Hasil Analisis Inferensial Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Perkembangan Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kabupaten Garut.

2 Variabel Perkembangan Anak Usia Baduta 6-24 Bulan Hasil perkembangan pada seratus responden anak baduta dengan KPSP dijelaskan melalui dua tabel berikut Tabel 5 Distribusi karakteristik variabel perkembangan anak baduta N= 100 Variabel Kemungkinan Skor Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi SD Perkembangan anak baduta 0-10 5 10 8,42 1,34 Tabel 5 memperlihatkan hasil pemeriksaan perkembangan dalam mean sebesar 8,42 SD: 1,34; skor minimum 5 dan maksimum 10. Artinya hasil penilaian terhadap seratus responden anak baduta menunjukkan rerata skor penilaian perkembangan di atas rerata ideal berdasarkan pemeriksaan dengan KPSP. Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase perkembangan anak baduta N= 100 Pada tabel 6, terlihat 40 responden anak baduta pada kategori ada resiko penyimpangan. Artinya dari seratus responden anak baduta berusia 6-24 bulan, hampir setengahnya diduga beresiko penyimpanganketerlambatan perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicarabahasa dan sosialisasikemandirian berdasarkan hasil KPSP.

4. Hasil Analisis Inferensial

Hasil analisis uji korelasi Pearson mengenai hubungan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga pengetahuan, sikap dan praktektindakan keluarga dengan perkembangan anak usia baduta ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 7 Hasil uji korelasi pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan perkembangan anak baduta N= 100 Variabel Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga Pengetahuan keluarga Sikap keluarga Tindakanpraktek keluarga r p value r p value r p value Perkembangan anak usia baduta 6-24 bulan 0,69 0,00 0,31 0,00 0,38 0,00 p 0,01 Variabel Frekuensi Persentase Perkembangan anak baduta a. Ada resiko penyimpangan b. Normal 40 60 40,0 60,0 Hasil uji korelasi pada tabel 7 menunjukkan ada hubungan signifikan antara pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan perkembangan anak usia baduta 6-24 bulan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh tiga ranah perilaku sebagai indikator pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga, yaitu pengetahuan keluarga p = 0,00, sikap keluarga p = 0,00, serta praktektindakan keluarga p = 0,00. Jika dilihat dari kekuatan korelasi menurut uji Pearson r, antara pengetahuan keluarga dengan perkembangan anak baduta berkorelasi kuat dan positif r = 0,69. Artinya semakin tinggi pengetahuan keluarga mengenal masalah perkembangan anak baduta, kemungkinan besar perkembangan anak baduta semakin normal. Korelasi sikap keluarga dengan perkembangan anak baduta serta praktektindakan keluarga merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan perkembangan anak baduta berkorelasi lemah dan negatif dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sebesar r = 0,31 sikap keluarga dan r = 0,38 praktektindakan keluarga, berarti hubungan kedua variabel rendah dan memiliki hubungan terbalik. Artinya, jika keluarga bersikap negatif dalam mengambil keputusan, maka perkembangan anak baduta menjadi normal. Bila praktek keluarga baik dalam merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka perkembangan anak baduta menjadi menyimpangterlambat.

5. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER

0 14 126

HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECACATAN KLIEN KUSTA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2014

0 14 21

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

0 4 158

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN TINGKAT ISPA PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI DESA KLOMPANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS AJUNG KABUPATEN JEMBER

0 4 17

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN TINGKAT ISPA PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI DESA KLOMPANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS AJUNG KABUPATEN JEMBER

2 9 17

Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Anak (Gross Motor) Pada Anak Usia 6 Sampai 24 Bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014

4 35 158

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA Hubungan Fungsi Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

1 8 15

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA Hubungan Fungsi Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

0 3 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106