Tugas Pedagogik kelompok 6

(1)

“TUGAS PERKEMBANGAN”

DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr. Aliasar M.Ed

Oleh :

KELOMPOK VI

Opper Antoni / 1203964

Dina Askan Reza Putri / 1309356

Rahmatul Husna / 1309344

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014


(2)

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal merupakan sarana yang disiapkan masyarakat untuk membantu anak melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode masa anak akhir (6-12 tahun). Oleh karena itu, sekolah dasar tidak hanya memfasilitasi anak untuk mempelajari kemampuan dasar membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tetapi juga memfasilitasi anak agar dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan lainnya. Misalnya, guru mengajarkan cara-cara yang dapat digunakan dalam pergaulan sehari-hari yang berhubungan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sekitarnya.

Tugas – tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk membahas tentang tugas-tugas perkembangan anak dengan mempedomani contoh teladan nabi/rasul sebagai “Uswatun Hasanah (sebagai suri tauladan yang baik)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu : 1. Apa pengertian tugas-tugas perkembangan menurut para ahli ? 2. Apa fase-fase perkembangan anak ?

3. Apa tugas-tugas perkembangan anak pada masa sekolah ? 4. Apa tugas-tugas perkembangan anak pada masa remaja ? 5. Bagaimana cara rasul mendidik anak ?


(3)

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah membahas tentang 1. Pengertian tugas-tugas perkembangan menurut para ahli. 2. Fase-fase perkembangan anak.

3. Tugas-tugas perkembangan anak pada masa sekolah. 4. Tugas-tugas perkembangan anak pada masa remaja. 5. Cara rasul mendidik anak.


(4)

II. Pembahasan

2.1 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.

Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:

1. Masa bayi dan anak-anak  Belajar berjalan

 Belajar mekan makanan padat  Belajar berbicara

 Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh  Mencapai stabilitas fisiologik

 Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan social  Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain  Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta

mengembangkan kata hati 2. Masa Anak Sekolah

 Belajar ketangkasan fisik untuk bermain

 Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh

 Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya  Belajar peranan jenis kelamin

 Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung


(5)

 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari

 Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai  Belajar membebaskan ketergantungan diri

 Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga

3. Masa Remaja

 Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif  Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita

 Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social

 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

 Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki

 Perkembangan skala nilai

 Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat  Persiapan mandiri secara ekonomi

 Pemilihan dan latihan jabatan

 Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 4. Masa Dewasa Awal

 Mulai bekerja

 Memilih pasangan hidup

 Belajar hidup dengan suami/istri  Mulai membentuk keluarga  Mengasuh anak

 Mengelola/mengemudikan rumah tangga

 Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara  Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan


(6)

5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya

 Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis

 Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu

 Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia

 Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan

 Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa

 Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas – tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.

Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjangrentang kehidupan.

Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :

a. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu

b. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi

c. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan


(7)

Adapun tugas – tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan (Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) ) sebagai berikut :

1. Tugas – tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak – kanak (0 – 6 tahun)

 Belajar berjalan.

 Belajar memakan makanan padat.  Belajar berbicara.

 Belajar buang air kecil dan buang air besar.  Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.  Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.

 Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.

 Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang – orang disekitarnya.

 Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati.

Menurut beberapa ahli psikologi lainnya tentang tugas perkembangan disetiap fase – fase perkembangan

A. 0 – 6 tahun :

1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :

a) Fase pertama (0 – 1 tahun)

Belajar menghayati berbagai objek diluar diri sendiri, melatih fungsi – fungsi motorik.

b) Fase kedua (2 – 4 tahun)

Belajar mengenal dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan penghayatan yang bersifat subjektif. Misalnya anak bercakap –


(8)

cakap dengan bonekanya atau berbincang – bincang dan bergurau dengan binatang kesayangannya.

c) Fase ketiga ( > 5 tahun)

Belajar bersosialisasi. Anak mulai memasuki masyarakat luas (pergaulan dengan teman sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut Soe’oed (dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi sosial. A. Gosin (Soe’oed, dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) : sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai – nilai dan norma – norma agar dia bisa berpartisipasi sebagai anggota dalam masyarakatnya. 2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental

Psychology :

a) Prenatal, yaitu masa konsepsi anak sampai umur 9 bulan dikandungan ibu.

b) Masa natal :

- Infancy atau neonatus (dari lahir sampi usia 14 hari), penyesuaian terhadap lingkungan

- Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun), bayi tidak berdaya dan sangat tergantung pada lingkungan dan kemudian (karena perkembangan) anak mulai berusaha menjadi lebih independen. - Masa anak ( > 2 tahun) Anak belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan, sehingga dia merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan yang ada.

3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :

a. Masa bayi (0 – 1,5 tahun), anak belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik baginya, dan ia belajar menjadi optimis mengenai kemungkinan – kemungkinan mencapai kepuasan. b. Masa Toddler (1,5 – 3 tahun) Anak belajar menggunakan


(9)

penting, yakni pemisahan diri dari ibu dan mulai menguasai diri, lingkungan, dan keterampilan dasar untuk hidup.

c. Awal masa kanak – kanak ( > 4 tahun) Anak belajar mencontoh orang tuanya, pusat perhatian anak berubah dari benda ke orang.

B. Tugas – tugas perkembangan pada masa sekolah (6 – 12 tahun)

Menurut Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) tugas – tugas perkembangan masa ini adalah :

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan : bermain sepak bola, loncat tali, berenang.

2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

3. Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya.

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan

berhitung

6. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari. 7. Mengembangkan kata hati

8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi

9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga – lembaga.

Menurut ahli psikologi lain tentang tugas – tugas perkembangan fase anak 6 – 12 tahun :

1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life :

a) Fase ketiga (6 – 8 tahun)

Anak belajar bersosialisasi dengan lingkungannya. b) Fase keempat (9 – 12 tahun)


(10)

Anak belajar mencoba, bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh dorongan – dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar

2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology :

a) Masa anak (6 – 11 tahun). Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b) Masa praremaja (11 – 12 tahun). Anak belajar memberontak yang ditunjukkan dengan tingkah laku negatif.

3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society : a) Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun)

Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya, ia mulai bias melakukan hal – hal kecil (berpakaian, makan) secara mandiri.

b) Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun)

Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi. c) Awal masa remaja (12 tahun)

Anak belajar membuang masa kanak – kanaknya dan belajar memusatkan perhatian pada diri sendiri.

C. Tugas – tugas perkembangan remaja (adolescence) dan dewasa

Masa ini merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976 ; Kaczman & Riva, 1996). Remaja merupakan masa berkembangnya identity (identitas) (Erik Erickson (Adams & Gullota, 1983 : 36 – 37; Conger, 1977 : 92 – 93)).

Identity adalah suatu pengorganisasian dorongan – dorongan (drives), kemampuan – kemampuan (abilities), keyakinan – keyakinan (beliefs), dan pengalaman – pengalaman individu kedalam citra diri (images of self) yang konsisten (Anita E. Woolfolk). Lustin Pikunas (1976 : 257 – 259),


(11)

masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar dapat diterima oleh teman sebaya, orang dewasa, dan budaya.

Menurut beberapa ahli tugas – tugas perkembangan pada masa ini adalah : 1. William Kay

a. Menerima fisiknya sendiri beriku keragaman kualitasnya. b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur –

figur yang menjadi otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model untuk dijadikan identitasnya. e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan

terhadap kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar prinsip atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan masa kanak – kanaknya.

2. Robert J. Havighurst (1961)

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.

b. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemadirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mancapai jaminan kemandirian ekonomi. f. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan). g. Belajar merencanakan hidup berkeluarga. h. Mengembangkan keterampilan intelektual.

i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.


(12)

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.

k. Mengamalkan nilai – nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan dalam kehidupan sehari – hari, baik pribadi maupun sosial.

3. Charlotte Buhler (1930)

Belajar melepaskan diri dari persoalan tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.

4. Elizabeth B. Hurlock (1978)

Belajar menyesuaikan diri terhadap pola – pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita – cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri

5. Erik Erikson (1963)

Anak mulai memusatkan perhatian pada diri sendiri, mulai menentukan pemilihan tujuan hidup, belajar berdikari, belajar bijaksana.

D. Cara Rasul Mendidik Anak

Setiap Rasul/ Nabi terpelihara dari sifat-sifat tercela (ma’shum).Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul terakhir sejak di masa kanak-kanaknya sudah memiliki sifat terpuji, walaupun beliau tidak sempurna dalam asuhan ibunya dan tidak berkesempatan menuntut ilmu selayaknya anak-anak waktu itu. Gelar Al Amin justru diperoleh beliau ketika belum diangkat menjadi Rasul. Sebagai seorang Rasul, Beliau menjadi suritauladan dalam segala aspek kehidupannya, sejak dari masa kanak-kanak sampai wafatnya. Allah SWT menegaskan dalam firmanNya :


(13)

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Al lah (dzikir)” . (QS. Al Ahzab : 21) 1. Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin keluarga

Di dalam kehidupan keluarganya, beliau merupakan suami dan bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang serta penuh tanggung jawab terhadap istri dan putera-puterinya. Beliau juga berperan sebagai teman yang mengasyikkan bila diajak bicara dan bercengkerama tanpa mengurangi kehalusan budi dan tutur sapanya. Lebih dari itu beliau merupakan guru yang sangat tepat untuk digugut dan ditiru.

Oleh karena itu ketika ibu ‘Aisyah ditanya perihal kepribadian Nabi SAW., beliau cuma menjawab dengan bahasa yang sangat singkat tapi padat :

Artinya : Kepribadian (Nabi saw.) merupakan kepribadian Al Qur’an”

Jawaban yang sangat singkat tapi padat ini, sungguh mencerminkan bahwa betapa sulit menggambarkan kepribadian Nabi saw., sulit merangkai kata-kata yang betul-betul menggambarkan kepribadian Nabi saw. sebab kepribadian Nabi saw. merupakan proyeksi dari kandungan Al Qur’an yang 30 juz, oleh karenanya bila ingin menteladani Nabi SAW jalan satu-satunya hanyalah mempedomani kandungan Al Qur’ an dan hadits secara utuh.


(14)

2. Nabi SAW. sebagai pemimpin umat

Salah satu faktor utama penyebab pesatnya perkembangan dan dakwah Islam serta keberhasilan beliau di dalam memimpin umatnya adalah keluhuran budi pekerti/ kepribadian beliau, seperti difirmankan oleh Allah

swt . :

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS. Al Qalam : 4)

Dalam perannya sebagai pemimpin umat, pribadi Nabi saw. Dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi, dirasa berat penderitan umatnya, amat kasih sayang dan selalu menginginkan kesejahteraan umatnya. At Taubah : 128

2. Tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya, ataupun hanya mengekor pendapat pengikutnya, selalu mendahulukan musyawarah di dalam menyelesaikan suatu permasalahan umat .

3. Tidak membeda-bedakan status sosial, suku, ras, dan golongan. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama lain, ketika Nabi saw. memerintah Madinah, pemeluk agama Yahudi dan Kristen justru mendapat perlindungan dan kebebasan menjalankan agamanya.

3. Nabi saw. sebagai pribadi muslim

Sebagai seorang muslim, anugerah kema’shumannya tidak menghalangi beliau untuk lebih tekun beribadah, selalu shalat malam sampai bengkak kedua


(15)

kakinya, beristighfar, dzikir dan membaca Al Qur’ an. Yang prinsip bahwa, beliau konsis dengan Al Qur’ an dan Haditsnya.

Orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri. Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut 10 tips yang diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah Saw.

1. Menanamkan Nilai-nilai Ketauhidan

Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.

2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan

Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari


(16)

orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.

3. Mendidik dengan Kebiasaan

Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.

4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.

5. Memotivasinya Anak Berbuat Baik

Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah


(17)

tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.

6. Sediakan Waktu untuk Makan Bersama Anak

Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.

7. Mendidik dengan Reward/Hadiah

Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.

8. Memilih Sekolah yang Islami

Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.


(18)

9. Mendidik dengan Hukuman

Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.

10. Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan Menggunakan Metode yang Tepat

Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah


(19)

III. Penutup A. Simpulan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.

Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.

Tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :

 Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu (biologis).

 Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi(sosiologis).

 Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri yang sedang berkembang (psikologis).


(20)

Tugas-tugas perkembangan siswa SD mencakup dalam bidang keimanan/agama, keterampilan fisik, hidup sehat, adaptasi, sadar gender, keterampilan dasar, konsep hidup, moral, sosialisasi dan freedom.

Fase tugas-tugas perkembangan siswa pada dasarnya diawali dengan adaptasi dan bersosialisasi, lalu diikuti dengan kemunculan rasa ingin tahu yang besar sehingga mendorong anak untuk bereksplorasi lalu berangsur pada fase dimana anak sudah mulai membuang masa kanak-kanaknya dan memusatkan perhatian pada diri sendiri.

B. Saran

Mengawali tugas perkembangan anak haruslah diikuti dengan norma agama yang berlaku. Oleh sebab itu, anak ibarat kertas putih apapun coretan yang ada dalam kertas putih tergantung pada pihak yang mencoretnya. Jadi dalam tugas perkembangan anak semua pihak diharapkan berperan serta baik itu keluarga, guru dll.


(21)

Daftar Rujukan

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html

Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(1)

orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.

3. Mendidik dengan Kebiasaan

Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun. 4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.

5. Memotivasinya Anak Berbuat Baik

Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah


(2)

orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.

6. Sediakan Waktu untuk Makan Bersama Anak

Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.

7. Mendidik dengan Reward/Hadiah

Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.

8. Memilih Sekolah yang Islami

Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.


(3)

9. Mendidik dengan Hukuman

Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.

10. Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan Menggunakan Metode yang Tepat

Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah


(4)

III. Penutup A. Simpulan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.

Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.

Tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :

 Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu (biologis).

 Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi(sosiologis).

 Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri yang sedang berkembang (psikologis).


(5)

Tugas-tugas perkembangan siswa SD mencakup dalam bidang keimanan/agama, keterampilan fisik, hidup sehat, adaptasi, sadar gender, keterampilan dasar, konsep hidup, moral, sosialisasi dan freedom.

Fase tugas-tugas perkembangan siswa pada dasarnya diawali dengan adaptasi dan bersosialisasi, lalu diikuti dengan kemunculan rasa ingin tahu yang besar sehingga mendorong anak untuk bereksplorasi lalu berangsur pada fase dimana anak sudah mulai membuang masa kanak-kanaknya dan memusatkan perhatian pada diri sendiri.

B. Saran

Mengawali tugas perkembangan anak haruslah diikuti dengan norma agama yang berlaku. Oleh sebab itu, anak ibarat kertas putih apapun coretan yang ada dalam kertas putih tergantung pada pihak yang mencoretnya. Jadi dalam tugas perkembangan anak semua pihak diharapkan berperan serta baik itu keluarga, guru dll.


(6)

Daftar Rujukan http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html

Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.