II. Praktek Gelap Perizinan a. Penyalahgunaan wewenang dalam proses perizinan
Koalisi Masyarakat Sipil Kalimantan Barat
Desember 2014, perkebunan
mengindikasikan terjadi penyalahgunaan
kelapa sawit di Kalimantan
wewenang pejabat daerah
dalam
Barat seluas
5.387.610,41 hektar dengan 550
pemberian izin investasi perkebunan
perusahaan. Terdiri dari 28
kelapa sawit untuk tujuan eksistensi dan
perusahaa; luas 270.526,27
logistic politik penguasa lokal dan tokoh
hektar status Informasi Lahan
politik. Dugaan tersebut berdasarkan pada
IL, 44 perusahaan; luas 344.704,00 ha status izin
meningkatnya jumlah izin baru perkebunan
Lokasi IL, 323 perusahaan;
pada momentum menjelang dan pasca
luas 3.842.764,44 hektar status
pemilihan kepala daerah. Kebutuhan dana
Izin Usaha Perkebunan IUP dan 155 perusahaan berizin
politik perebutan kepala daerah tersebut di
Hak Guna Usaha HGU seluas
dapat dari investor dan perusahaan
929.615,70 hektar.
dengan kompensasi penerbitan izin baru ataupun peningkatan status izin yang
sudah ada sebelumnya. Dugaan
pelanggaran maupun penyalahgunaan kewenangan kepala daerah
tersebut tidak hanya dalam
Yasir Anshari, anak bupati Ketapang
pemberian izin kepada perusahaan
2000-2010 memiliki 16 perusahaan
besar dengan motif logistik
perkebunan dan pertambangan. Pada
kepentingan politik
daerah,
tahun 2010 menjual PT. Lanang
pelanggaran juga dilakukan dengan
Bersatu kepada PT. Harita saat mencalonkan diri sebagai Bupati
pemberian kemudahan izin kepada
Ketapang periode 2010-2015
keluarga maupun kroni-kroninya yang tidak memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai.
b. Praktik suap, gratifikasi dan pemerasan dalam pemberian izin
Tertangkapnya Bupati Buol Amran
Batalipu pada 26 Juni 2012 menjelaskan begitu terang
benderangnya praktek suap dalam pengurusan perizinan
perkebunan Kelapa Sawit. Berbagai bentuk dan jenis
praktek suap, gratifikasi dan
pemerasan yang sama juga terjadi
di Kalimantan Barat.
Indikasi terjadinya
3
praktek tersebut bisa dilihat di banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang belum memiliki kelengkapan prosedur dan dokumen adminstrasi tetapi
kemudian bisa mendapatkan kenaikan status perizinan ataupun mendapatkan izin baru.
Investigasi yang dilakukan oleh Perkumpulan Sawit Watch pada tahun 2013 memperkuat dugaan terjadinya praktek suap dalam proses pemberian izin
perkebunan kelapa sawit tersebut, khususnya mengurus perizinan di luar izin Hak Guna Usaha HGU. Perusahaan perkebunan Kelapa Sawit harus
menyediakan dana mencapai Rp. 32 milyar untuk seluruh biaya legal maupun illegal dalam pengurusan izin. Biaya tersebut terdiri dari semua proses dan
tahapan pengurusan izin dari level kabupaten Bupati, provinsi Gubernur dan sampai ke Kementerian terkait. Dalam temuan investigasi tersebut,
untuk pengurusan Hak Guna Usaha HGU, perusahaan harus mengeluarkan biaya tersendiri.
c. Manipulasi dalam peningkatan status izin dan penerbitan Hak Guna Usaha HGU
Proses peningkatan status izin dan pengurusan Hak Guna Usaha GHU juga tidak luput dari praktek suap dan
PT Sintang Raya dalam membebaskan manipulasi. Koalisi Masyarakat lahan hanya diwakili
perangkat desa Sipil Kalimantan Barat tanpa melibatkan masyarakat. Praktek menemukan praktek manipulasi manipulasi
tersebut yang menjadikan 5 dilakukan sejak sosialisasi orang masyarak desa olakāolak hingga ganti rugi terhadap lahan kecamatan
kubu kab. Kubu Raya yang diatasnya sudah terlebih gugatannya dimenangkan oleh PTUN dahulu ada haknya. Manipulasi hingga
Mahkamah Agung karena tanah dilakukan agar kelengkapan sertifikat yang belum dibebaskan masuk administrasi dapat tercapai
HGU PT Sintang. Hal serupa terjadi di sehingga masa berlaku izinnya Desa Sungai Iruk Kec. Sungai Raya dapat ditingkatkan. Salah satu
Kepulauan Kab. Bengkayang 84 buah contohnya adalah di lapangan sertifikat dengan luas 300 Ha yang belum terjadi pelepasan hak
belum dibebaskan masuk
kepada pemegang hak sebelumnya.
Namun dalam dokumen laporan
untuk kelengkapan administrasinya, status sudah Fakta
lain adalah sampai dengan Desember 2014, jumlah luas izin
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan
Barat adalah
4.457.994,71 hektar dan 395 perusahaan, sementara realisasi
tanam baru mencapai 1.044.196,34 hektar dan Hak Guna
Usaha HGU hanya dimiliki oleh 155
perusahaan dengan luas 929.615,70 hektar.
Rendahnya progres penanaman
dan
4
dilepaskan.
8 1
1 9
Tabel 2. Perbandingan luas perizinan dan
realisasi penanaman Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan
Barat 201
4
luas izin realisasi tanam
pembangunan kebun yang hanya 19,36 bila dibanding dengan luasan perizinan mengkonfirmasi fakta bahwa telah terjadi praktek manipulasi
administrasi dalam memberikan izin perkebunan kelapa sawit. Selain itu, fakta ini menjelaskan lemahnya pengawasan, kontrol dan tanggungjawab
negara terhadap tujuan pengajuan izin perkebunan yang hanya dimanfaatkan untuk melakukan penebangan dan pengambilan kayu saja.
d. Pemegang izin abai atas kewajiban kemitraan 20 dengan masyarakat