ARAHAN PENGEMBANGANPENGGUNAAN LAHAN KERING DI BALI

8

III. ARAHAN PENGEMBANGANPENGGUNAAN LAHAN KERING DI BALI

Seperti diketahui bahwa hasil penilaian kesesuaian lahan harus dapat menunjukkan pilihan untuk pengelolaan penggunaan lebih lanjut. Asumsi yang dapat digunakan adalah bahwakelas kesesuaian lahan dikelompokkan berdasarkan atas jumlah, jenis, dan intensitas dari faktor pembatasnya, sehingga penetapan alternative perencanaan pengelolaan dalam penggunaan lahan selayaknya berdasarkan pada: 1. Hasil evaluasi lahan yaitu hasil diskripsi kualitaskarakteristik biofisik lahan, kelassubkelasunit pengelolaan lahan, uji produktivitas lahan setelah diberikan masukan, jaminan hargapemasaran hasil serta kondisi social ekonomi setempat. Perlunya rancangan dalam arahan pengembanganpenggunaan lahan kering adalah untuk perbaikankelestarian lahan, peningkatan kesejahteraan masyarakat. Komponenpenting yang harus diperhatikan adalah kebutuhan inputmasukkan yang diperlukan untuk perbaikan lahan yang bersangkutan. Faktor pertama yang harus dipertimbangkan dalam penentuan alternatif tipe penggunaan lahan adalah faktor iklim zona agroklimat, karena perannanya sangat menentukan apakah suatu jenis tanaman dapat tumbuh dan berproduksi melalui suhu dan ketersediaan air. Banyak dijumpai bahwa secara vegetatif tanaman tumbuh dengan subur, akan tetapi tidak berproduksi secara maksimal, atau kualitas hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh, tanaman anggur secara vegetatif akan dapat tumbuh subur di Denpasar, tapi tidak akan dapat berproduksi secara maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya karena faktor suhu dan ketersediaan air tidak sesuai persyaratan tumbuh tanaman anggur. Disamping itu pembatas iklim terutama suhu udara merupakan faktor pembatas yang sulittidak dapat diperbaiki, sehingga bila faktor tersebut sebagai pembatas, akan menurunkan potensikesesuaiannya untuk penggunaan tertentu. Secara umum faktor pembatas di luar faktor iklim bila sifatnya tidak terlalu ekstrim biasanya masih bisa diatasi dengan memperbaiki pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhannya. 2. Hasil pengujian langsung terhadap kesesuaian lahan potensialnya. Artinya terlebih dahulu kita harus mencoba secara langsung dengan indikator tanaman yang ingin 9 dikembangkan setelah dilakukan perbaikanterhadap faktor pembatas yang dimiliki oleh sumberdaya lahan yang bersangkutan. Namun cara ini memerlukan waktu yang lama sehingga dengan pendekatan data biofisik sumberdaya lahan yang benar-benar akurat, maka hasil evaluasi lahan biasanya sangat membantu dalam menentukan arahan penggunaanpengelolaan lahan. Penelitian-penelitian yang detail sangat diperlukan guna memperoleh data potensi biofisik sumberdaya lahan yang akurat. Berdasarkan hasil kajian kondisi biofisik, secara umum lahan kering di Bali, serta potensikesesuaian dan faktor-faktor pembatas dalam pengembangnya maka diarahkan beberapa hal : a. Melakukan tindakan konservasi Melihat tingginya tingkat erosi pada lahan kering di Bali, maka tindakan konservasi dengan teknologi spesifik lokasi pembuatan terasering, peningkatan persentase penutupan lahan dengan managemen pengelolaan tanaman yang memadai dan sebagainya. Mutlak dan mendesak untuk dilaksanakan dalam mencegah terjadinya perluasan lahan-lahan kritis dan kerusakan lingkungan di Bali. b. Memberikan tambahan bahan organik dan hara ke dalam tanah Sesuai dengan faktor pembatas yang dimilik oleh lahan kering di Bali Khususnya kandungan bahan organik dan kandungan hara adalah rendah, maka dalam arahan pengembangannya perlu dilakukan penambahan bahan organik maupun pupuk dengan unsur nitrogen ke dalam tanah. c. Menekan terjadinya alih fungsi lahan Hindari alih fungsi lahan-lahan kering yang telah produktif untuk komoditas tertentu apalagi lahan tersebut telah memiliki keunggulan yang spesifik untuk pengembangan komoditas tertentu. Bila memungkinkan perlu dilakukan penataan kembali untuk mengembalikan fungsi peruntukan masing-masing kawasan dalam pengelolaan lahan kering di Bali sehingga tercipta keseimbangan ekologis. d. Peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat tani Diperlukan pembinaan yang intensif dan berkelanjutan dalam peningkatan kualias sumberdaya manusia khususnya kepada masyarakat petani pengguna lahan 10 sehingga mereka mampu dan mau melakukan konservasi dan rehabilitasi lahan pada lahan garapannya sendiri. e. Penerapan sitem Agroforestri wanatani Sistem wanatani untuk pengelolaan lahan kering di Bali nampaknya sangat cocok untuk diterapkan saat ini. Sistem wanatani adalah suatu metode penggunaan lahan secara optimal, yang mengkombinasikan system-system produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang kombinasi produksi kehutanan dengan produksi biologis lainnya dengan berdasarkan azas kelestarian. Sistem wanatani terdiri atas komponen pohon dan bukan pohon ditanam dalam asosiasi yang rapat dengan tujuan memaksimumkan hasil jangka panjang produk yang diinginkan. Hasil umumnya didapatkan baik dari pohon maupun bukan pohon, secara langsung maupun tidak langsung D.J. Conor, Australia dalam Arsyad, 2010 bahwa Sistem wanatani ini antara lain dapat berupa kombinasi antara tanaman kehutanan dengan tanaman pangan agrisilviculture , antara tanaman kehutanan dengan ternak silvofasture , kombinasi antara tanaman kehutanan dengan tanaman pangan dan ternak agrosilvopasture . Aspek biofisik yang menguntungkan dengan penerapan system wanatani ini adalah pemanfaatan ruang dapat menjadi lebih efisien. Pengaturan komposisi jenis tanaman, struktur tanaman dan pola tanam yang tepat, maka lapisan atas, tengah dan bawah dari tanah dapat terisi dengan baik. Contoh pemilihan jenis- jenis tanaman yang mempunyai kedalaman akar yang berbeda untuk menekan persaingan unsur hara. Selain itu dengan menerapkan system wanatani secara tepat diharapkan dapat menjamin kelestarian lingkungan yang salah satu indikasinya adalah dapat menekan limpasan permukaan dan menekan tingkat erosi yang lebih besar. 11

IV. GAMBARAN KESESUAIAN BIOFISIK LAHAN KERING DI BALI UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN CENDANA