efek samping Interaksi Kloramfenikol

aktif yang diekskresi dalam empedu atau fases. Dosis sistemik kloramfenikol tidak perlu diubah pada saat kerja ginjal menurun, namun harus dikurangi dalam jumlah besar pada kegagalan hati. Bayi –bayi berusia kurang dari seminggu dan bayi-bayi prematur memiliki efek kloramfenikol yang kurang baik, sehingga dosis harus dikurangi manjadi 25 mgkghari Katzung, 2004. Kloramfenikol kadang-kadang juga digunakan secara topikal untuk pengobatan infeksi mata spektrum anti bakterinya yang luas dan kemampuannya mempenetrasi jaringan okuler dan cairan bola mata. Obat ini tidak efektif untuk infeksi-infeksi klamedia Katzung, 2004.

2.4.4. efek samping

Efek samping yang ditimbulkan koramfenikol antara lain adalahdepresi sumsum tulang belakang, yang menimbulkan kelainan darah yang serius, seperti anemia aplastik, anemis hiploplastik, granulositopenis. Selain itu, obat juga menyebabkan gangguan saluran cerna, neurotoksik, suprainfeksi dan reaksi hipersensitivitas. Oleh karena itu kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk pengobatan infeksi yang bukan indikasinya, seperti influenza, infeksi kerongkongan atau untuk pencegahan infeksi Soekardjo, dkk, 1995. Menurut Tjay dan Rahardja 2002, efek samping yang berupa depresi sumsum tulang dapat tampak dalam dua bentuk anel\mia, yakni sebagai berikut: a. Penghambat pembentukan sel-sel darah eritrisis, trombosis, dan granulosityang timbul dalam waktu lima hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung I dan bersifat reversible. b. Anemia aplastis, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes Universitas Sumatera Utara mata tidak boleh digunakan lebih lama dari 10 hari. Menurut dugaan, kerusakan sumsum tulang ini disebabkan oleh metabolit kloramfenikol tokdid yang dibentuk oleh kuman usus. Telah dipastikan bahwa obat diuraikan oleh sinat UV menjadi senyawa nitro so yang toksis bagi sel-sel sumsum. Kloramfenikol menghambat enzim pada membran mitokondris bagian dalam, kemungkinan dengan menghambat peptidil transferasi ribosom. Ensim lain yang dipengaruhi adalah sitokrom axidase, ATP-ase dan ferrokhelatase yang berperan pada biosintesis hem. Toksisitas yang diamati pada obat ini dapat dikorelasikan dengan efek-efek tadi Wattimena, 1991.

2.4.5. Interaksi Kloramfenikol

Obat ini dapat menghambat enxim mokrosomal hari sehigga dapat memperpanjang waktu paro obat-obat yang dimetabolisme dengan cra ini, obat- obat tersebut adalah; dikumarol, fenitoin, klorpropamid dan tolbutamid. Keuntungan penghambatan enzim ini oleh kloramfenikol ini menyebabkan produk- produk yang toksik. Resiko aplastik anemia bukan merupakan kontraindikasi penggunaan kloramfenikol bila penggunaannya memang diperlukan.walaupun demikian ditekankan obat ini jaringan diberikan pada penyakit-penyakit yang dapat ditanggulangi oleh obat-obat antibiotik lain yang lebih aman, atau pada keadaan yang belum didiagnosa, efek iritasinya dapat berupa : mual, rasa tidak enak, muntah, diare dapat menyertai penggunaan kloramfenikol. Dapat pula terjadi penglihatan kabur, dan jari- jari rasa kesemuta. Penggunaan kloramfenikol pada Universitas Sumatera Utara penyakit hepar sering menyebabkan gangguan eritropoesis, lebih-lebih pada penderita yang telah mengalami asites dan ikterus Munaf, 1994.

2.5. kromatografi Cair Kinerja Tinggi