2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Oma 3 dan sampel air dingin Rohomoni, terletak
pada meteoric water line, sebagai indikasi pengaruh air permukaan Gambar 6.
2.3. Geofisika
2.3.1.
Gaya Berat
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Gravitimeter La Coeste Romberg Tipe G-
802. Nilai pengukuran yang diperoleh diikatkan ke nilai gaya berat Internasional IGSN 71 DG0
Bandung.
Hasil pengukuran tersebar pada lintasan regional dan lintasan ukur kisi grid, dengan
panjang lintasan antara 2 - 6 km. Jarak antar titik ukur di lintasan pada umumnya 250 m, akan tetapi
pada kondisi tertentu berkisar antara 100 – 500 m, sedangkan pada lintasan regional random jarak
antar titik amat berkisar antara 500 –1000 m. Nilai densitas batuan yang diambil berdasarkan
metode parasnis adalah 2.31 grcc.
2.3.1.1. Anomali Bouguer Nilai anomali Bouguer yang diperoleh berkisar
antara 128 mgal sampai 152 mgal, dimana pola anomalinya memiliki suatu rentang anomali
Bouguer dan gradien anomali yang relatief besar. Nilai anomali ini dibagi menjadi empat kelompok
anomali yaitu anomali paling rendah mempunyai nilai dari 128 mgal sampai 136 mgal, anomali
rendah mempunyai nilai dari 136 mgal sampai 142 mgal, anomali sedang mempunyai nilai dari
142 mgal sampai 146 mgal, dan anomali tinggi mempunyai nilai dari 146 mgal sampai 152 mgal.
Dari nilai anomali gaya berat ini mengisyaratkan bahwa terdapat beberapa struktur
geologi skala besar yang berasosiasi dengan suatu rentang densitas tertentu di bagian dalam kulit
bumi. Struktur dalam yang terlihat pada anomali ini berada di bagian barat dengan arah baratdaya –
timurlaut. Struktur lainnya berada dibagian utara mempunyai arah baratlaut – tenggara. Seperti
yang terlihat di peta anomali Bouguer ini, terlihat bahwa pola anomali tinggi dari peta ini berada di
bagian tenggara yaitu sekitar daerah Hulaliu dan Naira diperkirakan diisi oleh batuan andesit dan
menyebar kearah bagian tengah atau sekitar Gunung Noni dan Gunung Huruano.
2.3.1.2. Anomali Sisa Merupakan hasil ekstrasi anomali Bouguer
dengan anomali Regional. Suatu peta anomali Sisa ini memperlihatkan pola lineasi kontur yang
dominan berarah
baratlaut – tenggara dan baratdaya - timurlaut, selain itu juga
memperlihatkan pengkutuban anomali positif dan anomali negatif dengan kerapatan serta
pembelokan kontur yang tajam. Kondisi demikian mengindikasi-kan adanya struktur-struktur sesar
yang dominan berarah hampir barat – timur, baratdaya – timurlaut, dan baratlaut - tenggara
searah dengan struktur utama daerah ini.
2.3.1.3. Model 2-D Model dua Dimensi gayaberat dibuat melalui
penampang A-B, yang terletak di bagian barat daerah penyelidikan, berarah baratdaya –
timurlaut. Penampang ini bertujuan untuk memberikan gambaran struktur bawah permukaan
daerah penyelidikan secara lebih jelas, penampang ini mengambil koreksi densitas 2,30 grcc, dengan
pertimbangan data geologi. Di ujung baratdaya diisi oleh bodi yang
mempunyai densitas 2.37 gramcm
3
, dengan kedalaman sekitar 2500 meter diperkirakan
sebagai batuan lava andesit dan disampingnya diisi oleh bodi dengan densitas 2.17 gramcm
3
yang diperkirakan sebagai batuan gamping dan merupakan zona lemah yang terkena struktur.
Setelah itu ditempati oleh bodi dengan densitas paling tinggi diantara bodi yang ada disekitarnya
yaitu 2.41 gramcm
3
dengan kedalaman 2000 meter dan diperkirakan sebagai batuan lava
andesit Noni. Dari ketiga bodi tersebut diatas diperkirakan
telah mengalami suatu zona patahan dan diperkirakan merupakan sesar turun. Setelah
ketiga bodi diatas dilanjutkan oleh bodi dengan densitas yang sama dengan densitas basement
yaitu 2.30 gramcm
3
dengan kedalaman sekitar 1250 meter diperkirakan batuan lava andesit. Di
bagian lainnya pada penampang ini muncul bodi dengan densitas 2.39 gramcm
3
dengan kedalaman sekitar 1100 meter dan merupakan batuan lava
andesit. Dilanjutkan dengan bodi yang terletak paling timurlaut dengan densitas 2.25 gramcm
3
dan diperkirakan batuan lava andesit dengan kedalaman sekitar 1500 meter. Dari kedua
bodi tersebut diperkirakan terjadi struktur sesar dan merupakan sesar naik. Pada bagian bawah
umumnya ditempati oleh bodi dengan densiti 2.30 gramcm
3
dan merupakan densitas basement. Dari model ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
zona lemah yang muncul dan diperkirakan telah terjadi struktur sesar, terutama di daerah alterasi
Gambar 8.
2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
2.3.2. Geomagnet
Pengukuran dilakukan di lintasan-lintasan : C, D, E, F, G, H, J, regional dan di B.S Base
Station. Pengukuran di B.S adalah untuk mengukur variasi kemagnetan variasi harian
untuk setiap selang waktu tertentu 15 menit.
Data intensitas magnet sisa diperoleh dari pencatatan langsung secara numeric dengan harga
IGRF = 41854 nT, yang digunakan sebagai dasar perhitungan anomali magnet di daerah
penyelidikan. Pengambilan data magnet di daerah manifestasi
panas bumi Pulau Haruku diperoleh dari 7 lintasan lintasan C, D, E, F, G, H, J dan lintasan
titik regional yang bersifata random dengan jarak titik ukur 500 m.
2.3.2.1. Anomali magnet sisa Anomali magnet sisa menggambarkan pola dan
karakteristik dari sebaran nilai pengukuran, perlapisan batuan dan struktur yang ada di
lapangan. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan,
nilai anomali magnet sisa berada pada kisaran - 657,3 nT hingga 212,24 nT dari pola sebaran dan
karakteristik dari pembacaan peta anomali magnet sisa dapat diketahui bahwa nilai anomali
magnet sisa yang rendah mendominasi daerah penelitian di sebelah baratlaut yang membesar
nilainya ke arah tenggara dan disebelah timur. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan
di lapangan dapat diketahui pula bahwa secara umum nilai anomali magnet sisa yang rendah
dibawah -100 nT merupakan daerah yang didominasi oleh litologi batugamping, nilai
tersebut membesar seiring dengan perubahan
dominasi litologi yang ada. Litologi dengan nilai anomali magnet sisa yang tinggi diatas 50 nT
dimiliki oleh batuan lava andesit, sedangkan nilai anomali magnet sisa yang sedang -100 nT
hingga 50 nT dimiliki oleh batuan lava andesit yang telah lapuk atau telah terubah.
Dari peta anomali magnet sisa dan topografi juga dapat diperkirakan struktur yang ada berdasarkan
pola dan kerapatan kontur. Diperkirakan ada 3 buah struktur yang teramati yaitu 2 buah struktur
berarah barat laut – tenggara dan 1 buah struktur berarah Baratdaya-timurlaut.
2.3.2.2.Penampang magnet 2-D Berdasarkan analisa penampang model magnet
2-D Gambar 9, diketahui bahwa lapisan teratas yang berwarna biru merupakan lapisan
batugamping dengan nilai susceptibility rendah yaitu 0.00002 cgs dengan ketebalan bervariasi
antara 20 meter hingga 300 meter dibagian bawahnya baratdaya yang berwarna merah,
merupakan tubuh batuan dengan nilai susceptibility yang paling tinggi yaitu 0.0054
cgs yang diperkirakan merupakan batuan lava andesit segar mulai kedalaman 250 meter hingga
kurang lebih 850 meter dibawah permukaan. Kearah timur laut kita akan menemui tubuh
batuan dengan nilai susceptibility 0.0024 – 0.0025 yang diperkirakan merupakan batuan lava
andesit yang telah lapuk dan terubah dengan kedalaman mulai dari 50 meter hingga 800 meter
dibawah permukaan. Sedangkan di sebelah timurlaut dijumpai tubuh batuan berwarna coklat
dengan nilai nilai susceptibility 0.0040 cgs yang diperkirakan merupakan batuan lava andesit yang
sedikit mengalami pelapukan atau ubahan yang terjadi tidak terlalu kuat dengan kedalaman 50
meter hingga 800 meter dibawah permukaan. Struktur yang pertama berada di titik F-2000
dengan harga di titik F-1250 hingga F-2000 yang meningkat agak tajam di perkirakan merupakan
batas perlapisan antara batuan lava andesit dengan lava andesit yang telah terubah,
kemungkinan batas antar batuan tersebut dibatasi oleh struktur sesar begitu pula dengan struktur
yang kedua di titik F-2500 dicirikan dengan dengan peningkatan grafik anomali yang cukup
tajam dan bentuk topografi yang agak curam dari grafik profil anomali magnet sisa
diperkirakan juga diakibatkan oleh adanya struktur. Struktur yang ketiga berada di titik F-
4000 dicirikan dengan adanya penurunan yang tajam nilai anomali magnet sisa dan bentuk
topografi yang meningkat dengan tajam.
2.3.3. Geolistrik Tahanan Jenis
Titik-titik pengukuran tahanan jenis berkonfigurasi Schlumberger tersebar sepanjang
enam lintasan pengukuran, yakni D, E, F, G, H dan J. Sedangkan pengukuran head-on terletak
pada lintasan G. Hasil pemetaan tahanan jenis disajikan dalam
bentuk penampang dan peta tahanan jenis semu. Hasil pendugaan atau sounding disajikan dalam
bentuk hasil-hasil pemodelan perlapisan tahanan jenis satu dimensi dan penampang tahanan jenis
hasil korelasi antar model satu dimensi. Dari hasil pengukuran head-on disajikan dalam
kurva-kurva head-on dan penampang struktur head-on.
2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2.3.3.1. Penampang Tahanan Jenis Semu
1. Lintasan D Lintasan D berarah baratlaut-tenggara dengan
panjang lintasan pengukuran 2000 m. Nilai tahanan jenis semu sepanjang lintasan D sekitar
antara 10 – 70 Ohm-m. Nilai tahanan jenis ini diplot terhadap kedalaman yang setara dengan
AB4 dengan asumsi bahwa penetrasi arus untuk tiap bentangan AB adalah AB4 Gambar 10.
Secara umum, nilai tahanan jenis semu rendah baratlaut dan meninggi ke arah tenggara. Nilai
yang rendah sekitar 10-18 Ohm-m di baratlaut, yakni di bawah titik D-1500, yang cenderung
lebih merendah lagi ke baratlaut atau ke arah pantai, kemungkinan berasosiasi dengan batuan
vulkanik yang terintrusi air laut. Intrusi air laut ini kemungkinan masih menerus tetapi melemah
ke arah tenggara sampai di bawah titik D-2000 terutama di kedalamam AB4 125 m sampai 375
m. Di bawah titik D-2500 nilai tahanan jenis kemungkinan berasosiasi dengan batuan vulkanik
yang terubah secara hidrotermal.
2. Lintasan E Lintasan
E memiliki
panjang lintasan
pengukuran 3000 m, berada di sekitar satu kilometer di timurlaut dan sejajar lintasan D. Nilai
tahanan jenis semu sepanjang lintasan E sekitar antara 70 – 250 Ohm-m. Secara umum, tahanan
jenis didominasi oleh nilai relatif tinggi kecuali di bawah E-2500 yang relatif rendah Gambar 11
dan cenderung membuka dan mengecil ke arah tenggara. Nilai tahanan jenis yang relatif tinggi di
bawah E-500 sampai E-2000 dan menerus sampai kedalaman AB4 500 m kemungkinan berasosiasi
dengan batuan lava, sedangkan nilai yang relatif rendah di E-2500 yang cenderung menerus dan
mengecil ke arah tenggara kemungkinan berasosiasi dengan batuan lava yang telah terubah
secara hidrotermal. 3. Lintasan J
Lintasan ini sejajar dengan lintasan F dan berada sekitar satu kilometer di timurnya dan
memotong lintasan G dan H di baratlautnya. Gambar 3.5-3 adalah penampang tahanan jenis
lintasan J yang di baratdayanya digabung dengan data G-3500 dan H-3000. Nilai tahanan jenis
semu sepanjang lintasan J sekitar antara 30 – 170 Ohm-m. Secara umum, tahanan jenis dari H-3000
di baratlaut sampai J-3500 di tenggara relatif tinggi dengan nilai yang cenderung menurun
terhadap kedalaman. Sedangkan di J-4000 sampai J-4500 tahanan jenisnya relatif kecil anomali
rendah sampai mencapai harga 30 Ohm-m. Anomali rendah ini cenderung menerus dan
nilainya cenderung mengecil ke arah tenggara, namun cenderung meninggi terhadap kedalaman.
4. Lintasan F Lintasan ini berarah baratdaya-timurlaut, dan
memotong lintasan J dan E di ujung baratlautnya. Nilai tahanan jenis dalam penampang lintasan F
Gambar 12
sekitar antara 10 – 300 Ohm-m. Nilai rendah 10-18 Ohm-m terdapat di ujung
baratdaya di bawah titik D-1500, atau ujung baratlaut dari lintasan D, yang cenderung menerus
dan mengecil nilainya ke arah baratdaya atau ke arah laut, diperkirakan berasosiasi dengan batuan
lava yang terintrusi air laut. Dari titik E-1000 sampai F-5500 di timurlaut, nilai tahanan jenis
relatif tinggi dengan nilai yang cenderung menurun terhadap kedalaman, terutama di bawah
J-2750 sampai F-5500. Nilai yang relatif tinggi ini kemungkinan berasosiasi dengan batuan lava,
namun harganya yang merendah terhadap kedalaman kemungkinan akibat batuan yang lebih
konduktif di bawah lava berupa breksi-tufa. 5. Lintasan G
Lintasan ini sejajar dengan lintasan F dan berada sekitar 750 m di baratlautnya. Nilai
tahanan jenis dalam penampang lintasan G Gambar 13
sekitar antara 46 – 170 Ohm-m. Pola sebaran tahanan jenis semu pada penampang
ini berupa selang-seling anomali rendah dan tinggi. Anomali rendah dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah anomali rendah di bawah titik G-2500 yang
cenderung membuka dan menurun harganya ke arah baratdaya atau ke arah laut. Anomali rendah
ini, seperti halnya anomali rendah di bawah D- 1500, kemungkinan berasosiasi dengan batuan
vulkanik yang terintrusi air laut. Anomali rendah kedua berada di bawah G-3500 sampai G-4000
yang cenderung menerus ke bawah dan dengan nilai yang seragam. Zona rendah kedua ini
kemungkinan berhubungan dengan batuan lava yang terekahkan dan tersaturasi air tanah, dan
kemungkinan berasosiasi dengan suatu struktur sesar yang memotong lintasan ini.
Anomali rendah ketiga berada dangkal di bawah G-5000 sampai G-6000 yang cenderung menerus
ke bawah di titik G-6500 sampai G-7000 dan dengan nilai yang cenderung menurun. Pada
bagian dangkal di bawah G-5000 sampai G-6000 kemungkinan berkaitan dengan lapisan tipis yang
relatif konduktif berupa lava tipis teralterasi. Di
2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI bawah G-6500 yang nilainya relatif rendah dan
cenderung menerus ke bawah kemungkinan berkaitan dengan batuan lava terrekahkan dan
tersaturasi air yang berkaitan dengan struktur sesar. Sedangkan nilai rendah di bawah G-7000
kemungkinan berasosiasi dengan batuan vulkanik yang terintrusi air laut dari arah utara pulau
Haruku.
6. Lintasan H Lintasan ini sejajar dengan lintasan G dan
berada sekitar 750 m di baratlautnya. Nilai tahanan jenis dalam penampang lintasan H
Gambar 14
sekitar antara 70 – 560 Ohm-m. Secara umum, terdapat tiga anomali tahanan jenis
rendah sepanjang lintasan H. Anomali rendah terdapat dangkal di bawah H-2500, yang
cenderung menerus namun lebih dalam ke bawah G-3000 sampai G-3500 dan membuka ke arah
baratdaya atau ke arah laut. Anomali rendah ini kemungkinan berkaitan dengan batuan lava yang
terintrusi air laut. Anomali kedua berada di antara G-4000 sampai G-4500 dengan pola yang
cenderung menerus ke bawah dan dengan nilai yang seragam, dan kemungkinan berkaitan dengan
batuan vulkanik yang terekahkan dan tersaturasi air. Batuan rekahan ini kemungkinan terhubung
dengan batuan rekahan di sekitar G-3500 sampai G-4000 atau terkontrol oleh satu struktur sesar
yang sama. Anomali rendah ketiga berada di kedalaman H-5500 dan H-6000 yang cenderung
membuka ke timurlaut. Seperti halnya nilai rendah di bawah G-7000, kemungkinan anomali
rendah ini juga berasosiasi dengan batuan vulkanik yang terintrusi air laut dari arah utara
pulau Haruku.
2.3.3.2. Peta Sebaran tahanan Jenis Semu Berdasarkan sebaran nilai tahanan jenis secara
lateral, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1 Nilai tahanan jenis semu untuk semua
bentangan AB didominasi oleh nilai yang lebih besar daripada 100 Ohm-m yang kemungkinan
berasosiasi dengan batuan lava P. Haruku. 2 Terdapat dua anomali tahanan jenis rendah di
daerah dekat pantai, yakni di ujung baratdaya dan timurlaut daerah penyelidikan tahanan jenis, yang
secara konsisten muncul di semua bentangan arus, yang diperkirakan berkaitan dengan batuan lava
yang terintrusi air laut. 3 Terdapat satu zona anomali rendah yang
muncul di ujung tenggara lintasan J yang secara konsisten muncul di semua bentangan arus,
dengan pola yang cenderung membuka dan mengecil nilainya ke arah tenggara. Nilai tahanan
jenis pada zona rendah ini cenderung meninggi terhadap kedalaman. Secara geologi permukaan,
di daerah zona rendah ini ditemukan adanya alterasi hidrotermal batuan lava dengan
kandungan lempung yang signifikan, namun tanpa indikasi anomali panas. Dengan
mempertimbangkan data geologi ini dan anomali rendah dengan nilai yang cenderung meninggi
terhadap kedalaman, kemungkinan zona ini merupakan suatu bagian dari suatu fosil zona
alterasi hidrotermal.
2.3.3.3. Penampang Tahanan Jenis Penampang tahanan jenis Gambar 15
dibentuk berdasarkan hasil-hasil pemodelan dua dimensi. Penampang tahanan jenis terdiri dari
lima lapisan. Lapisan pertama adalah soil tipis resistif 430 – 900 Ohm-m dengan tebal sekitar 1
m yang tak tergambarkan dalam penampang ini. Lapisan kedua adalah lapisan gamping terumbu
resistif antara 1200 – 5300 Ohm-m dengan tebal sekitar antara 27 - 31 m. Lapisan ketiga adalah
lapisan konduktif antara 50 - 60 Ohm-m dengan tebal sekitar antara 80 - 120 m yang kemungkinan
berkaitan dengan rombakan lava tersier Haruku tersaturasi air. Lapisan keempat adalah lapisan
resistif antara 85 - 550 Ohm-m dengan tebal yang menipis ke timurlaut dari 640 - 150 m. Lapisan ini
kemungkinan berkaitan dengan lava tersier Haruku. Lapisan kelima adalah lapisan konduktif
26 - 10 Ohm-m dengan lapisan atasnya pada kedalaman yang mengecil ke timurlaut dari 750 -
380 m dan dengan tebal belum diketahui yang kemungkinan berasosiasi dengan batuan breksi
tufa. Berdasarkan data sounding dapat ditarik kesimpulan:
1.
Batuan gamping yang muncul secara dominan di daerah penyelidikan memilki ketebalan,
terutama di sekitar daerah Bukit Keramat, sekitar 30 m, dan pada bagian diatasnya tertutup
oleh lapisan tipis terdiri dari rombakan gamping dan soil setebal sekitar 1 m.
2. Batuan vulkanik tersier P. Haruku memiliki
tebal mencapai sekitar 600 m terutama di sekitar Bukit Keramat dan sekitar tebal 100m pada
bagian atasnya terombakkan. 3.
Batuan breksi tufa yang mendasari pulau ini, dan juga tersingkap luas di P. Ambon, terdapat
pada kedalaman sekitar 400-750 m dengan tebal yang belum dapat diketahui.
2.3.3.4. Hasil Head-on
2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Hasil analisis kelurusan kurva-kurva head-on
yang selanjutnya diplotkan pada penampang tahanan jenis semu lintasan G, dapat di simpulkan
bahwa : Struktur pertama di sekitar G-2450 yang
menerus secara tegak dari permukaan sampai ke kedalaman AB4 250 m, dan diperkirakan masih
menerus ke bawah. Struktur head-on ini kemungkinan secara geologis berkaitan dengan
zona rekahan struktur Wai Ira. Struktur kedua terdapat di sekitar G-2750 yang menerus ke
kedalaman AB4 400 m di sekitar G-2800 membentuk kemiringan ke arah timurlaut.
Struktur head-on kedua ini kemungkinan juga berkaitan dengan zona rekahan struktur Wai Ira.
Struktur ketiga berada di sekitar G-3450 dan menerus ke bawah ke sekitar G-3600, juga miring
ke timurlaut. Struktur head-on ketiga ini kemungkinan secara geologis berkaitan dengan
zona rekahan struktur Bukit Keramat. Struktur keempat berada di sekitar G-3800 yang menerus
cenderung tegak sampai ke kedalaman AB4=250m. Struktur head-on keempat ini
kemungkinan secara geologis masih berkaitan dengan zona rekahan struktur Bukit Keramat
Gambar 16.
III. Pembahasan
3.1. Sistim Panas bumi
Secara umum, keterdapatan sumber panas bumi Indonesia berasosiasi dengan kegiatan
gunung api sebagai asal sumber panas yang berhubungan dengan pergerakan lempeng
tektonik tersebut. Sepanjang jalur gunung api aktif maupun yang padam istirahat
menyimpan cadangan energi panas bumi yang sangat besar di bawah permukaan.
Pembentukan sistem panas bumi di Pulau Haruku dan Kepulauan Maluku pada
umumnya berkaitan dengan aktivitas kegunungapian, untuk kasus Pulau Haruku
berkaitan dengan vulkanisme tua berumur Tersier. Magma sisa di bawah permukaan
berperan sebagai sumber panas yang memanasi air bawah permukaan yang
kemudian naik dan terperangkap dalam reservoir panas bumi.
Penampang model panas bumi Gambar 17
menggambarkan model tentatif sistem panas bumi P. Haruku. Penampang model ini dibuat
memotong struktur sesar Oma, sesar Haruku dan komplek Bukit Huruano, menampakkan keadaan
stratigrafi tubuh vulkanik Tersier Haruku, reservoar panas bumi diperkirakan, sumber panas
serta siklus fluida. Magma sisa yang masih panas memanasi batuan
dasar dan kemudian memanaskan air meteorik yang masuk ke bawah permukaan melalui zona-
zona resapan dan kemudian terpanaskan dan naik ke atas karena efek bouyansi dan terjebak dalam
reservoir panas bumi. Sebagian kecil fluida panas ini ke luar ke permukaan sebagai mata air panas.
Air panas yang muncul ke permukaan melalui mata air panas Oma memperlihatkan pengendapan
sinter silika. Dengan kenampakkannya yang bening, ber pH netral, bersuhu didih dan terutama
keberadaan sister tersebut, dapat diperkirakan bahwa air panas tersebut keluar dari suatu
reservoir panas bumi bersuhu tinggi dengan fluida yang didominasi oleh air. Air panas ini sebagian
keluar ke permukaan melalui kontrol struktur sesar Oma sebagai komplek mata air panas Oma
dan memalui sesar Haruku sebagai mata air Haruku.
Hasil pendugaan temperatur reservoir dengan geothermometer SiO
2
dan NaK memperlihatkan bahwa suhu reservoir dapat mencapai 240 °C
dengan nilai rata-rata sekitar 225 °C.
IV. Kesimpulan • Prospek panas bumi daerah Haruku ini berada
di lingkungan vulkanik tua tersier Pulau Haruku
• Geologi memperlihatkan struktur-struktur yang mengkonstruksi sistem panas bumi di
daerah Oma-Haruku ke timurlaut, terutama struktur-struktur sesar.
• Anomali geofisika dan geokimia belum mencakup ke daerah yang diperkirakan
prospek secara geologi • Luas sebaran prospek panas bumi daerah
Haruku baru dapat diperkirakan secara hipotetis sekitar 4 km
2
di antara manifestas panas bumi dan Gunung Noni di timurlautnya.
• Reservoir berupa sistem dominasi air engan temperatur sekitar 240
o
C dengan kedalaman puncaknya dan ketebelannya yang belum
dapat di ketahui • Potensi cadangan hipotetis daerah ini
mencapai 30 MWe dengan asumsi tebal reservoir 1 km dan life time 30 tahun.