Pelaksanaan Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Penerapan Public Service Obligation (Pso) Pada Bumn Guna Meningkatkan Peran Bumn Sebagai Pelaku Usaha Yang Kompetitif Dalam Pembangunan Ekonomi.

dipapar kan secar a deskr iptif, sehingga diper oleh gambar an ya ng menyelur uh tentang per masalahan-per masalahan yang diteliti.

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan

Public Ser vice Obligation Saat ini; 1. Dasar Hukum Pembebanan Kewajiban PSO pada BUMN Dasar hukum pembebanan PSO pada BUMN ter dir i dar i landasan hukum yang ber sifat umum dan landasan hukum yang ber sifat khusus sesuai dengan BUMN pengemban PSO a. Dasar hukum umum : 1 Pasal 34 Ayat 3 UUD 1945 :“negar a ber tanggung jaw ab atas fasilitas `kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak” 2 Pasal 66 UU BUMN : “Pemer intah dapat member ikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggar akan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. b. Dasar hukum khusus : mer upakan dasar hukum bagi BUMN yang mendapat tugas melaksanakan kew ajiban pel ayanan publik atau public ser vice obligat ion PSO sesuai dengan aktivitas bi sni s BUMN yang ber sangkutan. Ber dasar kan aktivi tasnya, maka dasar hukum khusus bagi BUMN pengemban PSO dapat dilihat dalam tabel di baw ah ini : No BUMN Dep.ter kait Kegiatan PSO Dasar Hukum Penugasan 1 PT KAI Dep.Per hubungan Angkutan KA ekonomi di Jaw a,Sumut dan Sumsel Penggunaan infr astr uktur SKB Menhub, Menkeu, Bappenas No : 19, 83, 24 Tahun 1999. 2 PT Pelni , Dep.Per ehubungan Angkutan penumpang kelas ekonomi dengan kapal penumpang SK Ditjen Per la No AT.55 I 8 DJPL-06 3 PT Mer pati Dep.Per ehubungan Pener bangan per intis Tender 4 PT ASDP Dep.Per ehubungan Angkutan Kapal penyeber angan Penugasan, pelabuhan penugasan, r ehabilitasi pelabuhan, spar e par t. 5 PT POS Indonesia Layanan jasa pos dasar sur at, w ar kat pos,kar tu pos ke selur uh Indonesia Kep.Men BUMN No : 101 2002, Kep. Menhub No : 68 2004. 6 Per um Damr i Dep.Per ehubungan Pelayanan angkutan - 7 Per um Jasa Tir ta I Dep. PU Sar ana dan pr asar ana pengair an PP : 93 Thn 1999 8 Per um Jasa Tir ta II Dep PU Sar ana dan pr asar a pengair an PP : 94 Thn 1999 9 Per um Per umnas Dep.Pek.Umum PU, Kemetr er ian Per um.Rakyat Rumah Seder hana Sehat, Rumah Susun Sew a PP No : 15 Thn 2004 10 PT PLN Dep. ESDM Menyalur kan listr ik kepada konsumen diper luas s.d kebutuhan 60 UU No : 15 Thn 1985 UU No : 19 Thn 2003 UU No : 3 Thn 2005 11 PT Per tamina Dep ESDM Biaya distr ibusi BBM dan mar gin Per pr es 71 Thn 2005 dan Kep. BPH Migas. 12 PT Pusr i Dep.Tan, Dep.Per ind, Dep ESDM Subsidi gas ur ea pangan, subsidi distr ibusi, subsidi non ur ea SP 36,ZA, NPK SK Mentan No : 17 Thn 2004 13 PT Sang Hyang Ser i K.Ristek BPPT, Deptan Mengelola cadangan benih untuk penyangga keper luan pemer intah Sur at Mentan No : 17 Thn 2004 14 PT Per tani peamelihar a stok benih, pemelihar aan stok gabah, menyediakan dan menyalur kan r askin subsidi, mengelola cadangan ber as pemer intah Kep. Mentan No : 223 1986 16 Per um Bulog Dep.Per dagangan Menyediakan dan menyalur kan r askin subsidi Mengelola cadangan ber as pemer intah PP No : 7 Thn 2003 Inpr es No : 13 Thn 2005 Inpr es No : 2 Thn 2005 16 PT ASKES Dep.kesehatan Pengelolaan pr ogr am jaminan kesehatan masyar akat miskin PJKMM Kep.menkes No : 1241 2004 Sumber : Per kembangan pelaksanaan PSO dan subsidi, business r eview , PSO bunt ung at au Unt ung, 2006

2. Anggar an PSO Ber asal dar i APBN yang Pengelolaannya Tunduk

pada Pengelolaan Keuangan Negara. Pelaksanaan PSO oleh BUMN mer upakan amanat konstitusi, yakni Pasal 34 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahw a “ negar a ber tanggung jaw ab atas fasilitas kesehatan dan pelayanan umum yang layak bagi masyar akat”. Dalam implementasinya, pasal ini ditindaklanjuti oleh Pasal 66 UU BUMN yang mengatur bahw a “ bagi BUMN yang mendapat tugas mengemban kew ajiban pelayanan umum PSO, bila ber dasar kan kajian finansi al tidak visibel, pemer intah w ajib member ikan kompensasi atas semua biaya yang tel ah dikeluar kan oleh BUMN ter sebut ter masuk mar gin keuntungan yang dihar apkan. Ber dasar kan r egulasi mengenai pembebanan PSO pada BUMN di atas, pada pr insipnya tidak akan menimbulkan ker ugian atau mengganggu kiner ja BUMN pener ima PSO. Namun demikian dalam pr aktik, ber dasar kan data banyak BUMN yang mengemban PSO mer ugi dengan alasan kar ena beban PSO. Mer ujuk pada mekanisme PSO ber dasar kan amanat Pasal 66 UU BUMN sehar usnya bila beban PSO dibiayai oleh pemer intah, sehar usnya BUMN untuk non PSO har usnya dapat membuku kan keuntungan.beber apa penyebab BUMN pengemban PSO tet ap mer ugi, antar a lain : a. Anggar an PSO ber asal dar i APBN yang anggar annya tidak diber ikan pada aw al tahun anggar an, sementar a tugas pelayanan umum kepada masyar akat diter ima pada aw al tahun anggar an, sehingga mengganggu ar us kas BUMN. Hal i ni disebabkan oleh pemer intah melalui depar temen keuangan har us ter lebih dahulu melakukan ver ifikasi sebelum dilakukan pembayar an. b. Penugasan pelayanan publik pada BUMN tidak diikuti dengan dana yang disiapkan oleh pemer intah. Akibatnya, bila PSO tidak dilaksanakan maka masyar akat yang dir ugikan. Contohnya : PT Pelni mengalami penur unan pener imaan ter us mener us dar i tahun ke tahun. Dar i 141 pelabuhan di Indonesia, Pelni menyinggahi 80 pelabuhan dengan 1300 r uas pelayar an, yang 99 diantar anya mer upakan r uas yang tidak komer sial. Singgahnya kapal-kapal Pelni di beber apa daer ah ikut memmber ikan andil dalam mengger akkan r oda per ekonomian setempat. Jika tidak disinggahi Pelni, dapat dibayangkan bahw a pulau-pulau ter pencil ter sebut akan sepi, hasil bumi tidak bisa dipasar kan keluar , dan kegiatan per ekonomian akan lumpuh. Paling tidak, dengan menyinggahi tempat ter pencil, Pelni sudah membantu mem buka banyak daer ah agar tidak t er isolasi. Misi sosi al politik inilah yang sehar usnya diper timbangkan oleh pemer intah dalam memper timbangkan dana PSO yang diajukan oleh Pelni., sehingga ti dak akan membuat BUMN mer ugi. Hal ser upa juga dialami oleh Pt Mer pati dan PT KAI. Biaya oper asional yang tinggi , sedangkan pemasukan dar i tar if ekonomi dan r ute non komer sial sangat r endah, sementar a tuntutan untuk ter us melakukan pelayanan publik har us tetap dijalankan.usulan kenaikan tarif selalu menjadi isu yang r amai dibicar akan namun selalu ditunda. c. Dana PSO yang diajukan oleh BUMN pengemban PSO tidak disetujui sepenuhnya, sehingga beban akan ditanggung oleh BUMN data ter lampir . Oleh kar ena itu, menar ik untuk dicer mati per nyataan dar i Asist en Deputi Kew ajiban Pelayanan Umum Kementer ian BUMN, Mantar is Siagian bahw a “kalau dana tidak diber ikan, maka BUMN tidak perlu menjalankan PSO”. Saat ini, setiap pengajuan dana PSO har us ter lebih dulu dibahas oleh panitia anggar an DPR-RI, sampai diper oleh nilai anggar an yang pantas untuk sebuah BUMN yang menjalankan fungsi BUMN.ber dasar kan hal ter sebut jumlah dana yang diter ima satu BUMN tidak sama dengan BUMN yang lain, melainkan sesuai dengan tanggung jaw ab dan beban masing-masing per usahaan yang ber sangkutan. d. Kelemahan mekanisme PSO yang ber langsung saat ini adalah tidak jelasnya st andar oper at ing pr ocedur e , sehingga diper lukan untuk kesepakat an ant ar a DPR dengan Meneg BUMN dalam dalam menentukan standar agar per tanggung jaw abannya jelas. e. Saat ini administr asi pengelolaan dana PSO belum ser agam, ter dapat beber apa BUMN yang sudah melakukan administr asi PSO yang ter pisah dengan administrasi bisnisnya, antar a lain : PT KAI, PT ASDP, Per um Jasa Tir ta I, Per um Jasa Tir ta II, PT Pusr i, PT Sang Hyang Ser i, PT Bulog, PT Askes,. Di sisi lain, masih banyak ada BUMN yang menggabungkan penyelenggar aan administr asi PSO dan bisnisnya, yakni : PT Pelni, PT Mer pati, PT Pos Indonesia, Per um Per umnas, PT Per tamina, PT PLN, PT PERTANI. B. Model Pembebanan Public Ser vice Obligation PSO yang Efektif.

1. Per masalahan dan langkah penyelesaian BUMN pener ima PSO

Mekanisme PSO yang dilakukan selama ini menimbulkan ber bagai per masalahan bagi BUMN yang mendapat penugasan mengemban PSO, yang pada akhir nya menyebabkan BUMN ter sebut tidak dapat secar a optimal melakukan baik aktivitas komer sialnya maupun kew ajiban pelayanan publiknya. Ber dasar kan per masalahan yang timbul dari mekanisme PSO yang dijlankan selama ini, maka per lu dicar i model penugasan PSO yang efektif tanpa mengabaikan landasan filosofi penugasan PSO sebagaimana diamantkan Pasal 34 Ayat 3 UUD 1945. Tabel ber ikut ini dapat diidentifikasi beber apa per masalahan dalam mekanisme penugasan PSO di beber apa BUMN pengemban PSO : No BUMN Per masalahan Langkah Penyelesaian 1 PT KAI Ter dapat kekur angan pembayar an dar i pemer intah atas dana PSO; per hitungan PSO yang dikaitkan dengan per hitungan IMO dan TAC PT KAI per lu didor ong untuk lebih pr ofesional;Realisasi kekur angan biaya. Per lu adanya keputusan yg jelas ttg IMO dan TAC 2 PT Pelni Per saingan dengan angkutan udar a semakin ketat; load fact or penumpang dibawah 90, pdhl BEP dihitung ber dasar kan load fact or 90. Modifikasi space kapal untuk angkutan bar ang yang lebih besar 3 PT Mer pati Jumlah ar mada yang ter batas; per soalan likuiditas PSO diper oleh melalui tender dep.hub 4 PT ASDP Kompensasi yang diber ikan pemer intah tidak mencukupi Penugasan yang lebih r ealistis dan pengawasan yang efektif 5 PT POS Indonesia pr oses pencair an lambat Penugasan yang lebih r ealistis dan pengawasan yang efektif; Restr uktur isasi jar ingan dan infr astr uktur ; dan lebih pr ofesional 6 Per um Damr i Belum ada r ealisasi dana PSO dan mengar ah pada kesulitan likuiditas Penugasan yang lebih r ealistis dan pengawasan yang efektif. 7 Per um Tir ta Jasa I Usulan PSO belum dir ealisasi. Penyer ahan w aduk tidak dapat menutupi biaya pemelihar aan w aduk Penugasan yang lebih r ealistis dan pengawasan yang efektif 8 Per um Tir ta Jasa II Idem Idem 9 Per um Per umnas PSO ditolak dan penyusunan pr oposal yg belum kompr ehensif Idem 10 PT PLN BBM menggunakan har ga pasar , har ga jual listr ik masih r endah Diver sifikasi sumber ener gi, cakupan konsumen diper luas, har ga TDL tidak naik, tp BBM har ga pasar 11 PT Per tamina Pembayar an subsidi selalu ter lambat, memper ngar uhi kegiatan komer sial Penyesuaian har ga BBM agar mengur angi beban subsidi 12 PT Pusr i Kapasitas supply gas ter kait dengan har ga global; subsidi tidak dpt menutupi biaya oper asional;r encana ekspor tdk ter capai Mengubah subsidi gas ke subsidi har ga, menjamin supply gas pada pabr ik pupuk 13 PT Sang Hyang Ser i Penyer apan pr oduk benih oleh Deptan r elatif kecil, stok di gudang, biaya pemelihar aan hanya 3 bulan, sdgkan pemelihar aan sepanjang tahun Stok agar dipr oduksi sesuai ser apan Deptan 14 PT Per tani Pr osedur pengajuan PSO yang belum jelas Melakukan pembahasan dengan instansi ter kait 15 Per um Bulog Masih tingginya HPP ber as kar ena sumber pembiayaan masih memanfaatkan kr edit komer sial per bankan; kebijakan pemer intah yang belum ter integr asi Penugasan yang lebih r ealistis dan pengawasan yang efektif 16 PT ASKES SDM dan sar ana sumber dana mengingat pr ogr am PJKMM belum tegas akan ber kesinambungan, apakah [pr ogr am pemer intah kr n sangat ber gantung pada APBN Idem Sumber : Per kembangan pelaksanaan PSO dan subsidi, business r eview , PSO Bunt ung at au Unt ung, 2006. Mekanisme pember ian dana PSO yang ber laku saat ini masih menemui kendala pada BUMN pener ima PSO. Kendala yang dapat diidentifikasi sebagaimana di papar kan di at as lebih banyak ber asal dar i dana PSO yang ber asal dar i pemer intah dan sistem administr asi BUMN pener ima PSO yang belum dikelola secar a pr ofesional, dalam ar tian belum dikelola secar a ter pisah. Apabila pengelolaan dana PSO ini sesuai dengan per untukan dan jumlah dana yang diber ikan pemer intah sesuai dengan beban kew aji ban pelayanan umum yang dilaksanakan oleh BUMN, sehar usnya BUMN tetap dapat membukukan laba sesuai dengan bisnisnya. Ber dasar kan kendala-kendala yang dihadapi BUMN dalam melaksanakan kew aji ban pelayanan umum maka per lu dibuat mekanisme PSO yang lebih tepat dan efektif.

2. Mekanisme Pembebanan PSO Berdasar kan Ker angka

Gr and Design Kementer ian BUMN; a. Landasan Filosofi Pembebanan PSO; Pembebanan PSO dilakukan untuk mew ujudkan ter laksananya Pasal 34 Ayat 3 UUD 1945 bahw a negara ber tanggung jaw ab atas fasilitas kesehat an dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Saat ini pembebanan PSO masih dilakukan oelh BUMN, namun demikian tidak ter tutup kemungkinan bahw a PSO ini dibebankan pada Sw ast a dan Koper asi. BUMN sebagai pengemban PSO sudah diamanatkan dalam Pasal 66 UU BUMN. Dalam pelaksanaannya , pembebanan PSO har us memper hatikan : 1 dilaksanakan secar a efi sien se hat dan dapat diper tanggungjaw abkan. 2 Ter pelihar anya kesehatan kesinambungan usaha BUMN Pelaksana PSO. Konsekuensi dar i pembebanan PSO, maka BUMN Sw asta Koper asi yang menjadi oper ator PSO tidak boleh mer ugi dengan alasan menanggung kew aiban pelayanan publik PSO. Ber dasar kan alasan ter sebut, maka diper lukan suatu r umusan har ga atau dana PSO yang diber ikan, yaitu : Har ga Disepakati : BPP + Mar gin + Pajak , Selanjutnya pembebanan PSO harus memper hatikan pr insip 5 Tepat, yaitu : 1 Tepat sasar an sesuai dengan Pasal 34 UUD 1945 2 Kuantitas 3 Kualitas 4 Har ga 5 Waktu pember ian PSO subsidi. b. Pr oses Penyelesaian Usulan PSO Subsidi Tahap Awal; 1 Pada t ahap aw al penyelesaian u sulan PSO, BUMN akan mengusulkan kepada Depar temen Teknis ter kait atas penugasan PSO yang akan diber ikan kepadanya yang isi nya memuat antar a lain : a. Jenis kegiatan PSO b. Sasar an kegiatan PSO c. Jumlah pr oduk yang akan didist r ibusikan d. Har ga njual yang akan diusulkan untuk disepakati e. Per hitungan Biaya Pokok Pr oduksi +Mar gin + Pajak f. Besar dana subsidi atas kegiatan PSO yang har us dibayar Pemer intah g. Kualitas Pr oduk PSO h. Waktu penyer ahan pr oduk PSO i. Mekanisme distr ibusi pr oduk. 2 Selanjutnya, Depar temen Teknis setelah mener ima usulan dar i BUMN Oper ator akan menganalisa ber dasar kan manajemen r isiko atas usulan PSO ter sebut dar i ber bagai sektor , dinatar anya : landasan filosofi dan analisa 5 T. 3 Setelah analisa ter sebut di atas dilakukan dan usulan dianggap memadai, maka selanjutnya Depar temen Teknis akan menyusun kebijakan dan str ategi pelaksanaan untuk selanjutnya dibahas ber sama dengan Menter i Keuangan dan Bappenas untuk diber ikan per setujuan. c. Pr oses Penyelesaian Usulan PSO Subsidi; Pr oses penyelesai an usulan PSO dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai ber ikut : 1 Kementer ian Lembaga mengajukan penugasan BUMN kepada Menter i Negar a BUMN dan Menteri, selanjutnya pr oposal dibahas oleh Kementer ian Negar a BUMN, Depar temen Keuangan dan Bappenas. Apabila disetujui maka akan dimasukkan dalam Rencana Anggar an Kegiatan Kementer ian-Lemaga RKA-KL.pr oses pengajuan pr oposal hingga per setujuan dan RKA-KL ber langsung dar i bulan Januar i sampai Apr il. 2 Selanjutnya, Kementer ian Lembaga membahas RKA-KL khusus PSO subsidi dengan Komisi teknis DPR. Ber dasar kan hasil pembahasan Kementer ian Lembaga dengan Komisi Teknis DPR, Kementer ian BUMN membahas PSOsubsi di ter sebut dengan Komisi VI yang selanjutnya menghasilkan usulan PSO subsidi kepada Panitia Anggar an. Kegiatan ini akan ber langsung di bulan Mei sampai bulan Agustus. 3 Panitia Anggar an membahas RKA-KL khusus PSO subsidi ter sebut dengan Depar temen Keuangan didampingi Kementer ian BUMN untuk penetapan.dalam NK dan RAPBN, selanjutnya diajukan dalam sidang kabinet untuk dibahas dan ditet apkan oleh Pr esiden. 4 Ber dasar kan NK dan RAPBN yang ditetapkan Pr esiden t er sebut, Kemeter ian Lembaga mengajukan konsep DIPA PSO subsidi kepada Menter i Keuangan untuk disahkan. 5 Ber dasar kan DIPA yang telah disahkan ter sebut, Kuasa Pemegang Anggar an KPA Kement er ian Lembaga menar ik dana PSO Subsidi untuk diter uskan kepada BUMn pelaksana PSO subsidi. Pr oses ini ber laqngsung di bulan September 4 sampai Desember . d. For mulasi Per hitungan Dana Subsidi; Kew aji ban Pelayanan Publik PSO mer upakan penugasan pemer intah kepada BUMN, Sw ast a dan Koper asi. Penugasan ini dilaksanakan di luar kegiatan per ekonomian, yaitu ber upa penyalur an bar ang dan jasa ter tentu kepada masyar akat atau kelompok masyar akat t er tentu. Ber dasar kan jenisnya maka dikenal PSO dan subsidi. PSO pada dasar nya mer upakan penugasan dar i Pemer int ah ber dasar kan amanat Pasal 66 UU BUMN. Penugasan PSO secar r a teor i di luar bisnis BUMN oper ator PSO, sehingga sehar usnya kiner ja BUMN ter sebut tidak ter ganggu dan tetap dapat membukukan keuntungan, mengingat dana PSO ber asal dar i Anggar an APBN. Adapun for mulasi penentuan dana subsidi untuk PSO adalah sebagai ber ikut : Selanjutnya untuk dana subsidi, maka for mulasi har ga adalah sebagai ber ikut : Ber dasar kan for mulasi diatas, maka :. Keter angan : HPP BPP HP pem FN C Q = = = = = = Har ga Pokok Penjualan Biaya Pokok Pr oduksi ------ diaudit Har ga Penjualan yang ditetapkan Pemer intah Fasilitas Negar a sar ana pr asar ana yang har us disiapkan oleh Negar a Kapasitas yang diminta oleh Pemerintah untuk disediakan Jumlah bar ang jasa yang diminta Pemer intah untuk di subsidi. e. Pemisahan Administr asi Penugasan PSO dengan Kegiatan Komer sial Dana Subsidi = C HPP –Hppem =FN, Dana Subsidi = Q HPP –Hpem HPP = BPP + Mar gin + Pajak Sebagaimana t elah diur aikan sebelumnya, PSO adalah aktivitas pelayanan umum yang membebani anggar an pemer intah , oleh sebab itu har us dior ganisasikan daqn diper tanggungjaw abkan dengan pr ofesional sehingga dapat me menuhi tuntutan tr anspar ansi, kew ajar an dan akuntabilitas. Selanjutnya agar dapat mencapai tujuan di atas, maka har us dilakukan pemisahan ant ar a aktivitas komer sial dan PSO. Pemisahan ter sebut mencakup : 1 Pemisahan Or ganisasi 2 Pemisahan Pengelolaan Uang 3 Pemisahan administr asi , Untuk menjamin akuntabilitas, sistem pengendalian yang baik akan memisahkan fungsi-gungsi sebagai ber ikut : 1 Fungsi Otor isasi 2 Fungsi Pengelolaan Uang 3 Fungsi Pengelolaan Per sediaan 4 Fungsi Pencatatan Pemisahan fungsi di atas, akan nampak jelas dalam str uktur or ganisasi diikuti dengan job descr ipt ion dan span of cont r ol untuk masing-masing individu dalam or ganisasi. f. Manajemen Risiko r isk management Salah satu kelemahan yang ditemukan dalam pr aktik, BUMN operator PSO tidak saja mer ugi dalam aktivitas komer sialnya, melainkan juga dianggap tidak mammpu mengemban penugasan kewajiban pelayanan publik ter sebut. Ber dasar kan hal itu, diper lukan pengelolaan r isiko yang timbul akibat penugasan PSO oleh Pemer intah pada BUMN. Pengeloaan r isiko ini sudah dimulai sejak tahap aw al ketika anggar an PSO diusulkan. Dalam tiap tahapan selanjutnya, r isiko har us dikelola dengan baik, agar BUMN tetap dapat menjalankan kegiatan komer sialnya, sehingga tetap dapat ber kompetisi dengan sw asta. Di si si lain, pelayanan publik dapat dilakukan dengan optimal, yang pada gilir annya akan dapat meningkatkan kesejahter aan r akyat sesuai dengan amanat UUD 1945, khususnya Pasal 34 Ayat 3 UUD 1945. Manajemen r isiko dalam pelaksanaan PSO meliputi tidak saja pada pr oses pr oduksi dan distr ibusi, melainkan har us ditindaklanjuti dengan pelapor an baik akuntansi komer sial dan akuntasi manajemen. Selanjutnya pelapor an ini ditindaklanjuti dengan per tanggungjaw aban.

C. Penugasan Kewajiban Pelayanan Publik atau