3
untuk kerajinan patung, kipas, acara ritual keagamaan, dan juga industry kosmetik karena kandungan minyaknya mempunyai aroma yang harum dan lembut.
Berdasarkan syarat tumbuhnya, tanaman cendana tumbuh dengan baik di Pulau Timor yang mempunyai iklim kering yang jelas, atau berdasarkan klasifikasi Schmidt dan
Ferguson 1951 memiliki tipe iklim D dan E, dengan curah hujan 625 mm – 1625 mmth
dan jumlah bulan kering 7 – 8 bulan, suhu udara 18 – 35
o
C. Ketinggian tempat 50m –
1000 m dari permukaan laut, jenis tanah Regosol, Mediteran, dan Litosol dengan bahan induk batuan volkanik dan kapur, pH tanah sedang sampai netral pH 6,59
– 7,0. Drainase tanah baik, permeabilitas agak cepat, kadar N total sedang, P
2
O
5
sedang sampai tinggi, K
2
O rendah sampai tinggi Hamzah, 1976
dalam
Surata, 2005. Melihat gambaran umum dari persyaratan tumbuh tanaman cendana tersebut,
tampaknya beberapa wilayah lahan kering di Bali dapat dikembangkan untuk tanaman cendana. Namun untuk tujuan pengembangannya secara intensif perlu kajian kesesuaian
lahan secara lebih mendalam untuk melihat gambaran special wilayah kecocokan pengembangannya. Dalam tulisan ini dipaparkan data hasil
– hasi penelitian sebelumnya dari beberapa wilayah lahan keringdi Bali yang mempunyai Zona agroklimat cukup dari
beberapa wilayah lahan kering di Bali.
1.2. Rumusan Permasalan dan Batasan-Batasan
1.2.1. Rumusan Permasalahan a.
Bagaimana arahan pengembangannya berdasarkan kondisi biofisik lahan yang dimilikinya
b. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan kering di Bali untuk pengembangan tanaman
cendana c.
Bagaimana kondisi biofisik sumberdaya lahan kering di daerah Bali untuk pengembangan tanaman cendana
1.2.2. Batasan batasan a.
Lahan kering yang dimaksudkan disini adalah kawasan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan air baik secara permanen maupun musimam
dengan sumber air berupa air hujan maupun air irigasi Arsyad, 2010
4
b. Lahan marginal adalah lahan lahan yang memilki sejumlah factor pembatas, dan
bila diusahakan
memerlukan tambahan
input untuk
meningkatkan produktivitasnya.
c. Lahan kritis adalah lahan lahan yang telah mengalami kerusakan cukup berat
sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang diharapkan
d. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk tujuan
pengembangan yang ditentukandiinginkan terutama tanaman cendana. e.
Arahan pengembangan yang dimaksud disini adalah strategiusha yang dilakukan untuk tujuan pengembangan sumberdaya lahan berdasarkan tingkat kesesuaian
lahan dan faktor faktor pembatas yang dimilikinya.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang
kondisi biofisik lahan kering di Bali dan potensikesesuaiannya dikaitkan untuk pengembangan tanaman cendana
1.3.2. Sasaran a.
Memberikan arahan dalam strategi pengembangan lahan kering b.
Melakukan kajian secara umum potensi biofisik lahan kering di Bali serta tingkat kesesuaiannya secara umum untuk pengembangan tanaman cendana
1.4. Metode Pengkajian
1.4.1. Metode pengumpulan data Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu mempelajari dan
mengkaji dari laporan hasil hasil penelitian sebelumnya. 1.4.2. Metode analisis data
Metode pengkajian menggunakan metode diskriptif yaitu suatu metode untuk mengkaji sesuatu objeksuatu kondisi. Dalam konteks ini suatu kondisi yang
dianalisis adalah kondisi biofisik lahan kering di Bali. Tujuannya adalah untuk
5
memberikan makna terhadap datainformasi dari beberapa dokumen laporan hasil hasil penelitian sebelumnya.
1.4.3. Lokasi pengkajian Lokasi pengkajian adalah beberapa wilayah lahan kering di Bali yang
mempunyai zone agroklimat memungkinkan untuk pengembangan tanaman cendana. Pembatas wilayah pengkajian dimaksudkan disini adalah untuk menghindari adanya
keinginan pengembangan di semua wilayah lahan karena akan dapat mengubah fungsi tata guna lahan yang telah sesuai dengan fungsinya untuk menghindari alih
fungsi lahan.
6
II. KRITERIA PENCIRI PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN
Semua jenis tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi, memerlukan persyaratan- persyaratan tertentu yang kemungkinan berbeda antara satu tanaman dengan tanaman
.lainnya. Secara teknis pertumbuhan tanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
merupakan faktor penting dalam suatu system usaha tani. Tingkat produksi yang dicapai akan memuaskan hanya jika dalam usaha tani tersebut dilakukan pengelolaan tanaman
dan habitatnya dengan baik. Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor
genetik yang merupakan sifat tetap dari tanaman dan faktor lingkungan yang dapat berubah setiap saat Tisdale dan Nelson, 1975. Faktor lingkungan merupakan faktor
yang menentukan tingkat pertumbuhan dari suatu gen tertentu. Namun walaupun dari masing-masing indikator tumbuh sangat tergantung pada sifat genetik tanaman, namun
sifat genetik ini masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan sehingga akan terbentuk fenotipe tertentu. Faktor lingkungan yang sangat penting peranannya adalah
faktor tanah, iklim dan topografi. Kondisi dari sifat-sifat tanah tidak saja menentukan kemampuan menyediakan hara bagi tanaman, tetapi juga menentukan daya jelajah akar
tanaman sebagai organ pengambil hara dan penegak tanaman Sys dan Debaveye, 1991. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh kondisi sifat fisik, kimia, biologi, dan kondisi pengharaan dalam tanah. Atas dasar pemikiran ini maka dalam sitem evaluasi lahan
disusun serangkaian criteria penciri yang terdiri atas unsure tanah, iklim dan topografi. Hal tersebut dimaksudkan untuk tujuan evaluasi fisik lahan secara semi kuantitatif.
Sedangkan dalam evaluasi lahan kuantitatif selain factor-faktor tersebut di atas juga harus diperhitungkan aspek sosial dan ekonomi.
Kriteria penciri adalah variable yang telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap hasil atau output yang diperoleh atau masukan input yang diperlukan untuk
suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Jadi kriteria penciri menunjukkan sampai seberapa jauh kualitas atau kondisi lahan yang ada dapat memenuhi kebutuhan atau
persyaratan yang diperlukan dalam penggunan lahan. Ukuran-ukuran tersebut menunjukkan tingkat kesesuaian dari sebidang lahan.
7
Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh masing-masing tanaman mempunyai batas minimum, optimum dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan
maka persyaratan ini dijadikan dasar dalam penyusunan criteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Dapat disimpulkan bahwa dalam
introduksi suatu komoditas pertanian ke suatu tempat harus diperhatikan dengan seksama persyaratan tumbuh dari komoditas yang ingin dikembangkan tersebut.
8
III. ARAHAN PENGEMBANGANPENGGUNAAN LAHAN KERING DI BALI
Seperti diketahui bahwa hasil penilaian kesesuaian lahan harus dapat menunjukkan pilihan untuk pengelolaan penggunaan lebih lanjut. Asumsi yang dapat
digunakan adalah bahwakelas kesesuaian lahan dikelompokkan berdasarkan atas jumlah, jenis, dan intensitas dari faktor pembatasnya, sehingga penetapan alternative perencanaan
pengelolaan dalam penggunaan lahan selayaknya berdasarkan pada: 1.
Hasil evaluasi lahan yaitu hasil diskripsi kualitaskarakteristik biofisik lahan, kelassubkelasunit pengelolaan lahan, uji produktivitas lahan setelah diberikan
masukan, jaminan hargapemasaran hasil serta kondisi social ekonomi setempat. Perlunya rancangan dalam arahan pengembanganpenggunaan lahan kering adalah
untuk perbaikankelestarian
lahan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Komponenpenting yang harus diperhatikan adalah kebutuhan inputmasukkan yang diperlukan untuk perbaikan lahan yang bersangkutan. Faktor pertama yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan alternatif tipe penggunaan lahan adalah faktor iklim zona agroklimat, karena perannanya sangat menentukan apakah suatu jenis
tanaman dapat tumbuh dan berproduksi melalui suhu dan ketersediaan air. Banyak dijumpai bahwa secara vegetatif tanaman tumbuh dengan subur, akan tetapi tidak
berproduksi secara maksimal, atau kualitas hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh, tanaman anggur secara vegetatif akan dapat tumbuh
subur di Denpasar, tapi tidak akan dapat berproduksi secara maksimal baik kuantitas maupun kualitasnya karena faktor suhu dan ketersediaan air tidak sesuai persyaratan
tumbuh tanaman anggur. Disamping itu pembatas iklim terutama suhu udara merupakan faktor pembatas yang sulittidak dapat diperbaiki, sehingga bila faktor
tersebut sebagai pembatas, akan menurunkan potensikesesuaiannya untuk penggunaan tertentu. Secara umum faktor pembatas di luar faktor iklim bila sifatnya
tidak terlalu ekstrim biasanya masih bisa diatasi dengan memperbaiki pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Hasil pengujian langsung terhadap kesesuaian lahan potensialnya. Artinya terlebih
dahulu kita harus mencoba secara langsung dengan indikator tanaman yang ingin
9
dikembangkan setelah dilakukan perbaikanterhadap faktor pembatas yang dimiliki oleh sumberdaya lahan yang bersangkutan. Namun cara ini memerlukan waktu yang
lama sehingga dengan pendekatan data biofisik sumberdaya lahan yang benar-benar akurat, maka hasil evaluasi lahan biasanya sangat membantu dalam menentukan
arahan penggunaanpengelolaan lahan. Penelitian-penelitian yang detail sangat diperlukan guna memperoleh data potensi biofisik sumberdaya lahan yang akurat.
Berdasarkan hasil kajian kondisi biofisik, secara umum lahan kering di Bali, serta potensikesesuaian dan faktor-faktor pembatas dalam pengembangnya maka
diarahkan beberapa hal : a.
Melakukan tindakan konservasi Melihat tingginya tingkat erosi pada lahan kering di Bali, maka tindakan
konservasi dengan teknologi spesifik lokasi pembuatan terasering, peningkatan persentase penutupan lahan dengan managemen pengelolaan tanaman yang
memadai dan sebagainya. Mutlak dan mendesak untuk dilaksanakan dalam mencegah terjadinya perluasan lahan-lahan kritis dan kerusakan lingkungan di
Bali. b.
Memberikan tambahan bahan organik dan hara ke dalam tanah Sesuai dengan faktor pembatas yang dimilik oleh lahan kering di Bali Khususnya
kandungan bahan organik dan kandungan hara adalah rendah, maka dalam arahan pengembangannya perlu dilakukan penambahan bahan organik maupun pupuk
dengan unsur nitrogen ke dalam tanah. c.
Menekan terjadinya alih fungsi lahan Hindari alih fungsi lahan-lahan kering yang telah produktif untuk komoditas
tertentu apalagi lahan tersebut telah memiliki keunggulan yang spesifik untuk pengembangan komoditas tertentu. Bila memungkinkan perlu dilakukan penataan
kembali untuk mengembalikan fungsi peruntukan masing-masing kawasan dalam pengelolaan lahan kering di Bali sehingga tercipta keseimbangan ekologis.
d. Peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat tani
Diperlukan pembinaan yang intensif dan berkelanjutan dalam peningkatan kualias sumberdaya manusia khususnya kepada masyarakat petani pengguna lahan
10
sehingga mereka mampu dan mau melakukan konservasi dan rehabilitasi lahan pada lahan garapannya sendiri.
e. Penerapan sitem Agroforestri wanatani
Sistem wanatani untuk pengelolaan lahan kering di Bali nampaknya sangat cocok untuk diterapkan saat ini. Sistem wanatani adalah suatu metode penggunaan lahan
secara optimal, yang mengkombinasikan system-system produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang kombinasi produksi kehutanan dengan produksi
biologis lainnya dengan berdasarkan azas kelestarian. Sistem wanatani terdiri atas komponen pohon dan bukan pohon ditanam dalam asosiasi yang rapat
dengan tujuan memaksimumkan hasil jangka panjang produk yang diinginkan. Hasil umumnya didapatkan baik dari pohon maupun bukan pohon, secara
langsung maupun tidak langsung D.J. Conor, Australia
dalam
Arsyad, 2010 bahwa Sistem wanatani ini antara lain dapat berupa kombinasi antara tanaman
kehutanan dengan tanaman pangan
agrisilviculture
, antara tanaman kehutanan dengan ternak
silvofasture
, kombinasi antara tanaman kehutanan dengan tanaman pangan dan ternak
agrosilvopasture
. Aspek biofisik yang menguntungkan dengan penerapan system wanatani ini
adalah pemanfaatan ruang dapat menjadi lebih efisien. Pengaturan komposisi jenis tanaman, struktur tanaman dan pola tanam yang tepat, maka lapisan atas,
tengah dan bawah dari tanah dapat terisi dengan baik. Contoh pemilihan jenis- jenis tanaman yang mempunyai kedalaman akar yang berbeda untuk menekan
persaingan unsur hara. Selain itu dengan menerapkan system wanatani secara tepat diharapkan dapat menjamin kelestarian lingkungan yang salah satu
indikasinya adalah dapat menekan limpasan permukaan dan menekan tingkat erosi yang lebih besar.
11
IV. GAMBARAN KESESUAIAN BIOFISIK LAHAN KERING DI BALI UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN CENDANA
2.1. Iklim
Berdasarkan penggolongan iklim menurut Schmit dan Ferguson 1951, maka beberapa daerah lahan kering di Bali yang mempunyai tipe iklim D dan E yang cukup
potensial untuk pengembangan tanaman cendana antara lain : Kabupaten Buleleng yaitu di Kecamatan Grokgak, Seririt, Kubu Tambahan, dan Tejakula. Kabupaten Karangasem
yaitu Kecamatan Kubu, KarangasemSeraya, Abang dan Kecamatan Manggis. Kabupaten Klungkung yaitu di Kecamatan Dawan dan Nusa Penida. Kabupaten Bangli yaitu di
Kecamatan Kintamanai. Kabupaten Badung yaitu di KecamatanKuta SelatanBukit Jimbaran, dan Kabupaten Jembrana yaitu di Kecamatan Melaya.
Rata-rata suhu udara bulanan terendah untuk dataran rendah berkisar 25,6 –
26,9
o
C yang jatuh pada bulan Juni dan Juli, sedangkan rata-rata bulanan tertinggi adalah 27,3
– 32,7
o
C yang jatuh pada bulan Oktober dan Nopember atau Nopember dan Desember. Rata-rata suhu bulan terendah untuk dataran tinggi berkisar 16,4
– 19,7
o
C yang jatuh pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan rata-rata suhu udara bulanan tertinggi
untuk daerah dataran tinggi sekitar 20,9 – 22,7
o
C yang jatuh paga bulan Maret dan April.
2.2. Tanah