penerbitan HGU dilakukan pada saat
1. PT. Anugerah Makmur Sejati
status lahan belum “clear and clean”.
2. PT. Kartika Prima Cipta
Mengacu pada Permenag No. 9 Tahun
3. PT. Paramitra Internusa Pratama
1999 tentang Pemberian dan
4. PT. Primanusa Mitraserasi
5. PT. Buana Tunas Sejahtera
Pembatalan Hak Atas Tanah, Permenag
6. PT. Sentra Karya Manunggal
No. 22 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi,
7. PT. Duta Nusa Lestari
PP No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai Atas Tanah. Fakta
ini bisa ditemukan di Kabupaten Kubu Raya yang melibatkan PT. Sintang Raya.
IV. Potensi Kerugian Negara
B erdasarkan perhitungan yang
mengacu pada PP No. 12 Tahun 2014 Tentang Jenis
dan Tarif
atas Jenis
PT Sintang Raya, yang bergerak dalam bidang perusahaan
Penerimaan Negara Bukan
perkebunan sawit dan berlokasi di daerah Kabupaten Kubur Raya, diduga menyerobot lahan warga di dua desa, yaitu
Pajak PNBP yang berlaku
Desa Pelita Jaya dan Desa Olak Olak. Hal ini didasarkan
pada
pada Kementerian Kehutanan,
gugatan hukum oleh masyarakat Kubu Raya atas HGU PT.
diperoleh potensi penerimaan
Sintang Raya Nomor 042009 tertanggal 05 Juni 2009 dengan
daerah untuk Provisi Sumber
surat ukur 02 Juni 2009, Nomor 1822009 dengan luas areal 11. 129.9 Ha. Dalam putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara
Daya Hutan PSDH dan Dana
Pontianak No. 3062011 PTUN PTK, menyatakan Batal
Reboisasi DR di Kalimantan
demi hukum sertifikat atas HGU PT. Sintang
Raya Nomor
Barat pada tahun 2013
042009 tertanggal 05 juni 2009, surat ukur 02 juni 2009,
sebesar Rp 72,8 miliar. Nilai ini
Nomor 1822009 dengan luas areal 11. 129.9 Ha.
hanya berasal dari dari kawasan hutan yang telah
beralih fungsi menjadi APL dan telah ditanami untuk perkebunan sawit. Sebagai catatan, pada tahun 2013, pada 621.080 ha kawasan hutan yang diubah menjadi
APL, terdapat 94.364 ha perkebunan sawit, dimana 14.983 ha di antaranya sudah ditanami sawit.
Jika dibandingkan dengan nilai total PSDH dan DR yang diterima Kalimantan Barat Rp 66,3 miliar dari sektor kehutanan di tahun yang sama, nilai potensi di atas jauh
lebih besar dengan selisih mencapai Rp 6,5 miliar. Dimana nilai terbesar kerugian
ada pada kekurangan bayar PSDH Provisi Sumber Daya Hutan. Selisih ini
kemudian kami sebut sebagai potensi kehilangan penerimaan potential lost atau potensi kerugian negara. Harus digarisbawahi bahwa, nilai potensi PSDH dan DR ini
hanya berasal dari perkebunan sawit, belum termasuk potensi PSDH dan DR dari perusahaan kehutanan.
6
hutan menjadi bukan kawasan hutan APL, untuk sektor perkebunan kelapa sawit berdasarkan SK.936Menhut_II2013 negara berpotensi dirugikan Rp. 3,4 Triliun
1
V. Konflik dan Kemiskinan a. Perkebunan kelapa sawit sebagai sumber konflik