Ber aw al dar i model pener apan PSO pada BUMN sekar ang sebagaimana diur aikan di atas, menyebabkan kew ajiban pelayanan publik tidak mencapai
hasil yang optimal, dan BUMN pengemban PSO juga tidak dapat ber kompetisi dengan pelau-pelaku usaha lainnya. Hal ini t entunya tidak dihar apkan baik oleh
pemer intah, BUMN yang ber sangkutan maupun masyar akat yang membutuhkan pelayanan umum.
Ber dasar kan per masalahan-per masalahan yang timbul dalam pener apan PSO pada BUMN ter sebut, per lu penelitian dan pengkajian ter hadap beber apa
per masalahan yang dapat dir umuskan sebagai ber ikut : 1.
Bagaimanakah pelaksanaan PSO yang ber laku saat ini? 2.
Bagaimanakah model PSO yang tepat pada BUMN agar BUMN tetap dapat ber kompetisi dengan pelaku usaha lainnya?
3. Apakah PSO dapat dibebankan pada badan usaha milik sw asta?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Badan Usaha Milik Negar a dan Pembangunan Ekonomi;
Kegiatan ekonomi di setiap negar a mempunyai per anan yang penting, kar ena hal ter sebut mer upakan salah satu indikator ber hasil atau tidaknya suatu
pemer intahan. Ter dapat tiga paham ekonomi yang ber kembang di dunia, yaitu paham kapitalisme dan liber alisme yang dianut oleh negar a-negar a Bar at pada
umumnya, paham sosialisme yang dianut oleh Rusia dan negar a-negar a komunis lainnya dan ketiga adalah paham campur an dar i paham kapitalis dan liber al,
sehingga disebut
mixed economy,
yang dianut oleh beber apa negar a ber kembang ter masuk Indonesia. Paham kapitalisme dan liber alisme ditandai dengan
kebebasan ber kontr ak yang mer upakan jaminan suksesnya pembangunan per ekonomian suatu bangsa, sedangkan sosiali sme ditandai dengan kemutlakan
penguasaan hak milik pada negar a dan paham ekonomi campur an ditandai dengan paham kekeluar gaan atau gotongr oyong sebagai w ujud kombinasi
antar a kedua paham sebelumnya.
5
Menur ut W Fr iedman Alir an kekeluar gaan atau gotong r oyong di dalam paham ekonomi campur an pada dasar nya ingin
menggambar kan pentingnya tugas institusi pemer intah dan sw asta dalam alokasi dan distr ibusi sumber-sumber kemakmur an.
6
Bagi Indonesia paham ini diw ujudkan dalam Pasal 33 UUD 1945, yang menjadi landasan konstutional
pembangunan ekonomi nasional. Ber dasar kan Amandemen keempat, Pasal 33 UUD 1945 bunyinya sbagai ber ikut :
“1 Per ekonomian disusun sebagai usaha ber sama ber dasar kan asas
kekeluar gaan; 2
Cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup or ang banyak dikuasai oleh negar a;
5
NindyoPramono, BungaRampaiHukumBisnisAktual Don’t Put All Eggs In One Basket, PT Citra AdityaBakti, Bandung, 2006, hlm. 1.
6
Ibid, hlm. 3
3 Bumi dan air dan kekayaan yang ter gantung di dalamnya dikuasai
oleh negar a
dan diper gunakan
u ntuk
sebesar-besar nya kemakmur an r akyat.
4 Per ekonomian diselenggar akan ber dasar asas demokr asi ekonomi
dengan pr insip keber samaan, efisi ensi, ber keadilan, ber kelanjutan, ber w aw asan lingkungan, kemandir ian ser ta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
7
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang” Per ekonomian dunia ber kembang sangat pesat sehingga dper lukan
kehadir an pr anata hukum agar pembangunan ekonomi ter sebut member ikan hasil yang baik kepada semua pihak. Menur ut Kamelus sebagaimana dikutip
oleh Nindyo Pr amono, ada tiga kutub pemikir an yang mempengaruhi upaya memahami hubungan atau fungsi atau per an hukum dalam kegiatan ekonomi,
yaitu sebagai ber ikut :
8
1. Alir an r adikal yang memper tentangkan konsep
r ule of law
dan memper soalkan kembali r asionalitas hukum ter utama dikaitkan
dengan paham liber al. Alir an yang dipelopor i oleh Elisabeth Mensch, Acker man dan John Raw is mengemukakan asumsi teor etis bahw a
ideologi liber al mengagungkan kebebasan, baik di bidang politik, hukum, ekonomi maupun sosial budaya. Sebaliknya konsep
r ule of law
atau penegakan hukum justr u ko ntr adiktif dengannya, kar ena
membuat pembatasan-pembat asan,
member ikan sanksi dan
sebagainya. Bagi masyar akat kapitalis konsep
r ule of law
dianggap sebagai mitos dan tidak punya dasar ideologis. Masyar akat liber al
7
HasilPerubahanKeempatTerhadap UUD 1945.
8
NindyoPramono, BungaRampaiHukumBisnis ...Op.Cit. hlm. 4-7
hanya memer lukan
r ules
bukan
r ule of law
at au hukum, khusus dalam bidang ekonomi
r ules
ter sebut tidak lain adalah mekanisme pasar ; 2.
Alir an Moder at; Alir an yang dipelopor i oleh So
lum, Clar e Dalton dan Tushnet ber anggapan bahw a memper tentangkan hukum dengan ideologi
liber al yang mengagungkan kebebasan ber kontr ak, selain ter lalu r adikal, juga tidak r ealistis, sebab tidak ada satu negar apun di dunia
yang mengkesampingkan hukum kar ena alasan ideologi. Realitas menunjukkan sebaliknya,
r ule of law
justr u tetap diper lukan atas dasar r asionalitas ter sendir i dan etik tanpa memandang ideologi. Yang per lu
dilakukan oleh par a ilmuw an, baik hukum, ekonomi maupun politik adalah pengkajian ter hadap hukum dar i per spektif ekonomi, supaya
hukum tidak ter kesan membatasi atau menghambat, tetapi sebaliknya mendor ong menciptakan efisiensi dan efekti vitas di segala bidang
kehidupan. Pandangan
moder at i
nilah yang
kemudian melatar belakangi munculnya r efer ensi ilmiah, seper ti
Economic Analysis of Law
dar i Posner ,
Law and Economic
dar i Rober t Cooster Thomas Ullen dan
Recht seconomie
dar i R Holzhauer . 3.
Alir an yang menekankan pada Nor ma pr eskr iptif tentang hubungan hukum dan ekonomi;
Alir an ini menemukakan asumsi bahw a r egulasi di bidang ekonomi telah
melahir kan aneka
nor ma pr eskr iptif.
Ber dasar kan asas
pembagian kekuasaan, setiap cabang kekuasaan pemer intahan suatu negar a mempunyai kompetensi untuk mer egulasi ekonomi sesuai
dengan kompetensinya masing-masing. Ber dasar kan alir an ini muncul
ber bagai r efer ensi antar a lain
Compr ehensive Bussiness Law
Daniel P Davidson.
Dalam mengkaji hubungan hukum dan ekonomi, untuk memahami per anan hukum dalam pembangunan ekonomi, sadar atau tidak ba
nyak dipengar uhi oleh ketiga pemikir an ter sebut di atas. Di Indonesia pengar uh itu
tampak dominan dalam r egulasi-r egulasi di bidang ekonomi. Oleh kar enya Mulya Lubis, Kamelus, Mubyar to dan Gunadi mengatakan bahw a ekonomi
Indonesia adalah paham ekonomi campur an
mixed economy
. Tujuan akhir nya adalah
welfar e economics
yang menekankan pada usaha lebih luas untuk mencapai at au meningkatkan kesejahter aan ekonomi masyar akat secar a
maksimum.
9
Bagi masyar akat kapitalis, hal ter sebut dilakukan dengan dengan jalan mengendalikan sistem per ekonomian sedemikian r upa, sehingga keseimbangan
antar a hasr at pemuasan kebutuhan individu dan tingkat kesejahter aan ekonomi masyar akat secar a keselur uhan menjadi sei mbang. Untuk mencapai tujuan
ter sebut, diper lukan r egulasi dengan dua sasar an, per tama per umusan kaidah hukum demi ter capainya kesejahter aan sosial ekonomi masyar akat dan
menjamin kiner ja individu dalam per ekonomian secar a seimbang. Kedua, desentr alisasi
otor itas
administ r at ive agencies
dan instansi
pengatur
r egulat or y agencies
. Institusi ter sebut diber i wew enang ter batas oleh per atur an per undang-undangan untuk melakukan intervensi sepenuhnya
ter hadap pr aktik bisnis ter uta ma yang
mer ugikan masyar akat s ecar a
keselur uhan. Wew enang ter sebut antar a lain dengan diber ikannya hak kepada pemer intah untuk melakukan investigasi, member ikan petunjuk pelaksanaan,
9
Ibid. hlm 6.
membuat per atur an pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan bila per lu mengambil tindakan r epr esif dengan menjatuhkan sanksi dalam
batas-batas ter tentu.
10
Dalam Pasal 33 UUD 45 secar a eksplisit disebutkan bahw a Negar a melalui BUMN disebutkan sebagai pelaku ekonomi yang secar a khusus
mengelola cabang-cabang yang penting dan menguasai hajat hidup or ang banyak. Meskipun memiliki fungsi yang ber beda-beda hampir di setiap negar a
ter dapat “BUMN”, di Indonesia sendir i BUMN dihar apkan menjadi pelopor agen dalam pembangunan ekonomi.
Di Indonesia “BUMN” telah ada sejak masa penjajahan Belanda, sehingga ketika Indonesia mer deka dan “BUMN” diambilalih, demikian juga r egulasinya
masih diber lakukan. Dalam per kembangannya, pemer intah ter us ber upaya menyempur nakan pengatur an BUMN, tetapi bar u pada tahun 2003 pemer intah
member lakukan UU tentang BUMN, yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003. Ber dasar kan Undang-undang ter sebut, per lu dikemukakan beber apa hal
penting tentang BUMN, yaitu : 1.
Penger tian BUMN Pasal 1 angka 1 UU BUMN; “Badan Usaha Milik Negar a, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang selur uh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negar a melalui penyer taan secar a langsung yang ber asal dar i kekayaan negar a yang
dipisahkan” 2.
Per usahaan Per ser oan pasal 1 angka 2 UU BUMN “Per usahaan Per ser oan, yang selanjutnya disebut Per ser o, adalah BUMN
yang ber bentuk per ser oan ter batas yang modalnya ter bagi dalam saham
10
Ibid. hlm. 6-7
yang selur uh atau paling sedikit 51 lima puluh satu per sen sahamnya dimiliki oleh Negar a Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan”
3. Per usahaan Umum Pasal 1 angka 4 UU BUMN
“Per usahaan Umum, yang selanjutnya disebut Per um, adalah BUMN yang selur uh modalnya dimiliki negar a dan tidak ter bagi atas saham, yang
ber tujuan untuk kemanfaatan umum ber upa penyediaan bar ang dan atau jasa yang ber mutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan ber dasar kan
pr insip pengelolaan per usahaan.
Dalam melaksanakan kegiat an usahanya, BUMN har us memper hatikan maksud dan tujuan sebagaimana t elah ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 1UU
BUMN, yaitu sebagai ber ikut :
1. member ikan sumbangan bagi per kembangan per ekonomian nasional
pada umumnya dan pener imaan negar a pada khususnya; 2.
mengejar keuntungan; 3.
menyelenggar akan kemanfaatan umum ber upa penyediaan bar ang dan atau jasa yang ber mutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup or ang banyak;
4. menjadi
per intis kegiatan-kegiatan
usaha yang
belum dapa
t dilaksanakan oleh sektor sw ast a dan koper asi;
5. tur ut aktif member ikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koper asi, dan masyar akat.
B. Penugasan Kewajiban Pelayanan Publik PSO kepada BUMN;