BLOK IV. NILAI PEROLEHAN AKTIVA TETAP
                                                                                14
2008 adalah 2X3.000.000+1X7.000.000 = Rp13.000.000 2009 adalah 3 x 3.000.000 + 2 X 7.000.000 = Rp 23.000.000
Metode  lain  yang  digunakan  untuk  menghitung  penyusutan  adalah  metode  jumlah angkathe sum of the digits method. Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan
yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan.  Metode ini dirumuskan sbb:
D
t
= V [T – t+1]  [TT+12], dimana:
D
t
=  Penyusutan tahun ke t V = Nilai aktiva tetap
T = Usia pakai t =  , , ,……….. dst
Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15 dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan sebagi penghitung.
Kedua  metode  diatas  dapat  dihitung  dengan  atau  tanpa  memperkirakan  nilai  sisa  harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa
Contoh metode jumlah angka dengan nilai sisa: Pada awal tahun 2005 PT X membeli mesin cetak seharga Rp 500.000,-  Perkiraan umur
ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 50.000,- Maka Perkiraan nilai penyusutan adalah sbb:
Tahun Dasar
Sisa Umur Pecahan
Beban Nilai Buku
Penyusutan Rp
dalam tahun  Penghitungan  Penyusutan
2005 500.000
1 2005 450,000
5 515
150,000 350,000
2 2006 450,000
4 415
120,000 230,000
3 2007 450,000
3 315
90,000 140,000
4 2008 450,000
2 215
60,000 80,000
5 2009 450,000
1 115
30,000 50.000
15 1515
450,000
Nilai Sisa
Penyusutan  barang  modal  tak  berwujud  intangible  asset  dikenal  dengan  istilah amortisasi.  Cara  penghitungan  umumnya  mirip  dengan  penyusutan  barang  modal
berwujud  kecuali  untuk  hak  atas  penambangan  dan  hak  atas  pengolahan  hutan.
15
Penyusutan  atau  amortisasi  kedua  jenis  barang  modal  tak  berwujud  ini  dihitung berdasarkan  persentase  satuan  produksi  yang  telah  direalisasi  dalam  tahun  yang
bersangkutan. Contoh : PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas
bumi  di  suatu  lokasi  sebesar  Rp  500.000.000,00.  Taksiran  jumlah  kandungan  minyak  di daerah  tersebut  adalah  sebanyak  200.000.000  barel.  Setelah  produksi  minyak  dan  gas
bumi mencapai 100.000.000 barel, maka penghitungan amortisasi  adalah sebagai berikut: 100.000.000200.000.000 barel 50 X Rp 500.000.000,00 = Rp 250.000.000,00.
Pengurangan  penyusutan  terjadi  karena  adanya  pengurangan  barang  modal
yang  dimiliki  perusahaan.  Nilai  pengurangan  dicatat  sebesar  akumulasi  penyusutan barang tersebut.
Revaluasi  penyusutan  terjadi  karena  adanya  perubahan  penilaian  barang  modal berdasarkan  harga  pasar.  Revaluasi  dapat  mengakibatkan  penurunan  atau  kenaikan
harga  barang  modal  yang  mengakibatkan  juga  terjadinya  penurunan  dan  kenaikan penyusutannya.