STRATEGI BAB IV Lap Akhir Tatralok TUAL (Kebijakan Strategi dan Upaya)

i. Meningkatkan anggaran pembangunan untuk transportasi laut, baik yang bersumber dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun bantuan asing. j. Merencanakan, membangun, dan menyelenggarakan transportasi laut yang terintegrasi dengan transportasi darat dan transportasi udara. 3. Kebijakan transportasi udara : a. Untuk dapat melaksanakan perannya sebagai PKW, Kota Tual harus membangun bandar udara dalam rangka memberikan pelayanan transportasi udara, mulai dari permintaan dan penawaran jasa angkutan udara, jaringan dan rute penerbangan, hingga pengenaan tarif jasa angkutan udara, kebandarudaraan, dan navigasi penerbangan. b. Menyediakan sarana transportasi udara yang handal dan memenuhi standar internasional, mulai dari bandar udara tatanan kebandarudaraan, pengelolaan bandar udara, sertifikasi operasi bandar udara, navigasi penerbangan manajemen lalu lintas udara, komunikasi, navigasi, pengamatan, sistem jasa informasi penerbangan, dan meteorologi penerbangan, pesawat perintis dan pesawat berbadan lebar, hingga pengoperasian dan perawatan pesawat. c. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat Kota Tual terhadap pelayanan jasa transportasi udara dalam jangka menengah dan jangka panjang. d. Meningkatkan peran transportasi udara dalam mempercepat laju pertumbuhan pembangunan di Kota Tual. e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang transportasi udara melalui penerapan standar kompetensi. f. Meminimalisasi dampak penyelenggaraan transportasi udara terutama tingkat kebisingan terhadap lingkungan sekitarnya. g. Meningkatkan anggaran pembangunan untuk transportasi udara, baik yang bersumber dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun bantuan asing. h. Merencanakan, membangun, dan menyelenggarakan transportasi udara yang terintegrasi dengan transportasi darat dan transportasi laut.

4.3 STRATEGI

Laporan Akhir IV - 4 Karena secara geografis Kota Tual terdiri dari banyak pulau dan tersebar agak berjauhan, maka untuk mengimplementasikan kebijakan perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan transportasi di Kota Tual tersebut di atas diperlukan strategi- strategi tertentu sesuai dengan jenis transportasinya. Strategi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Strategi penyelenggaraan transportasi darat : a. Mengembangkan angkutan penyeberangan yang terpadu dengan jaringan transportasi jalan raya di masing-masing pulau, sehingga membentuk satu kesatuan jaringan transportasi darat. b. Membangun jaringan transportasi jalan primer untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan wilayah perkotaan dan kawasan-kawasan yang berkembang cepat dengan pelabuhan penyeberangan yang dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan akan angkutan barang dan penumpang. c. Mengembangkan jaringan transportasi jalan sekunder secara terpadu dengan moda transportasi darat lainnya sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan hirarki fungsional kota. d. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi darat dengan penyelenggaraan transportasi laut dan transportasi udara di Kota Tual secara efektif dan efisien. 2. Strategi penyelenggaraan transportasi laut : a. Menjadikan transportasi laut sebagai penggerak utama dalam pembangunan sektor transportasi dan mendukung pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sebagai pertimbangan kenapa transportasi laut dijadikan sebagai prime mover adalah bahwa hingga saat ini Kota Tual sudah menjadi bagian dalam rute pelayaran kapal barang berskala nasional yang dioperasikan oleh beberapa perusahaan pelayaran. Rute-rute tersebut menyinggahi pelabuhan-pelabuhan berikut :  Merauke, Tanjung Priok, Selayar, Donggala, Pantoloan, Kendari, Luwuk, Banggai, Maumere, Raha, Reo, Kaimana, Seram, Maluku, Tual, Dobo, Waingapu, Atambua, yang mengangkut semen, beras, gula, kopra, kayu, Laporan Akhir IV - 5 plywood, gencar, barang campuran, besi, hasil industri, hasil bumi, dan ternak.  Tanjung Perak, Gresik, Kendari, Luwuk, Banggai, Sanana, Makassar, Biringkasi, Toli-toli, Donggala, Bau-bau, Sorong, Fak-fak, Kupang, Waingapu, Jailolo, Kolonedale, Tual, Bitung, Tanjung Emas, Tanjung Priok, yang juga mengangkut semen, beras, gula, kopra, kayu, plywood, gencar, barang campuran, besi, hasil industri, hasil bumi, dan ternak.  Pontianak, Kumai, Sampit, Tanjung Puting, Banjarmasin, Klanis, S. Danau, Kintab, Batu Licin, Kota Baru, Serongga, Sepapah, Geronggang, Batu Besar, Balikpapan, Samarinda, Berau, Bontang, Tarakan, Palu, Makassar, Malili, Kendari, Bau-bau, Bula, Seram, Tual, Tanjung Buli, yang mengangkut batubara, alat berat, batu split, batu konstruksi, tiang pancang, pasir, klinker, dan semen.  Lhokseumawe, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai, Palembang, Pekanbaru, Batam, Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, Pulau Sambu, Natuna, Banjarmasin, Kota Baru, Balikpapan, Samarinda, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Makassar, Palu, Ambon, Tual, Dobo untuk menunjang kegiatan pengangkutan BBM.  Jambi, Palembang, Pekanbaru, Belawan, Batam, Tanjung Priok, Panjang, Merak, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Cirebon, Pontianak, Samarinda, Pangkalan Bun, Bontang, Kumai, Melak, Palangkaraya, Batu Licin, Tanjung Uban, Ciwandan, Sampit, Berau, Tarakan, Makassar, Banjarmasin, Ambon, Tual untuk menarik tongkang yang mengangkut log, kayu chips, besi konstruksi, alat berat, ban, kaolin, kayu lapis, besi pelat, tiang pancang, kendaraan, batubara, batu split, dan pasir.  Ternate, Sorong, Fak-fak, Biak, Ambon, Bitung, Larat, Tual, Merauke, Tanjung Perak, Benoa, C. Bawang, Lombok, Banjarmasin, Batu Licin, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Kota Baru, Sanga-Sanga, Tarempa, Kintab, Muara Teweh, Tanjung Priok, Serui, Nabire, yang mengangkut gencar, beras, gula, semen, aspal, rotan, kopra, log, keramik, pulp, barang kelontong, dan minuman.  Makassar, Banjarmasin, Ambon, Tual, Tanah Grogot, Belitung, S. Danau, Satui, Jayapura, Seram, Bintuni, Luwuk, Kendari, Palu, Kintab, Tanah Tinggi, Selat Panjang, Tanjung Pandan, Bintuni, Perawang, Cigading, Siak untuk Laporan Akhir IV - 6 menarik tongkang yang mengangkut log, kayu chips, besi konstruksi, alat berat, ban, kaolin, kayu lapis, besi pelat, tiang pancang, kendaraan, batubara, batu split, dan pasir. b. Membangun jaringan pelayaran transportasi laut berskala nasional dan internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Kota Tual dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di kawasan sekitarnya, terutama dalam konstelasi geografis Provinsi Maluku, belahan utara Kawasan Timur Indonesia, dan kawasan yang termasuk dalam KESR BIMP-EAGA dan AIDA. c. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi laut dengan penyelenggaraan transportasi darat dan transportasi udara secara efektif dan efisien, baik di level Kota Tual maupun lingkup wilayah yang lebih luas. d. Membangun jaringan dan kerja sama di bidang transportasi laut dengan daerah-daerah lain di belahan utara KTI maupun kota-kota di negara tetangga yang berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis. 3. Strategi penyelenggaraan transportasi udara : a. Membangun jaringan transportasi udara yang menghubungkan Kota Tual dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di kawasan sekitarnya, terutama dalam konstelasi geografis Provinsi Maluku, belahan utara Kawasan Timur Indonesia, dan kawasan KESR BIMP-EAGA dan AIDA, baik secara langsung maupun tidak langsung. b. Mengintegrasikan penyelenggaraan transportasi udara dengan penyelenggaraan transportasi darat dan transportasi laut secara efektif dan efisien, baik di level Kota Tual maupun lingkup wilayah yang lebih luas. c. Membangun jaringan dan kerja sama di bidang transportasi udara dengan daerah-daerah lain di belahan utara Kawasan Timur Indonesia maupun kota-kota di negara tetangga yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis.

4.4 UPAYA