik adalah peran yang menyangkut urusan di luar rumah tangga
seperti urusan pekerjaan, pencari nafkah keluarga, dan yang berkaitan
dengan urussan masyarkat (social)
3. Isteri

yang

bekerja

adalah

perempuan

yang

sudah

berumah

tangga,mempunyai anak-anak dan tidak hanya menjalankan perannya

32
Universitas Sumatera Utara

sebagai ibu rumah tangga saja tetapi juga bekerja diluar rumah tangganya
yakni sebagai buruh tani.
4. Beban ganda (double burden) adalah beban pekerjaan yang diterima salah
satu pasangan suami istri lebih banyak dari pasangannya, kebanyakan
kuam istri/perempuan.
5. Perekonomian keluarga adalah berbagai urusan yang berhubungan dengan
urusan keuangan rumah tangga seperti pemenuhan kebutuhan pangan,
sandang, papan, kebutuhan kesehatan
6. Peran Ganda adalah dua peran atau lebih yang di jalankan dalam waktu
yang bersamaan. Dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seorang
perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, dan peran
sebagai perempuan yang memiliki pekerjaan di luar rumah, yaitu sebagai
buruh tani.
7. Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang
anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri)
serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut).
8. Strategi Menyeimbangkan Antara Keluarga dan Pekerjaan merupakan
persepsi (afektif) dan tindakan (praktek) contoh dalam menyeimbangkan
antara pekerjaan dan keluarga.

33
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

5 24 67

PARTISIPASI BURUH TANI PEREMPUAN DALAM PROSES PRODUKSI PERTANIAN PADI SAWAH (Studi pada Buruh Tani Perempuan Desa Batang Harjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

0 16 60

Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga- Kabupaten Bogor)

0 7 207

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

12 51 106

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

2 57 204

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 7

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 2

Kontribusi Peran Ganda Perempuan Buruh Tani Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Pada Buruh Tani Perempuan di Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 5