Sirup Antibiotik Penetapan Kadar Kloramfenikol Zenichlor Suspensi Secara Kckt Di Balai Besar Pom Medan

Menurut joenoes 1990, beberapa faktor penting dalam formulasi sediaan obat bentuk suspensi adalah : - Derajat kehalusan partikel yang terdispersi, - Tidak tebentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari saluran pencernaan. - Tidak terbentuk kristalhablur, - Derajat viskositas cairan. Menurut Ansel 1989, sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi untuk suspensi farmasi adalah : 1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mebgendap secara lambat dan harus rata bila dikocok. 2. Karakteristik suspensi harus sedenikian rupa sehingga partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyiapan. 3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

2.2. Sirup

Sirup dalah bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. Konsistensi sirup kental kadar Saccharosa yang tinggi, yaitu 64,0-66,0. Pada sirup dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat terhambat. Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula invert, maka sirup cepat menjadi rusak, kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan menambahkan suatu bahan pengawet kedalam sirup, misalnya nipagi dan nipasol, atau natrium benzoat joenoes, 1990. Universitas Sumatera Utara Sirup merupakan alat yang sangat menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup-sirup terutama sfektif dalam pemberian obat untuk anak-anak untuk meminum obat. Kenyataan bahwa sirup-sirup mengandung sedikit alkohol atau tidak, menambah kesenangan siantara orang tua Ansel,1989.

2.3. Antibiotik

Antibiotik adalah metabolit mikroba yang dalam keadaan encer dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, obat ini juga merupakan obat yang penting yang dapat digunakan untuk membrantas berbgai penyakit infeksi. Terdapat banyak zat anti mikroba, termasuk antiseptik yang disintesis secara kimia, tetapi karena secara kimia tidak bertalian dengan produk mikroba, dengan makna yang diterima saat sekarang ini, diperkenalkan pada tahun 1942 oleh Waksman. Waksman secara sistematik mencar zat anti mikroba dari suatugolongan Streptomyces yang berasal dari tanah. Streptomyces ternyata digunakan dalam pengobatan berbagai infeksi bekteri khususnya Tuberkulosis Foye, 1996. Antibiotik umumnya dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara disalurkan kedalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotiknya. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotik dimurnikan dan aktivitas ditentukan Tjay dan Rahardja, 2002. Menurut Wattimena 1991, penggolongan antibiotik berdasarkan struktur dan kimianya dapat dibagi dalam sembilan kelompok yaitu: 1. Laktam contoh : Penicillin G dan derivatnya, Sefalotin. 2. Aminoglikosida contoh : Streptomisin sulfat, Kanamisin sulfat. Universitas Sumatera Utara 3. Kloramfenikol contoh : Kloramfenikol, Tiamfenikol. 4. Tetrasiklin contoh : Tetrasiklin, Oksitetraksillin. 5. Maklorida dan antibiotik sejenis contoh : Eritromisin,Linkomisin. 6. Rifamisin contoh : Rifamisin, Rifampisin. 7. Polipeptida siklin contoh : Polikmisin B, polimiksin E. 8. Antibiotik Polien contoh : Nistatin, Amfoterisin B. 9. Antibiotik lain contoh : Vankomisin, Ristosetin. 2.4. Kloramfenikol 2.4.1. Sifat fisikokimia